You are on page 1of 5

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN

SISWA TENTANG PENCEGAHAN HIV AIDS

ALINEA 1

KESENJANGAN AWAL JUDUL TEMA DAN DIBELAKANGNYA

POLA REMAJA INGIN BANYAK TAU

EFEKTIFATAS

GEP MUNCUL TERSEBUT BUKAN JUDUL

SINOPSIS ARTIKEL

MASALAH

DATA MASALAH YANG DI TELITI

URAIKAN W
Pada saat ini banyak remaja yang melakukan pacaran secara bebas,

hal tersebut merupakan salah satu penyebab dari penularan HIV/AIDS,

dimana perilaku pacaran bebas tersebut menandakan bahwa kurangnya

pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan pola asuh orang tua yang tidak

tepat.

Salah satu upaya untuk menekan laju penyebaran HIV/ AIDS yaitu

dengan memberikan pendidikan kesehatan HIV/ AIDS sejak dini pada

remaja. Masa remaja adalah masa transisi, yang ditandai dengan adanya

perubahan fisik, emosi, dan psikologis. Masa remaja dimulai dengan usia

10-19 tahun, dimana terjadi suatu periode pematangan organ reproduksi

manusia dan sering disebut masa pubertas. Terjadinya perubahan besar

ini pada umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya,

khususnya perubahan pada psikologis. Perubahan yang berkaitan dengan

psikologis adalah mudah bereaksi bahkan agresif dengan rangsangan dari

luar yang mempengaruhinya. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa

berfikir dahulu, ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih

senang pergi bersama temannnya dari pada tinggal dirumah, cenderung

ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-coba

terhadap beberapa hal seperti seks bebas yang beresiko terhadap

penularan HIV/AIDS.
Di Indonesia, berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan oleh Ditjen

P2PL Kemenkes RI (Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan

Pencegahan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia)

tentang perkembangan HIV/AIDS yang dilaporkan pada tanggal 1 Januari

2016 hingga 31 Maret 2016 pengidap HIV sebesar 32,711 jiwa dan AIDS

sebesar 7,864 jiwa. Kumulatif usia kasus AIDS ada pada rentang usia 20-

29 tahun dengan jumlah 24,628 kasus (P2PL Kemenkes RI, 2016).

Propinsi Jawa Barat pada tahun 2016 menempati urutan ke 4 untuk

kasus HIV/AIDS dengan jumlah 18.727 kasus HIV dan 4.919 kasus AIDS,

untuk kasus HIV/AIDS terjadi peningkatan sebanyak 3% dari tahun 2014

dengan jumlah 17.075 kasus HIV dan untuk AIDS 4.191 kasus AIDS. Kasus

HIV/AIDS didominasi oleh usia produktif dari kalangan WPS (Wanita

Pekerja Seks) (Dirjen PP dan PL Kemenkes, 2016). Tasikmalaya menempati

urutan ke 2 untuk kasus HIV/AIDS dengan jumlah 310 kasus HIV AIDS,

ditemukan dikelompok waria dan PSK dengan factor utama perilaku

seksual. Tingginya HIV AIDS di KAbupaten Tasikmalaya ini menjadi ironi

tersendiri bagi daerah yang menjuluki dirinya Kota Santri dan visi misinya

Tasikmalaya religious islami. Kecamatan Singaparna urutan ke 1 dengan

jumlah 30 kasus.

Pemberian pendidikan dan informasi yang tepat dan sesuai pada

remaja sangat penting. Apabila remaja tidak mendapatkan pendidikan dan

informasi yang benar tentang kesehatan khususnya tentang HIV/AIDS,

maka remaja sangat rentan mengalami masalah pendidikan, lingkungan,


kesehatan, dan seksualitas. Masalah seksualitas yang terjadi pada remaja

adalah pengetahuan yang tidak tepat mengenai kesalahan sumber

informasi, kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang

berkaitan dengan kesehatan dan seksualitas, penyalahgunaan dan

ketergantungan napza, yang mengarah pada penularan HIV/AIDS melalui

jarum suntik yang dipakai secara bergantian dan melalui seks bebas,

sehingga masalah ini semakin mengkhawatirkan jika dibiarkan.

Media pendidikan dengan video memiliki kelebihann tersendiri yaitu

mampu untuk menampilkan gambar yang bergerak, memiliki keunikan

tersendiri yang tidak dimiliki media pembelajaran lainnya, konsep cerita

dikemas melalui pembelajaran video juga menjadi pokok utama dalam

pembelajaran dan materi yang panjang dan sulit disampaikan secara lisan

dapat disajikan dalam bentuk film dan video yang mudah untuk

dimengerti siswa.

Mariyani (2009) dengan judul Pengaruh Penyuluhan kesehatan

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di Wilayah

padukuhan Daleman Gilangharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta. Metode

penelitian ini adalah intervensi one group pretes-post test design. Populasi

76 sampel diambil secara purposive sampling, didapatkan 40 responden

dengan metode pengambilan data primer melalui pengisian kuesioner

pengetahuan dan sikap. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

tingkat pengetahuan sebesar t = 11,628 dan sikap sebesar t = 9,010


dengan harga p = 0,000 (p<0,05) Ho ditolak. Perbedaan dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu pada variabel penelitian, tekhnik pengambilan

sampel dan jumlah responden. Tekhnik pengambilan sampel pada

penelitian ini meggunakan tekhnik cluster random sampling. Jumlah

sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 69 responden.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang efektifitas pendidikan kesehatan dengan media video

terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang pencegahan HIV/AIDS

pada siswa SMA KHZ. Musthafa Sukamanah

You might also like