Professional Documents
Culture Documents
Trauma Mata
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam ilmu penyakit mata dikenal beberapa penyakit matagawat. Gawat disini
berarti, apabila penyalit tersebut tidak ditanggulangi dengan tepat, maka penyakit tersebut
dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada mata.
Trauma mata merupakan penyakit mata gawat darurat, artimya apabila tidak
ditanggulangi segera, maka dalam beberapa jam saja dapat menimbulkan kerusakan
permanen pada mata. Bentuk trauma mata ada beberapa macam, diantaranya, diantaranya :
trauma tidak tembus,trauma tembus, trauma oleh karena bahan kimia. Yang memerlukan
pertolongan dan perawatan yang berbeda sesuai bentuk/ jenis dari trauma mata tersebut.
Oleh karena itu makalah ini disusun dengan harapan agar dapat dijadikan untuk
menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan pada kasus trauma mata.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian depan daripada selaput bola mata disebut selaput bening (kornea). Selaput putih
dibelakang selaput bening ditutupi diatasnya oleh selaput mata (konjungtiva). Selaput mata
yang menutupi bola mata dibelakang selaput bening disebut konjungtiva bulber. Daerah
peralihan dari kornea ke sklera disebut limbus.
Apabila mata dilihat dari depan, maka dibelakang kornea terdapat selaput pelangi (iris).
Ditengah-tengah iris terdapat lubang yang disebut manik mata (pupil). Dibelakang pupil
terdapat lensa mata (lentis).
Ruangan antara kornea dan iris disebut bilik mata depan (camera Okuli anterior). Kornea,
camera okuli anterior, iris, pupil dan lensa mata merupakan bagian depan dari bola mata dan
disebut segmen anterior. Ruangan antara iris dan lensa mata disebut bilik mata belakang
(camera oculi posterior).
Camera oculi anterior dan posterior berisi cairan bening yang disebut aquos humor. Cairan
mata ini dibentuk oleh badan pelangi (corpus siliar). Corpus siliar adalah penghubung
antara iris dengan koroid.
Ruangan bola mata antara lensa dan retina berisi cairan kental yang disebut cairan inti
mata(badan kaca). Hampir ditengah-tengah retina yaitu didekat saraf optik terdapat bintik
kuning (makula lutea). Bagian belakang dari bola mata yaitu badan kaca, retina, makula
lutea dan saraf optik disebut segmen posterior.
a. Kelopak Mata
Kelenjar lakrimal mempunyai saluran kecil yang kemudian bergabung menuju ke suatu
lubang didekat pangkal hidung, disebut punctum lakrimalis. Punctum lakrimal ada dua satu
diatas dan satu dibawah. Dari kedua punctum ini keluar saluran air mata yang bermuara di
dalam hidung.
Boal mata berada ditempatnya karena dipegang otot penggerak mata. Ada 6 otot penggerak
mata, yaitu :
- 4 otot rektus (rektus superior, rektus inferior, rektus medial, dan rektus lateral)
Rongga orbita berbentuk piramid dengan puncaknya dibelakang, basisnya didepan dan
dinding disamping. Dinding rongga orbita terdiri atas tulang orbita. Diantara bola mata dan
dinding orbita di dalam rongga orbita terdapat jaringan lemak dan jaringan ikat yang
melindungi bola mata dari bahaya benturan yang datangnya dari luar.
Trauma mata merupakan ruda paksa yang mengenai mata yang dapat disebabkan oleh
benada tajam, tumpul, thermis, kimia, listrik, tekanan ataupun radiasi yang menyebabkan
berbagai macam gangguan pada mata.
B. PEMBAGIAN
1. Trauma tumpul atau kontusio yang dapat disebabkan oleh benda tumpul, benturan dan
ledakan dimana terjadi pemadatan udara.
2. Trauma tajam, yang mungkin perforatif atau non perforatif, disertai dengan adanya corpus
aleneum atau tidak, corpus aleneum dapat intra okuler atau ekstra okuler.
3. Trauma Thermis oleh jilatan api atau kontak dengan benda membara.
C. TRAUMA TUMPUL
Trauma tumpul merupakan trauma yang paling serung terjadi, kerusakan yang yang
ditimbulkannya sangat bervariasi dari ringan sampai yang berat.
