You are on page 1of 16

Asuhan Keperawatan SIADH

Written By Saktya Yudha on Jumat, 16 Agustus 2013 | 06.54

Definisi

SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau


yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter
syndrome. SIADH dapat didefiisikan sebagai Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia.

SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang
berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby, 2000)

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran


ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang
lebih ringan. (Corwin, 2001)

SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan
dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin
Jacob, 1993)

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran


ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang
lebih ringan. (Corwin, 2001)
SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon) adalah
gangguan pada hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan pelepasan
ADH dari hipofisis posterior.(elizabet j.corwin, 2001)

2.2 EPIDEMIOLOGI

Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma. Keganasan
yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru ( sel
gandum ), kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma.
Beberapa zat kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah
menunjukkan pelepasan ADH yang tidak mencukupi

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung


memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut
dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan
usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan.
Walau bagaimanapun risiko kejadian SIADH meningkat bila pasien menderita
hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan
pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.
Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesembuhannya

2.3 Etiologi

SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan
hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar
hipofise dalam memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa
keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti
diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:

1. Kelebihan vasopressin

2. Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma


pada otak.
3. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin,
cisplatin, dan ocytocin)

4. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi pituitary


anterior

5. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/ karsinoma pancreatic


yang dapat mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)

6. Cidera Kepala

7. Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)

8. Obat- obatan seperti

a. cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)

b. Carbamazepine (obat anti kejang)

c. Tricilyc (antidepresan)

d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan ).

1. Meningitis

2. Kelebihan ADH

Faktor Pencetus :
1. Trauma Kepala

2. Meningitis.

3. Ensefalitis.

4. Neoplasma.

5. Cedera Serebrovaskuler.

6. Pembedahan.

7. Penyakit Endokrin.

2.4 Patofisiologi

Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).
Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan
konsentrasi urine yang diekskresi

Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan
duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi
delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan
kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.

Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas


serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini
akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk
meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.

Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang
bertanggung jawab akan SIADH , yaitu

1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini


disebabkan oleh kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom
guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat
atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan positif pernafasan juga
akan mengalami SIADH.

2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik
hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).

3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan .


bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan
ADH . obat-obat tersebut termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate,
anestesi umum, suplemen kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia,
asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin,
siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang sering muncul adalah:

1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )

2. Mual, muntah, anorexia, diare

3. Takhipnea
4. Retensi air yang berlebihan

5. Letargi

6. Penurunan kesadaran sanpai koma.

7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi


urine yang kurang terlarut.

8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan

9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular

Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH
tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu dilakukan
pemeriksaan tingka osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium,
Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:

1. Na serum >125 mEq/L.

1. Anoreksia.

2. Gangguan penyerapan.

3. Kram otot.
2. Na serum = 115 120 mEq/L.

1. Sakit kepala, perubahan kepribadian.

2. Kelemahan dan letargia.

3. Mual dan muntah.

4. Kram abdomen.

3. Na serum < 1115 mEq/L.

1. Kejang dan koma.

2. Reflek tidak ada atau terbatas.

3. Tanda babinski.

4. Papiledema.
5. Edema diatas sternum.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.

Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap Na)

1. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.

Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan


Kalium sedikit.

1. Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,tergantung ion mana yang


hilang dengan DNA.

2. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.

Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana
kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020)
bila ada SIADH.

1. Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya: kelebihan


cairan melawan dehidrasi.

2. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi


natrium,natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L.

3. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.


4. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.

5. Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,


hipokalemia, peningkatan natrium urin

2.7 PENATALAKSANAAN

Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis
SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada
peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien
dengan gejala neurologis akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner, 1975)

Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. 1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang


ditunjukkan untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH,
misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah
untuk mengatasi tumor tersebut.

2. 2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.

Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan
cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi
natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang
berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi
pilihan.

1. 3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan


tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang
cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan
dukungan emosional.

Rencana non farmakologi


1. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)

2. Pembatasan sodium

Rencana farmakologi

1. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah

2. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin

3. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun

4. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3


% secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan
osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara
penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.

Pengobatan khusus = prosedur pembedahan

Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari


produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor
tersebut.

Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :

1. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan


untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang
diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social dan rekreasi).
2. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan
diuretic secara kontinyu.

3. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.

4. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah,


anoreksia segera lapor dokter.

5. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek
samping.

6. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.

7. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala


sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka
diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus
pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik
untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk
menghilangkan tumor tersebut.

2.8 KOMPLIKASI

Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai
kejang otot, koma dan intoksikasi air.

2.9 PROGNOSIS

Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH


biasanya berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor
primer telah terkontrol . gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya
bersifat reversibel dan tidak memerlukan rehabilitas jangka panjang.

SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan
ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat
ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.

Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi


dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x
lipat (25%) bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding
pasien degan hiponatremia ringan

Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan


drastis serum Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien
anak angka mortalitas hanya 8%. Bayi dalam kandungan akan merespon
edema yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena lebih luasnya volum
kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas
dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya
adaptasi otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Catatan


cairan : lebih dari tindakan 1. Pantau masukan dan
kebutuhan keperawatan selama masukan dan haluaran
berhubungan 3 X 24 jam haluaran cairan membantu
dengan diharapkan sekresi dan tanda mendeteksi tanda
peningkatan sekresi ADH kembali tanda dini
ADH ditandai normal dengan kelebihan ketidakseimbangan
dengan edema. kriteri hasil : cairan setiap 1 cairan.
2 jam.
- Volume cairan - Untuk
dan elektrolit dapat mengetahui
kembali dalam batas keadaan natrium
normal. serum

- klien dapat 1. Pantau


mempertahankan elektrolit atau
berat badan dan osmolalitas
volume urin 800 serum resiko
2000 ml/hari gangguan
signifikan bila
- Input sama serum Na - Mencegah
dengan output kurang dari intoksikasi air.
125 mEq/L.
- Tidak ada
edema.
- Tanda-tanda
vital menjadi
indikasi dari
1. Batasi kondisi klien.
masukan
cairan.

1. Monitor TTV

2. Ketidakseimbangan Tujuan setelah - Memberikan


nutrisi : kurang dari dilakukan tindakan informasi tentang
kebutuhan keperawatan selama keadaan masukan
berhubungan 3 X 24 jam, masalah 1. Timbang berat diet atau
dengan gangguan nutrisi badan setiap penentuan
dapat teratasi hari. kebutuhan nutrisi.
dengan kriteria hasil
: - Untuk
membuat klien
- Barat badan meningkat
kembali normal. kepercayaan
dirinya dan merasa
- Bebas dari tanda mengontrol
mal nutrisi. lingkungan lebih
suka menyediakan
makanan untuk
dimakan.
1. Buat pilihan
menu yang ada
dan ijinkan
pasien untuk - Memenuhi
mengontrol kebutuhan cairan
pilihan atau nutrisi sampai
sebanyak masukan oral
mungkin. dapat dimulai.
1. Kolaborasi,
Berikan cairan
IV
hiperalimentas
i dan lemak
sesuai indikasi

3. Gangguan Proses setelah dilakukan 1. Pantau tentang 1.Rentang


Pikir b.d tindakan kebingungan, dan perhatian untuk
Penurunan kadar keperawatan selama catat tingkat anxietas berkonsentrasi
Natrium proses pasien. mungkin
keperawatan memendek secara
diharapkan tingkat tajam yang
kesadaran dapat berpotensi
kembali normal. terhadap terjadinya
ansietas yang
Dengan kriteria hasil mempengaruhi
: prose pikir pasien

2.Tingkah laku
1. Pasien yang sesuai tidak
mampu akan memerlukan
berkomunika energi yang
si dengan 1. Batasi aktivitas banyak dan
baik. pasien dalam mungkin
batas-batas bermanfaat dalam
wajar untuk proses belajar
mengumpulka struktur internal.
2. Pasien bisa n energi.
meningkatka 3.Menurunkan
n resiko terjadinya
konsentrasin respon penolakan
ya. atau pertengkaran.

4.Dapat membantu
memfokuskan
3. Orientasi kembali perhatian
pasien klien dan untuk
kembali 1. Kurangi menurunkan
stimulus yang ansietaspada
normal. merangsang, tingkat yang dapat
kritik yang ditanggulangi.
negatif,
argumentasi, 5.Penting untuk
dan mmepertahankan
konfrontasi. harapan dari
kemampuan untuk
mempertahankan
harapan,dan
2. Ajarkan untuk meningkatkan
melakukan aktivitas
teknik rehabilitasi
relaksasi. kontinu.

5. Pertahankan
harapan realitas dari
kemampuan pasien
untuk mengontrol
tingkah lakunya
sendiri, memahami,
dan mengingat
informasi

You might also like