You are on page 1of 7

5 HADIS LEMAH (DHAIF) BAHKAN PALSU (MAUDHUU)

SEPUTAR RAMADHAN

DISADUR DARI
KARYA ALI MUSTAFA YAQUB
HADIS-HADIS PALSU SEPUTAR RAMADHAN

DISUSUN OLEH
HASRUL
DAFTAR ISI

1. HADIS PERTAMA; 3 BAGIAN DALAM KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN


2. HADIS PERTAMA; 3 BAGIAN DALAM KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
3. HADIS KETIGA; HARAPAN SATU TAHUN PENUH RAMADHAN
4. HADIS KEEMPAT; TIDURNYA ORANG PUASA ADALAH IBADAH
5. HADIS KELIMA; PUASA RAMADHAN TIDAK DITERIMA HINGGA
MENGELUARKAN ZAKAT FITRAH

2
1. HADIS PERTAMA; 3 BAGIAN DALAM KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

: :
:

: :
:
:

Artinya: Permulaan bulan Ramadhan itu Rahmat, Pertengahannya
maghfirah (ampunan), dan penghabisannya merurpakan pembebasan dari
neraka.1 (.H.R. Al-Uqaili)

Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Adiy, Al-Khatib al-Bagdadi, Al-
Dailami, dan Ibn Asakir. Menurut Imam al-Suyuti, hadis ini nilainya dhaif
(lemah), dan menurut Albani bahwa hadis ini adalah mungkar. Pernyataan
Albani ini tidak berlawanan dengan pernyataan Al-Suyuti karena hadis
mungkar adalah bagian dari hadis dhaif. Hadis mungkar termasuk kategori
hadis yang sangat lemah dan tidak dapat dipakai sebagai dalil apa pun. 2

Sumber kelemahan hadis ini adalah dua orang rawi, yaitu Sallam bin
Sawwar dan Maslamah bin al-Shalt. Menurut Ibn Adiy, Sallam bin Sawwar
adalah munkar al-Hadis. Ibnu Hibban mengatakan Sallam tidak boleh
dijadikan hujjah (pegangan), kecuali apabila ada rawi lain yang meriwayatkan
Hadisnya. Sedangkan Maslamah bin al-Shalt adalah matruk, yaitu dituduh
sebagai pendusta.

Hadits lemah yang senada dengan hadits diatas yaitu:

:
:













... :

Dari Salmn al-Frisi Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, Raslullh
Shallallahu alaihi wa sallam pernah berkhutbah dihadapan kami pada hari
terakhir bulan Syabn. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wahai

1 Muhammad bin Amr Al-Uqaili, Al-Dhuafa al-Kabir (Beirut: Darr al-Maktabah al-Ilmiyah,

1404 H/1984 M), jilid 2, Cet. I, h. 162


2 Lihat Ali Mustafa Yaqub, Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2013), Cet. VI, h. 14

3
manusia, sungguh bulan yang agung dan penuh barakah akan datang
menaungi kalian, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik
dari seribu bulan. Allh Subhanahu wa Taala menjadikan puasa (pada bulan
itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan
sunnah. Barangsiapa yang beribadah pada bulan tersebut dengan satu
kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan satu ibadah wajib pada
bulan yang lain. Barangsiapa yang menunaikan satu kewajiban pada bulan
itu, maka sama dengan menunaikan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan yang
lain. Itulah bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga . Itulah
bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya
adalah merupakan pembebasan dari api neraka.... (H.R. Ibnu Khuzaimah)3

Sanad hadits ini dhaf (lemah), karena ada seorang perawi yang
bernama Ali bin Zaid bin Judn. Orang ini seorang perawi yang lemah
sebagaiamana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya, Bukhri, Druquthni,
Abu Htim dan lain-lain. Ibnu Khuzaimah sendiri mengatakan, Aku tidak
menjadikannya sebagai hujjah karena hafalannya jelek. Imam Abu Hatim
mengatakan, Hadits ini mungkar.4

Sehingga, hadis di atas merupakan hadis dhaif yang kedhaifannya


sangat parah sehingga tidak dapat dijadikan dalil apa pun, termasuk dalam
fadhailul amal.

2. HADIS KEDUA; MAKAN SEBELUM LAPAR

.

Artinya: Kami adalah orang-orang yang tidak makan sehingga kami
lapar, dan apabila kami makan, kami tidak sampai kenyang.5
Ungkapan di atas banyak yang menganggapnya sebagai Hadis. Padahal
tidak ditemukan sama sekali dalam kitab-kitab Hadis. Ungkapan ini ditemukan
di dalam kitab Al-Rahmah fi al-Tibb wa al-Hikmah karya imam Al-Suyuti. Dan
ternyata ungkapan tersebut hanyalah ucapan seorang dokter dari Sudan yang
suatu saat diminta pendapatnya oleh Raja (Kisra) Persia.

Dengan demikian, ungkapan di atas bukanlah sebuah Hadis,


melainkan sebuat kata-kata hikmah atau kata-kata mutiara.6

3 Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah (Maktbah Syamilah)


4 Almanhaj.or.id
5 Muhammad bin Amr Al-Uqaili, Al-Dhuafa al-Kabir (Beirut: Darr al-Maktabah al-Ilmiyah,

1404 H/1984 M), jilid 2, Cet. I, h. 162


6 Lihat Ali Mustafa Yaqub, Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2013), Cet. VI, h. 23

4
3. HADIS KETIGA; HARAPAN SATU TAHUN PENUH RAMADHAN





:
:
) : :


: - -


:


...

