Professional Documents
Culture Documents
2
untuk mengkaji pengaruh perbandingan refluks terhadap komposisi etanol yang terdapat
dalam distilat selama waktu operasi lima menit.
Percobaan dilakukan dalam keadaan tetap, tinggi tumpukan packing 5 cm, komposisi
etanol dalam larutan umpan 30% berat, volume larutan umpan 500 ml dan waktu operasi 5
menit. Perbandingan refluks yang digunakan bervariasi antara 0,6 sampai 2,6 dengan selisih
0,5. Di setiap akhir percobaan dilakukan uji hasil terhadap kadar etanol dalam distilat
berdasarkan densitasnya.
Hasil percobaan menunjukkan apabila perbandingan refluks diperbesar maka
komposisi etanol dalam distilat cenderung meningkat. Komposisi etanol dalam distilat di
bawah komposisi azeotropnya. Distribusi atau penyebaran komposisi etanol dalam distilat
dan residu cukup luas sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan etanol-air dapat
dipisahkan secara distilasi. Terhadap kolom yang sudah ada, penggunan sistem refluks dapat
meningkatkan efisiensi pemisahan larutan etanol-air.
SUMMARY
3
the reflux ratio on the ethanol composition present in the distillate over a five-minute
operating time.
The experiments were carried out in a fixed state, a stack of 5 cm packing, ethanol
composition is 30% by weight feed solution, 500 ml feed solution volume and 5 min operation
time. The reflux ratio used varies from 0.6 to 2.6 with a difference of 0.5. At each end of the
experiment, test results were performed on ethanol content in distillate based on its density.
The experimental results show that when the reflux ratio is enlarged, the ethanol
composition in the distillate tends to increase. The composition of distilled ethanol below the
azeotropic composition. The distribution or dispersion of the ethanol composition in
distillates and residues is large enough to conclude that the ethanol-water solution can be
separated by batch distillation. Against existing columns, the use of reflux systems can
improve the efficiency of the separation of water-ethanol solutions.
PRAKATA
4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga laporan resmi Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia yang
berjudul Distilasi Batch dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan laporan resmi Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia ini,
diperoleh bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pada kesempatan
ini rasa terimakasih disampaikan kepada Ir. Herry Santosa, M. T. selaku dosen pengampu
materi Distilasi Batch dan saudari Melati Mahardika Putri U. selaku asisten pengampu
materi Distilasi Batch serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
resmi ini.
Penulisan laporan resmi ini diyakini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan
oleh terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Kritik dan saran
sangatlah diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat
berguna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
5
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ii
RINGKASAN............................................................................................................................iii
SUMMARY...............................................................................................................................iv
PRAKATA ..................................................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
4.2 Pembahasan...................................................................................................................12
BAB V PENUTUP...................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................15
6
5.2 Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Volume Distilat, Densitas Distilat serta Komposisi Distilat pada Berbagai
Perbandingan Refluks..............................................................................................9
Tabel A.1 Densitas Etanol-Air pada Berbagai Komposisi..........................................................2
Tabel A.2 Kadar Distilat pada Berbagai Perbandingan Refluks.................................................2
Tabel B.1 Kadar Distilat pada Berbagai Perbandingan Refluks.................................................5
7
DAFTAR GAMBAR
8
Gambar 4.2 Distribusi Komposisi Etanol dalam Distilat dan Residu.......................................14
DAFTAR LAMPIRAN
9
10
DISTILASI BATCH
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bentuk lain, pengertian distilasi dinyatakan sebagai berikut: [X A]D > [XA]W
dan [XB]D < [XB]W
Dimana:
XA, XB = komposisi komponen A, B
hasil kondensasi uap yang keluar dari puncak kolom agar dapat mengadakan kontak
ulang kembali dengan fasa uapnya di sepanjang kolom. Dengan demikian:
1. Secara total, waktu kontak antar fasa semakin lama.
2. Perpindahan massa dan perpindahan panas terjadi kembali.
3. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform.
4. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati.
Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:
1. Terhadap kolom yang akan dibangun
Bahwa untuk mencapai kemurnian yang sama, semakin besar perbandingan
refluks yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah plate ideal yang
dibutuhkan.
2. Terhadap kolom yang sudah ada
Bahwa pada jumlah plate yang sama, semakin besar perbandingan refluks yang
digunakan, maka kemurnian produk yang dihasilkan semakin tinggi.
