Professional Documents
Culture Documents
K
DENGAN MASALAH KESEHATAN RUMAH SEHAT
DI DUSUN GEDANGAN DESA PUGER KULON
KECAMATAN PUGER
JEMBER
Oleh
Afthon Yazid A, S.Kep.
NIM. 1601032008
Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. K dengan Masalah Kesehatan Rumah Sehat
di Dusun Gedangan Desa Pugerkulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
A. Latar belakang
Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan
kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator
dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi , 1998).
Peran/tugas keluarga dalam kesehatanyang dikembangkan oleh ilmu keperawatan
dalam hal ini adalah ilmu kesehatan masyarakat ( Komunitas ) sangatlah
mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran / tugas keluarga itu sendiri.
Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan keluarga.( Friedman,ed3, 1998 : 145 ) Peran keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam
kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan,
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sangatlah penting dalam
mengatasi kecemasan klien.(Friedman,2003146).
Penanggulangan Injecting Drug User (IDU) memang cukup sulit, perlu
diperhatikan dari berbagai aspek, misalnya ketersediaan sarana kesehatan publik,
hukuman bagi pengguna, pengedar dan berbagai cara yang lain.
Cara yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan keluarga. Keluarga
merupakan lingkungan terkecil bagi seorang IDU. Kasih sayang orang tua akan
menyebabkan pengguna merasa bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan,
merasa dihargai dan dibutuhkan. Dengan kasih sayang orang tua diharapkan
menjadi manusia yang dapat diterima oleh masyarakat (Abu ahmadi, 2002 : 106).
Ada dua persepsi berbeda yang cukup menarik ketika kita mendengar ungkapan
atau semboyan Menuju Indonesia Sehat 2010, pertama adalah jelas bahwa di
tahun 2010 diharapkan mayoritas penduduk Indonesia berada pada kondisi sehat
dalam konteks kesehatan pada umumnya baik lahir maupun batin, dan kedua
adalah di tahun 2010 nanti Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sebuah
negara yang sehat dan kuat sehingga dapat melindungi dan mensejahterakan
seluruh penduduknya dalam pemenuhan hak-hak Sipol (sipil dan politik) dan
juga hak-hak Ekosob (ekonomi, sosial, dan budaya), namun para perawat di
Indonesia tetap dapat berperan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki walau
apapun persepsinya, namun dalam tulisan ini saya akan lebih banyak membahas
peran perawat dari perspektif yang pertama yaitu dalam konteks kesehatan dan
ilmu keperawatan.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran perawat menuju Indonesia yang
sehat, sangat baik bila kita lebih dulu mengetahui definisi dari sehat itu sendiri.
Setiap individu memiliki pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai sehat.
Pada masa lalu sebagian besar individu dan masyarakat memandang kesehatan
yang baik atau kesejahteraan sebagai suatu kondisi kebalikan dari penyakit atau
kondisi tidak adanya penyakit (Potter dan Perry, 1997).
Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kompleksnya
pemahaman tentang kesehatan dengan berbagai pendekatan, saat ini pengertian
sehat mulai dipandang dengan perspektif yang semakin luas.
Aspek sehat menjadi lebih luas antara lain dengan memasukkan elemen-elemen
seperti rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup,
jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat
kemandirian tertentu (Haber, 1994).
Neuman (1990) berpendapat bahwa sehat dalam suatu rentang adalah tingkat
sejahtera klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi
sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi
kematian, yang menandakan habisnya energi total. Model ini disebut dengan
model kontinum sehat sakit yang menyatakan bahwa sehat bersifat dinamis yang
berubah setiap waktu sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai
perubahan eksternal maupun internal yang bertujuan untuk mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, perkembangan, sosial, dan spiritual.
Sedangkan sakit adalah proses dimana individu mengalami kemunduran fungsi
dalam satu dimensi atau lebih kehidupannya bila dibandingkan dengan keadaan
individu tersebut sebelumnya. Karena sehat dan sakit memiliki kualitas yang
relatif maka sebaiknya ditentukan dengan titik tertentu pada skala yang kontinum
antara sehat-sakit, dan keadaan sehat atau sakit seseorang harus lebih dikaitkan
dengan nilai-nilai, kepribadian, dan gaya hidup seseorang daripada diukur
dengan berbagai standar yang absolute.
