You are on page 1of 11

muhammadiyah sebagai gerakan islam

November 12, 2012 by jsnurul Leave a comment

NAMA : NURUL JOKO SANTOSO


KELAS : KEMUHAMMADIYAHAN A
NIM : 20110420320

A. SEJARAH MUHAMMADIYAH
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).[1]

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk


memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada
awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul
Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan
sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti
nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Muallimin
_khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Muallimaat
Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di


karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah
Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut
pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke
Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif
singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari
daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan
Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
2. ARTI MUHAMMADIYAH

Arti muhammadiyah dapat ditinjau dari segi bahasa dan segi istilah

a. segi bahasa

muhammdiyah berarti umat nmuhammad / pegikut Muhammad , yaitu semua orang


yang beragama islam dan meyakini bahwa nabi Muhammad adalah hamba dan pesuruh ALLOH
yang terakhir. Dengan kata lain, siapa saja yang mengaku islam yang dibawa nabi Muhammad
sesungguhnya mereka adalah orang muhammadiyah

b. segi istilah

muhammadiyah adalah gerakan islam yang didirikan oleh K.H.A Dahlan pada tanggal 8
dzulhijah 1330 atau 18 November 1912 di Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama oleh pedirinya
karena dengan nama itu berharap bisa meniru segala jejak perjuangan dan pengabdian nabi
Muhammad saw

C. SEBAB SEBAB MUHAMMADIYAH


DIDIRIKAN
Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bidah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat
Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula
agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-


kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;

4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta
berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;

5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama
Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang
semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat

(Junus Salam, 1968: 33).


D. MAKSUD DAN TUJUAN
MUHAMMADIYAH
Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan
tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak perjuangan
gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya kegiatan serta macam macam amal usaha
muhammadiyah. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan
sebagi berikut:

1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada


penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.

2. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya

Sejak pertama kali didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke-44 di
Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah telah mengalami tujuh kali
perubahan redaksional, susunan bahasan dan istilah yang dipergunakan. Saat ini Muhammadiyah
menggunakan rumusan yang dihasilkan saat Muktamar ke-34 di Yogyakarta, yaitu :
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.

E. AMAL USAHA MUHAMMADIYAH


Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah.
Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan ibadah, seperti:

1. Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi orang


yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari
adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum
berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah
delima, buah jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara
tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendoakan bagi
keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.

2. Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri, seperti
selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal
dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya puisi
serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam yang disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada
kecenderungan yang kuat untuk mengultusindividukan seornag wali atau nabi, sehingga hal itu
dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut khaul,
atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang
setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap
arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh
Muhammadiyah juga dipandang dapat mengeruhkan tauhid.

3. Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada malam
Jumat dan hari-hari tertentu adalah suatu bidah. Begia ziarah hanya pada waktu-waktu tertentu
dan pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus
ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian
pada setiap makhluk Allah.

Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam Islam sangat
dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan dalam Islam.
Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala
kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasa pada ajaran agama, oleh karena itu harus
ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-
100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bidah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan Islam.
Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh Muhammadiyah dalam
memurnikan tauhid.

F. PERKEMBANGAN MUHAMADIYAH
Secara garis besarnya, perkembangan muhammadiyah dapat dibedakan menjadi

a. Perkembanngan secara Vertikal

Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh penjuru
tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU, Muhammadiyah
sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan jamaah
Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammadiyah dalam mengikis
adat-istiadat yang mendarah daging di kalangan masyarakat, sehingga banyak menemui
tantangan dari masyarakat.

b. Perkembangan secara Horizontal

Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah banyak berkembang,
yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Hal ini mempertimbangkan karena bertambah luas
serta banyaknya hal hal yang harus diusahakan oleh muhammadiyah sesuai dengan maksud
dan tujuannya. Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah,
dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pemimpin
persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan. Selain
majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu organisasi yang bernaung di bawah
organisasi induk, dengan amasih tetap memiliki kewenangan untuk mengatur rumah tangganya
sendiri. Kesatuan kesatuan kerja berupa majelis majelis majelis dan badan badan pembantu
perserikatan :

a. majelis tarjih bertugas:

mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agam islam untuk mendapatkan kemurnian
dan kebenaran ajaran islam

b. majelis tabligh bertugas :

