Professional Documents
Culture Documents
TESIS
ANTONIUS ALI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
ii
ANTONIUS ALI
NIM : 1490961004
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
ANTONIUS ALI
NIM : 1490961004
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Prof. Ir. I GA Mas Sri Agung, M.Rur,Sc, Ph.D Dr. Ir. Gede Wijana, M.S
NIP. 195001261973022001NIP. 196107071986031001
Mengetahui
Dr. Ir. Gede Wijana, M.S Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP.196107071986031001 NIP.195902151985102001
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Anggota :
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 1490961004
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Antonius Ali
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
Prof. Ir. I GA Mas Sri Agung, M.Rur,Sc, Ph.D selaku pembimbing pertama yang
dengan penuh perhatian, kesabaran, dan arahan telah membimbing dan memberi
arahan selama penelitian hingga penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada bapak Dr. Ir. Gede Wijana, M.S, selaku pembimbing kedua dan
Universitas Udayana Bali yang selalu memberikan motivasi dan juga arahan
dalam penelitian hingga penyusunan tesis, serta ketiga dosen penguji yang banyak
memberikan saran perbaikan untuk penulisan tesis ini : Prof. Dr. Ir. I Putu Gede
Ardhana, M.Agr.Sc, Dr. Ir. I Ketut Sardiana, M.Si dan Dr. Ir. I Wayan Diara, M.S.
Bapak Prof. Dr. Dr. I Ketut Suastika, SpPd KEMD, Rektor Universitas Udayana,
Ibu Prof. Dr. Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Ucapan terima kasih yang tulus kepada
Dra. Ida Ayu Agung Mas, yang telah bersedia meminjamkan lahan penelitian serta
tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian, juga kepada Pak Karang, Pak
Balon dan Pak Joni yang telah membantu penulis dalam persiapan penelitian.
vi
Terima khusus buat sahabat Ariani Mawarni Bagi, SP yang telah dan
sangat membantu penulis dari awal penelitian sampai selesai, juga kepada Thobias
lapangan serta Stepivany Weking, SP dan Arnyl Puai, SP yang telah mengirimkan
benih tanaman dari kupang, Emerensiana Uge SP, Sheyla Tunya Raga, SP terima
Budha, Pak Asep, Ferdy, Ibu Widhia, Ibu Yudha, Ibu Ratna, Pak Celes, Ida, Decio
terima kasih untuk semangat dan dukungannya, juga kepada pegawai Magister
Ibu Komang Sukerni, Ibu Made Wirati, terima kasih untuk bantuan dan
Terima kasih dan doa untuk kedua Almarhum orang tua (Bapak Fransiskus
Bou dan Mama Yosefina Fetok dan Almarhum K Alex), serta keluarga yang selalu
Agnes, Mama dan Bapak di atambua juga Ely Oktama Sijabat, S.Kom, terima
kasih atas semua doa, dukungan baik moril dan materil serta semangatnya.
Semoga Tuhan Yang Maha Murah membalas kebaikan dan ketulusan pada
Penulis
vii
ABSTRAK
Lahan kering dicirikan oleh ketersediaan air yang terbatas sehingga sangat
tergantung pada curah hujan (jumlah dan distribusinya), dan kualitas tanah yang
rendah. Upaya untuk memperbaiki kualitas tanah tersebut dapat dilakukan melalui
pembenaman biomas legum penutup tanah (LPT). Umur panen (kemudian
dibenamkan) dan jenis LPT menentukan nutrisi dalam biomas, yang akhirnya
mempengaruhi kualitas tanah. Percobaan lapang telah dilakukan untuk meneliti
pengaruh umur panen dan jenis LPT terhadap kualitas tanah di lahan kering di
desa Sengguan, kabupaten Gianyar, provinsi Bali mulai bulan Agustus sampai
Desember 2015. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga
ulangan. Perlakuan terdiri atas umur panen LPT (yang kemudian dibenamkan)
(3,6 dan 9 minggu setelah panen atau MST) yang merupakan faktor pertama, dan
jenis LPT (Mucuna pruriens L. (kara), Crotalaria juncea L.(orok-orok), dan
Phaseolus lunatus L. (kacang arbila) sebagai faktor kedua. Hasil penelitian
menujukkan bahwa pembenaman biomas LPT nyata (P<0,05) meningkatkan
kualitas (fisik, kimia dan biologis) tanah. Mucuna pruriens dan Phaseolus lunatus
yang dipanen kemudian dibenamkan pada umur 3 MST nyata (P<0,05) jika
dipanen pada umur 9 MST pengaruhnya lebih nyata pada peningkatan kualitas
fisik ( berat isi dan porositas) tanah. Kadar air tanah meningkat ketika Phaseolus
lunatus dipanen kemudian dibenamkan pada umur 3 MST sedangkan aktivitas
mikroba (ditunjukkan oleh respirasi tanah) meningkat ketika Mucuna pruriens
dipanen pada umur yang sama.
Kata kunci : Umur panen, jenis legume penutup tanah (LPT), kualitas tanah,
lahan kering.
