Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2.2 Bagaimana Home visit ibu post partum?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.3.1 mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan ibu post partum
1.3.2 mengetahui dan memahami Home visit ibu post partum
2
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN DAN HOME VISIT IBU POST PARTUM
3
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Biodata klien berisi tentang : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
suku, agama, alamat, no. RM, nama penanggung jawab, umur,
pendidikan, pekerjaan , suku, agama, alamat, tanggal pengkajian.
2. KELUHAN UTAMA
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3. RIWAYAT HAID
Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal
partus.
4. RIWAYAT PERKAWINAN
Kehamilan saat ini merupakan kehamilan hasil pernikahan ke
berapa? Apakah perkawinan tersebut sah atau tidak?
5. RIWAYAT OBSTETRI
1) Riwayat Kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium :
USG, darah, urin, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a. Riwayat persalinan lalu : Jumlah gravida, jumlah partal, dan
jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan,
penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat
ini.
b. Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktivitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri
pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian
ASI, respon dan suport keluarga.
c. Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan,
4
dengan epiostomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan
sekitar vagina dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat,
lama pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah
perdarahan.
d. Riwayat new born : Apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi / tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung
menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, jenis
kelamin, BB, panjang badan, kelainan kongenital, apakah
dilakukan bonding attachment secara dini dengan ibunya,
apakah langsung diberikan ASI atau susu formula.
6. RIWAYAT KB & PERENCANAAN KELUARGA
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang?
8. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Pengkajian faktor emosional, perilaku, dan sosial pada masa
post partum memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu
dan keluarga terhadap dukungan, penyuluhan, dan bimbingan antisipasi
respons mereka terhadap pengalaman kehamilan dan persalinan dan
perawatan post partum, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan tanggung jawab ,enjadi orang tua baru. Perawat juga
mengkaji pengetahuan dan kemampuan ibu yang terkait dengan
perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan pemeliharaan kesehatan
serta perasaan tentang diri dan gambaran dirinya.
9. VARIASI BUDAYA
Etnik dan kepercayaan serta praktik budaya memengaruhi
perilaku orang tua selama masa post partum. Model penyakit sebagai
akibat ketidakseimbangan tubuh, merupakan model yang umum
5
digunakan dalam budaya non barat. Keseimbangan dapat dipersepsikan
sebagai aliran energi, panas dan dingin, atau yin dan yang (prinsip
feminim-reseptif dan maskulin-aktif). Ibu post partum dipersepsikan
berada dalam keadaan tidak seimbang dan rentan terkena penyakit
kecuali jika ia melakukan praktik khusus yang biasanya terkait dengan
istirahat dan menyepi, menghindari dingin, dan diet.
Beberapa budaya mungkin membatasi peran ayah dalam
pengalaman kelahiran anak dan post partum atau menentukan jenis
aktivitas khusus menjadi orang tua. Menerapkan harapan dan metode
barat pada pengkajian perilaku orang tua tidak tepat pada budaya ini.
10. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetik, menular, kelainan kongenital atau gangguan
kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
11. PROFIL KELUARGA
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat,
sibling, tipe rumah, community setting, penghasilan keluarga, hubungan
sosial dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
12. KEBIASAAN SEHARI HARI
a. Pola nutrisi : Pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah,
frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, waktu (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya involunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol kandung kemih, terjadi over distensi kandung kemih atau
retensi urin karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan
6
saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena
luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genetalia, pola berpakaian,
tata rias rambut dan wajah.
e. Aktivitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah
melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi,
kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
13. SEXUAL
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, kontinuitas hubungan
seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse
postpartum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan
lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang
dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu,
berciuman, tertawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat
hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan.
Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor
pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu,
gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
14. KONSEP DIRI
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami operasi SC karena CPD atau
karena bentuk tubuh yang pendek.
7
15. PERAN
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan
involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahuan tentang
keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik feses
bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum,
perubahan kulit.
