Professional Documents
Culture Documents
APENDIKTOMI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK: II / TINGKAT : II.D
DOSEN PEMBIMBING :
Lukman, S.Kep, Ns, MM, M.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
Apendiktomi
kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
diselesai dengan baik. Oleh karena itu, masukan, saran, kritik, dan usul yang sifatnya
untuk perbaikan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu serta rekan rekan sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi
masukan sehingga makalah ini dapat di selesaikan dan kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kelompok I
2
DAFTAR ISI
Halaman cover........................................................................................ 1
Kata Pengantar 2
Daftar isi 3
Bab I Pendahuluan.. 4
a. Latar belakang.. 4
b. Rumusan Masalah ............................................................... 4
c. Tujuan Penulisan. 4
Bab II Pembahasan..... 6
Bab III Penutup... 22
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka. 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis atau usus buntu bagian dari usus besar yang muncul secara corong dari
sekum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh
beberapa isi usus. Juga sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks
bereaksi secara hebat dan hiper aktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam
rongga abdomen (Syaifuddin, 1997).Apendisitis kronis adalah penyebab tersering operasi
pada pasien dengan nyeri abdomen. Insiden tertinggi pada orang dewasa tetapi segala usia
mungkin dapat terkena juga. Apendisitis disebabkan karena tersumbatnya lumen oleh benda
asing, fekalik, tumor atau parasit, mukosa sering mengskresi cairan di bawah penyumbatan
intra luminal meningkat, mukosa mengalami hipoksia dan penimbunan tukak, dan bakteri
menyerang dinding . (Darma Adji, 1992).
Tanda dan gejala apendiks secara umum biasanya bermula dari nyeri di daerah
umbilicus dan berhubungan dengan muntah. Dalam 2 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran
kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk selain itu juga
terdapat tanda-tanda anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga
terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Salah satu pengobatan pada apendisitis kronis adalah apendiktomy yaitu tindakan
pembedahan untuk memotong apendiks yang mengalami peradangan. Apendiktomy harus
dilakukan segera sesudah kondisi pasien memungkinkan, untuk merawat post operasi
apendiktomy perawat harus mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara
komprehensif dan paripurna. Masalah-masalah yang timbul akibat luka insisi setelah
dilakukan apendiktomy dapat berupa pendarahan, shock, gangguan pernafasan, infeksi dan
nyeri biasanya akan timbul akibat luka insisi yang dapat mempengaruhi mobilisasi, nafsu
makan yang menurun, gangguan istirahat dan merasa kurang nyaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan apendisistis dan apendiktomi ?
2. Bagaimana Etiologi dan Patofisiologi dari apendisitis ?
3. Bagaimana Gejala Klinis dari apendisitis dan kaitannya dengan apendiktomi?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien post apendiktomi ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah I
4
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai apendiktomi
3. Dapat melakukan asuhan keperawatan yang benar sesuai dengan masalah yang
dibahas, dalam hal ini adalah asuhan keperawatan pada pasien apendiktomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
5
Apendiktomy ialah suatu tindakan pengangkatan apendiks yang terimflamasi dengan
menggunakan pendekatan endoskopi (Jones DJ 1997).
Apendiksitis ialah suatu peradangan usus buntu yang umumnya disebabkan oleh
sumbatan, sumbatan tersebut disebabkan oleh hiperflasia kelenjar getah bening, fekalit (feses
yang menjadi keras) benda asing, tumor. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung
panjangnya kira-kiira 10cm (berjarak 3-15cm) dan pangkal sekum, lumennya sempit dibagian
proksimal dan melebar dibagian distal, namun pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar
pada pangkalnya dan menyempit kearah ujung nya, keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendiksitis pada usia itu
Fungsi apendiks tidak diketahui, kadang-kadang apendiks disebut tonsil abdomen
karena ditemukan banyak jaringan limfoid sejak intra uteri akhir kehamilan dan mencapai
puncaknya kira-kira 15 tahun,yang kemudian mengalami atrofi serta praktis menghalang
pada usia 60 tahun.diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme imunologi.
dengan kekurangan jaringan limfoid terjadi fibrosit dan pada kebanyakan kasus timbul
kontriksi lumen atau obriteri (Sueparman 1990).
