You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

Coated tongue merupakan penampakan klinis dari lidah berselaput yang

terjadi pada dorsum lidah. Kelainan ini bersifat asimtomatik tetapi dapat

menyebabkan halitosis atau pengecapan rasa abnormal Permukaan lidah

membentuk lapisan proteksi yang disebut keratin sebagai bentuk dari rangsangan

mekanis atau kimiawi. Dalam keadaan normal lapisan ini akan terdeskuamasi

ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi anterior rahang atas.

Lapisan ini akan diganti dengan sel epitelial yang baru dari bawahnya. Ketika

pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau kondisi rongga mulut yang

tidak seimbang, proses deskuamasi epitel menjadi tidak seimbang dan dapat

menjadi tempat retensi debris dan pigmentasi oleh makanan, rokok dan permen

sehingga memberikan gambaran lidah yang berselaput ataupun berambut.

(Greenberg & Glick, 2008).

Coated tongue sering ditemukan pada orang dewasa, terutama pada

pasien edentulous, pasien dengan diet makanan lunak/non-abrasif, oral hygiene

buruk, atau pada yang sedang berpuasa. Gambaran klinis coated tongue berupa

selaput berwarna putih atau kuning. Selaput ini dapat merupakan debris epithelial,

makanan, dan microbial, yang terakumulasi karena tidak hilang secara mekanis.

(Scully, 2008).

Pada makalah laporan kasus ini dibahas mengenai seorang pasien wanita

usia 25 tahun yang datang ke Instalansi Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan

1
2

Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan Desember

2015 dengan keluhan lidah terasa pahit dan dari hasil pemeriksaan klinis terdapat

lapisan putih kekuningan pada bagian atas lidah.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik IPM

2.1.1 Status Umum Pasien

Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 20015

Nama Pasien :G

Nomor Rekam Medik : 2014-14401

Usia : 25 Tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat Rumah : Jl. Ciheulang 2 No. 19D

2.1.2 Anamnesa

Pasien perempuan datang dengan keluhan lidah terasa pahit sejak 2

minggu yang lalu. Sejak 2 minggu yang lalu juga pasien mengalami batuk dan

pilek sampai sekarang. Pasien sempat mengalami demam pada 1 minggu yang

lalu, dan pasien telah mengkonsumsi antibiotik selama 3 hari. Pasien saat ini

sedang mengkonsumsi obat batuk OBH. Konsumsi air putih kurang dari 8 gelas

sehari, juga jarang mengkonsumsi sayur sehingga lidah terasa kotor, dan frekuensi

buang air besar tidak lancar (2 hari sekali). Pasien ingin lidahnya dibersihkan.

3
4

2.1.3 Riwayat Penyakit Sitemik

Penyakit jantung : YA / TIDAK

Hipertensi : YA / TIDAK

Diabetes Melitus : YA / TIDAK

Asma/Alergi : YA / TIDAK

Penyakit Hepar : YA / TIDAK

Kelainan GIT : YA (Konstipasi)

Penyakit Ginjal : YA / TIDAK

Kelainan Darah : YA / TIDAK

Hamil : YA / TIDAK

Kontrasepsi : YA / TIDAK

Lain-lain : YA / TIDAK

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal.

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : Afebris

Tensi : 120/80 mmHg

Pernafasan : 16 x / menit

Nadi : 77 x / menit
5

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Mata konjungtiva non anemis, sklera non ikterik, pupil isokhor

TMJ clicking sebelah kanan, tidak sakit

Bibir t.a.k

Wajah Simetri / Asimetri

Sirkum Oral t.a.k

Lain-lain -

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut baik/sedang/buruk plak + / -