viii
ABSTRACT
Key words : Times of harvesting, types of legume cover crops (LCC), soil
quality, dryland.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.......................................................................................... i
PRASYARAT GELAR.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN.................................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ vi
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................... 5
x
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian.......................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
5.1 Signifikansi pengaruh perlakuan umur panen (U) dan jenis legum
penutup tanah (LPT) (C) serta interaksinya (UxC) terhadap variabel
biomas dan kualitas tanah .................................................................... 32
5.2 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap berat
biomas segar ha-1................................................................................... 32
5.3 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
C-organik tanah (%).............................................................................. 33
5.4 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
N-total tanah (%)................................................................................... 34
5.5 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
P-tersedia tanah (ppm).......................................................................... 34
5.6 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
K-tersedia tanah (ppm)......................................................................... 35
5.7 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
kadar air tanah (%)................................................................................ 36
5.8 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
Berat volume tanah (g/cm3).................................................................. 36
5.9 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
porositas tanah (%)............................................................................... 37
5.10 Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT terhadap
respirasi tanah (Mg C-CO2).................................................................. 38
5.11 Pengaruh faktor tunggal umur panen dan jenis LPT terhadap
Berat kering biomasa dan pH tanah...................................................... 38
5.12 Perhitungan indeks kualitas tanah, pengaruh umur panen dan jenis
LPT terhadap perbaikan kualitas tanah................................................. 40
xii
DAFTAR GAMBAR
2.2 Tanaman LPT C. juncea (daun, polong, biji dan bintil akar).............. 11
2.3 Tanaman LPT P. lunatus (daun, polong, biji dan bintil akar).............. 12
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau
menyatakan bahwa ciri utama dari lahan kering adalah rendahnya persediaan
antara curah hujan tahunan dan tingginya evapotranspirasi. Ciri lain dari lahan
kering yaitu ketersediaan bahan organik yang rendah serta kesuburan tanah
Supriyadi (2008) bahan organik menjadi salah satu kunci untuk kegiatan
perbaikan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah
(Sutanto 2002). Salah satu sumber bahan organik yang potensial digunakan
1
2
ini hanya terbatas sebagai tanaman konservasi untuk melindungi tanah dari
menjelaskan ternyata LPT juga dapat menjadi sumber bahan organik di lahan
kara (Mucuna pruriens), orok-orok (Crotalaria juncea L), dan kacang arbila
(Phaseolus lunatus L). Jenis LPT ini umumnya terdapat pada lahan kering
Phaseoulus lunatus (33%), dan Mucuna pruriens (28%). Penelitian lain oleh
berat volume, kalium tanah, dan C-organik tanah. Hasil ini juga diperkuat oleh
3
kualitas tanah di lahan kering akan memberikan hasil yang optimal bila umur
yang akurat dengan produksi dan kandungan nutrisi dalam biomasa (Salisbury
dan Ross 1991). Penentuan umur panen yang tepat sangat diperlukan untuk
Sesuai hasil penelitian Noviastuti (2006) bahwa kandungan hara pada biomasa
organik, pada umur 30 hari setelah tanam mengandung 4,29% N dan 66,85%
bahan organik, sedangkan pada saat umur 42 hari setelah tanam mengandung
ketika permintaan nitrogen dalam buah dan biji yang berkembang meningkat,
kandungan nitrogen pada daun menjadi berkurang (Salisbury dan Ross, 1991).
Keunggulan LPT dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
tanah di lahan kering. Hasil penelitian penggunaan LPT di lahan kering belum
banyak tersedia, oleh karena itu dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Umur Panen Legum Penutup Tanah Tropis Terhadap Kualitas Tanah di Lahan
Kering
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka beberapa masalah yang
di lahan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lahan yang digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara
permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi
selain untuk memperbaiki kesuburan tanah juga berperan dalam usaha tani
6
7
baik secara fisik, kimia dan biologi tanah yang akhirnya berdampak pada
pada ekosistem lahan kering dengan berorientasi pada pertanian lahan kering
yaitu tekstur, bobot isi tanah, kapasitas infiltrasi, kadar air tanah dan
serta hara makro dan mikro. Secara biologi, biomassa mikroba (C dan N),
potensi N yang dapat dimineralisasi serta respirasi tanah (Doran dan Parkin,
1994).
Goenadi (2014) menyatakan bahwa prinsip dasar dalam penilaian mutu
penetapannya, mewakili sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta peka
kualitas yang tidak baik mempunyai faktor penghambat yang banyak dari pada
tanah yang sehat. Peran LPT terhadap perbaikan kualitas tanah yaitu sebagai
8
tanah yang digunakan sebagai indikator kualitas tanah sangat bergantung pada
tujuan untuk melindungi tanah dari pukulan air hujan serta berfungsi untuk
memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah sehingga dapat dijadikan tanaman
pionir untuk merehabilitasi lahan kritis (Arsyad, 2010). Salah satu ciri penting
menjadi bentuk yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh tanaman (Nulik et al.,
2013).
Selama ini pemanfaatan LPT umumnya dikembangkan pada areal
yang mampu menutup permukaan tanah dengan baik dan melindungi tanah
dari ancaman erosi (Arsyad, 2010). Namun beberapa hasil studi menyebutkan
bahwa peran LPT tidak hanya sebatas pada konservasi namun lebih pada
penyediaan bahan organik yang berperan dalam perbaikan kualitas tanah serta
2014). Dewi et al. (2014) juga menemukan bahwa pemberian bahan organik
9
beberapa jenis LPT dapat menggantikan pupuk urea dalam penyediakan unsur
hubungan yang baik dengan mikoriza, memanfaatkan air secara efisien, bukan
sebagai inang tanaman hama, pembentukan biji mudah dan bersifat multiguna
(sebagai penutup tanah, penyubur tanah, dan sebagai pakan ternak) dan harus
makro dan esensial bagi tanaman (Gardner et al., 1991). Hasil penelitian
Ratnawaty dan Riwu Kaho (2011) menemukan bahwa bahwa ada sumbangan
unsur hara seperti N dari LPT yang ditanam sebelumnya terhadap tanaman
sebagai berikut :
1. Mucuna pruriens (Kacang kara/koro benguk)
Mucuna pruriens dikenal dengan nama lokal kacang koro,
tanaman semusim. Tanaman ini memiliki daun yang lebar dan tajuk yang
berukuran besar. Spesies ini berasal dari Amerika Selatan serta mempunyai
penyebaran yang sangat luas di daerah tropis. Dapat tumbuh pada tanah
10
atau pupuk hijau untuk menjaga kesuburan tanah dan pengendalian gulma
a b c
Gambar 2.1
a) Tanaman LPT Mucuna pruriens L b) polong dan biji;
c) bintil akar pada umur 3 minggu
Pengalaman petani di Honduras utara yang menggunakan Mucuna
mendapatkan hasil panen 2,6 3,3 ton/ha, hasil ini dua kali lipat dari
angka rerata nasional di negara itu tanpa menggunakan pupuk kimia, yang
(Reijntjes et al.,1999).
2. Crotalaria juncea L. (Krotalaria/Orok-orok)
Tanaman orok-orok sejak dahulu digunakan sebagai pupuk hijau
setelah panen selesai. Tanaman ini memiliki biomassa yang tinggi, serta
mempunyai kandungan N yang tinggi pula yaitu 3,01% serta cukup lunak
11
(Suntoro, 2009).
a b c
Gambar 2.2
a) tanaman LPT Crotalaria juncea L, b) biji; c) bintil akar umur 3 minggu
Penggunaan tanaman orok-orok sebagai penyubur tanah tidak lagi
murah dan mudah, petani dan perusahaan mulai meninggalkan tanaman ini
Di Pulau Timor, LPT ini dikenal dengan nama arbila. Arbila tumbuh
a b c
Gambar 2.3
a) tanaman LPT Phaseolus lunatus L, b) polong dan biji
c) bintil akar umur 3 minggu;
Hasil penelitian Mateus (2014) menemukan bahwa jenis LPT
kualitas tanah.
