Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan kumpulan penyakit berupa glaukoma opticneupati
(kelainan saraf optik pada glaukoma) dengan disertai hilangnya lapang pandang
dimana tekanan bola mata diduga merupakan faktor risiko utama. Gangguan pada
saraf optik ini masih belum jelas mekanismenya dan telah disepakati bahwa
gangguan ini tidak seluruhnya berkolerasi dengan tekanan bola mata.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang asuhan
keperawatan pada penyakit glukoma.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami tentang asuhan
keperawatan pada penyakit glaukoma.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I Penginderaan.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini menggunakan study kepustakaan dan
buku berhubungan dengan judul tersebut yang kiranya dapat dijadikan panduan
dalam penyusunan makalah ini.
A. Pengertian Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah suatu penyakit di mana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh
peninggian tekanan intraokuler, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta
defek lapang pandang yang khas.
Peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan glaukoma. Glaukoma
merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum. Tekanan intraokuler
normal kurang lebih 15mmHg, dengan rentangan 12 20mmHg (Guyton, 1991).
Glaukoma muncul ketika tekanan intraokuler mencapai tingkat patologi yaitu 60
70mmHg. Tingkat tekanan sebesar 20 30mmHg dalam waktu yang lama bisa
mengakibatkan hilangnya penglihatan. Pada glaukoma akut, tekanan yang ekstrem
bisa mengakibatkan kebutaan dalam beberapa jam.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aqueous
humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aqueous
humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik
mata depan, keadaan jalinan traberkulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada
20mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi.
Semua pemeriksaan terhadap mata harus mencakup pengukuran tekanan
intraokuler. Karena hilangnya penglihatan bisa muncul tanpa gejala, maka
diagnosa dan penanganan glaukoma sejak dini sangatlah penting. Semua orang
yang berusia diatas 40 tahun harus mengukur tekanan intraokuler setiap tahun.
Ada dua cara pengukuran tekanan intraokuler :
1. Tonometry adalah pengukuran tidak langsung tekanan intraokuler.
Segera sesudah tetes mata anestetik lokal diberikan, maka footplate
tonometer ditempatkan pada kornea untuk mengukur tekanan.
B. Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer biasanya ditemukan pada pasien berusia diatas 60
tahun. Hal ini merupakan penyakit bawaan pada bayi dan anak anak.
Ada dua bentuk glaukoma primer :
a. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan jenis glaukoma kronik sederhana yang paling
sering terjadi. Pada glaukoma jenis ini, aliran melalui kanal
Schlemn mengecil. Namun sesuai dengan namanya, sudut antara
iris dan kornea tempat dimana cairan aqueos humor mengalir
tetap terbuka. Glaukoma sudut terbuka biasanya terjadi di kedua
mata.
Tanda dan gejala meliputi hilangnya penglihatan perifer,
sakit kepala ringan dan kesulitan dalam beradaptasi dengan
cahaya. Penyakit ini berkembang secara bertahap. Pasien
seringkali tetap tidak merasakan gejalanya, bahkan sesudah terjadi
kehilangan penglihatannya.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder akibat dari infeksi, katarak, tumor atau pendarahan.
Selanjutnya perdarahan atau infeksi intraokuler menghasilkan debris.
Debris tersebut berakumulasi pada aqueous humor kemudian terjebak
dalam trabekula yang menghadap ke kanal Schlemn. Sehingga akumulasi
darah atau infeksi meningkatkan tekanan akibat dari pemenuhan ruang dan
mampetnya trabekula.
Keadaan ini dapat disertai rasa sakit pada mata yang mula mula hilang
timbul tetapi akhirnya dapat terus menerus. Tekanan bola mata sangat tinggi
sehingga bola mata menjadi keras bagaikan batu.
2. Glaukoma Afakia
Glaukoma afakia adalah glaukoma sekunder yang terjadi sesudah operasi
pengeluaran lensa yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengeluaran
aqueous melalui trabekulum. Terdapat dua mekanisme penutupan sudut, yaitu
yang dimulai dengan hambatan pupil (papillary block) dan penutupan langsung
sudut bilik mata depan (angle block).
Hambatan pupil juga akan menghasilkan penutupan sudut bila iridektomi
tak berfungsi. Seperti diketahui sesudah suatu operasi katarak dapat terjadi
peradangan berupa uveitis/iridosiklitis yang menyebabkan terjadinya
perlekatan antara pupil dengan membrane hialoid sehingga terjadi hambatan
pupil yang dapat menyebabkan terjadinya kolaps bilik mata depan dan suatu
goniosinekia. Kolaps bilik mata depan bisa juga terjadi akibat bocornya jahitan
atau terlambatnya pembentukan bilik mata depan karena terlambatnya
penutupan luka. Hal hal ini dapat menyebabkan terjadinya penutupan sudut
bilik mata depan atau goniosinekia. Penutupan sudut bilik mata depan sebesar
2/3 bagian (2400) dapat menyebabkan glaukoma.