Kalkulus + / - stain + / -

Gingiva Terdapat makula kecoklatan difus a/r 14-21, 33-32, 42-43

Mukosa Bukal Terdapat papula yang memanjang berwarna putih

sepanjang mukosa bukal kiri dan kanan dari regio 34-37 dan

44-47

Mukosa Labial t.a.k


6

Palatum Durum t.a.k

Palatum mole t.a.k

Frenulum t.a.k

Lidah Terdapat lapisan pseudomembran putih kekuningan pada

2/3 dorsum lidah bagian posterior, dapat dikerok dan tidak

meninggalkan eritem (indeks Kojima: 2)

Dasar Mulut t.a.k

2.1.8 Status Gigi


8 7 6 5 4 3 2 1 12 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan: : karies
: tambalan non logam

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Radiologi TDL

Darah TDL

Patologi Anatomi TDL

Mikrobiologi TDL

2.1.10 Diagnosa

D/ : Coated tongue a/r 2/3 dorsum lidah posterior

DD/ : Candidiasis pseudomembran

D/ : Linea alba a/r gigi 34-37, 44-47


7

DD/ : Cheeck bitting

D/ : Pigmentasi fisiologis gingiva a/r 14-21, 33-32, 42-43

D/ : Susp. TMD

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pro OHI: penggunaan tongue scraper setiap habis sikat gigi 2 kali sehari

Edukasi pola makan makanan sehat seperti anjuran makan-makanan

berserat buah dan sayur, konsumsi yoghurt 2 kali sehari, konsumsi air

putih 8 gelas per hari, konsumsi chewing gum

Pro Kontrol 1 minggu

Gambar 2.1 Coated tongue pada 2/3 dorsum lidah posterior


8

Gambar 2.2 Linea alba a/r gigi 34-37, 44-47

Gambar 2.3 Pewarnaan fisiologis gingiva a/r 14-21, 33-32, 42-43

2.2 Status Kontrol IPM

Tanggal : 29 Desember 2015

2.2.1 Anamnesa

Pasien datang 11 hari setelah kunjungan pertama untuk kontrol.

Pengecapan pasien sudah membaik dan tidak terasa pahit lagi sejak 5 hari dari

kunjungan pertama. Pasien sudah melakukan instruksi yang diberikan pada

kunjungan pertama seperti menyikat lidah dengan tongue scraper 2 kali sehari

setelah sikat gigi, memperbaiki asupan cairan, makan makanan berserat buah dan

sayur, dan mengkonsumsi yoghurt. Lapisan putih kekuningan pada lidah sudah

hilang. Frekuensi buang air besar pasien pun sudah membaik. Pasien memiliki
9

kebiasaan bruxism sampai sekarang sehingga terdengar bunyi kliking pada TMJ

sebelah kanan.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula kiri: teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan: teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental kiri teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan: teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Servikal kiri: teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan: teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Bibir t.a.k

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral t.a.k

Lain-lain t.a.k

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Mulut

Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S


16 0 11 0 26 0 16 0 11 0 26 0 Baik/ sedang/ buruk
0 0 0 0 0 0
46 0 31 0 36 0 46 0 31 0 36 0 Stain +/-
1 0 1 0 0 0
DI = 2/6 KI = 0/6

OHI-S = DI + CI = 2/6 = 0,3 baik

Gingiva Terdapat makula kecoklatan difus a/r 14-25, 33-34, 42-43


10

Mukosa Bukal Terdapat papula memanjang berwarna putih a/r 34-37, 44-

47

Mukosa Labial t.a.k

Palatum Durum t.a.k.

Palatum mole t.a.k.

Lidah t.ak

Dasar Mulut t.a.k

Gambar 2.4 Coated Tongue sudah hilang

2.2.4 Diagnosis

D/ : Coated tongue (sembuh)

D/ : Linea alba a/r 34-37, 44-47

DD/ : Cheeck bitting

D/ : Cheek biting a.r mukosa bukal sinistra dan dekstra

D/ : Pigmentasi fisiologis gingiva a/r 14-21, 33-32, 42-43

D/ : Susp. TMD

2.2.5 Rencana Perawatan


11

- Pro OHI lanjutan sikat lidah menggunakan tongue scraper 1 kali sehari

sehabis sikat gigi jika diperlukan

- Pro anjuran makan makanan sehat, diet serat sayur dan buah
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Coated Tongue