Kemampuan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan
personal hygiene, payudara) dan kemampuan melakukan perawatan
bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan, dan mengganti baju
/ popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi
hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakek / nenek)
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan
Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
16. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum pasien
2) Tanda-tanda vital
Tanda vital ibu harus dimonitor secara teratur pada periode
early postpartum, terutama untuk mengkaji adaptasi kardiovaskuler,
fungsi genitourinaria, dan untuk mendeteksi infeksi. Umumnya
tanda-tanda vital harus dimonitor setiap 4 jam selama 24 jam
pertama postpartum dan setiap 8-12 jam untuk berikutnya. Fluktuasi
dalam tanda vital mungkin mengindikasikan adanya komplikasi.
1. Suhu
Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa
hari pascapartum karena demam biasanya terjadi yang
merupakan gejala awal infeksi. Suhu tubuh 38 oC mungkin
disebabkan oleh dehidrasi pada 24 jam pertama setelah
persalinan atau karena awitan laktasi dalam 2 sampai 4 hari.
Demam yang menetap atau berulang diatas angka ini pada 24
jam pertama dapat menandakan adanya infeksi. Selama
8
pemberian cairan IV, banyak ibu postpartum mengalami tremor
dan kedinginan, hal ini bisa terjadi karena adanya :
a) Penurunan tiba-tiba dari tekanan pada saraf pelvic setelah
melahirkan
b) Suatu respon antara fetus dan ibu dimana terdapat hubungan
dengan lepasnya plasenta
c) Reaksi produksi adrenalin ibu selama melahirkan dan
sesudah kelahiran atau karena reaksi anastesia epidural.
2. Pernafasan
a) Bradipnea : rata-rata frekuensi nafas dibawah 14-16x/menit
terjadi akibat depresi pernafasan berhubungn dengan
pemberian analgesik narkotik atau epidural.
b) Takipnea : rata-rata pernafasan diatas 24x/menit
menunjukkan adanya kehilangan darah berlebih atau syok
hipovolemik, infeksi dan demam, nyeri, atau menurunnya
kualitas sistem pernafasan berhubungan dengan emboli paru
atau edema paru.
3. Nadi
a) Bradikardia : merupakan perubahan fisiologis normal
selama 6 sampai 10 hari pasca partum dengan frekuensi nadi
40 sampai 70 kali/menit.
b) Takikardia : frekuensi diatas 100 kali/menit dapat
menunjukkan adanya infeksi, hemoragi, nyeri, atau
kecemasan. Nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan
dengan hipotensi menunjukkan hemoragi, syok, atau emboli.
4. Tekanan darah
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama
kehamilan.
a) Hipotensi : wanita post partum dapat mengalami hipotensi
ortostatik karena diuresis dan diaforesis, yang menyebabkan
pergeseran volume cairan kardiovaskuler.
9
b) Hipertensi : peningkatan tekanan darah menunjukkan
hipertensi akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali
pada masa pasca partum. Kejang eklamsia dilaporkan terjadi
sampai lebih dari 10 hari post partum.
17. PENGKAJIAN STATUS FISIOLOGIS MATERNAL
1) Payudara (Breast)
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan serta palpasi
konsistensi dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status
laktasi. Pada 1 sampai 2 hari post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Pada ibu
menyusui, saat ASI mulai diproduksi, payudara mulai menjadi lebih
besar, keras, dan hangat dan mungkin terasa benjol-benjol atau
bernodul. Wanita sering mengalami ketidaknyamanan dengan
awitan awal laktasi. Pada wanita yang tidak menusui, perubahan ini
kurang menonjol dan menghilang dalam beberapa hari. Banyak
wanita mengalami pembengkakan nyata seiring dengan awitan
menusui. Payudara menjadi lebih besar dan teraba keras dan tegang
\, dengan kulit tegang dan mengilap serta terlihatnya pembesaran
vena berwarna biru dan dapat teraba panas saat disentuh.
Ketika menyusui dimulai, perawat dapat mengamati
perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada
tanda-tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan pada ibu
apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan
menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
2) Rahim (Uterus)
Involusi : Kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali ke ukuran
dan kondisinya sebelum kehamilan, diukur dengan
mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus dan
karakter serta jumlah lokia setiap 4 sampai 8 jam.
