Professional Documents
Culture Documents
S DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SRIKANDI
RSJ GRHASIA
Disusun oleh :
DISUSUN OLEH :
Mengetahui,
4. Pathways
Sumber: Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996, dalam
Setiono, 2013
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak, atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
f. Spiritual
g. Sosial
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
6. Faktor Resiko (Nanda 2015 2017)
a. Ketersediaan senjata
b. Bahasa tubuh (misalnya sikap tubuh kaku, mengepal jari
dan rahang terkunci, hiperaktivitas, denyut jantung cepat, nafas
terengah-engah, cara berdiri mengancam)
c. Kerusakan koknitif (penurunan fungsi intelektual,
gangguan defisit perhatian)
d. Riwayat penganiayaan pada masa anak-anak
e. Riwayat penyalagunaan zat
f. Riwayat ancaman kekerasan
g. Riwayat menyaksikan prilaku kekerasan dalam keluarga
h. Riwayat perilaku kekerasan terhadap orang lain
i. Riwayat perilaku kekerasan anti sosial
j. Pelanggaran kendaraan bermotor
k. Gangguan neurologis
l. Perilaku bunuh diri.
7. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Akibat)
(Core problem)
Resiko perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah (Etiologi)
8. Rentang Respon
Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat
yang ekstrim dari marah atau ketakutan ( panik ).
Respon Adaptif Respon Maladaptif
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang
dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak
teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah
(HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka
akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan
yang meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal ini data
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
g. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan
keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat
mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif).
Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal
(regimen terapeutik inefektif).
10. Penatalaksanaan
a. Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005
sebagai berikut :
1) Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan
dengan badan, biasanya dilakukan dengan :
a) Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat
psikotropik atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai
efek terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efek
obat tersebut pada otak.
Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
Obat anti depresi, amitriptyline
Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
Obat anti insomnia, phenobarbital
b) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke
tubuh penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.
c) Somatoterapi yang lain
Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan
kardiazol 10% sehingga timbul konvulsi
Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin
sehingga pasien menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam,
kemudian dibangunkan dengan suntikan gluk
d) Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau
penyembuhan terhadap suatu gangguan atau penyakit, yang
pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau
melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain
dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau kelompok,
tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental
penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang baru
dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan
adaptifnya.
e) Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk
mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa membantu
dalam proses penyembuhannya. Teknis ini terutama diberikan
atau diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya
keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau
merubah/menciptakan situasi baru yang lebih kondusif terhadap
lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada
lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif,
yang mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan
11. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian, terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
dalam pengkajian yaitu faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping
yang dimiliki klien (Direja, 2011).
Menurut Fitria (2009), riwayat koping stress adalah individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasi perilaku kekerasan. Ketidakmampuan klien dalam
menggunakan mekanisme koping dapat mengakibatkan pada resiko
menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
b. Diagnosa keperawatan
Menurut Damaiyanti (2012), diagnosa keperawatan adalah
interpretasi ilmiah dari data pengkajian yang digunakan untuk
mengarahkan perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut.
1) Perilaku kekerasan
2) Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3) Perubahan persepsi sensori: halusinasi
4) Harga diri rendah kronis
5) Isolasi sosial
6) Berduka disfungsional
7) Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8) Koping keluarga inefektif
Diagnosa keperawatan menurut Nanda (2010) adalah sebagai
berikut.
1) Resiko untuk kekerasan yang diarahkan pada orang lain
2) Resiko untuk kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
c. Intervensi keperawatan
Menurut Keliat (2010), strategi pelaksanaan klien dengan resiko
perilaku kekerasan ada lima, yaitu :
SP 1 : melatih cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik pertama, yaitu nafas dalam
SP 2 : membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik kedua, yaitu dengan cara pukul bantal atau
kasur
SP 3 : membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara verbal
SP 4 : membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
SP 5 : membantu klien latihan mengendalika perilaku kekerasan
dengan minum obat
Strategi Pelaksanaan
SP 2 : Keluarga
1. Evaluasi kegiatan SP 2 : Keluarga
keluarga dalam 1. Mengetahui sejauhmana
merawat/melatih klien cara kemampuan keluarga dalam
mengontrol PK dengan merawat/melatih klien
latihan fisik. Beri pujian mengontrol PK secara fisik.