3.1.1 Definisi Coated Tongue

Coated tongue atau disebut juga furred tongue, merupakan penampakan

klinis dari lidah berselaput yang terjadi pada dorsum lidah. Selaput pada lidah

tersebut dapat terjadi karena adanya sel-sel deskuamasi dan debris (Cawson dan

Odell, 2002). Coated tongue akan menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri,

bau mulut, dan sensasi rasa pada lidah kurang peka (Quirynen et al, 2004).

3.1.2 Etiologi dan Patofisiologi Coated Tongue

Lidah dalam kondisi normal dilapisi selaput yang terdiri dari mukus,

deskuamasi sel epitel, dan derbis. Pergerakan lidah dan adanya aliran saliva dapat

meminimalisir lapisan pada lidah. Gangguan kesehatan pada seseorang dapat

mengganggu keseimbangan tersebut, sehingga lapisan pada lidah menjadi lebih

tebal. Kurangnya pergerakan lidah, berkurangnya aliran saliva, demam, kelebihan

tembakau atau alkohol, gangguan pencernaan atau pernafasan dapat menimbulkan

penebalan pada lapisan lidah sehingga terjadi coated tongue. Warna dari coating

tergantung berbagai faktor, seperti kebiasaan menggunakan tembakau dan

kebiasaan diet. (Field & Lesley, 2003)

Faktor predisposi lainnya yang dapat menimbulkan coated tongue antara

lain lesi pada rongga mulut, dehidrasi, penggunaan obat antibiotik seperti penisilin

12
13

dan steroid, agen-agen pengoksida yang terdapat pada obat kumur, diet lunak, dan

penurunan jumlah aliran saliva akan menyebabkan akumulasi dari debris oral

(Greenberg & Glick, 2003; Laskaris, 2006). Aktifitas saraf simpatis meningkat

saat demam, saraf simpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga

banyak darah dan panas yang mengalir ke permukaan tubuh melalui penguapan,

radiasi, dan konduksi kulit. Aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan protein

pada saliva, namun menurunkan jumlah aliran saliva.(Ekstrom et al, 2012;

Nuaimy et al, 2012)

Tabel 1. Indeks Kojima digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan coated


tongue (Panov & Assya, 2012)
Skor Indeks Kojima
0 Tidak terlihat
1 Terdapat lapisan tipis <1/3 permukaan dorsum lidah posterior

2 Terdapat lapisan tipis <2/3 atau lapisan tebal di >1/3 pada dorsum lidah

3 >2/3 dorsum lidah terdapat lapisan tipis atau <2/3 dorsum lidah terdapat
lapisan tebal

4 >2/3 terdapat lapisan tebal pada dorsum lidah

Permukaan dorsum lidah merupakan area yang biasanya mengalami

iritasi setiap harinya. Iritasi tersebut dapat disebabkan oleh minuman panas atau

makanan yang keras atau kasar. Hal tersebut menyebabkan dorsum lidah yang

memproduksi lapisan sel-sel mati protektif yang disebut keratin (AOMP, 2005).

Keratin yang dibentuk di atas dorsum lidah akan terdeskuamasi dan

tertelan pada saat makan. Pada keadaan normal, jumlah keratin yang diproduksi

sebanding dengan keratin yang terdeskuamasi. Keseimbangan tersebut dapat


14

terganggu, dan kondisi ini dapat menyebabkan coated tongue. Hal ini dapat

dikarenakan keratin tidak segera terdeskuamasi, seperti terlihat salah satunya pada

penderita dengan diet makanan lunak terutama pada pemakai gigi tiruan (AOMP,

2005).