2.4 Umur Panen Legum Penutup Tanah
Pemanfaatan LPT untuk perbaikan kesuburan tanah akan lebih optimal
penyubur tanah, hal ini bertujuan agar jumlah nutrisi yang ada dalam biomasa
nitrogen di dalam biji dan buah meningkat, kandungan nitrogen pada daun
biomasa.
Hubungan umur panen dengan nutrisi dalam biomasa tanaman,
tanaman orokorok terjadi pada saat sebelum masa pembungaan. Hal ini
diperjelas oleh hasil penelitian Noviastuti (2006) bahwa kandungan hara pada
bahan organik, pada umur 4 minggu setelah tanam mengandung 4.29% N dan
66.85% bahan organik, sedangkan pada saat umur 6 minggu setelah tanam
perpindahan N yang tinggi pada bunga dan biji dari daun secara besar-besaran
bila tanaman telah memasuki fase generatif (Salisbury dan Ross, 1991).
Penentuan umur panen yang tepat akan menentukan jumlah kandungan hara
bahwa LPT seperti Sesbania rostrata dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
pada pertanaman padi sawah dengan menanam tanaman ini di sawah dan
dengan tingginya erosi tanah menjadi penyebab degradasi tanah pada lahan
kering. Faktor lain berupa praktek pertanian yang mengangkut hasil panen
keluar lahan, tingginya suhu tanah serta pemberaan lahan tanpa tanaman
menjadi faktor yang turut berpengaruh pada rendahnya kualitas tanah di lahan
Bahan organik menjadi kunci dalam perbaikan kualitas tanah di lahan kering
(Supriyadi, 2008). Salah satu jenis bahan organik yang potensial untuk
digunakan dalam peningkatan kualitas tanah lahan kering yaitu legum penutup
tanah (LPT). LPT menjadi alternatif karena produksi biomasa yang tinggi,
rasio C/N rendah, mudah dan murah untuk dipelihara serta dapat beradaptasi
bahan organik juga akan meningkatkan populasi mikroba tanah seperti jamur
tanah dalam menahan air. Dekomposisi bahan organik juga akan menyebabkan
tersediannya hara seperti N melalui proses nitratasi yang hasil akhir berupa
14
15
nitrat yang akan diserap oleh akar tanaman (Suntoro, 2003), disamping itu
terjadi pelepasan P yang terikat oleh Al dan Fe oleh aksi asam organik hasil
keuntungan karena memiliki rasio C/N yang rendah sehingga mudah untuk
tanah masing-masing sebesar 63,18% (86,70 t ha-1) dan 63,16% (86,69 t ha-1)
dan kualitas tanah serta peningkatan hasil jagung bobot pipilan jagung kering
biomasa LPT maka umur panen perlu diperhatikan. Penentuan umur panen
produksi dan kandungan nutrisi dalam biomasa (Salisbury dan Ross, 1991).
Kandungan nutrisi dari biomasa yang digunakan yaitu, LPT Crotalaria
juncea L (orok-orok) memiliki kandungan N total yang tinggi, serta C/N dan
tepat sangat diperlukan untuk menjamin banyaknya nutrisi yang ditambat dan
padi sawah dengan cara menanam tanaman ini di sawah saat berumur 7
Disebabkan oleh :
1. Penggunaan tanah secara terus-menerus tanpa ada upaya
perbaikan.
2. Rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah
3. Pengangkutan bahan organik ke luar lahan pertanian
Alasan memilih jenis LPT ini : Perlu diketahui umur panen LPT:
C/N rendah; sumber bahan organik Berkaitan dengan kandungan
(Rachman et al., 2007) Phaseolus nutrisi dalam biomasa LPT. Umur
lunatus, mampu meningkatkan panen LPT dapat dilakukan
sebelum berbunga. (Salisburry &
serapan N (Dewi et al., 2014);
Ross 1991; Koten et al., 2013).
kualitas bahan organik yang tinggi Namun belum diketahui umur
(Mateus, 2014) yang sesuai untuk panen LPT.
lahan tegalan dan telah digunakan untuk budidaya tanaman rumput gajah pada
beberapa tahun terakhir. Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa lokasi
penelitian memiliki kualitas tanah yang rendah yaitu P tersedia sangat rendah
10,98 (ppm), N total sangat rendah 0,08% dan K tersedia berada dalam
kondisi sedang (195,46 ppm) serta C-organik tanah dalam kondisi sedang juga
dengan 2 faktor dan 3 ulangan , faktor pertama umur panen LPT (3, 6, 9 mst);
faktor kedua jenis LPT (C.juncea L, M.pruriens dan P.lunatus). Lahan yang
telah disiapkan kemudian ditanami dengan benih LPT yang terdiri dari C.
biomasa LPT dipotong dengan ukuran 3-5 cm dan ditimbang lagi 20-50 gram
untuk mengkaji kualitas tanah setelah perlakuan biomasa LPT, yang terdiri
dari pengamatan sifat fisik tanah (porositas, berat isi dan kadar air tanah); sifat
kimia (N, P, K) dan sifat biologi tanah (respirasi biologi tanah). Panen kedua
dan ketiga dilakukan pada umur (6 dan 9 mst), perlakuan yang sama dilakukan
seperti pada umur panen yang pertama. Secara skematis dapat disajikan seperti
Gambar 3.2.
Panen LPT
3 MST, perhitungan produksi, penimbangan,
pencacahan, pembenaman (21 hari)
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
20
3.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep yang telah
diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Biomasa LPT Crotalaria juncea, Mucuna pruriens, dan Phaseolus lunatus
produksi biomasa .
