Professional Documents
Culture Documents
Kerajaan Demak
Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal dengan
nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah
kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah
seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.
Setelah Raden Patah wafat, ia digantikan oleh anaknya pati unus yang terkenal
dengan Pangeran Sebrang Lor. Sebelumnya Pati Unus menjabat sebagai adipati di
jepara.
Tatkala Trenggana wafat pada 1546, Prawata memang naik tahta di Demak.
Namun, Arya Panangsang dari Jipang (anaknya Raden Kinkin), yang memiliki
dendam kepada Prawata atas kematian ayahnya sekaligus berambisi untuk menjadi
sultan, tidak mau tinggal diam. Tatkala tentara Demak masih bergerak di wilayah
Maluku untuk mengusir Portugis, Arya Panangsang membawa pasukannya bergerak
untuk menyerang Demak. Dalam penyerangan ini, Prawata mati dan banyak orang-
orang Tionghoa peranakan dibunuh secara kejam oleh pasukan dari Jipang.
Sungguhpun Prawata berhasil dibunuh, Arya Panangsang tidak bisa secara mulus
menjadi sultan karena mendapat halangan dari Jaka Tingkir dari Pajang.
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah
pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan
Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian
Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur
kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan
politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan
bahwaKesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari
Kesultanan Mataram.
https://dinanurfadhilah.wordpress.com/2014/06/26/kerajaan-samudra-pasai/
http://dedyiraw.blogspot.co.id/2013/11/kerajaan-samudra-pasai.html