3.1.3 Tampilan Klinis dan Diagnosis Banding Coated Tongue

Tampilan klinis coated tongue tampak lapisan berwarna putih atau putih

kekuningan pada permukaan dorsum lidah (Gambar 3.6). Terdapat pemanjangan

papilla filiform tidak lebih dari 3-4 mm disertai akumulasi debris dan bakteri

(Laskaris, 2006)

Gambar 3.1. Coated tongue pada lidah (Sumber gambar: Laskaris, 2006)

Diagnosis banding penyakit ini antara lain hairy tongue, hairy

leukoplakia, dan candidiasis. Hairy tongue merupakan kondisi akumulasi keratin

pada papila filiform yang mengalami pemanjangan, terlihat seperti lidah

berambut. Berbeda dengan coated tongue, pada hairy tongue tingkat akumulasi

keratin lebih tebal, pemanjangan papila filiform melebihi beberapa mm, dan

warna lidah tampak putih, coklat, hingga hitam (Gambar 3.7). (AOMP, 2005;

Laskaris, 2006)
15

Gambar 3.2. Hairy tongue pada lidah (Sumber gambar: Laskaris, 2006)
Coated tongue Hairy tongue Candidiasis
pseudomembranosa

Karakteristik Lapisan putih atau Lidah tampak Lapisan putih pada lidah
putih kekuningan berambut, meninggalkan
pada dorsum lidah berwarna putih, permukaan eritem yang
Dapat dikerok coklat, hingga sakit jika dikerok
tanpa hitam
meninggalkan Pemanjangan
permukaan eritem papila filiform
Pemanjangan > 4mm, bahkan
papila filiform <3- hingga 15mm
4 mm
Etiologi - - Candida albicans

Faktor Demam, OH buruk, OH buruk, xerostomia,


predisposi antibiotik, antibiotik, penggunaan GTL,
dehidrasi, diet tembakau, antibiotik, penyakit
lunak, lesi rongga alkohol, sistemik
mulut radioterapi

Candidiasis merupakan lesi rongga mulut yang disebabkan karena

infeksi jamur, umumnya disebabkan candida albicans. Pseudomembran


16

candidiasis merupakan jenis penyakit ini yang sering ditemukan. Lesi tampak

putih, dan dapat diangkat dengan meninggalkan daerah kemerahaan (Gambar 3.8).

Lokasi paling sering ditemukan di mukosa bukal, palatum lunak, lidah dan bibir.

Lesi ini menimbulkan rasa tidak nyaman pada lidah, terasa seperti terbakar, dan

menyebabkan xerostomia. (Langlais, 2003; Laskaris, 2006; Greenberg & Glick,

2008).

Gambar 3.3 Pseudomembran candidiasis pada palatum lunak (Sumber gambar:


Laskaris, 2006)

3.1.4 Terapi

Terapi untuk coated tongue yaitu dengan meningkatkan oral hygiene.

Tongue scrapper dapat menghilangkan akumulasi keratin. Menghentikan

kebiasaan buruk yang dapat mengiritasi lidah, dapat mengurangi coated tongue

(AOMP, 2005; Laskaris, 2006). Obat kumur yang mengandung asam askorbat

dapat membantu mengurangi coated tongue jika dikombinasikan dengan sikat

lidah (Fields & Lesley, 2003).

3.2 Linea Alba

Linea alba merupakan lapisan putih horizontal pada mukosa bukal yang

sejajar dengan bidang oklusal yang meluas dari komisura bibir hingga gigi

posterior (Gambar 3.9). Lesi ini disebabkan trauma gigitan, gesekan, atau
17

kebiasaan menghisap-hisap pipi. Tidak ada perawatan yang dilakukan, pada

beberapa orang garis putih ini akan hilang secara spontan. Diagnosis banding

untuk lesi ini yaitu cheek bitting. Cheek bitting memiliki karakteristik lesi tampak

berwarna putih disertai area eritem, dengan area tebal dan tipis terlihat berdekatan.

Trauma yang terus menerus dapan menimbulkan ulserasi (Greenberg & Glick,

2008).