1. Anamnese :
Ditanyakan :
c. Arah benda mengenai (depan, samping atas, samping bawah atau arah lain)
2. Pemeriksaan subyektif
3. Pemeriksaan obyaktif
Sudah dapat diketahui dengan daanya kelainan disekitar mata seperti perdarahan yang
keluar, pembengkakan didahi, dipipi, hidung dll. Pada pemeriksaan yang penting perlu
diperiksa bagaimana gerakan bola mata, tekanan bola mata, pemeriksaan keadaan kelopak
mata, kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan fundus.
a. Kelainan Orbita
- Jarang ditemukan
- Gejala :
- Yang nampak terlihat karena adanya perdarahan di dalam rongga orbita yang
menyebabkan eksoftalmus dan gangguan gerakan bola mata.
- Banyak terjadi.
- Gejala :
- Hematom
- Odema
c. Kelainan konjungtiva
- Sering dijumpai.
- Gejala :
- Jika terjadi perdarahan subkonjungtiva, maka konjungtiva kan tampak merah, kemerahan ini
berbatas tegas, yang pada penekanan tidak menghilang atau menipis yang lama kelamaan
akan berubah menjadi biru, menipis dan umumnya diserap dalam waktu 2 3 minggu.
d. Kelaianan kornea.
- Dapat terjadi pengeruhan pada kornea, dan bila luka tersebut terletak ditengah, lebih-lebih
bila luka itu luas, akibatnya terjadi pengurangan tajam penglihatan.
- Dapat terjadi abrasi kornea. Bila tidak merusak membran bowman atau stromanya, akan
cepat sembuh tanpa menimbulkan gangguan penglihatan.
Tindakan : pasien harus dirawat dengan bedrest untuk menghindari terjadinya perdaraan
sekunder.
- Hemasiderosis konea
Terjadi bila hifema tidak mengalami penyerapan spontan dan tekanan bola mata tetap tinggi.
Tindakan : Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah (parasintesis).
- Bila ringan maka pupil akan menyempit karena kontraksi m.sfingter pupil.
- Bila berat maka pupil akan melebar dan reaksi terhadap cahaya akan menjadi lambat atau
hilang.
- Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya, sehingga bentuk pupil
tidak bulat, dan pada pangkal iris terdapat lubang baru
- Dapat terjadi subluksasi lensa mata atau luksasi lensa mata, maka zonula zinn dan badan
kaca mata menonjol kedalam bilik mata depan sebagai hernia badan kaca.
- Pada umumnya lensa mata yang mengalami dislokasi itu beberapa tahun kemudian akan
mengalami katarak.
- Tindakan : pembedahan.
- Dapat mengalami kelainan pada retina, koroid dan saraf optik, perubahan yang terjadi dapat
berupa edema retina, ablasi retina, atrofi saraf optik.
- Kelainan di fundus mata/dibelakang bola mata : tajam penglihatan menurun tetapi media
mata jernih.
- Edema retina yang letaknya diderah makula (comotio retina / baerlins udema) : dapat
sembuh dalam waktu cepat sehingga tajam penglihatan dapat pulih kembali, pemeriksaaan
dengan oftalmoskop menunjukian retina berwarna abu-abu, terutama didaerah makula,
kadang-kadang ditemukan juga adanya perdarahan..
- Ablasi retina : pada pemeriksaan dengan aftalmoskop menunjukan adanya retina yang abu-
abu dan pembuluh darah yang tampak terangkat berkelok-kelok. Kadang pembuluh darah
tersebut memberikan kesan terputus.
- Atrofi saraf optik : tajam penglihatna sangat menurun sampai buta, kelainan yang
menyebabkan atrofi biasanya terjadi di dilakang bola mata seperti adanya perdarahan
retrobuller, fraktur dinding orbita atau fraktur baseos cranii.
- Jika tekanan bola mata naik, terjadi Glaukoma sekunder yang dapat timbul segera
beberapa menit kemudian. Glaukoma sekunder ini terjadi karena banyak darah dalam bola
mata atau hifema, dimana sel-sel darah itu menyumbat jaringanm trabekel dan saluran
keluarnya. Gejala : tajam penglihatan menurun
Kemungkinan terjadi gangguan gerakan kelopak mata berarti kelopak mata itu tidak dapat
menutup dengan sempurna (legoptalmus) yang disebabkan kelumpuhan N VII atau tidak
dapat membuka dengan sempurna (ptosis) yang disebabkan adanya edema atau hematum
kelopak superior.
Pembagian :
a. Trauma tembus pada kelopak mata ini dapat menembus sebagian tebalnya kelopak mata
atau seluruh tebalnya kelopak.
a. Luka yang mengenai kontus medial akan menyebabkan kerusakan pada sistem pengaliran
air mata dari punctum lakrimal ke rongga hidung.
b. Luka robekan pada saluran lakrimal dapat diketahui dengan cara memasukkan sonde
melalui punctum lakrimal mengikuti saluran air mata ke hidung, ujung sonde akan keluar
melalui robekan yang ada.
c. Penangan dengan melakukan penjahitan ayng sebaiknya dilakukan dengan bantuan loupe.
a. Dapat menyebabkan robekan pada konjungtiva dan ruptura pembuluh-pembuluh darah kecil,
juga dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.
b. Tanda : terlihat robekan dengan tepi yang tegas batasnya pada konjungtiva.
c. Penanganan :
- Bila luka robekan > 5 mm, maka konjungtiva perlu dijahit, kemudian diberikan salep mata
dan bebat mata.
a. Luka kecil pada sklera sulit dilihat karena tertutup oleh kemosis konjungtiva atau adanya
perdarahan.
b. Pada luka yang agak besar, akan terlihat jaringan uvea yaitu iris, badan siliar dan koroid
yang berwarna gelap, disertai oleh bilik mata depan anterior yang dangkal.
c. Bila luka perforasi pada sklera letaknya dibelakang siliar, biasanya bilik mata depan malah
bertambah dalam dan iris terdorong kebelakanag, koroid dan badan kaca prolaps melalui
luka tembus.
5. Trauma perforans pada kornea, iris, badan siliar, lensa dan badan kaca.
- Laserasi pada kornea yang disertai penetrasi kornea tidak sampai masuk kedalam bilik mata
depan maka cukup diberikan salep antibiotik untuk mencegah infeksi eksogen, disertai bebat
mata untuk beberapa hari.
- Perforasi pada kornea yang kecil biasanya berbentuk titik, umumnya menutup sendiri
disusul dengan penyembuhan spontan, pengobatan sama dengan diatas.
- Perforasi pada kornea yang disertai oleh prolaps jaringan iris melalui luka kornea bergejala
sebagai berikut :
b. Tekanan bola mata menurun. Bilik mata depan dangkal atau menghilang.
e. Gejala-gejala tersebut diatas dapat diikuti dengan : udema kelopak mata, kemosis
konjungtiva, hiperemia siliarlakrimasi dan fotofobi, nyeri yang hebat, dan penglihatan
menurun.
- Penanganan :
- Eksisi jaringan iris yang prolaps dan kornea, hal ini tergantung dari besarnya luka perforasi,
banyaknya jaringan iris yang keluar dan sampai berapa jauh kontaminasi kuman terjadi.
- Reposisi iris, biasanya dilakukan bila dalam 12-48 jam terlihat bahwa luka itu bersih dan
iritasinya minimal.
- Enukleasi bukan merupakan indikasi yang utama bila visus masih ada, tapi bial pada
awalnya sudah disertai dengan hilangnya penglihatan serta hilangnya proyeksi cahaya, maka
enukleasi dianjurkan sebagai indikasi pertama.
- Trauma tembus kornea juga bisa disertai dengan trauma pada lensa (dengan atau tanpa
prolaps korteks lensa ke bilik mata depan. Penanganan :
- Jika penetrasi lensa kecil (hanya menyebabkan katarak yang terisolir pada suatu daerah
yang tertentu pada lensa, tanpa menggangu penglihatan maka pembedahan tidak
diperlukan.
- Jika kekeruhan itu luas dan menyebabkan gangguan pada penglihatan, maka dilakukan
pembedahan.
1. Irigasi semua benda asing yang kotor dan yang mungkin telah terkontaminasi kuman,
dengan mengguanakan air garam fisiologik.
2. Membebaskan jaringan-jaringan yang inkarserasi dari luka, dan reposisi jaringan intraokuler
keposisi anatomis yang abnormal.
- Bila terjadi dibelakang limbus yang tidak mengenai badan kaca umumnya tidak berbahaya.
Penanganan dilakukan reparasi luka sklera yang teliti untuk mencegah pertumbuhan jaringan
episklera kedalam badan kaca.
- Bila mengenai badan kaca akan terjadi ablasi retina. Penanganan dilakukan oleh ahli mata
dengan pembedahan.
a. Gejala :
b. Gejala khusus :
- Bila mengenai saraf optik : atrofi saraf optik dengan gejala-gejala defek lapang pandangan
sampai kebutaan
- Bila mengenai otot-otot luar mata : hialngnya sebagian pergerakan bola mata.
