You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakag

Memiliki Keluarga ideal adalah dambaan setiap orang ddan dengan Keluarga Berencana (KB)
Merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang palg dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak
selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket !elayanan Kesehatan
Reproduksi perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga
Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan .
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana
olehpemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi padapertumbuhan yang
seimbang.
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun
70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna.
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apasaja yang termasuk KB NonHormonal?
b. Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal?

1.3 Tujuan
a. Agar Dapat Mengetahui Apasaja yang termasuk KB NonHormonal
b. Agar Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi

Page
1
2.1.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Depkes, 1999 :34)
.
Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal dan
hormonal. Jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi
mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu
progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pildan injeksi). Menurut BKKBN dan
Kemenkes R.I. (2012)
Sedangkan Akseptor merupakan orang yang sedang menggunakan suatu alat
kontrasepsi atau dengan kata lain pengguna KB.

2.1.2 Tujuan Kontrasepsi


a. Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
b. Untuk menjarang kehamilan
c. Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan

2.1.3 Cara Kerja Kontrasepsi


Cara kerja dari kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya :
1) Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
2) Melumpuhkan sperma.
3) Menghalangi pertemuan sel telur dan sperma.

2.1.4 Ruang Lingkup Program KB.


a. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.
b. Suami .
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan memperbaiki kesehatan
fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
c. Seluruh Keluarga

Page
2
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan social
setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih
besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang tuanya (Sulistyawati, 2011).

Macam-Macam Kontrasepsi Non Hormonal.

2.2. Metode Aminorea Laktasi


Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian Air Susu
Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi.
Metode ini memiliki tiga syarat yang harus dipernuhi:
Ibu belum mengalami haid

Bayi disususi secara ekslusif dan sering, sepanjang siang dan malam

Bayi berusia kurang dari 6 bulan

2.2.1 Efektivitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara benar dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah
melahirkan belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa
memberikan makanan atau minuman tambahan).
Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas
menyusui. Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya secara benar. Bila
dilakukan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan
setelah persalinan.
2.2.2 Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi Pada saat laktasi atau menyusui, hormon yang berperan adalah
prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan
hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon
penghambat akan mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi.

2.2.3 Keuntungan Dan Keterbatasan MAL


Keuntungan Kontrasepsi MAL:

Page
3
Efektifitas Tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)
Segera efektif.
Tidak mengganggu senggama.
Tidak ada efek samping secara sistemik.
Tidak perlu pengawasan medis.
Tidak perlu obat atau biaya.
Tanpa biaya

Keuntungan Untuk Bayi


Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang optimal.
Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula, atau alat minum yang dipakai.

Untuk Ibu
Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
Mengurangi risiko anemia.
Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

Keterbatasan
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan.
Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial. (Pada Ibu Bekerja ).
Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan..
Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

2.2.4 Yang Dapat Menggunakan MAL Ibu yang mmenyusui secara eksklusif, bayinya
berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapatkan haid setelah melahirkan.

Keadaan Perhatian
Ketika mulai memberikan makanan Membantu klien memilih metode lain.
pendamping secara teratur (menggantikan satu Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
kali menyusui) klien harus dodorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali Membantu klien memilih metode lain.
Page
4
Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
klien harus didorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.
Bayi menghisap susu tidak sering (on demand) Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
klien harus dodorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih Membantu klien memilih metode lain.
Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan,
klien harus dodorong untuk tetap melanjutkan
pemberian ASI.

Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL


sudah mendapat haid setelah bersalin.
tidak menyusui secara eksklusif.
bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.

2.2.5 Syarat yang Harus Dilakukan Untuk mencapai ke efektifan 98%

ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2
teguk air/minuman pada upacara adat/agama.

perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)

bayi menghisap secara langsung.

menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir

kolostrum diberikan kepada bayi

pola menyusui on demang dan dari kedua payudara.

sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari

Page
5
hindari jarak menyusui lebih dari jam

Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi
dapat juga tanpa didahului haid. efek ketidak suburan karena menyusui sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek:
Cara Menyusui
Seringnya menyusui
Lamanya setiap kali menyusui
Jarak antara menyusui.
Kesungguhan menyusui.