Gambar 3.4 Linea alba (Sumber Gambar: Laskaris, 2006)

3.3 Pigmentasi Fisiologis Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi

tulang alveolar dan mengelilingi. Margin gingiva dan gingiva cekat berwarna

merah muda (coral pink) tergantung dari vaskularisasi, ketebalan epitel, dan

jumlah pigmen melanin pada epitel (Newman et al, 2002).

Melanin merupakan pigmen coklat derivat non-hemoglobin yang

berperan sebagai zat warna kulit, mukosa rongga mulut, dan gingiva (Newman et

al, 2002). Hiperpigmentasi gusi disebabkan oleh deposisi melanin yang berlebih

pada lapisan basal dan suprabasal epithelium, melanin ini diproduksi oleh

melanosit. Secara klinis pigmentasi melanin pada gusi tidak menggangu masalah

kesehatan, tetapi keluhan gusi berwarna hitam atau coklat mengganggu


18

penampilan terutama jika pewarnaan gusi ini terlihat ketika berbicara atau

tersenyum (Gambar 3.10). (Ertas, 2003; Satoshi, 2006)

Gambar 3.5 Hiperpigmentasi Fisiologis Gingiva (Sumber Gambar: http://perio-


implan.com)

3.4 Temporomandibula Disorder

Gangguan sendi tempromandibula (TMJ) dapat disebabkan hiperfungsi

muskular atau parafungsi, infeksi bakteri, dan perubahan degeneratif primer atau

sekunder.. Ganggan sendi temporomandibula yang dapat ditemukan antara lain

nyeri pada sendi temporomandibula, osteartritis, internal derangement, trismus,

dan dislokasi kondilus. Penegakan diagnosis diperoleh melalui riwaya penyakit

pasien, pemeriksaan sendi TMJ, otot-otot mastikasi, oklusi, dan penunjang

radiologi. Pemeriksaan sendi TMJ yang dilakukan seperti auskultasi dan palpasi.

(Moore, 2001; Miloro et al, 2004)

Gangguan sendi TMJ yang sering ditemukan dokter gigi adalah kliking.

Kliking dapat disertai rasa nyeri dan keterbatasan pembukaan mulut. Kliking

biasanya berhubungan dengan daya atau beban berlebih yang diterima sendi TMJ,

terjadi pada seseorang yang memiliki kebiasaan clenching dan bruxism. Nyeri dan
19

trismus bergantung pada tingkat kekakuan otot pengunyahan, serta frekuensi dan

durasi parafungsi. (Moore, 2001; Miloro et al, 2004)

Diskus berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah tulang saling

bergesekan yang terdapat di antara fossa dan kondilus. Diskus dapat mengalami

dislokasi sehingga menimbulkan bunyi saat membuka mulut. Fleksibilitas diskus

dapat menurun, yang akan mengakibatkan terjadinya ruptur atau inflamasi diskus

dan menimbulkan nyeri. (Moore, 2001; Miloro et al, 2004)

Ibuprofen dapat diberikan sebagai terapi untuk mengurangi rasa nyeri

yang timbul. Kebiasaan buruk seperti bruxism perlu dihilangkan jika menjadi

etiologi timbulnya gangguan sendi TMJ. Occlusal splint dapat menjadi terapi

sederhana yang digunakan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism.

Antidepresan dapat diberikan jika stress berperan dalam timbulnya kebiasaan

parafungsi tersebut. (Moore, 2001; Miloro et al, 2004)


BAB IV

PEMBAHASAN

Nn. G datang ke datang ke instalasi penyakit mulut RSGM dengan

keluhan lidah terasa pahit sejak 2 minggu yang lalu. Sejak 2 minggu yang lalu

juga pasien mengalami batuk dan pilek sampai sekarang. Pasien sempat

mengalami demam pada 1 minggu yang lalu, dan pasien telah mengkonsumsi

antibiotik selama 3 hari. Pasien saat ini sedang mengkonsumsi obat batuk OBH.