Artinya: Seandainya ummatku mengetahui pahala ibadah bulan
Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar satu tahun penuh menjadi
Ramadhan semua .7 (.H.R. Ibnu Khuzaimah)

Hadis ini diriwayatkan juga oleh Usaman Al-Khubari, Abu Yala, Al-
Baihaqi, Ibnu Al-Najjar dan Al-Mundziri. Kepalsuan hadis di atas disebabkan
oleh salah satu sanadnya yang bernama Jarir bin Ayyub al-Bajali. Para kritikus
Hadis menilainya sebagai pemalsu hadis, matruk dan munkar. Disamping
terdapat juga kejanggalan dalam matan hadisnya. Hadis di atas hanyalah
penggalan dari potongan matannya yang masih panjang.

Menurut para ulama hadis, salah satu dari tanda-tanda hadis palsu
adalah hadis itu panjang disertai kejanggalan susunan kata-kata dan
maknanya. Dalam hadis ini, kejanggalan makna itu terdapat dalam besarnya
pahala atau balasan dari amalan yang sangat ringan sementara dalam hadis-
hadis shahih hal serupa tidak disebutkan.8

Pertanyaannya kemudian, jika hadis ini palsu, mengapa Ibnu Khuzaimah


memasukannya ke dalam kitab shahihnya? Sebenarnya Ibnu Khuzaimah tidak
seceroboh itu, karena beliau dalam kitabnya itu menyatakan dua ungkapan
yang dapat menyelamatkan beliau dari kritik itu. Pertama, beliau menyatakan:
..( Bab tentang dihiasinya surga untuk
bulan Ramadhanapabila hadis ini shahih). Kedua, beliau juga menuturkan:
( Dalam hati saya ada sesuatu tentang Jarir
ibn Ayyub Al-Bajali)

Jadi kesimpulannya bahwa hadis ini tetap Maudhu (Palsu).

7
Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah (Maktbah Syamilah)
Lihat Ibn Shalah, Muqaddimah Ibn Shalah, yang dinukil dalam Ali Mustafa Yaqub, Hadis-
8

hadis Palsu Seputar Ramadhan, h. 28

5
4. HADIS KEEMPAT; TIDURNYA ORANG PUASA ADALAH IBADAH





" :

:
:
"



Artinya: Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah
tasbih, doanya dikabulkan, dan amalnya dilipatgandakan.9 (.H.R. Al-Baihaqi)

Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al-Iraqi, Albani juga


mendhaifkan hadits ini. Di dalam hadis ini terdapat nama-sama seperti Maruf
bin Hasan, seorang perawi yang dhaif, dan Sulaiman bin Amr al-NakhaI,
seorang perawi yang lebih dhaif dari pada Maruf. Kesimpulan Ali Mustafa
Yaqub bahwa hadis ini merupakan hadis palsu.

5. HADIS KELIMA; PUASA RAMADHAN TIDAK DITERIMA HINGGA


MENGELUARKAN ZAKAT FITRAH









:

" :

:
." :

Artinya: Ibadah bulan Ramadhan itu tergantung antara langit dan bumi,
dan tidak akan diangkat kepada Allah kecuali dengan mengeluarkan zakat
fitrah.10

Ibnu Jauzi menuturkan dalam kitabnya mengenai hal ini dengan dua
buah hadis. Hadis pertama pertama berasal dari Jarir sebagaimana redaksi di
atas, dan hadis kedua berasal dari Anas bin Malik. 11 Ibnu Jauzi kemudian
berkomentar bahwa dua hadis itu tidak shahih (palsu). Hadis pertama di dalam
sanadnya terdapat rawi yang bernama Muhammad bin Ubaid, seorang yang

9 Al-Baihaqi, Syab al-Iman, (Maktbah Syamilah), kemudian dinukil oleh Al-Suyuti dalam Al-

Jami al-Shaghir
10 Ibnu Jauzi, Al-Ilal al-Mutanahiyah fi al-Ahadits al-Wahiyah
11 Dengan readaksi
. .
.

6
tidak dikenal identitasnya. Sedangkan hadis kedua di dalam sanadnya
terdapat rawi yang bernama Abd al-Rahman bin Utsman, para ulama
melemparkan Hadis Abd al-Rahman bi Utsman. Dan menurut Ibnu Hibban
Abd al-Rahman bin Utsman tidak boleh dijadikan hujjah.
Demikian juga Al-Suyuti menutukan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh
Ibnu Syahin dan Al-Dhiya, keduanya berasal dari Jabir. Al-Suyuti mengatakan
bahwa hadis ini dhaif tanpa menyebutkan alasannya. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Ibnu Asakir yang di dalam sanandnya terdapat rawi yang
bernama Abd al-Rahman bin Utsman yang tidak diketahui identitsanya.
Dengan demikian, sanad hadis ini tidak dapat dinilai karena ada rawi
yang majhul. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hadis ini palsu.

SEKIAN

You might also like