Professional Documents
Culture Documents
Definisi
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang
berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby, 2000)
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan
dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin
Jacob, 1993)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma. Keganasan
yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru ( sel
gandum ), kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma.
Beberapa zat kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah
menunjukkan pelepasan ADH yang tidak mencukupi
2.3 Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan
hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar
hipofise dalam memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa
keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti
diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya seperti dibawah ini:
1. Kelebihan vasopressin
6. Cidera Kepala
c. Tricilyc (antidepresan)
1. Meningitis
2. Kelebihan ADH
Faktor Pencetus :
1. Trauma Kepala
2. Meningitis.
3. Ensefalitis.
4. Neoplasma.
5. Cedera Serebrovaskuler.
6. Pembedahan.
7. Penyakit Endokrin.
2.4 Patofisiologi
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).
Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan
konsentrasi urine yang diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan
duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi
delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan
kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang
bertanggung jawab akan SIADH , yaitu
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik
hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Takhipnea
4. Retensi air yang berlebihan
5. Letargi
Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH
tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu dilakukan
pemeriksaan tingka osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium,
Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:
1. Anoreksia.
2. Gangguan penyerapan.
3. Kram otot.
2. Na serum = 115 120 mEq/L.
4. Kram abdomen.
3. Tanda babinski.
4. Papiledema.
5. Edema diatas sternum.
Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana
kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020)
bila ada SIADH.
2.7 PENATALAKSANAAN
Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis
SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada
peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien
dengan gejala neurologis akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner, 1975)
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan
cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi
natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang
berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi
pilihan.
2. Pembatasan sodium
Rencana farmakologi
5. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek
samping.
2.8 KOMPLIKASI
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai
kejang otot, koma dan intoksikasi air.
2.9 PROGNOSIS
SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan
ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat
ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Monitor TTV
2.Tingkah laku
1. Pasien yang sesuai tidak
mampu akan memerlukan
berkomunika energi yang
si dengan 1. Batasi aktivitas banyak dan
baik. pasien dalam mungkin
batas-batas bermanfaat dalam
wajar untuk proses belajar
mengumpulka struktur internal.
2. Pasien bisa n energi.
meningkatka 3.Menurunkan
n resiko terjadinya
konsentrasin respon penolakan
ya. atau pertengkaran.
4.Dapat membantu
memfokuskan
3. Orientasi kembali perhatian
pasien klien dan untuk
kembali 1. Kurangi menurunkan
stimulus yang ansietaspada
normal. merangsang, tingkat yang dapat
kritik yang ditanggulangi.
negatif,
argumentasi, 5.Penting untuk
dan mmepertahankan
konfrontasi. harapan dari
kemampuan untuk
mempertahankan
harapan,dan
2. Ajarkan untuk meningkatkan
melakukan aktivitas
teknik rehabilitasi
relaksasi. kontinu.
5. Pertahankan
harapan realitas dari
kemampuan pasien
untuk mengontrol
tingkah lakunya
sendiri, memahami,
dan mengingat
informasi