3. Jenis LPT Mucuna pruriens pada umur panen 3 minggu setelah tanam
umur panen LPT [(umur 3, 6 dan 9 MST (minggu setelah tanam)] dan faktor II
adalah jenis LPT [tanpa LPT (C0), orok-orok (Crotalaria juncea, L) (C1),
Kawan, Banjar Sengguan Kawan, Kelurahan Gianyar, Bali. Lahan ini sudah
lama (beberapa tahun) ditanami rumput gajah serta memiliki kesuburan tanah
yang rendah yaitu P tersedia sangat rendah (10,98 ppm), N total sangat rendah
0,08% serta K tersedia berada dalam kondisi sedang (195,46 ppm). (Lampiran
mengetahui status nutrisi tanah awal. Analisis sifat fisik, kimia, dan biologi
21
22
kara (Mucuna pruriens), dan kacang arbila (Phaseolus lunatus). Benih LPT
Mucuna pruriens dan Crotalaria juncea diperoleh dari UD. Tani Jaya,
petani lokal di Kabupaten Belu, NTT. Lahan yang digunakan adalah lahan
kering banjar Sengguan Kawan, Gianyar, Bali. Bahan yang lain adalah tali
rafia, kantong plastik, label percobaan. Alat yang digunakan meliputi: alat
penelitian, ring sampel, timbangan, oven, kamera, meter, mistar, alat tulis
menulis dan komputer serta peralatan analisis sifat fisik, kimia dan biologi
tanah di laboratorium.
4.4 Pelaksanaan percobaan
Setelah lahan dibersihkan kemudian dibagi menjadi tiga blok. Masing-
masing blok di bagi dalam 12 petak (3 saat panen x 3 jenis LPT) sesuai
dan dalam barisan 20 cm, terdapat 25 tanaman dalam setiap petak. Denah
I III II
1,5 0.50
1 U3C2 U1C3 U2C1 U
Gambar 4.1
Denah Tata Letak Petak Percobaan
Umur panen LPT yang pertama dilakukan setelah tanaman berumur
tiga minggu setelah tanam. Potongan biomasa dari masing-masing petak (dari
diambil untuk analisis berat kering, kemudian sisa biomasa dibenamkan LPT
tersebut ke dalam tanah (setelah dipotong dengan ukuran 3-5 cm). Sampel
setelah tanam (MST). Perlakuan yang sama dilakukan seperti pada panen
pertama.
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman dari sejak tanam
sampai panen adalah menjaga agar tanaman tumbuh dengan baik. Penyiraman
dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari. Dalam percobaan ini tidak
dapat diestimasi dari g/m-2 atau kg/m-2), yang akan dihitung dengan
..................................(1)
(2)
Dimana : KA : kadar air (%)
BA : berat tanah awal
25
(3)
c. Porositas tanah (%) dapat dihitung dari berat volume tanah dan
(4)
2. Kualitas kimia tanah
Parameter sifat kimia tanah yang diukur, meliputi: pH (H 2O)
laboratorium.
4. Penilaian kualitas tanah
Penilaian kualitas tanah meliputi pengukuran sifat, fisik, kimia dan
biologi tanah. Indikator kualitas tanah dipilih dari sifat tanah yang
4,1). Batas bawah (bobot 1) untuk sifat tanah yang tidak memiliki
pembatas, dan batas atas (5) untuk sifat tanah dengan banyak faktor
pembatas.
27
Tabel 4.1
Faktor Pembatas dan Pembobotan Relatif Indikator Kualitas Tanah
Rating, yaitu kelas kualitas tanah dihitung berdasarkan penjumlahan bobot nilai
tiap indikator kualitas tanah (Lal, 1994 dalam Sardiana, 2014), dengan
persamaan:
SQR = OM + TP + ER .....................................................................................(5)
Keterangan :
terkait dengan keberlanjutan sistem pertanian menurut (Lal 1994 dalam Sardiana,
Tabel 4.2
Kualitas tanah berdasarkan 10 minimum data set (MDS)
(anova) sesuai dengan model dari rancangan yang digunakan, bila perlakuan
berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf uji
Gomez, 2007).
BAB V
HASIL PENELITIAN
karena penelitian dilakukan pada musim kemarau. Kendala ini dapat teratasi
rumah di sekitar lokasi penelitian (Lampiran 4). Kondisi ini dapat terlihat dari
pruriens L, dan Phaseolus lunatus L, pada umur 33 HST yang masih mampu
menunjukkan toleransi pada kondisi air yang terbatas (Gambar 5.1, 5.2 dan 5.3).
(U) dan jenis LPT (C) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat biomassa segar
ha-1, dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) kualitas sifat fisik tanah yaitu kadar
air, berat volume, dan porositas. Perlakuan umur panen (U) dan jenis LPT (C)
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap N-total tanah dan K-tersedia serta
perlakuan umur panen dan jenis LPT berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
sifat biologi tanah (respirasi tanah). Perlakuan umur panen secara tunggal
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat biomassa kering oven ha-1, serta
29
30
Gambar 5.1
Perlakuan U2C1 (umur panen 6 MST/jenis LPT Crotalaria juncea)
pada umur 33 hari setelah tanam
Gambar 5.2
Perlakuan U2C2 (umur panen 6 MST/jenis LPT Mucuna pruriens)
pada umur 33 hari setelah tanam
Gambar 5.3
Perlakuan U2C3 (umur panen 6 MST/jenis LPT Phaseolus lunatus)
pada umur 33 hari setelah tanam
31
Tabel 5.1
Signifikansi pengaruh perlakuan umur panen (U) dan jenis legum penutup tanah
(LPT) (C) serta interaksinya (UxC) terhadap variabel biomas dan kualitas tanah
Perlakuan
No. Variabel
U C UxC
5.1 Pengaruh Interaksi antara umur panen dan jenis legum penutup tanah
(LPT)
5.1.1 Berat biomassa segar
Pada umur panen 3 mst berat biomassa M.pruriens tidak berbeda nyata
dengan P. lunatus tetapi 90,21 % lebih berat dari pada C.juncea (Tabel 5.2). Pada
umur 6 mst biomassa M.pruriens tetap lebih berat dibandingkan ke dua jenis yang
lainnya. Pada umur 9 mst biomassa M.pruriens tetap lebih berat dari pada
Tabel 5.2
32
Pembenaman pada umur panen 3 mst ketiga jenis LPT memberikan kadar
C-organik tanah 0,63-1,18% lebih tinggi dibandingkan tanpa LPT (Tabel 5.3).