Dalam hal distilasi batch, umpan berupa uap yang secara kontinyu masuk melalui
dasar kolom. Komposisi umpan masuk kolom dapat diperkirakan dengan bantuan
Gambar 2.2
Gambar 2.3 Pengaruh Perbandingan Refluks terhadap Komposisi Distilat pada Campuran
Etanol-Air
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Tabel 3.1 Data Volume Distilat, Densitas Distilat serta Komposisi Distilat pada
Berbagai Perbandingan Refluks
Perbandinga R
No. Lo D R V W Xe
n Refluks Lo/D
1 0,6
2 1,1
3 1,6
4 2,1
5 2,6
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Pengaruh Perbandingan Refluks (R) terhadap Kadar Etanol dalam Distilat
(Xd) pada Hasil Percobaan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan gambar 4.1 diperoleh data bahwa ketika perbandingan refluks (R)
diperbesar, komposisi etanol dalam distilat (Xd) cenderung meningkat. Hal ini
dikarenakan sistem refluks dilakukan untuk memberikan kesempatan fasa cair melakukan
kontak ulang kembali dengan fasa uap atau sebaliknya. Dengan demikian, waktu kontak
antara fasa cair dengan fasa uap terjadi lebih lama, sehingga perpindahan panas dan
massa dapat terjadi lebih menyeluruh. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi menjadi
semakin searagam dan keseimbangan semakin didekati. Jika keadaan seimbang benar
dapat terjadi, komposisi etanol dalam distilat akan mencapai batas maksimal. Ketika
keseimbangan didekati, komposisi etanol dalam distilat cenderung mendekati batas
maksimal yang artinya komposisi etanol mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
percobaan didapat suhu operasi atas 70oC (158oF) dan suhu operasi bawah 84oC
(183,2oF). Menurut Santosa (2004), suhu operasi yang didapatkan seharusnya berada di
antara 78,33oC (173oF) sampai 100oC (212oF), hal ini dapat terjadi dikarenakan
termometer yang kami gunakan tidak membaca suhu operasi dengan baik. Jika dikaji
lebih lanjut maka gambar 4.1 memiliki makna sebagai berikut:
1. Pada sebagian nilai perbandingan refluks (R), komposisi etanol dalam distilat lebih
rendah dibanding komposisi etanol masuk kolom (yf = 0,728).
Pada nilai perbandingan refluks (R) sebesar 0,6; 1,1 dan 1,6 diperoleh
komposisi etanol pada distilat di bawah komposisi etanol umpan masuk kolom,
sedangkan pada perbandingan refluks 2,1 dan 2,6 diperoleh komposisi distilat di atas
komposisi umpan masuk kolom. Pada perbandingan refluks 0,6; 1,1 dan 1,6,
komposisi etanol dalam distilat yakni sebesar masing-masing 0,5; 0,635 dan 0,705
lebih rendah dari komposisi etanol umpan masuk kolom (y f = 0,728). Hal ini terjadi
karena sebagian uap tidak terkondensasikan, sehingga mempengaruhi komposisi
etanol dalam distilat.
2. Pada setiap nilai perbandingan refluks (R), komposisi etanol dalam distilat di bawah
komposisi azeotrop campuran etanol-air (Xe azeotrop = 0,96).
Suatu campuran akan lebih mudah dipisahkan ketika perbedaan komposisi
antara uap dan cairan yang berada dalam keseimbangan cukup besar. Pada titik
azeotrop tidak terdapat perbedaan komposisi yang artinya komposisi uap dan
komposisi cairan sama, sehingga campuran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan
distilasi biasa. Untuk mencapai kondisi azeotrop, dibutuhkan kolom dengan ketinggian
yang tak terhingga sementara pada percobaan ini pemisahan larutan etanol-air
dilakukan dalam kolom yang tingginya terbatas yaitu setinggi 80 cm, sehingga operasi
distilasi ini dianggap kurang memungkinkan untuk mencapai kondisi azeotrop. Untuk
mencapai kondisi azeotropnya, larutan dapat dipisahkan dengan metode operasi
pemisahan tertentu seperti operasi distilasi pressure-swing dan molecular sieving.
3. Terdapat penyebaran yang cukup luas antara distilat dan residu.
Pada percobaan yang dilakukan, komposisi larutan etanol umpan awal adalah
0,3 dan komposisi etanol tertinggi yang diperoleh adalah 0,91. Di akhir operasi,
penyebaran komposisi etanol antara distilat dan residu cukup luas, hal yang demikian
dapat dipresentasikan dengan garis bilangan pada gambar 4.2.
Xw Xf Xd
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Larutan etanol-air dapat dipisahkan secara distilasi batch dengan
sistem refluks.
