You are on page 1of 3

Hipotesis autotoksisitas

Metabolit toksik dari lingkungan secara langsung atau pajanan pekerjaan terhadap bahan
kimia tertentu, terutama fenol dan katekol atau melalui akumulasi hasil yang disebabkan oleh
inhibisi enzim-enzim yang terlibat dalam jalur melanin dapat merusak melanosit dari individu
yang rentan secara genetik. Hipotesis ini mungkin penting dalam hal yang dikenal dengan
istilah leukoderma kimia atau vitiligo kontak/okupasional.

Hipotesis stres oksidatif


Baik kulit yang memiliki lesi maupun non lesi dari vitiligo memiliki kadar enzim katalase
yang rendah dan abnormal, yang berkaitan dengan kadar H2O2 yang tinggi pada epidermis.
Suatu polimorfisme nukleotida tunggal dalam gen katalase dapat mengganggu susunan dan
fungsi subunit enzim, dan lebih sering didapati diantara pasien-pasien vitiligo.

Reactive oxygen species (ROS) dan H2O2 yang berlebihan dapat merusak proses-proses
biologi melalui mekanisme oksidatif dengan kemampuan yang terbatas untuk memperbaiki
karena H2O2 yang berlebihan memperberat kerusakan tersebut, dan keadaan ini telah
dilaporkan pada vitiligo. Hasil kerusakan protein dan lipid tersebut cukup untuk menginisiasi
kegagalan melanositik, tetapi efek oksidasi yang lain dapat menginisiasi kegagalan melanosit
dan apoptosis yang menyebabkan uptake oleh sel Langerhans atau DC dan jika sel-sel
Langerhans ini menjadi teraktivasi, mereka dapat memicu respon imun reaktif melanosit yang
dapat mengeradikasi melanosit di kulit yang menyebabkan depigmentasi. Respons imun ini
terutama melibatkan sel-sel T sitotoksik. Selain kegagalan mekanisme sel T regulator yang
telah disebutkan sebelumnya memungkinkan proses tersebut berlanjut tanpa batas, sesuai
dengan vitiligo generalisata kronis.

Faktor-faktor biokimia
Teori biokimia menyatakan bahwa disregulasi jalur biopterin merupakan predisposisi
terhadap sitotoksisitas melanosit dan vitiligo. Pteridines (6R)-L-erythro5,6,7,8
tetrahydrobiopterin (6BH4) dan (7R)-Lerythro5,6,7,8 tetrahydrobiopterin (7BH4) meningkat
pada vitiligo. 6BH4 adalah suatu kofaktor penting terhadap hidroksilase fenilalanin, yaitu
enzim yang mengkonversi fenilalanin dari makanan menjadi tirosinase. Peningkatan 6BH4
mendorong jalur metabolik ke depan yang menyebabkan akumulasi dari hasil-hasil 7BH4 dan
H2O2. Peningkatan 7BH4 menghambat hidroksilase fenilalanin, yang selanjutnya
berkontribusi terhadap suatu peningkatan 6BH4, yang bersifat sitotoksik dalam konsentrasi
yang tinggi.

Hipotesis melanocytorrhagy
Hipotesis ini menyatakan bahwa melanosit tertaut lemah dan gesekan kecil dan/atau stres lain
dapat menginduksi migrasi upward dan kehilangan melanosit dan teori ini dianggap relevan
dengan fenomena Koebner dan lesi-lesi vitiligo diatas lokasi trauma. Tenascin, suatu molekul
matriks ektrasel yang menghambat adhesi melanosit dengan fibronektin, meningkat pada
kulit vitiligo, dan dapat berkontribusi terhadap hilangnya melanosit atau populasi inefektif.

Hipotesis penurunan survival melanosit


Teori ini menyebutkan suatu defisiensi kelangsungan hidup dari sinyal-sinyal melanosit yang
menyebabkan apoptosis sel-sel tersebut. Faktor stem cell yang berasal dari keratinosit
mengatur pertumbuhan melanosit dan kelangsungan hidupnya dengan berikatan dengan
membrane tyrosine kinase receptor c-Kit. Penurunan jumlah reseptor c-Kit yang signifikan
dalam melanosit perilesi dan ekspresi faktor stem cell yang lebih rendah dari keratinosit di
sekitarnya dapat berkontribusi terhadap patogenesis vitiligo.

You might also like