Semakin meningkatnya umur panen (6-9 mst), kadar C-organik tanah tidak
berbeda antara tanpa LPT dan dengan LPT. Biomassa jenis LPT memberikan
panen kecuali pada umur 9 mst C.juncea memberikan kadar C-Organik tanah
Tabel 5.3
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap C-organik tanah (%)
Pada umur panen 3 mst biomassa jenis LPT M. Pruriens dan P. lunatus
ataupun tanpa LPT (Tabel 5.4). Semakin meningkatnya umur panen (6-9 mst),
kadar N-total tanah tidak berbeda antara ketiga jenis perlakuan namun lebih tinggi
Tabel 5.4
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap N-total tanah (%)
Biomassa LPT jenis C. Juncea yang dibenamkan pada umur panen 3 mst
memberikan kadar P-tersedia tanah yang lebih tinggi dibandingkan kedua LPT
lainnya yaitu M. pruriens dan P. lunatus (Tabel 5.5). Semakin meningkatnya umur
panen (6-9 mst), kadar P-tersedia tanah tidak berbeda antara ketiga jenis LPT.
Pembenaman biomassa LPT masih memberikan kadar P-tersedia tanah yang lebih
Tabel 5.5
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap P-tersedia tanah (ppm)
Pada umur panen LPT 3 mst pembenaman biomassa ketiga jenis LPT
C.juncea M.Pruriens dan P.lunatus memberikan kadar P-tersedia tanah yang lebih
meningkatnya umur panen (6-9 mst), kadar K-tersedia tanah tidak berbeda antara
Tabel 5.6
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap K-tersedia tanah (ppm)
air tanah lebih tinggi dibandingkan kedua jenis LPT (Tabel 5.7). Peningkatan
umur panen (6-9 mst), kadar air tanah tidak berbeda antara perlakuan tanpa LPT
Tabel 5.7
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap kadar air tanah (%)
Interaksi perlakuan umur panen dan jenis LPT berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap berat volume tanah (g cm-3) (Tabel 5.1). Tanpa LPT berat
volume tanah tetap lebih tinggi dibandingkan dengan LPT baik pada pembenaman
saat umur panen 3, 6 maupun 9 mst. (Tabel 5.8). Pembenaman ketiga jenis LPT
mengakibatkan penurunan berat volume tanah pada umur panen 9 mst. LPT
juncea.
36
Tabel 5.8
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap berat volume tanah (g cm-3)
Umur panen (mst)
Perlakuan
3 6 9
Jenis LPT
Tanpa LPT 1,11 ab 1,11 ab 1,11 ab
Crotalaria juncea 1,08 c 1,10 b 0,96 d
Mucuna pruriens 1,12 a 1,12 a 0,93 e
Phaseolus lunatus 1,10 b 1,11 ab 0,93 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji
jarak berganda Duncan 5%.
umur panen dan jenis LPT (Tabel 5.1). Pembenaman LPT nyata meningkatkan
porositas tanah dibandingkan tanpa LPT pada ketiga umur panen LPT. Umur
panen LPT 9 mst nyata meningkatkan porositas tanah dibandingkan umur panen
3 dan 6 mst (Tabel 5.9). Peningkatan porositas tersebut akibat pembenaman LPT
pada umur panen 9 mst berkisar antara 13,28-16,12% dibandingkan pada umur
panen 6 mst. LPT M. pruriens dan P.lunatus meningkatkan porositas tanah 5,07%
Tabel 5.9
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap porositas tanah (%)
Interaksi perlakuan umur panen dan jenis LPT berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap respirasi biologi tanah (Mg C-CO2) (Tabel 5.1). Pembenaman
LPT nyata meningkatkan respirasi tanah baik pada umur panen 3,6 maupun 9 mst
(Tabel 5.10). Respirasi tanah lebih tinggi pada pembenaman LPT umur 3 mst
lunatus.(Tabel 5.11).
Tabel 5.10
Pengaruh interaksi antara umur panen dan jenis LPT
terhadap respirasi tanah (Mg C-CO2)
(P<0,01%) terhadap berat biomasa kering oven dan pH tanah. Pada umur panen
6 dan 9 mst berat biomas kering oven LPT masing-masing 75,54% dan 92,22%
lebih tinggi dari umur panen 3 mst (Tabel 5.11). LPT M. pruriens mempunyai
berat kering oven tertinggi ( 38,96-39,61% lebih tinggi) dibandingkan kedua jenis
lainnya.
tanah lebih tinggi dibandingkan pada umur 3 mst (Tabel 5.11). LPT tidak
38
Tabel 5.11
Pengaruh faktor tunggal umur panen dan jenis LPT terhadap
berat biomas kering oven dan pH tanah
Perhitungan indikator kualitas tanah merujuk pada Tabel 4.1 yaitu faktor
pembatas dan pembobotan relatif indikator kualitas tanah. Nilai yang didapatkan
dari hasil penelitian ini kemudian diberi bobot sesuai dengan indikator kualitas
Tabel 5.12
Perhitungan indeks kualitas tanah pengaruh LPT Mucuna pruriens
pada umur panen 3 mst terhadap perbaikan kualitas tanah
Skor pembobotan
No Indikator Hasil penelitian
relatif
1 Kadar air tanah (%) 13 3
2 Bobot Isi (g/cm3) 1,12 2
3 Porositas (%) 50,76 1
4 Kedalaman efektif (cm) 100 1
5 C-organik tanah (%) 3,57 2
6 N total tanah (%) 0,26 3
7 P tersedia tanah (%) 31,88 2
8 K tersedia tanah (%) 295 1
9 pH 6,57 1
Respirasi tanah (Mg-C-
9,53 2
10 CO2)
Total 18
nilai Soil Quality Rating, yaitu kelas kualitas tanah dihitung berdasarkan
penjumlahan bobot nilai tiap indikator kualitas tanah (Lal, 1994 dalam Sardiana,
SQR = OM + TP + ER .....................................................................................(5)
Keterangan :
SQR : soil quality rating (rating kualitas tanah)
OM : organic matter (bahan organik)
TP : faktor yang berhubungan dengan sifat kimia dan hara tanah
ER : faktor yang berhubungan dengan penurunan kualitas tanah akibat erosi
tanah terkait dengan keberlanjutan sistem pertanian menurut (Lal 1994 dalam
Sardiana, 2014), pada Tabel 4.2. Hasil perbandingan didapatkan bahwa penelitian
ini mampu meningkatkan kualitas tanah, karena nilai yang didapatkan <20 yaitu
PEMBAHASAN
dibenamkan pada umur panen yang tepat berpengaruh terhadap perbaikan kualitas
tanah secara fisik, kimia dan biologi tanah di lahan kering. Ini dibuktikan oleh
hasil penelitian pengaruh interaksi antar umur panen dan jenis LPT terhadap sifat
Jenis LPT dan umur panen menentukan berat biomassa segar ha -1 (Tabel
5.2). Mucuna pruriens pada umur panen 6 mst sudah menghasilkan biomasa yang
tinggi (51,37) yang tidak berbeda nyata dengan panen pada umur 9 mst dan
Phaseolus lunatus pada umur panen yang sama. LPT Mucuna pruriens
merupakan tanaman yang sangat adaptif pada kondisi kekurangan hara ataupun air
sehingga pemanfaatannya menjadi luas. Hal ini juga dibuktikan Mucuna pruriens
memiliki daya tumbuh yang cepat dibandingkan LPT lainnya (Lampiran 4).