2.3 Senggama Terputus


Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
2.3.1 Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah..

2.3.2 Manfaat dan Kekurangan Kontasepsi Senggama Putus


Efektif bila digunakan dengan benar.
Tidak mengganggu produksi ASI.
Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
Tidak ada efek samping.
Dapat digunakan setiap waktu.
Tidak membutuhkan biaya.

Kekurangan :
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus
setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 - 18 kehamilan per 100 perempuan per
tahun)
Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekat pada penis.
Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.

2.3.3. Indikasi dan Kontraindikasi Senggama Putus.


Indikasi
Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
Page
6
Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode-metode lain.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang
lain.
Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

KontraIndikasi

Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.


Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.

2.4 Kondom
2.4.1 Definisi
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis,
berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata.
Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).

2.4.2 Jenis-jenis
Ramadhan (2012) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis kondom yaitu kondom
laki-laki dan kondom wanita
Kondom laki-laki
Kondom laki-laki merupakan sarung dari latex yang tipis, digunakan
pada penis ketika melakukan hubungan seksual. Kondom berguna untuk
mengumpulkan semen sebelum, selama, dan sesudah masa ejakulasi dan
menghalangi sperma masuk ke vagina. Penggunaan kondom yang benar dapat
mengurangi risiko penularan penyakit seksual dan dapat juga digunakan
sebagai alat kontrasepsi.

Page
7
Gambar 2.1 Kondom laki-laki

Kondom wanita
Terdiri dari bahan polyurethane berbentuk seperti sarung atau kantong
dengan panjang 17 cm (6,5 inci). Bahan ini kurang menyebabkan alergi
dibandingkan dengan latex. Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek (40%
lebih kuat dari latex) tetapi tipis sehingga sensasi yang dirasakan bisa tetap
dipertahankan. Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan dan penularan
penyakit seksual termasuk HIV apabila digunakan dengan benar

Gambar 2.2 Kondom wanita

2.4.3 Indikasi
BKKBN (2003) menjelaskan bahwa terdapat indikasi khusus dan indikasi umum
dalam pemakaian kontrasepsi kondom.
1) Indikasi khusus penggunaan kondom yaitu:

Page
8
(a) Pasangan yang benar-benar sepakat menggunakan cara barier.

(b) Proteksi terhadap PMS dan HIV.

2) Indikasi umum penggunaan kondom yaitu:


(a) Terdapat kontraindikasi medis untuk cara KB lain, sementara klien belum
menginginkan sterilisasi.

(b) Klien tidak sering melakukan hubungan seksual.

(c) Sebagai kontrasepsi sementara pada keadaan-keadaan khusus yaitu selama


amenore laktasional, beberapa waktu setelah vasektomi, ketika benang IUD tidak
terlihat atau teraba, ketika wanita meminum obat yang mempengaruhi khasiat
kontrasepsi oral (pil), selama menunggu cara lain (misalnya pada prosedur
sterilisasi atau IUD), selama mengamati gejala ginekologis, sebagai alternatif
sementara atau back up cara lain, bagi pengguna cara pemantauan kesuburan,
untuk digunakan selama masa subur.

(d) Untuk perlindungan terhadap PMS dan penyakit HIV.

2.4.4 Kontraindikasi
Simbolon (2011) menjelaskan bahwa kontraindikasi pemakaian kontrasepsi
kondom yaitu
Pada pria dengan ereksi yang tidak baik atau gangguan ereksi.
Pada pasangan yang alergi terhadap karet atau lubrikan dari kondom.

2.4.5 Waktu penggunaan


Lubis (2008) menjelaskan waktu penggunaan kondom laki-laki yaitu sebelum
melakukan hubungan seksual setelah penis ereksi, sedangkan pada kondom wanita yaitu
sebelum melakukan hubungan seksual saat lubrikasi vagina dirasa telah cukup

2.4.6 Mekanisme kerja


Mekanisme kerja kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI (2012) yaitu:
1) Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut
Page
9
tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari


satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks
dan vinil).