Tahun 2010 nanti juga diharapkan penduduk Indonesia tidak lagi menemukan
hambatan yang berarti dalam menjangkau pelayanan kesehatan baik itu dalam
hal ekonomi atau biaya maupun yang bersifat non-ekonomi seperti jarak
pelayanan kesehatan yang semakin dekat sehingga memudahkan klien yang
membutuhkannya. Dalam hal ini perawat dapat menggunakan metode kunjungan
ke rumah-rumah klien yang membutuhkan pelayanan kesehatan ataupun dengan
menggunakan kemajuan teknologi untuk mempermudah komunikasi seperti
pesawat telepon maupun video conference yang memang belum begitu
berkembang di Indonesia. Selain itu, perawat juga harus menambah
pengetahuannya dengan terus menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi guna
meningkatkan kualitas pelayanannya.
Perilaku sehat dan lingkungan yang sehat serta ditunjang dengan fasilitas
kesehatan yang memadai dan kemampuan klien untuk mendapatkan pelayanan,
akan membuat derajat kesehatan juga meningkat.
Kondisi di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan
sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan
bagi para perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi
kesehatan yang senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran-peran
yang telah penulis sebutkan di paragraf sebelumnya.
Namun perlu diakui bahwa untuk mencapai indikator Indonesia yang sehat di
tahun 2010 nanti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi kita dihadapkan
dengan beberapa masalah internal di dalam tubuh profesi perawat itu sendiri.
Menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan ialah tentang standar pendidikan
perawat yang sangat variatif yang menyebabkan kualitas lulusan perawat
sangatlah beragam di setiap daerahnya sehingga cukup sulit untuk menetapkan
standar kompetensi di tingkat nasional, adapun masalah yang sebenarnya sangat
penting namun mulai mendapatkan respon negatif di dalam tubuh profesi ini
adalah tentang belum tersedianya sebuah Undang-undang Keperawatan sebagai
paying hukum untuk melindungi para perawat supaya seluruh asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat menjadi legal dan tidak rancu dengan
tindakan dari profesi kesehatan lainnya.
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga karena
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga memiliki peran
yang sangat penting dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keluarga juga menempati posisi di antara individu dan
masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat dapat mendapatkan keuntungan dua sekaligus yaitu memenuhi
kebutuhan individu dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga itu
berada.
Kesehatan lingkungan dalam keluarga sangat penting sehingga tercipta rumah
yang sehat. Untuk terciptanya rumah yang sehat perlu peran serta perawat
kesehatan komunitas, sehingga tercipta derajat kesehatan yang tinngi didalam
kelurga maupun masyarakat.
Rumah sehat adalah rumah yang layak dihuni, tidak harus berwujud rumah
mewah dan besar sehingga penghuni/masyarakat memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung,
dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani, maupun social.(Prabu, 2009)
Dari hasil pengkajian dari 100 rumah penduduk yang ada didesa suci kecamatan
panti, 82% rumah penduduk belum memenuhi rumah sehat, itu disebabkan
karena ventilasi yang kurang, 78,05% jendela patent tidak bias dibuka, keadaan
rumah lembab, pencahayaan tidak terjamin. Selain itu hampir seluruh penduduk
tidak punya jamban, 60% buang sampah disungai
Berkaitan dengan praktek keperawatan komunitas yang sudah dimulai, maka
dilaksanakan penerapan asuhan keperawatan keluarga kepada keluarga/ klien
yang memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan. Salah satunya adalah asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga Tn. K.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan Tn, K dengan masalah kesehatan rumah
sehat di dusun Gedangan desa Puger Kulon kecamatan Puger Kabupaten
Jember
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian rumah sehat
b. Mengetahui pengertian keluarga
c. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan rumah
sehat
C. Manfaat
1. Bagi peneliti
Memberikan pengetahuan yang lebih tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah kesehatan rumah sehat.
2. Bagi keluarga/pasien
Memberikan akses informasi kesehatan tentang rumah sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan
kemajuan teknologi
b. Penyimpanan sampah
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
f. Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar
kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk
Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut
diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan
rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk
mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur
dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD,
Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk
mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.Binatang pengganggu
yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit
rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah
terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi
umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan
b. Persyaratan fasilitas sanitasi
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e. Persyaratan pengolahan makanan
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
g. Persyaratan peralatan yang digunakan
h. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat
manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan.
Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi
anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di
luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko
dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar
diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
6. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah,
Ibu, dan Anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. Keluarga Indonesia
umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena
masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu
komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
7. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak Ayah.
b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak Ibu.
c. Equlitarian, yang memegang dalam keluarga adalah Ayah dan Ibu.
8. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
5. Aktiftas
Aktifitas fisik seperti olah raga.
6. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangi terjadinya
penyakit dan juga ketenangan dalam rumah tangga.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (Friedman,1998) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
7. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001) Semua interaksi perawat dengan pasien
adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik
merupakan suatu teknik diman usaha mengajak pasien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan.
c. Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada
konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan
tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga (Friedman, 1998).
8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi .
c. Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
1) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya, salah satunya adalah disebabkan karena kurang
pengetahuan (Effendy, 1998).
2) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol
(Eendy, 1998).
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya komplikasi,
progrfosis, cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam
keluarga.
4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai
salah satu media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok bisa menjadi
pemicu menimbulkan penyakit (Sundaru, 2001). Dengan melihat
hal tersebut, keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan yang
sehat dan nyaman.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan yang
didapat dari fasilitas-fasilitas kesehatan.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Menentukan Prioritas Masalah
a. Berdasarkan sifat atau tifologi masalah. Penelitian masalah adalah
sebagai berikut :
1) Ancaman keluarga
Keadaan yang dapat beresiko terjadinya penyakit, kecelakaan atau
kegagalan dapat mempertahankan kesehatan optimal m,isalnya
riwayat penyakit keturunan, resiko tertular, resiko kecelakaan dan
lain-lain.
2) Kurang sehat
Suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai kesehatan optimal,
misalnya sedang sakit dan kegagalan tumbuh kembang.
3) Krisis
Suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan penyesuaian
lebih banyak dalam hal sumber daya yang dimiliki, misalnya
kehamilan, aborsi, lahir diluar nikah dan kehilangan orang yang
dicintai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Umum Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Tn. K berusia 30 tahun, agama Islam, suku Madura, pendidikan tamat
SMP, pekerjaan swasta, alamat Dusun Glengseran Desa Suci Kecamatan
Panti Kabupaten Jember
b. Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Kel Pekerjaan Pendidikan
1. Tn. K L 53 th Kepala keluarga Petani SD
2. Ny. S P 59 th Istri Ibu RT SD
3. Tn. D L 24 th Anak Wiraswasta SMP
4. Sdr. M P Anak Wiraswasta SMP
20 th
5. Ny. R P Menantu Ibu RT SD
18 th
6. Nn. A P Anak Pelajar SD
13 th
7. By. A P Cucu - -
5 th
c. Genogram
Keterangan :
d. Type Keluarga
1) Jenis tipe keluarga: Keluarga inti dengan pasangan suami istri yang
tidak bekerja.
2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut: tidak ada masalah
e. Suku Bangsa
1) Asal suku bangsa: Jawa
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Tn. K mengatakan
keluarganya tidak makan makanan pantangan, bila keluarga sakit
segera periksa ke mantri.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Agama dan kepercayaan yang dianut klien dan keluarga adalah islam.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
1) Anggota keluarga yang mencari nafkah: Kepala keluarga (Tn. K)
dan ibu (Ny. S)
2) Penghasilan: Tn. K mengatakan < Rp. 500.000,00 / bulan
3) Upaya lain: tidak ada
4) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Tn. K mengatakan hanya memiliki meja, Tv, kursi, lemari, tempat
tidur, sepeda.
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: Tn. K mengatakan
kebutuhan yang rutin di keluarkan tiap bulan adalah kebutuhan
makan dan listrik.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn. K mengatakan melakukan rekreasi dengan menonton TV. Karena
penghasilannya pas-pasan jadi hiburannya hanya menonton TV.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Keluarga dengan anak usia dewasa atau melepas anak ke masyarakat.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:
1) Membantu anak untuk mandiri
2) Mempertahankan komunikasi
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Tn. K mengatakan tidak ada keluarga yang sakit. Penyakit yang
biasanya diderita keluarga adalah batuk dan flu.