10
Mengkaji fundus (tonus, posisi, dan tinggi fundus)
Fundus dapat meninggi segera setelah persalinan dan pada
hari pertama post partum, tetapi kemudian turun sekitar 1 cm atau 1
jari perhari. Pada hari ke-10 post partum atau lebih cepat dari itu,
fundus tidak dapat dipalpasi per abdomen. Konsistensi fundus harus
keras, dengan bentuk bundar mulus. Fundus yang lembek atau
kendur menunjukkan atonia atau subinvolusi. Kandung kemih harus
kosong agar pengukuran fundus akurat: kandung kemih yang penuh
menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
Letak fundus pada masa kehamilan :
a. Pada 12 minggu kehamilan, fundus berada di atas tulang
kemaluan (simfisis pubis)
b. Pada kira-kira 20 minggu, fundus telah mencapai pusar
(umbilikus)
c. Setelah minggu ke-20, tinggi fundud (diukur dari atas tulang
kemaluan) akan sama dengan jumlah minggu kehamilan.
3) Fungsi usus (Bowel)
Konstipasi merupakan hal yang sering terjadi karena
penurunan tonus usus dan motilitas usus akibat relaksasi otot-otot
abdomen dan akibat pengaruh progesteron pada otot polos.
Kurangnya asupan makanan dan dehidrasi selama proses persalinan
dan kelahiran berperan terhadap terjadinya konstipasi. Pengkajian
meliputi auskultasi bising usus, inspeksi dan palpasi apakah ada
distensi abdomen, inspeksi apakah ada hemoroid dan
penmbengkakan atau ekimosis pada perineum, dan mengkaji
apakah ada flatus. Terdengarnya bising usus menunjukkan proses
usus aktif.
Wanita post partum yang mengalami nyeri perineum yang
signifikan sering merasakan nyeri pada saat defekasi, yang dapat
menghambat defekasi spontan. Defekasi post patum biasanya
terjadi pada 2 sampai 3 hari setelah persalinan dan biasanya dibantu
dengan pelunak feses atau laksatif. Defekasi diharapkan kembali
11
normal setelah hari tersebut. Enema dapat diberikan jika tindakan
lain tidak berhasil.
4) Kandung kemih (Bladder)
Wanita post partum dianjurkan untuk berkemih sesegera
mungkin setelah melahirkan guna menghindari distensi kandung
kemih. Bahkan dengan kandung kemih yang penuh, wanita yang
baru melahirkan mungkin tidak merasakan desakan untuk
berkemih.penurunan persepsi terhadap penuhnya kandung kemih ini
disebabkan oleh peningkatan kapasitas kandung kemih, yang
diakibatkan oleh penurunan tekanan intraabdomen, edema pada
daerah trigonal di dasar kandung kemih yang disebabkan oleh
trauma, dan rusaknya transmisi impuls saraf aferen akibat anastesi
regional. Setelah kelahiran, kandung kemih mungkin terisi dengan
cepat jika wanita tersebut mendapat cairan intravena pada saat
persalinan dan juga disebabkan oleh peningkatan haluaran urin
fisiologis pada masa post partum awal.
Perawat mengkaji kondisi kandung kemih dengan palpasi,
perkusi, dan pengamatan terhadap abdomen. Kontur abdomen,
tinggi dan konsistensi fundus uterus, dan keadaan suprapubis dikaji.
Jumlah lokia yang keluar diperiksa apakah ada peningkatan jumlah,
yang dapat disebabkan oleh distensi kandung kemih dan
mengganggu kontraksi uterus.
5) Lokia (Lochea)
Karakter dan jumlah lokia secara tidak langsung
menggambarkan kemajuan penyembuhan endometrium. Pada
proses penyembuhan normal, jumlah lokia perlahan-lahan
berkurang dengan perubahan warna yang khas yang menunjukkan
penurunan komponen darah dalam aliran lokia. Jumlah lokia
bervariasi pada setiap individu dan pada umumnya lebih banyak
pada multipara. Jumlah lokia yang dapat meningkat pada ambulasi
dini karena terkumpul di vagina dan peningkatan kontraksi uterus.