2.4.7 Cara penggunaan


Cara penggunaan kondom menurut Lubis (2008) adalah sebagai berikut.
1) Kondom laki-laki
(a) Selalu menggunakan kondom latex yang baru dan gunakan sebelum tanggal
kadaluarsa.
(b) Buka kemasan kondom dengan hati-hati dan jangan menggunakan gigi.
(c) Pasang kondom setelah penis ereksi.
(d) Pegang ujung kondom diantara dua jari (menjepit ujungnya) agar ada tempat
untuk mengumpulkan sperma dan hilangkan udara dari ujung kondom untuk
menghindari kondom robek ketika digunakan.
(e) Pasang kondom dari ujung penis, kemudian ditarik hingga ke pangkal penis dan
ujungnya tetap dijepit
(f) Setelah ejakulasi dan sebelum penis menjadi lembek, tarik keluar penis
dengan hati-hati dan pegang bibir kondom agar sperma tidak tumpah.
(g) Setelah pemakaian, kondom dibungkus dan tidak boleh dibuang ke dalam toilet

Gambar 2.3 Cara pemasangan kondom laki-laki


2) Kondom wanita
(a) Buka bungkusan kondom dengan hati-hati.
Page
10
(b) Pastikan lubrikasinya cukup.
(c) Cincin yang tertutup berada di sebelah bawah dan ujung yang terbuka dipegang
menggantung.
(d) Pegang cincin bagian dalam dengan ibu jari dan jari tengah dan kemudian
masukkan cincin bagian dalam beserta kantongnya ke dalam vagina.
(e) Cincin bagian luar tetap berada diluar vagina
(f) Untuk mengeluarkan kondom, putar cincin bagian luar dengan hati-hati dan
kemudian tarik kondom keluar dan sperma tetap berada didalam.
(g) Setelah pemakaian, dianjurkan kondom tersebut tidak digunakan lagi dan tidak
dibuang kedalam toilet.

Gambar 2.4 Cara pemasangan kondom wanita

2.4.8 Efek samping


BKKBN (2003) menjelaskan bahwa efek samping penggunaan kondom jarang
terjadi. Namun efek samping biasanya yang terjadi berupa alergi terhadap lateks atau
lubrikan atau spermisida yang dipakai atau yang ada pada kondom

2.4.9 Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI
(2012) yaitu sebagai berikut.
Page
11
1) Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5) Murah dan dapat dibeli secara umum.
6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

2.4.10 Kekurangan
Kekurangan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI
(2012) yaitu sebagai berikut.
1) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
2) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
3) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
4) Malu membeli kondom di tempat umum.

2.5 Diafragma
Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur,
dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya
bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus selalu
bersamaan dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan
seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.

2.5.1 Jenis
Jenis diafragma antara lain:
1. Flat spring (Diafragma pegas datar)

Page
12
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama
kali.Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
2. Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap
tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas
datar.
3. Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan
posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi
dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina.

2.5.2 Cara Kerja


Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai
berikut:
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran
telur (tuba falopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.

2.5.3 Manfaat
Efektif bila digunakan dengan benar.
Tidak mengganggu produksi ASI.
Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.
Tidak mengganggu kesehatan klien.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik

2.5.4 Keterbatasan
Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:
Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.
Page
13
Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan
dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.
Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.

2.5.5 Cara Pakai Diafragma


Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi serviks.
Diafragma merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
dapat dibengkokkan. Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini
mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran
telur (tuba falopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida

Dibawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi metode barier diafragma:
Tahap 1

Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada
kap diafragma secaramerata

Tahap 2

Page
14
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat dengan
mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil
jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang
lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus
berada di dalam kap

Tahap 3

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran
ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks.
Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.

Perhatian
Page
15
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah
berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan
meninggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam

Pelepasan Diafragma
Tahap 1

Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kait bagian
ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk memecah penampung.

Tahap 2

Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air, kemudian keringkan
sebelum disimpan kembali di tempatnya.
2.6 Kap Serviks

Page
16
Yaitu suatu alat yang hanya mentupi serviks saja. Dibandingkan diafragma, kap
serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, dan
umumnya lebih kaku. Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau plastik,
sekarang yang banyak adalah dari karet.