Secara tunggal Mucuna pruriens memiliki biomassa berat kering tertinggi, yang
pertumbuhan yang cepat serta biomasa yang lebih berat, melebihi kedua jenis LPT
yang digunakan (Gambar 5.2) serta berat segar biomasa pun Mucuna pruriens
masih tetap tinggi jika dibandingkan dengan kedua jenis LPT Phaseolus lunatus
dan Crotalaria juncea (Lampiran 4). Hairiah et al. (1991) menyatakan bahwa
Mucuna pruriens sebagai tanaman LPT mampu tumbuh cepat di daerah tropis,
baik pada tanah masam dengan membentuk perakaran yang dangkal untuk
beradaptasi.
40
41
pertambahan ukuran sel. Sejalan dengan terjadinya peningkatan jumlah sel yang
dihasilkan maka jumlah rangkaian rangka karbon pembentuk dinding sel juga
meningkat yang merupakan hasil dari sintesa senyawa organik, air dan
dan Ross, 1992). Menurut Gardner et al. (1991) berat kering tanaman
LPT lainnya, hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh sumbangan bahan organik
dari biomassa yang secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan kedua
jenis LPT lainnya. Sumbangan bahan organik yang tinggi akan meningkatkan
jumlah aktivitas mikroba dalam tanah, yang juga ditemukan dalam penelitian ini
pada biomassa Mucuna pruriens sehingga hasil dekomposisi ini akan mampu
5.11). Selama dekomposisi bahan organik unsur hara Na, Ca, Mg, dan K terus
tertinggi pada umur panen 9 mst (39,93) walaupun tidak berbeda nyata dengan
produksi LPT Crotalaria juncea (37,90) pada 9 mst (Lampiran 4). Hasil penelitian
Umur panen LPT yang lebih awal turut memberikan pengaruh terhadap
dimanfaatkan sebagai pupuk hijau berkaitan dengan kandungan lignin yang akan
terbentuk dengan bertambahnya umur tanaman, yang akan menentukan cepat atau
lambatnya proses dekomposisi. Umur panen yang lebih awal akan memberikan
Hasil penelitian ini juga menujukkan perbaikan kualitas sifat fisik tanah
sebagai respon terhadap pembenaman biomassa LPT dengan umur panen yang
berbeda. Kadar air, dan porositas secara nyata meningkat, sedangkan berat
volume tanah menurun dengan pembenaman biomassa LPT pada umur tertentu,
Kadar air tertinggi diakibatkan oleh LPT Mucuna pruriens yang dipanen
pada umur panen 3 mst atau 6 mst ataupun LPT Crotalaria juncea pada umur
43
panen yang sama (Tabel 5.7). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
tanah. Sejalan dengan itu Erfandi et al. (1993) menemukan bahwa penggunaan
tanaman hijauan Mucuna sp. mampu meningkatkan kadar air tersedia tanah
Hasil pengamatan terhadap sifat fisik tanah lainnya (berat volume dan
dengan umur panen 9 mst mampu menurunkan berat volume tanah (1,11 g cm-3)
menjadi 0,93 g cm-3 sedangkan Crotalaria juncea pada umur yang sama
menurunkan berat volume tanah menjadi 0,96 g cm -3 (Tabel 5.8). Nilai porositas
tanah berbanding terbalik dengan nilai berat volume tanah, semakin rendah nilai
berat volume maka semakin tinggi nilai porositas tanahnya yang menunjukkan
Penurunan bobot isi tanah dalam penelitian ini mungkin disebabkan oleh
perkembangan akar tanaman LPT yang mampu menembus ruang pori yang padat.
Umur panen LPT pada 9 mst memberikan sumbangan bahan organik tanah yang
tinggi yang akan menyusun fraksi-fraksi dalam solum tanah yang akan
panen pada 9 mst memberikan nilai berat biomasa yang paling tinggi (Tabel 5.11),
kondisi ini berkaitan dengan jumlah hasil fotosintat yang ditampung selama
proses pertumbuhan, serta pada umur panen 9 mst LPT telah berbunga (Lampiran
4). Bahan kering adalah bahan tumbuhan setelah air yang terkandung di dalamnya
44
lama umur panen maka semakin banyak unsur hara yang tertambat yang dapat
Kurnia (1996 dalam Subagyo et al. 2004) menyatakan bahwa jenis LPT
Mucuna sp dapat memperbaiki sifat sifat tanah seperti berat isi, pori aerasi dan
Mucuna sp menunjukkan adanya perbaikan sifat fisik tanah seperti berat volume,
Kalium tanah, dan C-organik tanah. Hal ini dikarenakan peran bahan organik dari
biomasa LPT terhadap perbaikan sifat fisik tanah adalah menciptakan agregasi
tanah sehingga menciptakan kondisi tanah yang sarang dan menurunkan bobot isi
Terhadap sifat kimia tanah interaksi penentuan umur panen dan jenis
(Tabel 5.3), N-total tanah (Tabel 5.4), P tersedia (Tabel 5.5) dan K tersedia tanah
(Tabel 5.6) dibandingkan dengan hasil analisis awal serta perlakuan tanpa LPT
(kontrol). Karbon organik tanah merupakan salah satu komponen penyusun tanah
yang penting yaitu sumber substrat bagi mikroba tanah. Menurut Supriadi (2008)
panen 3 mst dengan menggunakan biomasa LPT Mucuna pruriens (3,57%) dan
nyata dengan Crotalaria juncea (3,19%) pada umur panen 3 mst dan 9 mst, serta
45
hasil ini lebih tinggi dari hasil analisis tanah awal dan perlakuan tanpa LPT
(kontrol).
