Professional Documents
Culture Documents
Menurut Lilik Mulyadi definisi mengenai saksi mahkota, yaitu saksi yang
berasal dari atau diambil dari salah seorang tersangka atau terdakwa lainnya
yang bersama-sama melakukan tindak pidana, dan dalam hal mana kepada
saksi tersebut diberikan mahkota: adapun mahkota yang diberikan kepada
saksi yang mempunyai status terdakwa tersebut adalah dalam bentuk
ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau dimaafkan atas kesalahan
yang pernah dilakukan
Jika mengacu pada ketentuan Pasal 66 KUHAP dan Article 14 point 3 point
g ICCPR yang mengatakan bahwa Terdakwa tidak boleh dipaksa untuk
mengaku bersalah, maka seorang terdakwa tidak dibebankan suatu beban
pembuktian dan tidak dapat dipaksa untuk bersaksi atas dirinya sendiri atau
dipaksa mengaku bersalah (asas non-self incrimination), bahkan dalam Pasal
175 KUHAP pun seorang terdakwa memiliki hak ingkar (right to remain
silent), yaitu untuk menolak menjawab pertanyaan yang diajukan pada dirinya
di dalam persidangan, maka dengan demikian rasanya mustahil untuk
menghadirkan seorang yang secara bersama-sama bertindak sebagai
terdakwa dalam acara pemeriksaan di suatu sidang pengadilan. Hal ini
tercermin secara parsial melalui Pasal 189 ayat (3) KUHAP bahwa
keterangan terdakwa hanya dapat dipergunakan bagi dirinya sendiri, dan
tidak adanya pengakuan terdakwa sebagai alat bukti yang sah sebagaimana
diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, serta Pasal 168 KUHAP tentang
pengecualian yang bersifat relatif untuk menjadi saksi.
a. Saksi harus mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu (pasal 160
ayat (3) jo. pasal 185 ayat (7) KUHAP)
b. Keterangan saksi dinyatakan secara lisan melalui alat komunikasi audio
visual /teleconference di muka sidang pengadilan (merupakan
perluasan dari pasal 185 ayat (1) KUHAP)
c. Isi keterangan harus mengenai hal yang saksi lihat, dengar, dan alami,
serta menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu (pasal 1 angka 27
KUHAP)
d. Keterangan saksi tersebut saling bersesuaian satu sama lain (pasal 185
ayat (6) KUHAP)