Penyerapan berbeda-beda menurut merek pembalut perineum.
12
Suatu studi memperkirakan bahwa pembalut perineum yang
terwarnai lebih dari 15 cm mengandung 50 sampai 80 mL darah,
sedangkan pembalut perineum yang terwarnai kurang dari 10 cm
mengandung 10 sampai 25 mL darah.
Karakteristik lokia
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel
kehitaman dan desidua, verniks
berisi caseosa, rambut
gumpalan lanugo, sisa
darah, sisa miconeum, dan
selaput sisa darah
ketuban, sisa
vernik, dan
lanugo.
Sanginolenta 3-7 hari Putih Sisa darah
bercampu bercampur lendir
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan / Lebih sedikit darah
kecoklatan dan lebih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung
leukosit, selaput
lendir serviks, dan
serabut yang mati.
13
6) Episiotomi / perineum (Episiotomy)
Perawat melakukan pengkajian daerah perineum dan perianal
dengan sering untuk mengidentifikasi karakteristik normal atau
deviasi dari normal, seperti hematoma, memar (ekimosis), edema,
kemerahan (eritema), dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji
keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan). Daerah anus dikaji apakah
ada hemoroid dan fisura. Ibu diminta mengambil posisi sim lateral
guna mengkaji daerah perineum dan perianal.
Nyeri daerah perineum sering terjadi selama perbaikan
laserasi atau episiotomi. Perineum yang mengalami edema
menambah tekanan pada jahitan luka dan meningkatkan nyeri.
Nyeri yang dirasakan bergantung pada luasnya prosedur bedah dan
perbaikan. Ibu dengan persalinan spontan per vagina tanpa laserasi
atau episiotomi sering mengalami nyeri perineum yang lebih ringan.
Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus
dan merupakan sumber yang paling sering menimbulkan nyeri
perianal. Hemoroid ini disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar
panggul oleh bagian terendah janin selama kehamilan akhir dan
persalinan serta akibat mengejan selama fase ekspulsi. Hemoroid
sangat nyeri selama 2 sampai 3 hari pertama setelah melahirkan,
hemoroid secara bertahap akan mengecil dan sembuh.
7) Ekstremitas bawah (Lower ekstremity)
Ekstremitas bawah diamati untuk mendeteksi tanda-tanda
tromboflebitis post partum, yang merupakan suatu komplikasi yang
serius. Ibu mempunyai faktor predisposisi tromboflebitis pada
ekstremitas bawah selama kehamilan dan masa post partum awal
karena penurunan aliran darah balik vena dari tungkai dan
meningkatnya kecenderungan pembekuan. Tekanan yang lama pada
pembuluh darah besar yang menyuplai tungkai yang disebabkan
oleh mengejan pada tahap ekpulsi dapat juga menjadi penyebab
pembentukan trombosis.
14
Pengkajian post partum pada ekstremitas bawah meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, edema, dan varises.
Suhu dan pembengkakan dirasakan dengan palpasi. Tanda-tanda
tromboflebitis adalah bengkak unilateral, kemerahan, panas, dan
nyeri tekan, biasanya terjadi pada betis. Trombosis pada vena
femoralis menyebabkan nyeri dan nyeri tekan pada bagian distal
paha dan daerah popliteal. Tanda Homan, munculnya nyeri betis
saat gerakan dorsofleksi pada kaki, merupakan pengujian yang tidak
dapat diandalkan untuk tromboflebitis. Nadi pada ekstremitas
bawah mungkin menurun atau tidak teraba jika ada tromboflebitis.
Klien yang mengalami persalinan seksio sesaria lebih berisiko
mengalami tromboflebitis karena banyaknya tirah baring sebelum
ambulasi pertama mereka.
8) Emosi (Emotion)
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian postpartum.