2) Riwayat penyakit keturunan: Tn. K mengatakan
keluarganya ada yang menderita hipertensi
3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan yg
Kesehatan (BCG/Polio/DPT/ Kesehatan telah
Campak/HB) dilakukan
1. Tn. K 53 th 55 kg Sehat Tidak tahu Kadang sesak -
Ny. S 59 th
2. 49 kg Sehat Tidak tau Hipertensi Berobat
Tn. D 24 th
3. Sdr. M - Sehat Lengkap - -
20 th
Ny. R
4. 18 th - Sehat Lengkap - -
Nn. A
13 th
5. - Sehat Tidak tau - -
By. A 5 th
6. - Sehat Lengkap - -
7. 13 kg Sehat Lengkap -Pilek -Minum obat
U Teras
f. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan: Tn. K hanya mampu membeli
sandang seperlunya dan pangan secukupnya
2) Pemanfaatan sumber di masyarakat: keluarga Tn. K memanfaatkan
sumber air sebagai sumber air sehari hari
g. Sistem Gastrointestinal
I: Flat
A: Bising usu 14 x/menit
P: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa
P: Timpani
h. Sistem Persyarafan
Kesadaran Composmentis, GCS 456
i. Sistem Muskuloskeletal
kekuatan otot 55555 55555
55555 55555
Akral hangat, CRT < 2 detik
j. System Genitalia: Tidak dikaji
9. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya: Keluarga ingin seluruh keluarga
terhindar dari penyakit.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: Dapat diadakan pengobatan gratis
No Pemeriksaan Tn. K Ny.S Sdr. M Ny. N Ny. S Sdr. D
1 Kepala Bersih, Bersih, Bersih, hitam, Bersih, hitam, Bersih, hitam, Bersih, hitam,
beruban, rata beruban, rata rata rata rata rata
2 TTV TD:120/80 TD:120/70 TD:- TD:- TD:- TD:-
mmHg mmHg N: 90 x/mnt N: 98 x/mnt N: 98 x/mnt N: 98 x/mnt
N:80 x/mnt N: 88 x/mnt RR:18 x/mnt RR:20 x/mnt RR:20 x/mnt RR:20 x/mnt
RR:20 x/mnt RR:20 x/mnt
3 BB,TB,PB - - - - - -
4 Mata Simertris, Simertris, Simertris, Simertris, Simertris, Simertris,
ikterus-,sklera ikterus-,sklera ikterus-,sklera ikterus-,sklera ikterus-,sklera ikterus-,sklera
putih, putih, putih, putih, putih, putih,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
merah muda merah muda merah muda merah muda merah muda merah muda
5 Hidung Simetris, PCH Simetris, PCH Simetris, PCH Simetris, PCH Simetris, PCH Simetris, PCH
-, sekret - -, sekret - -, sekret - -, sekret - -, sekret - -, sekret -
6 Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, lembab, lembab, lembab, lembab, lembab, karies
karies gigi -. karies gigi -. karies gigi -. karies gigi -. karies gigi -. gigi -.
7 Leher Pembersaran Pembersaran Pembersaran Pembersaran Pembersaran Pembersaran
kelenjera kelenjera kelenjera kelenjera kelenjera kelenjera
tiroid - tiroid - tiroid - tiroid - tiroid - tiroid -
8 Dada I:simetris, I:simetris, I:simetris, I:simetris, I:simetris, I:simetris,
retraksi - retraksi - retraksi - retraksi - retraksi - retraksi -
P: nyeri tekan P: nyeri tekan P: nyeri tekan P: nyeri tekan P: nyeri tekan P: nyeri tekan
- - - - - -
P: pekak P: pekak P: pekak P: pekak P: pekak P: pekak
(paru), redup (paru), redup (paru), redup (paru), redup (paru), redup (paru), redup
(jantung) (jantung) (jantung) (jantung) (jantung) (jantung)
A: whe -/-, A: whe -/-, A: whe -/-, A: whe -/-, A: whe -/-, A: whe -/-,
ronki -/- ronki -/- ronki -/- ronki -/- ronki -/- ronki -/-
9 Perut I:flat I:flat I:supel I:supel I:supel I:supel
A:bising usus A:bising usus A:bising usus A:bising usus A:bising usus A:bising usus
15x/mnt 12x/mnt 8x/mnt 10x/mnt 15x/mnt 15x/mnt
P:nyeri tekan P:nyeri tekan P:nyeri tekan P:nyeri tekan P:nyeri tekan P:nyeri tekan
-, massa - -, massa - -, massa - -, massa - -, massa - -, massa -
P:timpani P:timpani P:timpani P:timpani P:timpani P:timpani
10 Tangan Akral hangat, Akral hangat, Akral hangat, Akral hangat, Akral hangat, Akral hangat,
CRT< 2 detik CRT< 2 detik CRT< 2 detik CRT< 2 detik CRT< 2 detik CRT< 2 detik
11 Kaki Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot
3, akral 5, akral 5, akral 5, akral 5, akral 5, akral
hangat hangat hangat hangat hangat hangat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
Tanggal Analisa : 12-Mei 2017
No Tanggal Data Diagnosa Keperawatan
1. 12-Mei 2017 Data subyektif : Kurangnya manajemen
Tn. K mengatakanrumahnya rumah sehat yang
sudah ada jendela tetapi tidak berhubungan dengan
pernah dibuka, sampah dibuang kurang pengetahuan
kesungai . keluarga tentang
Data obyektif : manajemen rumah sehat
Rumah kotor
Lantai rumah kotor
Sampah dibuang kesungai
Jandela 5, 2 terbuka dan 3
patent
Rumah kurang rapi
Dapur kotor
Pendidikan Sd
2. 12-Mei 2017 Data subyektif : Potensial terjadi
Tn. K mengatakan jika ada peningkatan status
anggota keluarganya yang sakit kesehatan keluarga
keluarga di bawa ke bidan/
puskemas
SCORING/ PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa keperawatan :
Kurangnya manajemen rumah sehat yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
keluarga tentang manajemen rumah sehat.
No. KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARAN
1. Sifat masalah : 2 1 2/3 Ventilasi yang kurang akan
Ancaman menyebabkan timbulnya
kesehatan banyak penyakit, namun
dinding rumah celah yang
memungkinkan cahaya dan
udara masuk.
2. Kemungkinan 2 2 2 Keluarga ada kemauan untuk
diubah: berubah.
Sebagian
3. Potensial 2 1 2/3 Dengan memberikan penkes
dicegah: pada keluarga tentang rumah
Cukup sehat akan menambah
pengetahuan keluarga
tentang rumah sehat, tetapi
kebiasaan keluarga menjadi
penyulit keluarga untuk
berubah.
4. Menonjolnya 1 1 1/2 Selama ini keluarga belum
masalah : pernah merasakan masalah
Masalah tidak yang ada.
dirasakan
Jumlah total 5 3/6
Diagnosa keperawatan :
Potensial terjadi peningkatan status kesehatan keluarga
No. KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARAN
Psikomotor
Ny. S mendemonstrasikan
cara pembuangan sampah
yang benar, membedakan
sampah organik dan non
organik dan membuka
jendela rumahnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil evaluasi terhadap asuhan keperawatan pada Tn.
K dengan kaasus masalah kesehatan rumah sehat. Dimana setelah dilakukan pengakajian
dan analisa data diddapatkan 2 diagnosa yaitu kurangnya manajemen rumah sehat yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat.
Potensial terjadi peningkatan status kesehatan keluarga.
1. Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat.
Pada diagnosa keperawatan yang pertama ini setelah dilakukan pelaksanaan sesuai
perencanaan, tindakan pada hari pertama pada tanggal 12 Mei 2017 didapatkan hasil
dari evaluasi Knowledge keluraga mampu menjelakan pengertian rumah sehat, kelurga
mampu menyebutkan syrat rumah sehat, keluarga mampu menjelaskan cara
pembuangan sampah yang benar, Afektif adalah Tn. K mengatakan memahami tentang
rumah sehat kemudian hasil evaluasi dari psikomotor Tn. K mendemontrasikan cara
pembuangan sampah yang benar, membedakan sampah organik dan non organik.
Dimana treatmen yang dilakukan untuk mengubah kebiasaan perilaku seseorang
tentang rumah sehat tidak dapat dilakukan hanya dalam 1 hari saja. Selain faktor
kebiasaan , tingkat pengetahuan dan sikap memiliki peran yang sangat penting dalam
manajemen rumah sehat dalam hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tarigan (2010) dengan penelitian yang berjudul hubungan karakteristk, pengetahuan
dan sikap kepala keluarga dengan kepemilikan rumah sehat di Kelurahan Pekan Selesei
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Hasil menunjukan adanya hubungan yang
signifikan antara variabel status pendidikan, pendapatan, pekerjaan, pengetahuan, sikap
dengan kepemilikan rumah sehat.
A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan dalam keluarga sangatlah penting sehingga tercipta rumah yang
sehat. Untuk terciptanya rumah yang sehat perlu peran sert keluarga itu sendiri dan
perawat sebagai konselor. Asuhan keperawatn keluarga yang dilaksanakan pada tanggal
12 Mei 2017 sampai dengan 2 Juni 2017 dapat disimpulkan teratasi sebagian pada
diagnosa yang pertama karena unutk mengubah pola pikir perilaku tidak dapat dilakukan
hanya dalam satu hari saja seperti yang sudah di jelaskan pada bab pembahasan diatas.
Kemudian pada diagnosa kedua dapat disimpulkan sudah teratasi. Melalui pendekatan
keluarga yang tepat perawat akan mampu diterima dengan cepat oleh keluarga yang
menjadi keluarga binaannya.
B. Saran
Dibutuhkan lintas sektoral dalam hal ini perangkat desa dan petugas kesehatan yang ada
diwilayah untuk memonitoring setiap keluarga yang ada dan melibatkan tokoh agama
setempat untuk mewujudkan manajmen keluarga sehat.
DAFTAR PUSTAKA