Konsumsi air putih kurang dari 8 gelas sehari, juga jarang mengkonsumsi sayur.

Pemeriksaan intraoral pada pasien ditemukan terdapat selaput putih

kekuningan pada 2/3 dorsum lidah posterior, disertai dengan keluhan pasien

berupa rasa pahit pada lidah sejak 2 minggu yang lalu. Selaput putih tersebut

dapat dikerok tanpa meninggalkan daerah eritem. Cawson dan Odell (2002)

menyebutkan coated tongue atau disebut juga furred tongue, merupakan

penampakan klinis dari lidah berselaput yang terjadi pada dorsum lidah. Selaput

pada lidah tersebut dapat terjadi karena adanya sel-sel deskuamasi dan debris.

Laskaris (2006) juga menyebutkan tampilan klins coated tongue berupa lapisan

putih atau putih kekuningan pada permukaan dorsum lidah. Coated tongue akan

menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa pada

lidah kurang peka (Quirynen et al, 2004).

Kojima membagi tingkat keparahan coated tongue ke dalam 4 kelompok

berdasarkan luasnya permukaan lidah yang terlibat, dan ketebalan lapisan selaput

pada lidah (Panov & Assya, 2012). Tampilan klinis coated tongue yang

ditemukan pada lidah pasien yaitu terdapat lapisan tebal pada 1/3 dorsum lidah

20
21

posterior dan <2/3 dorsum lidah terdapat lapisan tipis (Gambar 2.1). Klasifikasi

indeks kojima pada pasien termasuk kedalam skor ke-2 berdasarkan tampilan

klinis yang ditemukan.

Keratin yang dibentuk di atas dorsum lidah akan terdeskuamasi dan

tertelan pada saat makan. Pada keadaan normal, jumlah keratin yang diproduksi

sebanding dengan keratin yang terdeskuamasi. Keseimbangan tersebut dapat

terganggu, dan kondisi ini dapat menyebabkan coated tongue (AOMP, 2005;

Fields & Lesley, 2003). Kurangnya pergerakan lidah yang dapat disebabkan oleh

lesi minor, diet lunak, penggunaan antibiotik seperti penisilin dan steroid,

gangguan aliran saliva, dehidrasi, konsumsi tembakau dan alkohol yang berlebih,

gangguan pada lambung atau sistem pernafasan, atau demam dapat

mengakibatkan timbulnya selaput pada lidah yang dapat menimbulkan plak putih

atau berwarna (Field & Lesley, 2003; Greenberg & Glick, 2003; Laskaris, 2006) .

Pasien memiliki riwayat demam 1 minggu yang lalu dan telah mengkonsumsi

antibiotik selama 3 hari. Pasien sedang mengkonsumsi obat batuk hitam (OBH)

sejak 2 minggu yang lalu. Demam dan konsumsi obat batuk hitam dapat menjadi

penyebab timbulnya coated tongue pada pasien. Kebiasaan pasien dalam

konsumsi air putih < 8 gelas per hari, jarang mengkonsumsi sayur, serta jarang

membersihkan lidah menjadi faktor predisposisi munculnya coated tongue.

Namun, pasien tidak mengetahui jenis antibiotik yang dikonsumsi selama 3 hari

ketika demam, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti apakah antibiotik yang

dikonsumsi pasien menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

coated tongue. Demam dapat menstimulus aktifitas saraf simpatis, stimulus saraf
22

simpatis tersebut dapat mempengaruhi aliran saliva berkurang dengan kandungan

protein yang tinggi. Warna dari coating tergantung berbagai faktor, seperti

kebiasaan menggunakan tembakau dan kebiasaan diet (Field & Lesley, 2003).