Klien postpartum biasanya menunjukkan gejala dari baby blues
atau postpartum blues ditunjukkan oleh gejala menangis, lekas
marah, dan kadang-kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan
oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi (ketidaktepatan) hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian
normal dari pengalaman postpartum. Namun, apabila gejala ini
berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika klien
postpartum menjadi nonfunctional atau mengungkapkan keinginan
untuk menyakiti dirinya sendiri atau bayinya, klien harus diajari
untuk segera melaporkan hal tersebut kepada perawat, bidan, atau
dokter.
18. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1) Darah
Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung
darah lengkap, hematocrit, atau hemoglobin dilakukan dalam 2
sampai 48 jam setelah persalinan. Karena banyaknya adaptasi
fisiologis saat ibu kembali ke keadaan sebelum hamil, nilai darah
15
berubah setelah melahirkan. Dengan rata-rata kehilangan darah 400-
500 mL, penurunan 1g kadar hemoglobin atau 30% nilai hematokrit
masih dalam kisaran yang diharapkan. Penurunan nilai yang lebih
besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat melahirkan, hemoragi,
atau anemia pranatal.
Selama 10 hari pertama post psrtum, jumlah sel darah putih
dapat meningkat sampai 20.000/mm3 sebelum akhirnya kembali ke
nilai normal. Karena komponen selular selama infeksi, peningkatan
ini dapat menutupi proses infeksi kecuali jika jumlah sel darah putih
lebih tinggi dari jumlah fisiologis. (Reeder, 2011)
B. DIAGNOSIS
1. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus (afterpain), episiotomi, laserasi,
hemoroid, pembengkakan payudara, insisi bedah
2. Risiko perdarahan b.d. koagulopati inheren (trombositopenia),
komplikasi pascapartum (mis., atoni uterus, retensi plasenta)
3. Risiko infeksi b.d. pecah ketuban lama, kerusakan integritas kulit dan
trauma jaringan akibat kelahiran anak
4. Keletihan b.d. partus lama
5. Gangguan eliminasi urin b.d. diuresis post partum, retensi urin akibat
edema pasca persalinan
6. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
peningkatan kebutuhan karena laktasi
7. Kekurangan volume cairan b.d. penurunan asupan oral atau kehilangan
darah
8. Konstipasi b.d. obstruksi pasca bedah, penurunan motilitas usus dan
tonus abdomen, dehidrasi, nyeri pada saat defekasi
9. Kerusakan integritas kulit b.d. insisi bedah atau laserasi
10. Defisit perawatan diri : mandi b.d. kelemahan, nyeri
11. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik atau kebutuhan
menyusui bayi baru lahir
16
12. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d. anomali payudara ibu, kurang
pengetahuan orang tua tentang teknik menyusui
13. Ketidakefektifan pola seksual b.d. proses penyembuhan dari
persalinan.