B. Klasifikasi Apendisitis
Apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendiks akut dan apendiks kronik
Apendisitis Akut
Apendisitis akut sering timbul dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut adalah nyeri samar-samar
dan tumpul, nyeri visceral didaerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering di
sertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Di sini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya. Sehingga merupakan nyeri somatik
setempat.
Apendisitis Kronik
Diagnosis apendiksitis kronik baru dapat di tegakkan jika di penuhi semua syarat:
6
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama di mukosa, dan sel inflamasi kronik. (Sjamsuhidajat, 2004).
C. Etiologi
Apendiksitis menurut Sjamsuhidajat ( 2004 ) merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh
obstruksi atau penyumbatan akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks
3. Tumor appendik
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
D. Patofisiologi
7
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (Price,
2005).
E. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal (tanda penyakit akan timbul) berupa lemas mual dan muntah,
gelisah, perut terasa tak enak kadang-kadang terasa sakit di sekitar pusat lalu pidah ke perut
kanan bawah. Pasien sering tidur dengan paha kanan ditekuk bila pahanya diluruskan
apendiks akan terangsang sehingga akan menimbulkan perasaan sakit.bila perut kanan
ditekan terasa sakit,pada wanita bila ditemukan nyeri tekan dada perut kanan bawah harus
dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal taucher) untuk membedakan dengan peradangan tuba
atau ovarium. Demam biasanya tidak terlalu tinggi 39 C 40 C biasanya bukan disebabkan
oleh apendiks,bila suhu meningkat dengan tiba-tiba perlu dipikirkan terjadinya perforasi
apendiks. Penderita mengeluh tidak dapat buang air besar dalam beberapa hari (konstipasi)
dan pada anak-anak sering ditemukan mencret (Oswari E 1993).
F. Penatalaksanaan
8
memberikan kata kata pada lokasi pembedahan sesuai dengan tipe tipe pembedahan
antara lain ektomi (pengakatan organ ), thapy (penjahitan ), ostomi (mebuat lubang ),
plasti (perbaikan menurut bedah plastik ).
H. Pengobatan
0
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan
nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer & Bare, 2002).
I. Asuhan Keperawatan Pasien Apendiktomi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data atau
informasi dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan penderita tersebut.
9
Analisa riwayat keperawatan / kesehatan.
1. Anamnese
a. Identitas Pasien b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Jenis kelamin : Jenis Kelamin :
Suku/bangsa : Suku/bangsa :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Pendidikan : Pendidikan :
Alamat : Alamat :
Tanggal masuk RS : Hub. Dengan Pasien :
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut yang hebat, sehingga pasien merintih kesakitan,
terjadinya mual dan muntah kehilangan nafsu makan, perut gembung berisi angin dinding
perut terasa keras seperti papan yang disebabkan oleh reaksi dinding perut untuk melindungi
bagian yang sakit dan pada pasien Post operasi Umumnya nyeri perut pada bekas insisi,
terjadinya konstipasi, tidak ada nafsu makan, pasien sesak dan ansietas.
3. Diagnosa Medis
-
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengalami nyeri abdomen kolik, sentral dan kostan yang berhubungan
dengan anoreksia mual dan muntah, setelah beberapa hari nyeri berpindah ke fosa
iliaka kanan. Terjadinya kemerah-merahan, tadikardia, demam sampai 38 0C.
Sesudah operasi appendiks umumnya pasien mengeluh nyeri tekan di daerah apendik,
badan terasa panas tidak ada nafsu makan, lemas dan pasien merasa sesak karena
pengaruh anastesi.
