You are on page 1of 12

PROSES MENUA

A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Nugroho, 2000). Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan
merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif
dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan
juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada
akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.
B. TEORI-TEORI MENUA
1. Teori genetic clock
Tiap spies didalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi
Jam ini menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu, jadi menurut
konsep ini kita akan meninggal dunia meskipun tidak disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit.
Teori ini didukung oleh kenyataan mengapa beberapa spesies mempunyai
perbedaan umur harapan hidup yang nyata.
Secara teoritis dapat dimungkinkan kita memutar jam ini meski hanya beberapa
waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan lain-lain.
Teori ini disebut juga biological clock atau celuller agung.
2. Teori mutasi somatik
Terjadi mutasi progesif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan sel tersebut.
Error catastrope yaitu menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan beruntun
dalam waktu yang lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi
(DNA)(RNA) maupun dalam proses translasi (RNA)protein/enzim)
3. Teori menua akibat metabolisme
Pada tahun 1935 Mc Kay Et. Al (terdapat dalam boldstein, Et Al 1989)
memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada usia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Hewan yang paling terhambat pertumbuhannya dapat mencapai umur 2 x lebih
panjang umur kontrolnya.
Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
(Parmodjo, Budi, R Geritri 2000)
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN
1 . Heredites atau keturunan genetic
2 . Nutrisi atau makanan
3 . Status kesehatan
4 . Pengalaman hidup
5 . Lingkungan
6 . Strees
D. Batas-Batas Lanjut Usia.
1. Batasan usia menurut WHO meliputi :
a) usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b) lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c) lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
d) usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :
Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas
E. Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia.
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan
menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan
untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala
mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri
rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan
pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari
kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu
mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu
membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari
kesepian dan menerima kematian dengan tentram.
F. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.
1. Perubahan Fisik
a) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan extra seluler
b) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan
menurun.
f) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
g) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %.
Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria,
otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan
berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas
55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir
kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
i) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan
rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot ,
sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b) kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
G. Penyakit Pada Lansia
1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.
a) Paru-paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas
jaringan paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatan kontraksi otot
pernafasan sehingga menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada
lanjut usia diantaranyapneumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang
terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia
diperkirakan masih cukup tinggi.
b) Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit menurun. Yang
paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin
berkurangnya aktivitas dan juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel
otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. Pada
lansia, tekanan darah meningkat secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang
berusia 70 tahun menurun sekitar 50 % dibanding orang berusia 20 tahun.
Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua
mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.
Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang disebut jantung
iskemi. Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi
adalah pada pembuluh darah jantung akibat arteriosklerosis serta faktor
pencetusnya bisa karena banyak merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita
diabetes mellitus dan berat badan berlebihan serta kurang berolah raga. Masalah
lain pada lansia adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor
utama penyebab stroke dan penyakit jantung koroner.
2. Penyakit pencernaan makanan.
Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain gastritis dan
ulkus peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan,
mual-mual, perut terasa tidak enak. Namun keluhan seperti kembung, perut terasa
tidak enak seringkali akibat ketidakmampuan mencerna makanan karena menurunnya
fungsi kelenjar pencernaan. Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering
dijumpai.
3. Penyakit sistem urogenital.
Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat
(hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut
usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar prostat. Pada wanita bisa dijumpai
peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat gangguan buang air
kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor
yang menyumbat saluran kemih.
4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).
Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat
stress dan berperan penting dalam reaksi mengatasi stress. Oleh karena itu, dengan
mundurnya produksi hormon inilah lanjut usia kurang mampu menghadapi stress.
Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu dan kurang
bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya menopause
pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit
metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis
5. Penyakit pada persendian tulang.
Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan
linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah
persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan
metabolisme asam urat dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut.
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah.
Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot
berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang
kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.
6. Penyakit yang disebabkan oleh keganasan
Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang makin
mudah dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada
rahim, payudara dan saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50
tahun.Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru, saluran
pencernaan dan kelenjar prostat.

7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis).

H. Pohon Masalah

I. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi yang
tidak adekuat akibat anoreksia
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skleletal,, nyeri,
intoleransi aktifitas
4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi
5. Resiko cedera (dislokasi sendi) berhubungan dengan otot hilang kekuatannya, rasa
nyeri sendi
J. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutris
kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria : Meningkatkan masukan oral, Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi :
a) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
b) Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
R/ Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
c) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk masukan
nutrinya
d) Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)
R/ aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
e) Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain
R/ Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan selera
makan
f) Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan sesudah
mengunyah makanan
R/ dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan .
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda
infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri,
merah,gangguan fungsi
Intervensi :
a) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b) Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
R/ Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang
kurang sehat
c) Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
R/ meningkatkan kadar protein dalam dalam tubuh sehingga meningkatkan
kemampuan kekbalan dalam tubuh
d) Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat menyebabkan
imunosupresi
R/ Menurunkan resiko terjadinya infeksi.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan
aktifitas
Intervensi :
a) Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
R/ tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses
inflamasi
b) bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
R/ mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
c) ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi
d) Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
R/ menghindari cedera.

4. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas
Intervensi :
a) kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang
mempercepat tanda tanda neri
R/ membantu dalam menentukan managemen nyeri
b) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat ataupun
tidur
R/ Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri
c) Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres sendi
R/ panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit
dan kekakuan sendi.
d) berikan masase lembut
R/ meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot
e) kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen, naproksin,
piroksikam, fenoprofen
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan.
5. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyaman
Intervensi :
a) kaji tingkat kekuatan otot
b) Kaji tingkat pergerakan pasif
c) Beri alat bantu sesuai kebutuhan
d) Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara
mandiri
K. Masalah Lain yang Mungkin Timbul
1. Fisik / biologis
a) Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan.
b) Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam
merawat diri.
c) Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan fungsi
tubuh tidak adekuat.
d) Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif, peristaltik lemah.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
f) Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya
skrit pada jalan napas.
g) Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis serabut
otot.
2. Psikologis-sosial
a) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
b) Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
menghilangkan perasaan secara tepat.
f) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
a) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.

b) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan


kematian.
c) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.

d) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara


tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi.2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Bararah, T&Jauhar,M. 2013. Aasuhan Keperawatan Jilid I.Jakarta : Prestasi Pustaka

Moorhead, Sue. 2008. Nursing outcomes Classifications (NOC). Fourth Edition. USA

NANDA 2012-2014. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. USA: Philadelphia

Gloria,etc.2008.Nursing Interventions Classification. Fifth Edition. USA

You might also like