(Nurbaeti, 2013)
C. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1. 1. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri 1. Manajemen lingkunagn :
b.d. Setelah dilakukan tindakan kenyamanan
kontraksi keperawatan selama 2x24 a. Ciptakan lingkungan
uterus jam masalah teratasi dengan yang tenang dan
(afterpain), kriteria hasil : mendukung
episiotomi, 1) Melaporkan nyeri yang b. Sediakan lingkungan
laserasi, terkontrol 2 4 yang aman dan bersih
hemoroid, 2) Mengenali kapan nyeri c. Posisikan pasien untuk
pembengkak terjadi 1 5 memfasilitasi
an payudara, 3) Menggunakan tindakan kenyamanan
insisi bedah pencegahan 1 5 d. Sesuaikan suhu
4) Menggunakan tindakan ruangan yang paling
pengurangan (nyeri) menyamankan
tanpa analgesik 1 4 individu, jika
Ket : memungkinkan
1 = tidak pernah
menunjukkan 2. Terapi relaksasi
2 = jarang menunjukkan a. Ciptakan lingkungan
3 = kadang menunjukkan yang tenang dan tanpa
4 = sering menunjukkan distraksi dengan
5 = secara konsisten lampu yang redup dan
menunjukkan suhu lingkungan yang
nyaman, jika
2. Pengetahuan : manajemen memungkinkan
nyeri b. Minta klien untuk
Setelah dilakukan tindakan rileks dan merasakan
keperawatan selama 2x24 sensasi yang terjadi
jam masalah teratasi dengan c. Dorong klien untuk
kriteria hasil : mengambil posisi
1) Strategi untuk yang nyaman dengan
mengontrol nyeri 1 4 pakaian longgar dan
2) Pembatasan aktivitas 1 mata tertutup
4
3) Teknik posisi yang 3. Pemberian analgesik
efektif 1 4 a. Tentukan lokasi,
4) Teknik relaksasi yang karakteristik, kualitas,
efektif 1 4 dan keparahan nyeri
17
Ket : sebelum mengobati
1 = tidak ada pengetahuan pasien
2 = pengetahuan terbatas b. Monitor tanda vital
3 = pengetahuan sedang sebelum dan sesudah
4 = pengetahuan banyak pemberian analgesik
5 = pengetahuan sangat c. Berikan kebutuhan
banyak kenyamanan dan
aktivitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
18
3. Risiko infeksi 1. Kontrol resiko : proses 1. Identifikasi risiko
b.d. pecah infeksi a. Identifikasi adanya
ketuban lama, Setelah dilakukan tindakan sumber-sumber agensi
kerusakan keperawatan selama 2x24 untuk membantu
integritas kulit jam masalah teratasi dengan menurunkan faktor
dan trauma kriteria hasil : risiko.
jaringan akibat a. Mengidentifikasi faktor b. Pertimbangkan status
kelahiran anak resiko infeksi 1 4 pemenuhan kebutuhan
b. Mengidentifikasi tanda sehari-hari.
dan gejala infeksi 1
4 2. Manajemen elektrolit /
c. Mempertahankan cairan
lingkungan yang bersih a. Tingkatkan intake /
1 4 asupan cairan per oral
d. Mempraktikkan strategi b. Jaga infus IV yang
untuk mengonterol tepat, transfusi darah,
infeksi 1 5 atau laju aliran
Ket : enternal, terutama jika
1 = tidak pernah tidak diatur oleh
menunjukkan pompa
2 = jarang menunjukkan c. Pantau adanya tanda
3 = kadang menunjukkan dan gejala retensi
4 = sering menunjukkan cairan
5 = secara konsisten
menunjukkan 3. Monitor tanda-tanda vital
2. Pemulihan pembedahan : a. Monitor TD, N, S, dan
penyembuhan RR dengan cepat
Setelah dilakukan tindakan b. Monitor warna kulit,
keperawatan selama 2x24 suhu, dan kelembapan
jam masalah teratasi dengan c. Identifikasi
kriteria hasil : kemungkinan
a. Penyembuhan luka 1 penyebab perubahan
4 tanda-tanda vital
b. Pelaksanaan perawatan
luka yang diresepkan 1
4
Ket :
1 = deviasi berat
2 = deviasi cukup besar
3 = deviasi sedang
4 = deviasi ringan
5 = tidak ada deviasi
19
kriteria hasil : dan perkembangan
a. Penurunan energi 1 4 b. Monitor intake /
b. Gangguan aktivitas fisik asupan nutrisi untuk
1 4 mengetahui sumber
c. Gangguan pada rutinitas energi yang adekuat
1 4
2. Tingkat kelelahan 2. Manajemen nutrisi
Setelah dilakukan tindakan a. Tentukan jumlah
keperawatan selama 2x24 kalori dan jenis
jam masalah teratasi dengan nutrisi yang
kriteria hasil : dibutuhkan yang
a. Penurunan motivasi 1 dibutuhkan untuk
4 memenuhi
b. Tingkat stres 1 4 persyaratan gizi
