Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang
sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis.
B. KONDOM
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk
tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dandilengkapi
kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis,
tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastic (polietelin).
Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kirakira abad ke18 di
inggris.Pada mulanya kondom terbuat dari usus biribiri. Pada tahun 1844 Goodyear telah
berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai ialah kondom dari
karet kondom ini tebalnya kirakira 0,05 mm. kini telah tersedia berbagai ukuran dengan
bermacammacam warna.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus,
dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.Bentuk kondom adalah silindris
dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi
sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kirakira 3136,5 mm dan panjang
lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat spermatisid.
b. Wanita
Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.
Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan
diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak
memungkinkan.
Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.
Metode temporer :
Belum mengadakan sanggama secara teratur
Selama haid
Selama midsiklus pada pemakaian IUD
Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosisrendah
Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat
Selama periode awal postpartum
Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen
Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu
kontraseptivum.
a. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan
jari ke posisi bawah.Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusannya.
Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
b. Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang
kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar.
c. Pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang
masuk dan letakkan padaVkepala penis.
d. Pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi).
Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong
gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena
kondom dapat robek).
e. Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom
di pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air
mani di vagina.
f. Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom
bekas langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah
mengkontaminasi orang lain, terutama anakanak.
1.9 Efektivitas
Kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya.
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.Dalam bentuk aslinya,
diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan
selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per
arloji di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome).
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama.
Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu
ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh
dikeluarkan selama 68 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak
diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah
sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter
antara 55 sampai 100 mm. Tiap tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing
masing5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan
secara individual.
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
1. Manfaat kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
Tidak menggangu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Kerugian Diafragma :
1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3. Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4. Insersi relatif sukar
5. Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6. Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya.
Kontraindikasi :
1. Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
2. Alergi terhadap latex atau spermisid
3. Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
4. Postpartumn (bayi aterm) 612 minggu
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan
diafragma,kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil,
umumnya lebih kaku, menutupi serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas.
Zaman dahulu kap serviks terbuat dari logam/plastik, sekarang yang banyak adalah
dari karet.
Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus&
tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk
membunuh spermasperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.
3. Vimule Cap
a. Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) untuk
memperkuat hubungan dengan sekitarnya
b. Cocok untuk wanita dengan :
Tonus otot vagina kurang baik
Cystocele
Serviks yang lebih panjang dari ratarata
c. Tersedia dalam ukuran 42 55 mm
Keuntungan
1. Dapat digunakan selama menyusui
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24
jam, pemberian spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari
vagina misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina yang
kurang baik
5. Jarang terlepas selama sanggama
Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit
5.Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktuwaktu harus diubah tergantung
pada kehamilan,vabortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
6. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman
8. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS
Kontraindikasi :
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal
2. Postpartum 612 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
]4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside
c. Spons (Sponge)
Kontraindikasi
1. Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel,
retrofleks yang ekstrim, septum vagina
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan
metode Barrier Intravaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock
Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.Sindrom Syok Toksik disebabkan
oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi
pada wanita yang memakai tampon (intravaginal) selama haid.
Calon akseptor metode Barier Intravaginal harus diberi instruksiinstruksi untuk
mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
2. Jangan biarkan Barier Intravaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier Intravaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan
pervaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intravaginal, (pakailah kondom)
5. Wanita harus diajari tanda tanda bahaya TSS :
a. Demam
b. Muntah
c. Diarrhoe
d. Nyeri otot tubuh
e. Rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis.
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.
D. KIMIAWI
Bahan terdiri dari spermicide dan wahana yang mengandung spermicide tersebut,
biasanya gelatin atau minyak. Khasiat kontraseptip disebabkan sidat kimiawinya, tapi
juga karena sifat fisiknya yang menyukarkan pergerakan sperma karena kental.
Zat yang paling dulu dipergunakan sebagai spermicide ialah kinin, tapi kemudian
dipakai juga acidum boricum, ac lacticum, chinosol, hexyl resorcinol, ac ricinolecium
dan formaldehyde.
Kontraseptip kimiawi dapat berbentuk suppositoria, jelly, cream, atau busa. Sekarang
diusahakan supaya mengandung juga germicide untuk mencegah infeksi.
1. Supporsitoria kimiawi
Mudah dipakai tapi kurang dapat dipercaya. Terdiri dari sabun, gelatin atau
mentega cacao yang mencair dengan cepat pada suhu badan yang diragukan
apakah cairan ini akan terbagi dengan baik pada seluruh vagina.
2. Jelly
Bahannya ialah gelatin yang larut air dan mencair dengan mudah dalam
badan. Baik dipakai pada wanita yang kering vaginanya.
3. Cream dan pasta
Bahan dasar ialah sabun stearat.
Penggunaan
Yang paling mudah dipakai ialah suppositoria, tapi harus diberitahukan
bahwa kalau dilakukan coitus beberapa kali, maka juga beberapa kali suppositoria
harus dimasukkan.
Jelly, cream dan pasta sering dipergunakan bersamaan dengan diafragma
dan kondom. Secara singkat obat kimiawi ini mudah sekali dipakai, tapi
sebaiknya selalu dipakai bersamaan dengan diafragma atau kondom. Banyak
wanita tidak menyukainya karena terlalu basah.
E. SPERMISID
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zatzat kimia yang kerjanya
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus
genitalia interna. Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara kimiawi untuk
immobilisasi/mematikan spermatozoa.
KontraIndikasi:
1. Absolut
Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan
kesehatan, pribadi atau social
Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia,
eksema genitalia, psoriasis genitalia, dll
2. Relatif
Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama
Fertilitas tinggi
Dispareunia atau vaginismus
3. Temporer
Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab apapun, termasuk pengobatan.
Penyakit menular aktif/tersangka.
Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, pruritus, herpes genitalia.
Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
Efektifitas
Angka kegagalan : 11 31 %
Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan
bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi
lain tidak sesuai dengan kondisi klien
2. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 1015 menit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual
3. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
Manfaat
1. Manfaat kontrasepsi :
Efektif seketika (busa dan krim)
Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
Sebagai pendukung metode lain
Mudah digunakan, tidak memerlukan resep atau pemeriksaan medic
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
2. Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS,
kemungkinan timbul PID lebih kecil.
1. Efektifitas kurang
2. Spermisida jauh lebih efektif, bila bersama kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 1015 menit setelah spermisida dimasukkansebelum
melakukan hubungan seksual
6. Hanya efektif selama 12 jam dalam satu kali pemakaian.
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intravaginal harus
dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas metode ini,
antara lain:
a. Paritas
b. Frekuensi sanggama
c. Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d. Kebiasaankebiasaan akseptor
e. Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
http://diar13midyuin08.blogspot.co.id/2010/04/makalahkbkelompok1kontarepsi.html
http://kbsederhanadenganalat.blogspot.co.id/2014/10/kbsederhanadenganalat.Html
[http://whandi.net/category/penyakit]
[http://whandi.net/category/seks]
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis [http://www.lusa.web.id/tag/praktis/] Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 7MK14).
Endriana, 2009.KB Suhu Basal.//endriana25021989.wordpress.com/2009/05/04/kb suhgubasal/
diunduh 4 april 2012, 09:26 PM.
BKKBN 2006, Pedoman Materi KIE, pp. 4143.