10
5. Pola-pola Fungsi Kesehatan Pasien
a. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien Pre operasi Umumnya pasien mengkonsumsi makanan yang rendah serat
dan juga makanan yang banyak mengandung biji-bijian.Dan pada pasien Post
operasi biasanya pasien tidak ada nafsu makan karena dipengaruhi oleh adanya
nyeri di daerah abdomen yang disertai pengaruh anastesi.
Pola minum Pre operasi dan post operasi Umumnya pola minum pasien tidak
mengalami gangguan.
b. Pola Eliminasi
Apakah ada gejala pada eliminasi alfin maupun urin pada klien sebelum dan
setelah masuk rumah sakit . Pada pasien apendiktomi biasanya sebelum operasi
apendiktomi Umumnya BAB dan BAK tidak mengalami gangguan. Setelah Post
operasi apendiktomi . Biasanya pola BAB dan BAK mengalami gangguan karena
pengaruh anastesi.
11
f. Pola persepsi dan Konsep Diri
Apakah terjadi gejala pada konsep diri klien sebelum dan setelah Masuk Rumah
Sakit dan bagaimana dengan persepsi klien tentang penyakit saat ini. Pada pasien
apendiktomi pre dan post operasi apendiktomi pasien tidak mengalami adanya
gangguan konsep diri.
6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dikaji keadaan seluruh tubuh dimulai dari kepala dan leher,
thorak, addominalis, anus, genetalia, ekstremitas dan integumen.
Data pre operasi
a) Inspeksi
Pada pasien apendisitis biasanya keadaan umum lemah, ekspresi wajah cemas.
b) Palpasi
Pada pasien apendisitis biasanya terdapat nyeri tekan pada perut kanan bawah.
c) Perkusi
12
Pada pasien apendisitis terdapat nyeri ketok, pekak hati.
d) Auskultasi
Pada pasien apendisitis biasanya bising usus tidak ada, pergerakan peristaltik usus,
detak jantung serta bunyi nafas normal.
Data post operasi
a) Inspeksi
Pada pasien apendisitis biasanya keadaan umum lemah, disebabkan nyeri pada luka
operasi dan juga terlihat perut kembung.
b) Palpasi
Pada pasien apendisitis terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dimulai dari
sisi yang tidak sakit untuk menyesuaikan tangan pemeriksa pada perut penderita.
c) Perkusi
Pada pasien apendisitis terdapat nyeri ketok, pekak hati (jika terjadi peritonitas, pekak
ini hilang oleh karena bocoran usus, maka udara bocor)
d) Auskultasi
Pada pasien apendisitis biasanya bising usus tidak ada, (oleh karena peritonitis)
sedangkan jika nyeri ketok tersebut di satu tempat (titik Mc. Burney) maka tidak ada
peritonitis lokal, jika nyeri di seluruh abdomen, maka terjadi peritonitis umum (bila
terjadi perforasi apendik).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan leokosit : urine
Terdapat peningkatan leukosit di atas 12000/mm2, netrofil meningkat sampai 75 %
Pemeriksaan darah (HB)
Sel darah putih total meningkat di atas 10000/m 2 pada 85% pasien dan tiga perempat
mempunyai hitung deferensial sel darah putih yang abnormal.
Foto abdomen
Dapat dinyatakan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalik) ileus
terlokalisasi.
B. Diagnosa Perawatan
Dari hasil pengkajian keperawatan yang telah diuraikan di atas maka selanjutnya data
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yang terdiri dari data pre operasi dan post
operasi yang meliputi data subjektif dan data objektif.
13
Data objektif pada post operasi
Perut kembung berisi angin
Perut keras seperti papan
Terjadi kemerah-merahan pada pasien
Suhu tubuh meningkat 38,3 OC
Ekpresi wajah cemas
Nyeri tekan pada perut kanan bawah
Terjadi pekak hati
Berdasarkan analisa yang diperoleh dari pengkajian di atas maka ditemukan beberapa
masalah yang dihadapi oleh pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan, diagnosa
keperawatan yang timbul pada post operasi apendiktomy sebagai berikut :
1) Risiko terhadap perubahan fungsi pernafasan yang berhubungan dengan imobilitas
skunder terhadap status pasca anestesi dan nyeri
2) Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap
bakteri skunder terhadap luka
3) Nyeri yang berhubungan dengan interupsi bedah struktur tubuh flatus dan imobilitas
4) Risiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka dan
penurunan masukan skunder terhadap nyeri, mual, muntah dan pembatasan diet.