Menurut Ruddiman (2007) sebagian besar karbon yang diserap oleh tanaman akan
biomassa, aktifitas mikroba dalam tanah serta umur tanaman. Menurut Mateus
(2014) kualitas beberapa LPT yang sama yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki kualitas yang tinggi. Crotalaria juncea memiliki rasio C/N yang paling
organik tanah pada umur panen 9 mst. Menurut Hairiah et al. (2000) bahan
organik yang berkualitas tinggi (kandungan N > 2,5%, kandungan lignin < 15%
umumnya diberikan oleh pembenaman biomassa LPT pada umur muda yaitu 3
mst. Peningkatan N-total tanah diberikan oleh LPT Mucuna pruriens (0,26%) dan
Phaseolus lunatus (0,26%) diikuti oleh Crotalaria juncea (0,21%) semuanya pada
umur panen 3 mst. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian
N total tanah serta kualitas tanah secara umumnya (Mateus, 2014; Agung et al.,
2014).
tanah, karena biomassa LPT yang mengandung nisbah rasio C/N rendah
(mempunyai kandungan N yang tinggi), selain faktor umur panen yang awal yang
(2006) menjelaskan bahwa kandungan hara pada biomasa LPT Crolaria juncea
yang berbeda-beda sesuai dengan umur tanaman, pada umur 2 mst tanaman
Crotalaria juncea mengandung 5,25% N dan 69,55% bahan organik, pada umur 4
mst mengandung 4,29% N dan 66,85% bahan organik, sedangkan pada saat umur
panen, akan berpengaruh pada kandungan nutrisi biomasa tanaman serta hara
yang disumbangkan ke dalam tanah. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa
dari ketiga jenis LPT yang digunakan, semuanya memberikan hasil terbaik pada
umur 3 mst. Data tersebut juga sesuai dengan yang dikatakan Salisbury dan Ross
(1991) bahwa laju penambatan N akan tinggi pada saat tanaman berada dalam
pembungaan dan pengisian biji sehingga kandungan nitrogen dalam daun menjadi
berkurang.
atmosfer oleh akar tanaman LPT yang bersimbiosis dengan bakteri rhizobium
yang akan berdampak pada peningkatan N tanah bila terdekomposisi (Nulik et al.,
47
(Lampiran 4), LPT Mucuna pruriens dan Crotalaria juncea telah membentuk
bintil akar. Penelitian Kuo et al. (1997) mendapatkan bahwa tanaman penutup
penutup tanah.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2014) bahwa penggunaan
pelepasan unsur P yang terikat oleh unsur Al sehingga unsur P menjadi tersedia.
Peningkatan P-tersedia tanah juga diberikan oleh jenis LPT lain yang digunakan
tersedia dalam tanah. Penggunaan LPT Crotalaria juncea, Mucuna Pruriens, dan
Unsur hara K merupakan jenis unsur hara yang sangat mobile dan
ketersediaannya dalam tanah juga dipengaruhi jumlah air. Hasil penelitian ini
tanah. Suwarto (2003) menemukan bahwa kadar lengas tanah yang berada
diantara kapasitas lapang sangat sesuai untuk ketersediaan K dalam tanah dan
organik tanah juga berdampak pada peningkatan unsur hara seperti N, P dan K,
yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme
tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata
(Tabel 5.10). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sumbangan bahan organik
yang tinggi dengan kadar air biomasa yang masih tinggi sehingga mudah untuk
bahan organik yang tinggi akan memberikan aktivitas mikroorganisme yang tinggi
pula.
LPT pada umur panen 6 mst dan 9 mst dari kondisi agak masam (6,5) menjadi
6,74 dan 6,77 (Tabel 5.11). Peningkatan pH ini disebabkan oleh umur tanaman
yang lebih tua menyumbangkan bahan organik yang lebih tinggi sehingga
pH tanah. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau
bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, diberikan pada tanah
Status kualitas tanah dalam penelitian ini yang diukur dengan soil quality
kualitas tanah cendrung memberikan nilai SQR yang lebih rendah. SQR
merupakan akumulasi faktor pembatas sifat-sifat tanah, semakin rendah nilai SQR
maka faktor pembatas sifat tanah semakin sedikit atau dengan kata lain tanah
tersebut memiliki kualitas tanah yang baik. Hasil penelitian ini menggunakan LPT
Mucuna pruriens pada umur panen 3 minggu setelah tanam (3 mst) memberikan
nilai SQR yang lebih rendah yaitu 18 atau termasuk kategori sangat baik (Tabel
5.12). Kualitas tanah sangat baik berarti praktek pertanian tersebut telah sesuai
2014).
BAB VII
7.1 Simpulan
secara fisik (melalui peningkatan kadar air tanah, penurunan berat volume
2. Umur panen LPT 3 minggu setelah tanam (mst) meningkatkan beberapa sifat
tanah sebagai parameter kualitas tanah seperti fisik (kadar air tanah), kimia
makin lama 9 mst lebih memperbaiki kualitas fisik melalui penurunan berat
3. LPT Mucuna pruriens dan Phaseolus lunatus pada umur panen 3 mst lebih
terhadap kualitas fisik tanah. LPT Phaseolus lunatus pada umur 3 mst
meningkatkan kadar air tanah, sedangkan Mucuna pruriens pada umur 3 mst
50
51
7.2 Saran
menggunakan jenis LPT yang digunakan dalam penelitian ini yang lebih
yang tinggi.
2. Penggunaan LPT Mucuna pruriens dan Phaseolus lunatus dengan umur panen
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., Dariah, A,. dan Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi
Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. Bogor: Jurnal Litbang Pertanian.
Adrialin, GS., Wawan., Venita. 2014. Produksi Biomassa, Kadar N dan Bintil
Akar Berbagai Leguminous Cover Crop (LCC) Pada Tanah
Dystrudepts. Jom Faperta, (1).
Anonim. 2002. Tropic sun, Sunn Hemp Crotalaria juncea L. Available: URL
http://www2.ctahr.hawaii.edu/sustainag/greenmanures/tropicsunnhemp.
asp.
Basuki, TM. 2011. Penanaman Mucuna sp selama masa bero sebagai upaya
pemeliharaan kesuburan tanah pada sistem agroforestri. Balai Penelitian
Teknologi Kehutanan, Pengelolaan DAS. Prosiding Seminar Nasional
Pertanian Organik.