2.6.1 Cara kerja


Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba
falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh
sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.

2.6.2 Efektivitas
Efektivitas cervical caps cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat kegagalan
pada pemakaian cervical caps secara umum berkisar 8-27 kehamilan pada setiap 100
wanita atau berkisar 20%. Untuk lebih detailnya, pada wanita yang belum pernah
melahirkan atau mempunyai anak jika menggunakan cervical caps ini tingkat
kegagalannya berkisar 16%, tetapi pada wanita yang sudah pernah melahirkan atau
mempunyai anak tingkat kegagalannya sekitar 32%. Dari data tersebut, efektivitas
cervical caps lebih akurat pada wanita yang belum pernah melahirkan. Hal ini
dikarenakan, serviks pada wanita yang sudah pernah melahirkan akan menjadi lebih
besar dari ukuran semula karena pengaruh proses melahorkan. Sehingga cervical caps
kurang cocok digunakan untuk wanita yang telah melahirkan.
2.6.3 Macam-macam kap serviks
1. Prentif Cavity-Rim Cap
Paling sering dipakai
Tersedia dalam 4 ukuran, dengan diameter dalam 22, 25, 28, dan 31 mm.
2. Dumas atau Vault Cap

Page
17
Relative dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir-alas yang tebal dan
bagian tengah yang tipis.
Tersedia dalam 5 ukuran dari 50-75 mm.
Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus
otot-otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan serviks yang terlalu
pendek.
3. Vimule Cap
Berbentuk lonceng yang panjang dengan pinggir yang menonjol untuk
memperkuat hubungan dengan sekitarnya.
Cocok untuk wanita dengan tonus otot yang kurang baik, dan serviks yang
lebih panjang dari rata-rata.
Tersedia dalam ukuran 42-55 mm

2.6.4 Indikasi
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin menunda untuk
mempunyai anak.

2.6.5 Kontraindikasi
Cervical caps tidak diboleh digunakan oleh wanita yang mempunyai:

Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi)


Riwayat PID (pelvic inflammatory disease)
Pap smear yang abnormal
Radang serviks (cervicitis) yang kronis
Otot vagina yang sensitive
Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi

2.6.6 Keuntungan
1. Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24
jam pemberian spermisid sebelum bersenggama akan menambah efektifitasnya.
2. Kap Serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode inter-menstrual, dan hanya
perlu dikeluarkan pada saat perkiraan datangnya haid. (tetapi ini tidakdianjurkan).
3. Tidak terasa oleh suami pada saat bersenggama.

Page
18
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina
misalnya : sistokel, rektokel, prolapses uteri, tonus otot vagina yang kurang baik.
5. Kap Serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak memerlukan pengukuran
ulang bilamana terjadi perubahan tonus otot vagina.
6. Jarang terlepas selama senggama.

2.6.7 Kerugian
Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak serviks yang jauh di dalam
vagina.

2.6.8 Efek samping


1. Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya secret yang sangat berbau bila
kap serviks dibiarkan terlalu lama di dalam vagina.
2. Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan :
Sindrom Syok Toksik
Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang
Bertambahnya abnormalitas serviks sehubungan dengan HPV (Humam
Papilloma Virus)

2.7 Sponge
Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk cekung yang
dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi kemungkinan perubahan letak
spons selama senggama. Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah
pengeluarannya.

Page
19
2.7.1 Efek samping dan komplikasi
Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidnya.
Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar.
Kemungkinan timbulnya Syindrom Syok Toksik.
2.7.2 Catatan penting untuk Akseptor
Jaga kebersihan tangan sebelum memasang sponge dan saat mengeluarkannya.
Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk membiarkan sponge in situ.
Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila ada perdarahan pervaginal
atau apabila ada flour albus.
Jangan menggunakan sponge selama 6-12 minggu post partum (pakailah
kondom)
Perhatikan tanda-tanda bahaya Syindrom Syok Toksik.

2.8 Metode Kalender


Metode kalender adalahmetode alamiah dengan menghindari senggama pada masa subur.