Ket : b. Monitor kalori dan
1 = berat asupan makanan
2 = cukup berat c. Tentukan status gizi
3 = sedang pasien dan
4 = ringan kemampuan (pasien)
5 = tidak ada untuk memenuhi
kebutuhan gizi
3. Peningkatan tidur
a. Tentukan pola tidur /
aktivitas pasien
b. Monitor / catat pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidur
c. Sesuaikan
lingkungan (cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan tempat
tidur)
20
4 = sedikit terganggu 2. Perawatan retensi urin
5 = tidak terganggu a. Lakukan pengkajian
komperehensif sistem
perkemihan fokus
terhadap inkontinensia
(misalnya, urine
output, pola berkemih,
fungsi kognitif,
masalah perkemihan
sebelumnya)
b. Monitor intake dan
output
21
nutrisi dengan
berkolaborasi bersama
ahli gizi, sesuai
kebutuhan
22
2. Fungsi gastrointestinal b. Monitor kalori dan
Setelah dilakukan tindakan asupan makanan
keperawatan selama 2x24 c. Tentukan status gizi
jam masalah teratasi dengan pasien dan kemampuan
kriteria hasil : (pasien) untuk
a. Peningkatan peristaltik memenuhi kebutuhan
1 4 gizi
b. Konsistensi feses 1
4 2. Manajemen elektrolit /
Ket : cairan
1 = sangat terganggu a. Tingkatkan intake /
2 = banyak terganggu asupan cairan per oral
3 = cukup terganggu b. Jaga infus IV yang
4 = sedikit terganggu tepat, transfusi darah,
5 = tidak terganggu atau laju aliran
enternal, terutama jika
tidak diatur oleh pompa
c. Pantau adanya tanda
dan gejala retensi
cairan
3. Perawatan perineum
a. Bantu pasien
membersihkan
perineum
b. Jaga agar area
perineum tetap kering
23
c. Inspeksi kondisi insisi
atau robekan
(episiotomy)
3. Perawatan perineum
d. Bantu pasien
membersihkan
perineum
e. Jaga agar area
perineum tetap kering
f. Inspeksi kondisi insisi
atau robekan
(episiotomy)
24
fisik 1 4 kenyamanan
c. Gangguan pada d. Sesuaikan suhu
rutinitas 1 4 ruangan yang paling
2. Tidur menyamankan
Setelah dilakukan tindakan individu, jika
keperawatan selama 2x24 memungkinkan
jam masalah teratasi dengan
kriteria hasil : 2. Peningkatan tidur
a. Pola tidur 1 4 a. Tentukan pola tidur /
b. Kualitas tidur 1 4 aktivitas pasien
c. Perasaan segar setelah b. Monitor / catat pola
tidur 1 4 tidur pasien dan
Ket : jumlah jam tidur
1 = berat c. Sesuaikan lingkungan
2 = cukup berat (chaya, kebisingan,
4 = ringan suhu, kasur, dan
7 = sedang tempat tidur) untuk
8 = tidak ada meningkatkan tidur
25
5 = sepenuhnya adekuat karakteristik perilaku
bayi lahir
3. Pengecekan kulit
a. Periksa kulit dan
selaput lendir terkait
dengan adanya
kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema, atau drainase
b. Periksa pakaian yang
terlalu ketat
26
keluarga, dengan tujuan memulihkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kesehatan fisik, mental atau emosi pasien. (Mitayani,
2009)
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan
oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu
dan bayi, karena pada masa tersebut merupakan masa krisis baik ibu
dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibu terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga merupakan masa
krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu
setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari
setelah lahir.
A. Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas
Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4x. Tujuan
melakukan kunjungan rumah yaitu untuk menilai keadaan ibu dan
bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi, dan menangani
komplikasi pada masa nifas.
Manfaat melakukan kunjungan rumah yaitu:
1. Perawat dapat melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam
lingkungan yang alami dan aman.
2. Perawat mampu mengkaji kecukupan sumber daya yang ada,
keamanan dan lingkungan di rumah.
Kekurangan dalam melakukan kunjungan rumah yaitu :
1. Memerlukan biaya yang banyak.
2. Jumlah perawat terbatas.
3. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di
daerah tertentu.