- Diplopia.
c. Pengobatan :
E. TRAUMA THERMIS
1. Flame Burn.
- Pada luka bakar tk II dan III, terjadi nekrosis kornea dan konjungtiva bulbi.
- Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan luka bakar pada umumnya, yaitu mengatasi syok dengan memberikan
cairan perinfus sesuai dengan luas kulit yang terbakar.
- Perawatan luka :
Pada mata berikan salep antibiotika dan tetes sulfas atropin 1 %. Mata ditutup dengan
perban, penderita harus dirawat.
2. Contact Burne
- Luka bakar yang terjadi karena kontak dengan benda yang membara, kayu bakar atau
rokok.
Berikan lokal antibiotik pada mata dan tetes mata sulfas atrofin 1%. Penderita dirawat.
- Komplikasi yang mungkin timbul adalah ulkus kornea akibat adanya kerusakan epitel yang
disertai infeksi bakterial.
F. TRAUMA KHEMIS
- Trauma bahan-bahan yang bersifat asam menimbulkan nekrosis koagulasi yang berbatas
tegas, setempat dan tidak menjalar.
- Trauma oleh bahan-bahan yang bersifat basa menyebabkan nekrosis koalesens, dimana
terjadi penyabunan sel-sel yang menjalar dan terus menerus serta sulit dihentikan, terjadi
dehidrasi sel-sel.
- Perforasi kornea.
- Irigasi. Bilas segera dengan air leding atau air sumur. Yang baik ialah membilas dengan
aquades atau larutan NaCl 0,9 % selama 15 menit.
- Netralisasi dengan larutan bikarbonas natrikus 2 % steril. Mula-mula diberikan 1 tetes tiap 3
menit selama jam kemudian 1 tetes tiap 5 menit selama jam, 1 tetes tiap 10 menit
selama jam, kemudian 1 tetes tiap 15 menit selama jam, kemudian 1 tetes tiap 30 menit.
- Irigasi segera dengan air ledeng atau air sumur. Yang baik dengan mengguanakan aquades
atau larutan NaCl 0,9 % slama 15 menit.
- Netralisasi dan berikan obat yang menghambat enzim kolagenase (enzim ini menjadi
hiperaktif pada trauma karena zat basa) misalnya :
- EDTA, berikan 1 tetes tiap 5 menit selam 2 jam, bila perlu boleh diteruskan sampai beberapa
hari.
- Sistein, 1 tetes tiap jam, kedua obat ibi adalah zat anti koagulase.
- Asam cuka 2 % atau asam tannat 2 %. Diberikan dengan cara yang sama dengan
pemberian larutan bikarbonas natrikus pada trauma oleh zat asam.
- Berikan tetes mata sulfas atrofin 1 % dan salep antibiotika, anastetikum tetes.
- Penderita dirawat.
G. TRAUMA LISTRIK
- Tegangan tinggi dapat menimbulkan gangguan pada otot saraf, pembuluh darah, otak dan
jantung.
H. TRAUMA RADIASI
- Disebabkan oleh gelombang pendek, misalnya sinar ul;traviolet, sinar gamma dan sinar
kosmik.
- Sel ini dapat menyebabkan pecahnya inti sel pada retina, menimbulkan degenerasi
kebutaan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan untuk menentukan masalah primer pasien seperti : kesulitan membaca,
pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah,pandangan ganda, bercak di
belakang mata, atau hilangnya daerah penglihatan soliter (miopia, hipermetropia)
Menentukan apakah masalahnya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini.
Status okuler umum pasien : apakah ia mengenakan kaca mata atau ? Dimana mereka
terakhir di kaji ?Apakah pasien sedang mendapat asuhan teratur seorang ahli oftalmologi?
Kapan pemeriksaan mata terakhir ? Apakah tekanan mata diukur ?Apakah pasien
mengalami kesulitan melihat(fokus) pada jarak dekat atau jauh Apakah ada keluhandalam
membaca atau menonton televisi? Bagaiman masalah membedakan warna, atau masalah
dengan penglihatan perifer atau lateral ?
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata ? Bila ya,kapan? Masalah
mata apa yang terdapat dalam keluarga pasien?
Riwayat mata :
Dewasa glaukoma, katarak,cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang dikoreksi
atau tidak dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya?Adakah pembedahan mata
sebelumnya ?Adakah diabetes, hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual,
alergi, penyakit kardiovaskuler dan kolagen, kondisi neurogenik?