Efektivitas:
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan berkisar antara 1 hingga 9 di antara 100 ibu dalam
1 tahun.

Keuntungan, Efek samping, Risiko bagi kesehatan :


Tidak ada.

Mengapa beberapa orang menyukainya:


Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya dan prosedur khusus, membantu ibu mengerti
tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan yang menganut agama atau kepercayaan tertentu.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Memerlukan perhitungan yang cermat, kadang sulit diterapkan pada ibu yang siklus
haidnya tidak teratur.
Page
20
2.9 Alat Kandungan Dalam Rahim
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau spiral adalah alat yang dibuat dari
plastik halus berukuran kecil. Ada yang berbentuk spiral saja, bentuk T dan seperti kipas
yang bagian batangnya dililiti tembaga, dan yang tersedia adalah Lippes Loop type B, C,
dan D,Copper T 200 B, Multiload Cu 250. Dalam tahap uji klinik adalah Copper T380 A
dan Multiload Cu 375.

2.9.1 Mekanisme Kerja IUD


a. Mekanisme kerja utama : sperma dihancurkan oleh sel-sel macrofag pada tempat-
tempat kontak IUD sehingga 99,98% sperma mati, akibatnya jumlah sperma yang
masuk ke dalam tuba sedikit.
b. Mekanisme kerja lain : adanya benda asing yang menyebabkan
perubahan biokimia dan histology endometrium sehingga terjadi lisis endometrium,
selain itu hormon prostagladin meningkat sehingga uterus berkontraksi dan akibatnya
implantasi tidak terjadi.
Carakerja:
Mencegah terjadinya fertilisasi,tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi
steril,toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi

2.9.2 Indikasi Pemakaian IUD

a. Metode untuk wanita yang tidak memerlukan tindakan rutin tiap hari
sebelum senggama
b. Metode untuk wanita yang menyukai perlindungan efektif jangka
panjang tapi tidak permanent
Page
21
c. Metode untuk wanita yang tidak menyukai kontrasepsi hormonal atau
untuk wanita perokok berat dan berumur > 35 tahun.
d. Metode untuk wanita yang sedang menyusui
e. Metode untuk wanita yang puas dan merasa aman memakai IUD dimasa
lalu
f. Metode untuk wanita yang mempunyai anak satu atau lebih.

2.9.3 Kontra Indikasi Pemakaian IUD


a. Kehamilan
b. Gangguan perdarahan (perdarahan haid hebat dan perdarahan diluar
haid)
c. Radang alat kelamin.
d. Curiga tumor ganas di alat kelamin
e. Tumor jinak rahim
f. Kelainan bawaan rahim
g. Erosia pada portio yang pathologis
h. Berkali-kali terkena infeksi panggul atau endometritis pasca keguguran/pasca
salin dalam waktu 3 bulan terakhir.

Setelah bulan pertama pemasangan hanya perlu memeriksakan keberadaan benang


setelah haid apabila mengalami
a. Kram/kejang diperut bagian bawah.
b. Perdarahan spotting diantara haid atau setelah senggama.
c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual.

Komplikasi lain
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
b. Perdarahan besar pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang, bila pemasangannya benar)
d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV dan AIDS.
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
f. Penyakit radang panggul terjadi setelah perempuan dengan IMS dengan
memakai AKDR.
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melepaskan AKDR.
Page
22
i. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.

2.9.4 Keuntungan AKDR dan Kekurangan AKDR


Keuntungan

a. Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% ( 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1


tahun pertama)
b. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
c. Dapat efektif segera setelah pemasangan
d. Metode jangka panjang.
e. Tidak ada efek samping hormonal
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
g. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan
(BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012)

Kekurangan :

a. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual(IMS)


b. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan .
c. Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
d. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.
e. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.