5) Risiko terhadap konstipasi kolon yang berhubungan dengan peningkatan peristaltik
skunder terhadap imobilitas dan efek anastesi dan narkotika.
6) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan keletihan skunder terhadap
anastesi, hipoksia jaringan dan ketidak cukupan masukan cairan dan nutrisi.
14
7) Risiko terhadap infeksi penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dngan
ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan letak operasi, pembatasan (diet,
aktivitas) obat-obatan, tanda dan gejala komplikasi dan perawatan lanjutan.
C. Perencanaan Keperawatan
Kriteria hasil : Pasien dapat menunjukkan penyebuhan dengan bukti tepi luka utuh
Intervensi Keperawatan :
Pantau terhadap tanda dan gejala infeksi
Lakukan langkah-langkah untuk mencegah infeksi
Pertahankan balutan peli utera satu lapis untuk 24 sampai 48 jam
Konsultasikan dengan perawat ahli untuk tindakan lebih spesifik.
15
Rasionalisasi :
Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan darah dalam aliran
limfe. Tindakan ini membantu mencegah masuknya mikro organisme ke dalam luka
dan juga mengurangi resiko tranmisi infeksi pada orang lain.
Balutan ini mempertahankan lingkungan lembab yang meningkatkan imigrasi epitel
terbaik dan melindungi luka dari masuknya mikro organisme.
Penatalaksanaan luka komplek atau kerusakan penyembuhan memerlukan konsultasi
keperawatan ahli
3) Nyeri yang berhubungan dengan interupsi struktur tubuh, flatus, dan imobilitas.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan penurunan progresif dari nyeri dan peningkatan
aktivitas
Intervensi
Kolaborasikan dengan pasien untuk menentukan intervensi pereda nyeri yang
efektif
Kurangi rasa takut pasien dan luruskan setiap misinformasi
Berikan pereda nyeri yang optimal dengan analgesik
Berikan latihan
Tingkatkan pasien ke ambulasi tanpa bantuan bila mungkin
Rasionalisasi
Pasien yang mengalami nyeri dapat merasa kehilangan kontrol terhadap tubuh dan
hidupnya
Pasien yang disiapkan untuk prosedur yang menimbulkan nyeri dengan penjelasan
detil tentang sensori yang akan dirasakan biasanya mengalami sedikit stress dan nyeri
dari pada menerima penjelasan.
Narkotika dapat menekan pusat pernafasan pada otak
Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen.
Berjalan akan meningkatkan aliran balik vena, mencegah stasil vena,
mengembangkan jaringan paru.
4) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, yeng
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan
luka dan penurunan masukan sekunder terhadap nyeri, mual, muntah, pemembatasan
diet.
Kriteria hasil : Pasien akan melanjutkan pencernaan kebutuhan nutrisi harian yang
diperlukan, yang mencakup :
16
Pemilihan dari empat kelompok makanan
2000 sampai 3000 ml cairan
Serat, vitamin, dan mineral adekuat
Intervensi :
Jelaskan pentingnya masukan nutrisi harian optimal
Pantau status hiper metabolisme
Diskusikan kebutuhan nutrisi dan sumber diet
Ambil tindakan untuk menghilangkan nyeri
Lakukan tindakan untuk mengurangi mual
Pertahankan hygiene oral yang baik setiap waktu
Berikan agen antiemetik sebelum makan bila diindikasikan
Rasionalisasi :
Penyembuhan luka memerlukan masukan cukup protein, karbohidrat, vitamin dan
mineral untuk pembentukan fibroblas
Hiper metabolisme diperkirakan 3 sampai 4 hari pertama pasca operasi.