Warna selaput putih kekuningan yang terlihat pada lidah pasien dapat disebabkan

kebiasaan diet lunak pasien dan konsumsi obat batuk hitam yang sedang rutin

dikonsumsi pasien saat ini

Terapi yang diberikan pada pasien berupa instruksi oral hygiene

penggunaan tongue scrapper 2 kali sehari, anjuran makan-makanan berserat buah

dan sayur, konsumsi yoghurt 2 kali sehari, konsumsi air putih 8 gelas per hari,

konsumsi chewing gum. Terapi untuk coated tongue yaitu dengan meningkatkan

oral hygiene. Tongue scrapper dapat menghilangkan akumulasi keratin (Aomp,

2005; Laskaris, 2006). Konsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah dapat

membantu menghilangkan debris, bakteri dan keratin yang tidak terdeskuamasi

sehingga lidah akan lebih bersih. Pasien juga diinstruksikan untuk mengkonsumsi

air minum 8 gelas sehari agar tidak mengalami dehidrasi serta menjaga agar

kondisi aliran saliva dalam keadaan normal. Coated tongue dapat muncul hilang

timbul dalam waktu yang singkat, dan lapisan ketebalan pseudomembran dapat

diperparah pada saat keadaan pasien dehidrasi. Konsumsi chewing gum

dianjurkan karena dapat menstimulasi saliva, yang dapat bekerja sebagai self

cleansing (Greenberg & Glick, 2003). Yogurt mengandung bakteri yang

menguntungkan, membantu memperbaiki ketidakseimbangan mikroba dalam

rongga mulut yang menjadi penyebab coated tongue dan halitosis. Produk bakteri

Lactobacillus dan Bifidobacterium dalam yogurt berupa asam organik yakni asam
23

laktat dapat berperan sebagai agen keratolitik. Agen keratolitik mampu

melepaskan ikatan keratin dan merangsang pembentukan sel baru (Haukioja,

2010; Sutula et al, 2013). Terapi tersebut bertujuan untuk menghilangkan coated

tongue, mengurangi keluhan yang dirasakan pasien, dan mencegah terjadinya

kekambuhan.

Pemberian yogurt juga dapat mengatasi konstipasi yang dikeluhkan

pasien. Kandungan asam laktat hasil produk bakteri dalam yogurt dapat

merangsang gerak peristaltik hampir pada semua bagian dalam saluran

pencernaan. Rangsangan gerakan peristaltic tersebut dapat memelihara kesehatan

tubuh melalui peningkatan proses pencernaan, penyerapan, pembuangan feses,

dan pembuangan bakteri pathogen dari saluran pencernaan. (Yilzid, 2010)

Pada kunjungan kontrol 11 hari kemudian, selaput putih pada bagian

dorsal pasien sudah hilang, dan pasien merasakan lidahnya sudah tidak terasa

tebal dan kotor lagi. Instruksi yang diberikan sudah dilaksanakan oleh pasien

antara lain menyikat lidah 2 kali sehari dengan menggunakan tongue scraper,

mengkonsumsi air putih 8 gelas per hari, mengkonsumsi sayur dan buah-buahan

yang berserat untuk membantu proses deskuamasi lapisan keratin pada lidah, dan

konsumsi yogurt 2 kali sehari. Tetapi pasien tidak melaksanakan instruksi

konsumsi chewing gum 2 kali sehari, instruksi yang diberikan bertujuan untuk

stimulasi saliva membantu meningkatkan aliran saliva, sehingga memperbaiki

self cleansing. Frekuensi buang air besar pasien sudah membaik, hal tersebut

menandakan asupan serat pasien cukup. Pasien diinstruksikan untuk tetap

menjaga kebersihan rongga mulut dengan menyikat lidah dengan tongue scraper
24

1 kali sehari setelah menyikat gigi, menjaga asupan cairan serta makanan

berserat buah dan sayur.


SIMPULAN

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit

sistemik, dapat disimpulkan diagnosis untuk pasien ini adalah coated tongue,

linea alba, pigmentasi fisiologis pada gingiva. Faktor predisposisi yang

mempengaruhi terjadinya coated tongue pada pasien ini yaitu demam, konsumsi

obat batuk hitam, kebiasaan pasien jarang membersihkan lidah, kurangnya

konsumsi air putih 8 gelas per hari, dan kurangnya konsumsi makanan berserat

sayur dan buah.