AKDR dapat Bertahan selama Beberapa Tahun pemasangan tetapi dapat dilakukan
lebih awal apabila diinginkan, atau menemukan kendala sebagai Berikut :
a. Tidak dapat meraba benang AKDR
b. Merasakan bagian yang keras dari AKDR
c. AKDR terlepas
d. Siklus terganggu
e. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
f. Adanya infeksi

Page
23
2.9.5 Penanganan Efek Samping
a. Amenorea
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak jangan dilepas, tetapi
selidiki penyebabnya, bila hamil, sarankan untuk melepas IUD usia
kehamilan kurang dari 13 minggu.
b. Kejang
Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari kekejangan
tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur Pastikan dan tegaskan adanya
infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis,
perdarahan berlanjut serta perdarahan bebas, lakukan konseling dan pemantauan.
d. Benang yang hilang
Periksa apakah klien hamil, bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat,
tidak ada tindakan yang perlu dilakukan bila tidak yakin AKDR masih
berada di dalam rahim dan klien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan rontgen/USG.
e. Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul
Bila penyebabnya kuman gonokokus atau klomidio, cabut AKDR dan berikan
pengobatan yang sesuai.

IUD dapat digunakan secara aman di:


Wanita yang segera setelah melahirkan / aborsi
Wanita dengan riwayat IMS atau PID
Wanita Nulipara
Wanita dengan riwayat kehamilan ektopik
Wanita dengan banyak pasangan
Remaja

2.10 Tubektomi
Sterilisasi bedah perempuan melalui tuba oklusi telah digunakan selama bertahun-
tahun, sangat sukses dan aman,dan memiliki risiko komplikasi yang rendah.
Tuba falopi tersumbat oleh ligasi, menghalangi dengan klip atau cincin, atau kauterisasi.
Bedah oklusi tuba dapat dilakukan sebagai sebuah laparoskopi prosedur atau mini-
laparotomi. Prosedur ini biasanya dipilih untuk sterilisasi setelah melahirkan dan dapat
dilakukan pada pasien rawat jalan bedah rawat jalan. Laparotomi, atau membuka ligasi tuba,
memerlukan tinggal di rumah sakit dan kurang umum dilakukan untuk tujuan sterilisasi.

Page
24
Karena lingkungan hormonal tidak terpengaruh oleh operasi ini,perempuan terus
memiliki siklus menstruasi yang normal, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa waktu
menopause dipengaruhi di wanita yang lebih tua.

2.10.1 Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.
Memiliki persentasi kegagalan yang sangat rendah

2.10.2 Keuntungan Dan Kekurangan


Keuntungan
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi risiko kanker
endometrium.
Sangat efektif
Metode jangka panjang (dianggap permanen)
Risiko rendah dari efek samping
Biaya Setelah di muka, tidak ada biaya yang berkelanjutan untuk menjaga metode
Tidak ada efek pada lingkungan hormonal
Segera efektif; tanpa kontrasepsi back-up diperlukan

Kekurangan
Membutuhkan prosedur pembedahan
Tidak ada perlindungan terhadap IMS
Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
Page
25
Dilakukan oleh dokter yang terlatih .
Beberapa ketidaknyamanan setelah oprasi.

2.10.3 Risiko
Potensi Komplikasi yang berkaitan dengan bedah dan anestesi.
Beberapa ketidaknyamanan setelah operasi.
Risiko kehamilan yang tidak diinginkan dengan metode ini adalah kurang dari 1%

2.10.4 Manfaat Tubektomi secara Kontrasepsi dan secara NonKontrasepsi :


Kontrasepsi
a. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui
c. Tidak bergantung pada faktor sanggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Non Kontrasepsi
a. Berkurangnya risiko kanker ovarium

2.10.5 Waktu yang tepat :

Ideal nya dilakukan dalam48 jam pasca persalinan

Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar

Jika tidak dapat dikerjakan dalam1minggu setelah persalinan,ditunda 4-6 minggu.

2.11 Vasektomi
Sebuah bentuk permanen pengendalian kelahiran, vasektomi telah digunakan
untuk dekade untuk sterilisasi laki-laki. Prosedur rawat jalan sangat efektif dan memiliki
beberapa efek samping. Vasektomi adalah sangat aman.