Dariah, A.,Rachman, A., Kurnia, U. 2002. Erosi dan Degradasi Lahan Kering di
Indonesia. Bogor : Balai Penelitian Tanah.
Dewi, E.K., Nuraini, Y., Handayanto, E., 2014. Manfaat Biomasa Tumbuhan
Lokal Untuk Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen Tanah di Lahan
Kering Malang Selatan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. I (1) :
17-26.
53
Doran, J.W., Parkin, T.B. 1994. Defining and Assessing Soil Quality. p3-21. In:
J.W. Doran, D.C. Coleman, D.F. Bezdicek, B.A. Stewart (eds.),
Defining Soil Quality for a Sustainable Environment. SSSA Spec. Pub.
No. 35, Soil Sci. Soc. Am., Am. Soc. Argon., Madison, WI.
Erfandi, DI., Widjaja I P.G., Adhi., Ramli, M. 1993. Pengelolaan Usaha Tani
Lahan Masam Tropika Basah. Bogori : Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Bogor.
Goenadi, D.H. 2014. Penilaian Mutu Tanah Secara Cepat Berdasarkan Faktor
Penentu Biologinya. Menara Perkebunan : 82 (2).
Hairiah, K., Murdiyarso, D. 2007. Alih Guna Lahan dan Neraca Karbon
Teresterial. Word Agroforestry Centre-ICRAF. SE. Asia. Bogor
Indonesia. 88p.
Hairiah, K., Widianto, Utami, S. R., Suprayogo, D., Sunaryo, Sitompul, S. M.,
Lusiana, B., Mulia, R., van Noordwyk, M., Cadich, G. 2000.
Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Refleksi Pengalaman dari
Lampung Utara. ICRAF. Bogor. 187p.
Hidayat & Mulyani, 2002. Lahan Kering untuk pertanian dalam Teknologi
Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Badan Litbang Pertanian. Jakarta : Departemen Pertanian.
Kuo, S., Sainju, U.M., Jellum, E. J. 1997. Winter cover crop effects on soil
organic carbon and carbohydrate in soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 61:145-
152.
54
Noviastuti, E.T. 2006. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Tanaman Per Lubang
Tanam Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Orok-Orok (Crotalaria
juncea L.) (skripsi). Malang : Universitas Brawijaya.
Nulik, J., Dalgliesh,N., Cox., K., Gabb, S. 2013. Mengintegrasikan Legum Herba
ke dalam Sistem Tanaman dan Ternak di Indonesia Bagian Timur.
ACIAR Monograph No. 154a. Canberra : Australian Centre for
International Agricultural Research.
Puja, I.Y. 2008. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian. Denpasar : Universitas Udayana.
Rachman, A., Dahria, A., Santoso, J. 2006. Pupuk Hijau. p.41-58. Dalam:
R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini
dan W. Hartatik (eds.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor : Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Ratnawaty, S & Riwu Kaho L.M. 2011. Efisiensi Pemanfaatan Pupuk di Lahan
Pasca Penanaman Leguminosa Terhadap Produktivitas Jagung Lamuru
di desa Naibonat, Nusa Tenggara Timur. J. Ternak Tropika. 12(1) : 35-
43.
Reijntjes, C., Haverkort B., Bayer, A.W. 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar
untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (Y.Sukoco,
Pentj). Yogyakarta : Kanisius.
Ruddiman, W. 2007. Losses of soil carbon Plows, Plagues, and Petroleum: How
Humans Took Control of Climate. Princeton, NJ: Princeton University
Press. 202p.
55
Salisbury, F & Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Edisi IV. (Diah Lukman dan
Sumaryono, Pentj). Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Sanchez, P.A. l992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. (Johana T. Jayadinata,
Pentj). Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sardiana, I K. 2014. Simpanan Karbon Organik, Kualitas Tanah, dan Hasil Caisin
(Brassica chinensis) pada Pertanian Organik dan Konvensional di
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. (disertasi). Denpasar :
Universitas Udayana.
Subagyo, K., Haryati, U., Talaohu, S.H., 2004. Teknologi Konservasi Air Pada
Lahan Kering dalam Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering
Berlereng. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
Agroklimat Bogor.
Sumarni. 2014. Upaya Optimalisasi Kesuburan Tanah melalui Pupuk Hijau Orok-
Orok (Crotalaria juncea) pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.).
dalam Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014,
Palembang 26-27 September 2014.
Suntoro. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan
Tanah Pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Suntoro. 2009. Tanaman Orok-orok (Crotalaria juncea L.) cocok sebagai pupuk
hijau. Available : file:///D:/orok-orok/orok-oroksuntoro.htm.
Lampiran 1
Hasil Analisis Tanah Awal Sebelum Percobaan
No Sifat Tanah Nilai Keterangan
1 Sifat Fisik Tanah
a. Tekstur
Liat (%) 34,31
Debu (%) 46,01 Lempung Liat Berdebu
Pasir (%) 19,68
b. Kadar Air
Kering Udara (%) 11,35
Kapasitas Lapang (%) 34,57
Lampiran 2
Hasil Analisis Kandungan Kimia Beberapa Jenis Legum Penutup Tanah
Jenis LPT
Komposisi Sifat Kimia LPT Mucuna Crotalaria Phaseolus
pruriens juncea lunataus
a. N total (%) 3,21 4,19 3,48
b. P total (%) 0,15 0,25 0,37
c. C total (%) 46,06 39,22 42,72
d. C/N 14,35 9,36 10,37
e. C/P 307,94 156,88 115,46
f. K (%) 0,98 0,39 1,37
g. Lignin (%) 11,52 9,64 11,36
h. Polifenol (%) 7,86 3,76 4,01
Sumber : Mateus, (2014)
57
LPT Mucuna pruriens umur 2 mst LPT Phaseolus lunatus umur 2 mst
a b
59
Bintil akar pada LPT a) Crotalaria juncea dan b) Mucuna pruriens pada umur 3 mst
a b
a b
LPT a) Phaseolus lunatus dan b) Mucuna pruriens pada siang hari pukul 13.00
menutup daun, adaptasi terhadap penguapan
a b
LPT a) Phaseolus lunatus dan b) Mucuna pruriens pada sore hari pukul 17.30
membuka kembali daun secara normal
Keragaan LPT Crotalaria juncea pada umur 9 mst