Pembersihan lidah yang dilakukan pasien memberikan hal positif pada

penyembuhan coated tongue. Terapi yang diberikan yaitu oral hygiene instruction

menyikat lidah dengan tongue scraper dua kali sehari setelah sikat gigi,

memperbanyak makanan berserat seperti buah dan sayur, konsumsi air putih 8

gelas per hari, konsumsi yogurt 2 kali sehari, dan konsumsi chewing gum. Pada

kunjungan ke-2 saat kontrol lapisan putih pada lidah dan keluhan yang dirasakan

sudah hilang. Oleh karena itu, disarankan untuk tetap menjalankan instruksi agar

oral hygiene pasien tetap terjaga.

25
DAFTAR PUSTAKA

AAOMP. 2005. Coated tongue. Available at www.aaomp.org diakses tanggal: 28


April 2012
Berkovitz, B.K.B., Holland, G.R., and Moxham, B.J. 2002. Oral Anatomy,
Histology and Embryology. 3rd ed. Edinburgh: Mosby
Cawson, RA and EW, Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine 7th ed. Edinburgh : Churchill Livingstone.
Cicek Yasin, Umit Ertas. The Normal and Pathological Pigmentation of Oral
Mucous Membrane: A Review. J Contemp Dent Pract 2003;4(3):76-86
Ekstrom, J. et al. 2012. Saliva and The Control of Its Secretion. Springer
Field, A and L, Longmann. 2003. Tyldesleys Oral Medicine 5thed. New York :
Oxford University Press.
Fiorellini JP, David M, Satoshi. The Gingiva. In: Carranzas Clinical
Periodontology 10th ed. Philadelphia: WB Saunder Co.2006
Greenberg and Glick. 2008. Burkets Oral Medicine: Diagnosis and Treatment.
11th edition. Ontario: BC Decker Inc
Haukioja, Anna. 2010. Probiotics and Oral Health. Eur J Dent 2010;4;348-355
(diakses dari www.ncbi.nlm.gov)
Langlais and Miller. 2003. Color atlas of common oral disease. Philadelphia:
Lippincot William & Wilkins
Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd Ed. New York: Thieme
Moore, UJ. 2001. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery 5th ed. Blackwell
Science
Miloro, Michael, et al 2004. Petersons Principles of Oral and Maxillofacial
Surgery 2nd ed. London: BC Decker Inc
Newman, Michael G, et al. 2002. Carranzas Clinical Periodontology. 9th ed.
Philadelphia: W. B. Saunders
Nuaimy KM, Al-Hamdani IH, Tawfik NO. Effect of Stress on the Composition
and Flow Rate of Saliva. AlRafidain Dent J. 2012; 12(1): 66-70.

26
27

Panov, Vladimir E., & Assya Krasteva. 2012. Tongue Coating in Patients With
Gastrointestinal and Liver Disease. Journal of IMAB - Annual
Proceeding (Scientific Papers) 2012, vol. 18, book 2
Scully, C & Richard Welbury. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis
of Diagnosis and Treatment. 2nd edition. USA: Elsevier
Sutula J , et al. 2013. The Effect of a Commercial Probiotic Drink Containing
Lactobacillus casei Strain Shirota on Oral Health in Healthy Dental
People. Microbial Ecology in Health & Disease (diakses dari
www.ncbi.nlm.gov)
Quirynen M, et al. 2004. Impact of Tongue Cleansers on Microbial Load and
Taste. J Clin Periodontal, 2004 Jul; 31(7);506-10 (diakses dari
www.ncbi.nlm.gov)
Yilzid, Fatih. 2010. Development and Manufacture of Yogurt and Other
Functional Dairy Products. Taylor & Francis Group: New York

You might also like