mempergiat daan menggembirakan dakwah islamyiah, amar amkruf nahi mungkar

c. majelis pendidikan dan kebudayaan bertugas :

memajukan dan memperbarui pendidikan, pngajaran, dan kebudayaan serta memperluas ilmu
pengetahuan menurut tuntunan islam

d. majelis Pembina kesejahteraan umat(PKU) bertugas :

menggerakkan dan menghidupkan amal tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa

e. majelis Pembina ekonomi bertugas :

membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran islam

f. majelis wakaf dan kehartabendaan brtugas :

mengurusi masalah tanah dan hak milik muhammadiyah sebagai barang amanar yang harus
dipergunakan da diselenggarakan sesuai tempatnya

g. majelis pustaka bertugas :

menyelenggarakan adanya perpustakaan yang cukup lengkap untuk memnuhi kebutuhan


penyelidikan dan dokumentasi

h. majelis pendidikan tinggi, penelitian dan pengembangan bertugas :

membina perguruan tinggi muhammadiyah serta memperluas ilmu pengetahuan, teknologi dan
penelitian menurut tuntunan islam.

Beberapa lembaga lembaga muhammadiyah :


Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting

Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan

Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Lembaga Penanganan Bencana

Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh

Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

Lembaga Seni Budaya dan Olahraga

Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

Dalam persyarikatan Muhammadiyah, organisasi otonom (Ortom) ini ada beberapa buah, yaitu:

Aisyiyah

Nasyiatul Aisyiyah

Pemuda Muhammadiyah

Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)

Ikatan Mahasiswa Muhamadiyyah (IMM)

Tapak Suci Putra Muhamadiyah

Gerakan Kepanduan Hizbul-Wathan

Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan Muda Muhammadiyah


(AMM). Keenam organisasi otonom ini berkewajiban mengemban fungsi sebagai pelopor,
pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.

G. PERIODE PIMPINAN DALAM


MUHAMMADIYAH
Dari sejak muhammadiyah didirikan oleh KHA Dahlan sampai periode sejarahnya yang paling
modern, telah silih berganti kepemimpinan muhammadiyah sebagai berikut :
K.H. Ahmad Dahlan (1912 1923)

K.H. Ibrahim (1923 1932)

K.H. Hisyam (1932 1936)

K.H. Mas Mansur (1936 1942)

Ki Bagus Hadikusumo (1942 1953)

A.R. Sutan Mansyur (1952 1959)

H.M. Yunus Anis (1959 1968)

K.H. Ahmad Badawi (1962 1968)

K.H. Fakih Usman/H.A.R. Fakhrudin (1968 1971)

K.H. Abdur Razak Fakhruddin (1971 1990)

K.H. A. Azhar Basyir, M.A. (1990 1995)

Prof. Dr. H.M. Amien Rais/Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (1995 2000)

Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (2000 2005)

Prof. Dr. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA(2005-2010),(2010-2015)

H. Ciri ciri perjuangan muhammadiyah


Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak
kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif,
dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-
ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah.
Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau
memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.

1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam

2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar maruf nahi munkar

3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid


A. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam

Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH
Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul
Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah,
sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang
semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran,
khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan
kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan
sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan Ajaran KH Ahmad
Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran, yang didalammya tergambar secara
jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah
SWT.

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh
ajaran-ajaran Al-Quran karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-
mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah,
baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan
melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk
menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati,
dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lilalamin.

B. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam

Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang
kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri
Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang
mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan
terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat
Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar
perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar maruf nahi munkar dengan
masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar
dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti
asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan
suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan
tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah

C. Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid


Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid
atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu
organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum
dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-
trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bidah lewat
gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali
oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi
secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bidah dan tajdid, sbab
semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.

Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas
pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada
tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan
cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara
penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara
pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat
Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut
purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation).
Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka
Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.

I. KEYAKINAN DAN CITA CITA HIDUP


MUHAMMADIYAH
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Maruf Nahi Munkar, beraqidah
Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada
Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi
penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:


a. Al-Quran: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;

b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-


bidang:

a. Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala
kemusyrikan, bidah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

b. Akhlak

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada
ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia

c. Ibadah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa
tambahan dan perubahan dari manusia.

d. Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat duniawiyah (pengolahan dunia dan


pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam
bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia
Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan
Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah
SWT:

BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR

(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)

You might also like