2. Terhadap kolom yang sudah ada, sistem refluks dapat meningkatkan
efisiensi pemisahan larutan etanol-air.
5.2 Saran
1. Alat distilasi batch diperbaharui sehingga hasil percobaan memiliki
data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G. 1978. Unit Operation 14th Ed. Tokyo: Charles E. Tuttle. Co
Santosa, Herry. 2002. Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia III. Semarang: Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Santosa, Herry. 2004. Operasi Teknik Kimia Distilasi. Semarang: Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
A-1
W picno = 11,3 gr
air = 1 gr/ml V picno Kalibrasi
didapat, = 10,6 ml
etanol absolut = 0,78 gr/ml
etanol teknis = 0,792 gr/ml
Kadar etanol absolut = 0,998
Kadar etanol teknis = 0,985
V etanol teknis = 177,3 ml didapat, larutan umpan =
0,928 gr/ml
V air = 322,7 ml
Suhu operasi bawah = 84oC (183,2oF)
Suhu operasi atas = 70oC (158oF)
A-2
2 0 ,60
1 2 0
2 0 ,60
1 1 1
6 2 ,33
1 1 1 1 1 7 20,71 0, 0
2
,1 1 0 ,10 ,16 ,6 3 888 ,635
1 1 1
1 0 ,10
1 1
6
0 ,66
1 1
6
1 0 ,66 1 5 20,49 0, 0
3
,6 1 1 ,61 ,8 0 867 ,705
6
0 ,50
1 2
7
5 ,14
2 1 2 2 4 20,14 0, 0
4 9
,1 9 ,11 ,13 ,7 0 834 ,850
1 2
8
7 ,13
1 2
6
6 ,66
2 1 2 2 3 19,95 0, 0
5 4
,6 0 ,50 ,64 ,9 0 816 ,910
1 2
4
1 ,75
A-3
ASISTEN
A-4
LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN
2. Menghitung volume etanol dan volume air pada berbagai komposisi serta Xe
terkoreksi
( .V . X ) etanol absolut
Xe=
( . V . X ) etanol absolut +(VtotalVetanol absolut)( air)
- Kadar etanol absolut = 0,998 gr/ml
- etanol absolut = 0,78 gr/ml
- air = 1 gr/ml
- Xe = 0 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 ; 0,9 ; 0,998
a. Komposisi 10% berat etanol dalam air
0,78 0,998 Ve
0,1=
0,78 0,998 Ve +(10,6Ve) 1
Ve = 1,314 = 1,3 ml
Vair = 10,6 1,3 = 9,3 ml
etanol terukur = 0,982 gr/ml
0,78 0,998 1,3
Xe=
0,78 0,998 1,3+9,3 1
Xe=0,098
B-1
0,78 0,998 2,6
Xe=
0,78 0,998 2,6+8,0 1
Xe=0,202
B-2
0,78 0,998 Ve
0,7=
0,78 0,998 Ve+(10,6Ve) 1
Ve = 7,948 = 8,0 ml
Vair = 10,6 8,0 = 2,6 ml
etanol terukur = 0,869 gr/ml
0,78 0,998 8,0
Xe=
0,78 0,998 8,0+2,6 1
Xe=0, 705
B-3
b. Menghitung densitas larutan umpan 30% W etanol dalam air
Berat picnometer kosong = 11,3 gr
Berat picnometer kosong + larutan umpan = 21,14 gr
larutan umpan = 0,928 gr/ml
B-4
F=V f f
gr
F=500 ml 0,938
ml
F=464 gr
D=V d d
gr
F=11,6 ml 0,91
ml
F=10,556 gr
F X f =D X d + W X w
X w =[ ( 464 0,3 )( 10,556 0,91 ) ] 453,444
X w =0,286
B-5
LAMPIRAN C
PROSEDUR ANALISA
D. Analisa Hasil
C-1
1. Menghitung densitas distilat dengan menggunakan picnometer
- Timbang picnometer kosong hingga berat konstan dan catat beratnya.
- Mengisi picnometer kosong dengan distilatsampai penuh
- Menimbang berat picnometer yang sudah terisi distilat hingga berat konstan, catat
beratnya
- Menghitung densitas distilat tersebut dengan menggunakan rumus:
berat picnodan distilatberat picnokosong
distilat =
volume picno
2. Plotkan densitas distilat pada kurva standar untuk mengetahui konsentrasi etanol pada
distilat
Diperiksa
Keterangan Tanda Tangan
No Tanggal
C-1