Pujian untuk reinforcement positif
2. Latih cara mengontrol 2. Memberikan pemahaman
PK secara verbal (dengan pada keluarga bahwa klien harus
mengungkapkan, meminta, dilatih mengontrol PK dengan
dan menolak) cara verbal
3. Anjurkan keluarga
membantu klien dalam 3. Klien akan terbiasa
latihan fisik dan verbal menggunakan cara fisik dan
sesuai jadwal dan verbal untuk mengontrol PK
memberikan pujian
SP 3 : Klien SP 3 : Klien
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi untuk mengetahui
latihan fisik dan verbal. Beri sejauhmana kemampuan klien
pujian untuk mengontrol PK dengan
latihan fisik dan verbal. Pujian
untuk reinforcement positif.
2. Melatih klien mengontrol PK
2. Latih cara mengontrol dengan spiritual membantu
PK secara spiritual (2 memberikan ketenangan batin,
kegiatan) sehingga klien bisa
mengendalikan perasaan
marahnya.
3. Dengan memasukkan ke
3. Masukkan pada jadwal jadwal kegiatan harian, klien akan
kegiatan untuk latihan fisik, terbiasa menggunakan cara
verbal, dan spiritual mengontrol PK secara fisik,
verbal, dan spiritual
SP 3 : Keluarga SP 3 : Keluarga
1. Evaluasi kegiatan 1. Mengetahui sejauhmana
keluarga dalam kemampuan keluarga dalam
merawat/melatih kegiatan merawat/melatih klien cara
fisik dan secara verbal. Beri mengontrol PK secara fisik dan
pujian verbal. Pujian untuk
reinforcement positif
2. Memberikan pemahaman
2. Latih cara mengontrol pada keluarga bahwa klien harus
PK dengan spiritual dilatih cara mengontrol PK
dengan spiritual untuk
memberikan kenyamanan batin
3. Klien terbiasa untuk
3. Anjurkan keluarga menggunakan cara mengontrol
membantu klien dalam PK dengan latihan fisik, verbal,
latihan fisik, verbal, dan dan spiritual
spiritual sesuai jadwal dan
memberikan pujian
SP 4 : Klien SP 4 : Klien
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi untuk mengetahui
latihan fisik, verbal, dan sejauhmana kemampuan klien
spiritual. Beri pujian untuk mengontrol PK dengan
latihan fisik, verbal, dan spiritual.
Pujian untuk reinforcement
2. Latih cara mengontrol positif.
PK dengan obat (jelaskan 6 2. Memberikan pengertian pada
benar : jenis, guna, dosis, klien bahwa teratur minum obat
frekuensi, cara, kontinuitas diperlukan untuk mencegah
minum obat) kekambuhan
3. Masukkan pada jadwal 3. Dengan memasukkan ke
kegiatan untuk latihan fisik, jadwal kegiatan harian, klien akan
verbal, spiritual, dan minum terbiasa menggunakan cara
obat mengontrol PK secara fisik,
verbal, spiritual, dan minum obat
SP 4: Keluarga SP 4: Keluarga
1. Evaluasi kegiatan 1. Mengetahui sejauhmana
keluarga dalam kemampuan keluarga dalam
merawat/melatih kegiatan merawat/melatih klien cara
fisik, verbal, dan spiritual. mengontrol PK secara fisik,
Beri pujian verbal, dan spiritual. Pujian
untuk reinforcement positif.
2. Memberikan pemahaman
2. Jelaskan 6 benar cara kepada keluarga bahwa klien
memberikan obat. harus dilatih cara mengontrol PK
Latih cara memberikan atau dengan minum obat untuk
membimbing minum obat. mencegah kekambuhan
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP. Jakarta:
Selemba Medika
Keliat, B.A., Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Kusumawati, F., Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Yosep. 2010. Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika Aditama
Stuart, Gail. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Stuart dan Sundeen, 2006.Buku Saku Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Purba dkk, (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa.Medan : USU Press
Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan
TindakanKeperawatan. Jakarta : Depkes RI
Baihaqi, M.I.F., Sunardi, R.N.R.A., Dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan
Gangguan-Gangguan). Bandung : PT Refika Aditama