Pengobatan :
Sedapat mungkin dengan obat obatan. Bila dengan obat obatan tak
dapat di atasi, baru dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan :
Pengobatan loe tension glaucoma ditujukan pada menurunkan tekanan bola
mata ke titik yang lebih rendah. Miotika dan obat obatan simpatomimetik
dapat dicoba.
5. Glaukoma Hipersekresi
Glaukoma hiperekskresi adalah suatu jenis glaukoma sudut terbuka dengan
outflow facility yang normal. Hipersekresi biasanya terjadi hilang timbul
dengan produksi aqueous humor yang meninggi. Pada waktu terjadi sekresi
yang berlebihan, tekanan bola mata meninggi dan berkisar antara 20 30
mmHg, kemudian terjadi kerusakan pada papil saraf optic dan gangguan lapang
pandangan yang khas glaukoma. Kalau tidak terjadi sekresi yang meninggi,
maka semua keadaan ditemukan normal, kecuali kelainan papil saraf optik dan
kampus yang sudah terjadi. Pada setiap keadaan ini outflow facility tetap
normal. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita berumur antara 40 60
tahun dengan hipertensi sistemik yang neurogen.
Pengobatan :
Biasanya berhasil baik dan sebagai obat pilihan ialah epinefrin topical (hati
hati dengan hipertensi) dan penghambat karbonik anhidrase.
Pengobatan :
Bila pengobatan medikamentosa dengan midriatika yang kuat seperti sulfas
atropine 4% dan 10% tidak berhasil, maka harus dilakukan operasi berupa
penghisapan aqueous humor dan badan kaca melalui sklera disertai
pembentukan kembali bilik mata dengan memasukkan udara.
7. Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler baru (neovaskuler) di permukaan iris.
Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik mata depan dan berakhir pada
trabekulum. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti kelainan
pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh
darah sistemik dan penyakit tumor mata. Pada pemeriksaan tonografi dan
gonioskopi ditemukan kelainan yang progresif.
Pengobatan :
Pengobatan :
a. Dapat diberikan obat-obatan anti glaukoma.
b. Bila tidak berhasil atau bila terdapat iris bombe dapat
dilakukan iridektomi perifer atau iridenkleisis.
c. Operasi pengeluaran lensa merupakan cara untuk
menghilangkan penyebab utamanya dan hal ini merupakan
pengobatan yang paling berhasil.
Pengobatan :
Pengobatan biasanya ditujukan untuk memperlancar hubungan antara bilik
mata belakang dengan bilik mata depan, baik dengan iridektomi perifer
maupun dengan pemberian midriatika.
Pengobatan :
Pengobatan dapat diberikan dengan memberikan penghambat karbonik
anhidrase, kortikosteroid sistemik atau topikal, midriatika berdaya kerja singkat
menurut kebutuhan.
D. Pengobatan
1. Manajemen Bedah
2. Manajemen Farmakologi
Obat obat farmakologi dan antiglaukoma sangat penting dalam
manajemen glaukoma. Tidak ada hubungan fisiologi antara glaukoma dan
hipertensi. Satu satunya persamaannya adalah bahwa pasien yang mengidap
penyakit ini memerlukan manajemen farmakologi seumur hidup. Sekali pasien
didiagnosa mengidap glaukoma, maka penting bagi perawat untuk
mengutamakan pengobatan harian dan pemeriksaan mata setiap tahun.
Pasien yang menggunakan obat antiglaukoma seharusnya memperhatikan
mengenai interaksi obat. Perawat harus menginstruksikan pada pasien untuk
menghindari setiap bentuk obat flu dan obat tidur. Pasien yang menderita
glaukoma sudut sempit atau glaukoma sudut tertutup harus menghindari
atropine dan anticholinergic lain misalnya obat obat midriatikum yang
berefek melebarkan pupil. Obat obatan yang sering dipakai untuk glaukoma
meliputi miotik, midriatik, beta adrenergic dan carbonic anhydrase inhibitor.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3. Pemeriksaan diagnostik
a) Tonometri digunakan untuk mengukur TIO. Glukoma dicurigai bila TIO
lebih besar dari 22 mmHg.
b) Gonioskopi memungkinkan halo oftamologi melihat secara langsung ruang
naterior untuk membedakan antara glukoma sudut tertutup dan glukoma
sudut terbuka.
c) Oftamoskopi memungkinkan pemeriksa melihat secara langsung diskus
optik dan struktur mata internal.
4. Kaji pemahaman klien pasien tentang kondisi dan respon emosional terhadap
kondisi dan rencan tindakan.
C. Diagnosa Keparawatan
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan glaukoma akut
BAB IV
PENUTUP
B. Saran
Menurut kelompok, hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma, secara
cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani. Dan kami
kelompok mengharapkan dari pembaca kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga asuhan keperawatan pada glaukoma ini, dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA