You are on page 1of 7

APR

04
ASMA BRONKIAL PADA IBU HAMIL
Categories: MATERNITAS
Diposting oleh ARIFAH NUR KHASANAH
0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Asma bronchial adalah suatu penyakit inflamasi kronik saluran napas, dimana
otot polos berkontraksi berlebihan dan memberi respon abnormal terhadap
stimulus eksternal (hiperaktivitas bronchial) dan adanya remoding paru (aisway
remodeling-sub basement).
Patogenesis penyebab asma bronchial didasarkan pada factor penyebab
rangsangan sehingga timbulnya serangan asma bronchial (heru sundaru 2003)
Obstruksi saluran napas kronik berdasarkan umur dan factor penyebab.
Gejala asma bronchial adalah sesak napas, napas berbunyi (mengi) dan bentuk
berdahak dengan reak yang berlebihan. Secara klasik didapatkan batuk, sesak
napas, mengi, banyak dahak pada saat serangan.
Gejala klinis asma bronchial
1) Mengi disertai dengan tanda-tanda adanya atopik lain yaitu atopik dermatitis,
eksim, gatal-gatal, rhinitis alergika, polip hidung serta sensitife terhadap aspirin.
2) Pemeriksaan fisik: sesak, posisi pasien setengah duduk, pucat, sianosis, dan
bernafas dengan menggunakan otot-otot assessor.
3) Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan analisis gas darah untuk mencari hypoxia, kadar co2 dan
bikarbonat serta ada/tidaknya laktik asidosis.
Pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan darah lengkap, igE, serum, jumlah eosinofil
darah tepid an lain-lain.
Pemeriksaan faal paru: pengukuran spirometri dan peak flow meter.
Foto paru paru dan foto sinus
Tatalaksana pengobatan adalah sebagai berikut:
a. Penegakan diagnosis asma bronkial yang baik dan benar.
b. Mengenali, menghindari dan meminimalkan faktor pencetus asma bronkial.
Memberi pengobatan sesui dengan gejala berat ringannya asma bronkial
tersebut.
c. Komunikasi, informasi dan edukasi bagi pesien serta keluarganya.
Pengawasan diri
a. Serangan asma bronkial berapa kali sehari, berat atau ringan pada malam
hari?
b. Berapa jumlah 2 agonis untuk mengurangi gejala-gejalanya seperti sesak
napas, mengi.
c. Penggunaan obat-obatan lain, selain 2 agonis seperti aminofilin,
kortikosteroid berapa banyak dalam sehari?
d. Berapa kali masuk rumah sakit dalam sebulan ke UGD?
Keuntungannya untuk mengetahui apakah asma bronkial tersebut terkontrol
atau tidak, karena dengan pengobatan yang baik, akan menyebabkan
berkurangnya frekuensi perawatan di rumah sakit maupan kunjungan ke UGD.
Tatalaksana asma bronkial yang efektif
Beriakn pengobatan yang adequet, lakukan tindakan preventif obati gejala sedini
mungkin dan jagalah kesehatan biak fisik maupun mental sebaik mungkin.
Apapun definisi asma bronkial ada 3 hal yang penting yaitu sebagai berikut:
a. Timbulnya secara periodik
b. Kronik
c. Reversibel (fumgsi paru dapat kembali normal dengan atau tanpa pengobatan)
Tujuan utama pengobatan asma bronkial:
a. Bebas dari gejala asma bronkial sepanjang hari.
b. Pasien dapat tidur dengan nyenyak sepanjang malam.
c. Maksimalisasi faal paru.
d. Pasien dapat hidup normal.
e. Tak perlu perawatan di unit gawat darurat
f. Mengunakan sedikit mungkin obat untuk mengurangi gejala asma bronkial
yang secara tidak langsung efek samping obat tersabut.
Asma bronkial dengan kehamilan dan menyusui
Pengobatan asma bronkial pada pasien hamil dan penggunaan obat-obatan
secara baik dan benar untuk mengatasi sesak napas harus dapat memaksimalkan
fungsi paru serta mmengurangi gejala serta mencegah timbulnya kekambuhan
asma bronkial.
Tidak ada larangan bagi pasien asma bronkial untuk menyusui, sekalipun ibu
mengkonsumsi obat-obatan terutama gabungan steroid/budesonit, namun dosis
tidak boleh dari 30 mg/hari. Memonitor tumbuh kembang si bayi juga harus
dilakukan.
Sebuah penelitian retrospektif melaporkan bahwa peningkatan frekuensi
kelainan janin konginetal adalah akibat tidak kontrolnya ibu hamil pengidap
asma bronkial menjadi relatif lebih kecil atau dapat dikurangi bila dilaksanakan
kontrol asma bronkial yang baik dengan obat obatan selam hamil.
Penatalaksanaan penngobatan asma bronkial dengan kehamilan
Keberhasilan penanganan asma bronkial pada kehamilan memerlukan kerjasama
antara ahli kandungan, bidan, dokter dan perawat yang khusus menangani
pengidap asma bronkial yang sedang hamil seta keluarganya.
Tujuan utama dan prinsip dari pengobatan asma bronkial dengan kehamilan
sama dengan pada wanitayang tidak hamil yaitu harus diobati secara agresif.
Kehamilan meningkatkan hubungan dengan perawat, dokter, bidan yang
merupakan kesempatan yang ideal untuk mengoptimalisasi pengobatan asma
bronkial serta dignosis asma bronkial untuk pertama kalinya. Pengukuran faal
paru dengan peak flow meter, monior, pengobatan diri sendiri yang baik dan
benar serta motivasi diri merupakan kunci sukses dalam pengobatan asma
bronkial dengan kehamilan.
Hal lain yang penting dilakukan adalah menghadiri dari alergen penyebab
serangan asma bronkial. Pengobatan asma bronkial pada kehamilan sama
dengan pasien asma bronkial yang tidak hamil yaitu dengan cara pemberian obat
short acting reliever dan long acting medication untuk faktor penyebab yaitu
implamasinya. Meskipun demikian masih tetap perlu diyakini bahwa pada pasien
asma bronkial dengan kehamilan, pentingnya berobat secara teratur dan
amannya obat-obatan asma bronkial dengan tersebut agar ibu tersebut mau
bekerjasama, mau makan obat dan kontrol rutin untuk pengobatannya. Semua
obat yang biasa dipakai untuk pengobatan asma bronkial tersebut obat-obatan
2 agonis yang bereaksi cepat (short acting) dan lambat (long acting) serta
steroid, metil xanthin aman bagi ibu hamil, dan bila diperlukan dosis tinggi,
fluticason, budesonid per inhalasi dapat dipakai.
Penanganan asma bronkial pada ibu hamil selama persalinan dan melahirkan
Serangan asma bronkial akut pada waktu persalinan dan melahirkan sangat
jarang terjadi, dan hal ini haruslah diyakinkan pada ibu hamil tersebut. Seorang
ibu hamil dapat meneruskan peng
obatan secara inhalasi selama persalinan. Ibu-ibu yang mendapat steroid oral
kurang dari 7,5 mg/hari prednisolon selama lebih dari 2 minggu, sebelum
melahirkan haruslah diberi steroid parenteral, hidrokortisol 100 mg tiap 6-8 jam
selama proses persalinan, sampai mereka dapat memulai pengobatan per oralnya
lagi.
Prostaglandin yang sering dipakai untuk mengiduksi persalinan, mematangkan
servik, terminasi kehamilan adalah sebuah bronkhodilator, oleh sebab itu aman
dipakai. Prostaglandin F2 yang merupakan obat bagi perdarahan post partum
yang hebat dapat digunakan, asal hati-hati sekali karena dapat mengakibatkan
spasme bronkhus, sehingga timbul sesak napas.
Ibu hamil dapat diberikan segala macam obat penghilang rasa sakit selama
persalinan, termasuk anestesi epidural. Apabila terjadi serangan asma bronkial
akut beri pengobatan yang sesuai hanya pemakaian morfin haruslah morfin
dihindari.
Apabial diperlukan anestesi sebaiknya diberi anestesi epidural dari pada anestesi
urnum, karena kemungkinan terjadinya infeksi dan atalektasi paru sangat besar.
Dilaporkan bahwa ergometrin dapat menyebabkan bronhospasme, apabila bila
diberikan dengan anestesin urnum, tetapi hal ii praktis bukan masalah bila dberi
sintometrin (oxytosin) sebagai tidakan preventif untuk pencegahan perdarahan
post partum. Obat anti inflamasi non steroid (NSAID) biasanya dipakai untuk
mengurangi rasa sakit setelah operasi ceasar pada ibu hamil dengan asma
bronkial, haruslah diberikan dengan hati-hati tetapi sebelumnya haruslah
ditanyakan pada ibu tersebut apakah mempunyai reaksi hipersensitivitas
terhadap aspirasin atau NSAID lainnya sebelum memberi obat-obatan tersebut.
Bagi ibu yang menyusui bayinya
Bagi ibu dengan asma bronkial sangat dianjurkan untuk menysui bayinya. Resiko
timbulnya atopi pada bayi seoarng ibu yang asma bronkial satu sampai sepuluh
kali lebih besar atau satu sampai sepuluh kali apabila kedua oarng tua atopi.
Risiko ini dapat dikurangi dengan memberi asi pada bayinya. Semua obat asma
bronkial per inhalasi bahkan steriod dan metil xanthin oral aman bagi ibu yang
menyusui bayinya.
Obat penghilang sesak alternatif meliputi anti kolinergik hirup, 2-agonis kerja
singkat, beberapa 2-agonis kerja panjang, dan teofilin kerja singkat. Pengobatan
teratur dengan 2-agonis kerja singkat dan panjang tindalah dianjurkan kecuali
bila disertakan obat glukokortikosteroid secara teratur.
Pengobatan asma bronkial pada masa yang akan datang
Pada masa-masa yang akan datang pengobatan terhadap asma bronkial akan
spesifik terhadap mediator inflamasi serta jalur-jalurnya imunor patogenesisnya,
yaitu dengan:
1. anti imunoglobulin E atau dengan
2. interleukin 4 reseptor dan juga
3. anti interleukin
kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan serangan/eksaserbasi asma
bronkial
A. refluk gastrointestinal (GERD)
pengobatan untuk asma bronkial dengan GERD yang efektif dengan obat-obatan
PPI disertai dengan nasihat untuk menurunkan berat badan pasien, serta posisi
kepala lebih tinggi dari lambung bila tidur, agar tidak terjadi refluks.
B. Hipersensitive terhadap aspirin dan NSAID (non sterid anti inflamasi)
Pengobatan masa depan yang menjanjikan adalah dengan SLD inhibator dan
LTD4 reseptor antagonis.
C. Infeksi saluran napas bagian atas (ISPA) dan asma bronkial, yang sering
didapatkan adalah:
o Sinusitis 58% dari pasien asma bronkial dan
o Rinitis alergika
Pengobatan rinitis alergika yang bersamaan dengan asma bronkial yaitu dengan
anti histamin, dekongestan dan tropikal sterid, akan memperbaiki gejala asma
bronkial.
0 komentar:
Posting Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link

Cari Blog Ini


Telusuri

Popular Posts
BUDAYA DAN MITOS SEPUTAR KEHAMILAN, KELAHIRAN, NIFAS,
MENYUSUI, DAN PERAWATAN ANAK
DIURETIK DAN OBAT OBAT ANTIHIPERTENSI
MAKALAH TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN TELENURSING
VITAMIN MINERAL
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Categories

AGAMA (16)FARMAKOLOGI (10)JIWA (21) KEPERAWATAN (12


5)KEPERAWATAN ANAK (7)KEPERAWATAN GERONTIK (1)MAKNA

HIDUP (44)MATERNITAS(97) NIC NOC (8)PROFESI


NERS (2)PSIKOLOGI (4) TIPS DIET(9) TIPS KECANTIKAN(46) TIPS
KECANTIKAN RAMBUT (25) TIPS KESEHATAN(69) TIPS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT (8)

Blog Archive
Follower

A N K | Territoire Copyright (c) 2012, All Rights Reserved.


Proudly Powered by Blogger

You might also like