Penyakit keluarga- Adakah riwayat kelainan mata pada famili derajat pertama atau kakek-
nenek?
Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus di gali untuk
mengidentifikasi kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.
Pengkajian Fokus
Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari/ hobi di karenakan adanya penurunan daya/
kemampuan penglihatan.
Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler.
3. Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi
(dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).
5. Keamanan
6. Pemeriksaan penunjang
Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri
cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat
trauma.
Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan cidera, inflamasi,, peningkatan TIO, atau intervensi bedah.
2. Ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan gangguan penglihatan atau kehingan
otonomi.
3. Perubahan sensori persepsi (visual) yang berhubungan dengan trauma okuler, inflamasi,
infeksi, tumor, penyakit struktural .
6. Isolasi sosial yang berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untu berpartisipasi dalam
aktifitas pengalih, dan aktivitas sosial sekunder akibat kerusakan penglihatan.
Berdasar data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat terjadi pada gangguan
oftalmik traumatik bedah atau trauma meliputi :
o Infeksi struktur okuler
o Ablasio retina
SASARAN.
Meliputi : peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteorisasi visual, yang lebih
berat, pemenuhan aktifitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi
sosial.
INTERVENSI
1. Meredakan nyeri.
- Memakai balutan mata, hal ini dapat membantu membatasi gerakan mata sehingga
mengurangi nyeri yang diakibatkannya.
- Mengurangi gangguan emosi dan stress fisik, hal ini dapat memberikan relaksasi sehingga
akan membantu mengurangi nyeri.
- Memberikan reorientasi kepada pasien secara berkala terhadap realitas dan lingkungan serta
memberikan jaminan, penjelasan dan pemahaman.
- Memberikan informasi yang berhubungan dengan perioperatif, intraoperatif dan pasca operatif.
- Membantu pasien belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri terhadap situasi.
- Menilai kebutuhan pendidikan yang sangat individual dan merancang sesuai dengan
beratnya defisit sensori tertentu, usia dan tingkat pendidikan.
Observasi mengenai tajam penglihatan, cairan yang keluar, nyeri dan inflamasi.
Hindarkan terkontaminasi obat tetes optalmik atau larutan lain dengan menghindari jangan
sampai menyentuh alat penetes dengan mata dan menggunakan dosis minimal individual.
Observasi adanya tanda-anda ablasia retina seperti adanya benda mengapung (floaters) dan
berkurangnya lapang penglihatan..
Menekankan perlunya menjaga posisi yang benar untuk memfasilitasi perlekatan retina.
Deteksi perubahan dalam hal kedalaman kamera anterior, nyeri mata, pandangan kabur, infeksi
konjungtiva dan perubahan pupil.
EVALUASI
a. Menggunakan obat yang diresepkan untuk mengatasi iritasi, untuk mengistirahatkan mata,
dan menangani atau mencegah infeksi.
c. Mengurangi aktivitas mata dengan mengenakan balutan mata yang memadai dan
mengistirahatkan mata.
4. Menerima program penanganan dan menjalankan anjuran secara aman dan tepat.
b. Melaporkan setiap tanda yang tak diharapkan, seperti keluar air mata berlebihan dan nyeri.
c. Menyusun upaya keamanan untuk mencegah jatuh, seperti perbaikan atau penggantian
karpet yang sudah kendor dan membersihkan barang yang berserakan.
Contoh Diagnosa dan Intervensi keperawatan pada pasien dengan trauma mata yang
sering muncul :
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria: luka sembuh dengan cepat dan baik, tidak ada nanah,
tidak ada eritema, tidak panas.
Rencana:
a. Diskusikan dan ajarkan pada pasien pentingnya cuci tangan ysng bersih sebelum
menyentuh mata.
b. Gunakan dan demonstrasikan tehnik yang benar tentang cara perawatan dengan kapas
yang steril serta dari arah yang dalam memutar kemudian keluar.
d. Diskusikan dan observasi tanda-tanda dari infeksi (merah, darinase yang purulen).
Tujuan:
Rencana:
c. Gunakan alat yang menggunkan sedikit cahaya (mencegah terjadinya pandangan yang
kabur, iritasi mata).
d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang bervariasi (mendengarkan radio,
berbincang-bincang).
Rencana:
a. Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang
akan di lakukan.
b. Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan.
c. Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, mengedan, buang ingus,
bersin atau merokok.
d. Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu
tidur.
e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Junadi, Purnawan, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Google+ Followers
About Me
Husein Makhrudy
View my complete profile
Waktu Sekarang