Komplikasi utama trauma dan sepsis meningkatkan laju metabolisme dari 10%
sampai 50%
Nyeri menyebabkan keletihan dan mual yang dapat menurunkan nafsu makan
Anjurkan cepat merangsang pusat muntah dengan pembangkit eferen
Mulut yang bersih dan segar dapat merangsang nafsu makan
Antiemetik, mencegah mual dan muntah
5) Risiko terhadap konstipasi kolonik yang berhubungan dengan penurunan peristaltik
sekunder terhadap mobilitas serta efek anestesi dan narkotika.
Kriteria hasil : Pasien dapat memiliki fungsi usus efektif pra operasi
Intervensi :
Kaji bising usus untuk menentukan kapan memberikan cairan
Jelaskan efek aktivitas harian pada eliminasi
Beri tahu dokter bila bisingnya tidak terdengar dalam 6 10 jam.
Rasionalisasi :
Adanya bising usus menunjukkan kembalinya peristaltik
Aktivitas mempengaruhi eliminasi usus dengan memperbaiki tonus otot abdomen,
dan merangsang nafsu makan
Tidak adanya bising usus dapat menandakan paralitik ileus.
17
Intervensi :
Dorong kemajuan tingkat aktivitas pasien
Tingkatkan aktivitas perawatan diri pasien dan perawatan diri parsial
Rencanakan periode istirahat teratur sesuai jadwal harian pasien
Rasionalisasi :
Peningkatan aktivitas secara bertahap memungkinkan system kardio pulmonal
pasien untuk kembali pada status pra operasinya.
Partisipasi pasien dengan perawatan diri memperbaiki fungsi fisiologisnya dan
mengurangi kelelahan.
Periode istirahat teratur memungkinkan tubuh untuk menghemat dan memulihkan
energi.
Kriteria hasil : Kesiapan dan kemampuan untuk belajar serta dan menyerap informasi
Intervensi :
Pertegas pembatasan aktivitas sesuai indikasi
Tinjau ulang dengan pasien dan keluarga tujuan dosis, pemberian dan efek
Bila mana memungkinkan beri intruksi tertulis atau video tambahan
Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga tentang informasi yang diberikan.
Rasionalisasi :
Menghindari aktivitas tertentu, menurunkan resiko dehisens luka sebelum
pembentukan jaringan parut
Pengetian yang menyeluruh dapat membantu mencegah kesalahan pemberian
obat.
Vidio dan intruksi tertulis dapat memberikan sumber informasi untuk
dipergunakan di rumah.
Pasien dan keluarga meminta untuk bertanggung jawab terhadap perawatan bila
mereka cemas, nyeri dan sebagainya.
D. Implementasi
18
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan pengelolaan dan perwujudan serta
rencana tindakan keperawatan yang terdiri dari kriteria hasil intervensi dan rasionalisasi.
Pelaksanaan dari asuhan keperawatan meliputi rencana-rencana tindakan oleh perawat,
anjuran dokter dan ketentuan-ketentuan di rumah sakit. Bagi seseorang perawat yang
profesional dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang luas dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dapat sehingga dapat memperoleh hasil yang
diharapkan.
E. Evaluasi
Apabila masalah pasien teratasi maka dilakukan tindakan lanjutan, tetapi bila masalah
pasien sama sekali tidak teratasi atau timbul masalah baru maka perawat harus tetap berusaha
untuk mengawasi masalah yang dihadapi pasien dan meninjau kembali rencana keperawatan
yang telah dilaksanakan dan menyesuaikan dengan masalah yang baru timbul.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis kemukakan antara lain
Keberhasilan perawatan dan pengobatan apendiktomy sangat diharapkan adanya kerja
sama antar pasien,. perawat, maupun tim medis sehingga tercapainya derajat kesehatan yang
optimal.
Dalam penyelesaian laporan studi kasus ini penulis mempunyai banyak kekuarangan
dan untuk kesempurnaan laporan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dan pembaca khusunya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21