Page
26
Dua teknik yang digunakan untuk melakukan vasektomi: tanpa pisau vasektomi (NSV)
dan tidak ada jarum vasektomi atau tanpa pisau (NNV). NSV dianggap sebagai standar
perawatan. Di NSV, dokter menggunakan jarum kecil untuk menyuntikkan anestesi ke dalam
kulit dan vas deferens. Di NNV, dokter menggunakan alat piston seperti untuk kekuatan
anestesi ke dalam jaringan. Setelah anesthetizing daerah, penyedia menciptakan lubang kecil
(beberapa milimeter) di kulit kantung skrotum dan menempatkan vas deferens. Vas kemudian
diligasi atau dibakar; tidak ada kebutuhan untuk jahitan.
Aktivitas seksual dapat dilanjutkan sekitar 1 minggu setelah prosedur atau waktu di
mana pasien merasa nyaman. Backup Metode kontrasepsi yang diperlukan sampai pasien telah
memiliki setidaknya satu cek sperma negatif minimal 3 bulan setelah prosedur dan setidaknya
20 ejaculations. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan tidak adanya sperma sisa dalam
vas di luar titik oklusi.

2.11.1 Mekanisme
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

2.11.2 Efektivitas:

Page
27
Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah vasektomi, risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1 tahun.

2.11.3 Keuntungan, Kekurangan dan Resiko


Keuntungan
a. Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
b. Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
c. Morbiditas dan mortalitas jarang
d. Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
e. Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi .

Kekurangan :
a. Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan
setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)

b. Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri


dibandingkan teknik insisi

Resiko
Reaksi terhadap anestesi lokal mungkin namun jarang terjadi.
Beberapa nyeri jangka pendek dan memar bisa terjadi.
Secara keseluruhan, vasektomi dikaitkan dengan sedikit rasa sakit dan rendah
risiko infection.

2.11.4 Kontraindikasi dan Kewaspadaan


Kriteria Kelayakan medis Pria Sterilisasi MEC tidak mencantumkan setiap
kontraindikasi kategoris untuk sterilisasi pria (vasektomi), tetapi menetapkan bahwa
alergi diketahui atau hipersensitivitas untuk setiap bahan yang digunakan untuk prosedur
dan ketidakpastian tentang keinginan untuk mengakhiri kesuburan akan membatasi
seseorang kelayakan untuk Keengganan procedure. menggunakan kelahiran lain Metode
kontrol untuk 3 bulan pertama setelah prosedur juga harus dipertimbangkan
kontraindikasi.

Page
28
DAFTAR PUSTAKA

1. Mestad R, Secura G, Allsworth JE, et al. Acceptance of long-acting reversible contraceptive


methods by adolescent participants in the Contraceptive CHOICE Project. Contraception.
2011;84:493-8.
2. Peipert JF, Zhao Q, Allsworth JE, et al. Continuation and satisfaction of reversible
contraception. Obstet Gynecol. 2011;117(5):1105-13.
3. Trussell J. Contraceptive failure in the United States. Contraception. 2011;83(5):397-404.
4. Guttmacher Institute. Improving contraceptive use in the United States. In Brief. 2008 Series,
No. 1, April 2008.
5. Berg CJ, Callaghan WM, Syverson C, Henderson Z. Pregnancy-related mortality in the United
States, 1998 to 2005. Obstet Gynecol. 2010;116(6):1302-9.
6. Centers for Disease Control and Prevention. U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive
Use, 2010. MMWR . 2010;59(RR-04):1-86.
7. Lamvu G, Steiner MJ, Condon S, et al. Consistency between most important reasons for using
contraception and current method used: the influence of health care providers. Contraception.
2006;63(4):399-403.
8. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan
Kemenkes R.I., 2012)

Page
29
9. Affandi, Biran. Baharudin, M. soekir, S. BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN
KONTRASEPSI. Edisi kedua.PT BINA PUSTAKA SARWONG PRAWIROHARJO. Jakarta.
2010
10. JHPIEGO. Badan koordinasi keluarga berencana nasional, 2000.
11. Prawihardjo, Sarwono,2002 ilmu kebidanan, Jakarta: YBP.SP

Page
30

You might also like