27
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan
program pemerintah meliputi:
1. Kunjungan I (6-8 jam post partum), bertujuan untuk :
a. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri (keadaan
lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi palsenta setelah bayi lahir).
b. Mendeteksi dan melakukan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan apabila perdarahan
berlanjut.
c. Pemberian ASI awal.
d. Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru
lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
2. Kunjungan II (6 hari post partum), bertujuan untuk :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi baik, tunggi fundus uteri di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
c. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan, dan cairan.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
e. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
3. Kunjungan III (2 minggu post partum)
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
4. Kunjungan IV (6 minggu post partum), bertujuan untuk :
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
masa nifas.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
28
B. Pendidikan Kesehatan Masa Nifas
Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi:
1. Gizi
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain:
konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet
seimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat
besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum
kapsul vitamin A (200.000 unit).
2. Kebersihan diri dan bayi
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas
antara lain: menganjurkan kebersihan seluruh tubuh,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin,
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut, menyarankan ibu
untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelamin, jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3. Istirahat / tidur
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat
atau tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat,
menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara
perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat
akan mempengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi serta diri sendiri.
4. Pemberian ASI
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian
ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara
yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) tentang proses laktasi dan
ASI, mengajarkan cara perawatan payudara.
29
5. Latihan atau senam nifas
Pendidikan kesehatan tentang latihan atau senam nifas
meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot
perut dan panggul untuk kembali normal, menjelaskan bahwa
latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul
kembali normal.
6. Hubungan seks dan keluarga berencana
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga
berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat
darah nifas sudah berhenti dan ketika ibu sudah merasa
nyaman, keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan
KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan, berikan KIE
tentang alat kontrasepsi KB.
7. Tanda-tanda bahaya selama masa nifas
Pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa
nifas meliputi: pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya
masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas.
Tanda bahaya dapat berupa: perdarahan dan pengeluaran
abnormal, sakit pada daerah abdomen atau punggung, sakit
kepala terus menerus, penglihatan kabur, nyeri ulu hati,
bengkak pada ekstremitas, demam, muntah, sakit saat BAK,
perubahan pada payudara, nyeri, kemerahan pada betis, depresi
postpartum, pasien postpartum blues. (Regina, 2011)
30
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tujuan dari pemberian asuhan keperawatan pada ibu post partum
yaitu : 1. Membantu dan mensuport kesembuhan ibu ke keadaan seperti
sebelum hamil, 2. Mangkaji dan mengidentifikasi penyimpangan dari
kondisi normal, 3. Memberikan pendidikan kepada ibu tentang perawatan
bagi bayinya (infant care) dan dirinya sendiri (self care).
Pengkajian pada ibu postpartum meliputi : 1. pengkajian, 2. keluhan
utama, 3. riwayat haid, 4. riwayat perkawinan, 5. riwayat obstetri, 6.
Riwayat KB & perencanaan keluarga, 7. Riwayat penyakit dahulu, 8.
Riwayat psikosoial-kultural, 9. Riwayat kesehatan keluarga, 10. Profil
keluarga, 11. Kebiasaan sehari-hari, 12. Sexual, 13. Konsep diri, 14. Peran,
15. Pemeriksaan fisik, dan 16. Pemeriksaan laboratorium.
Home visit (kunjungan rumah) ibu postpartum adalah kunjungan yang
dilakukan oleh perawat dengan tujuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien dirumahnya yang berfokus pada asuhan
keperawatan individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatan fisik, mental
atau emosi pasien.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan masalah ini makalah kami dapat
mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan
yang bersifat positif antara lain : Diharapkan agar mahasiswa mahasiwi
dapat menguasai dan menerapkan Asuhan Keperawatan dan home visit
pada ibu post partum juga dapat terus megembangkannya dalam tindakan
nyata pada kehidupan masyarakat. Diharapkan makalah ini dapat
digunakan sebaai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu keperawatan.
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan di
perpustakaan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Nurbaeti, Irma Dkk. 2013. Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : Mitra Wacana Media
32