Professional Documents
Culture Documents
Para politisi sipil, bahkan politisi dari kalangan militer sendiri, umumnya lembek dan
inferior menghadapi tentara/institusi tentara. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
misalnya, tidak memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas dugaan korupsi pengadaan
pesawat tempur Sukhoi yang muncul pada periode kepemimpinannya.
Tindakan sabotase
Dugaan korupsi pengadaan helikopter AW 101 menunjukkan kasus ini lebih dari
sekadar korupsi. Pertama, kasus ini mencerminkan buruknya tata kelola pengadaan alat
utama sistem persenjataan (alutsista) kita yang ditandai absennya koordinasi antara Menteri
Pertahanan, Panglima TNI, dan Kepala Staf Angkatan Udara. Dalam dengar pendapat dengan
DPR beberapa bulan lalu, Menteri Pertahanan dan Panglima TNI mengaku tak tahu-menahu
soal pengadaan helikopter AW 101 ini. Dalam penetapan tersangka korupsi AW 101,
sebaiknya polisi militer membuka kemungkinan untuk melihat tersangka lain yang lebih
tinggi pangkatnya dari Marsekal Pertama/Brigadir Jenderal.
Keempat, last but not least, kejadian ini menohok rasa keadilan dalam tubuh keluarga
besar TNI. Korupsi ini terjadi pada saat sekitar 52 persen atau lebih dari 200.000 prajurit TNI
belum punya rumah sendiri. Ratusan ribu prajurit masih mengontrak rumah, menebeng pada
orangtua, mertua atau kerabat. Dana yang dikorupsi dari pengadaan helikopter ini sekitar Rp
220 miliar, sebenarnya bisa dialokasikan dan digunakan untuk membangun barak/hunian
yang layak bagi ribuan prajurit dan keluarganya.
Ada kontradiksi serius di sini. Dalam beberapa kesempatan Panglima TNI dan Menhan
mengeluhkan ihwal anggaran Kemenhan/TNI yang kecil dan terbatas, tetapi pada saat yang
sama kita dapati ada ratusan miliar rupiah yang bisa dikorup hanya dari satu kasus
pengadaan satu pesawat saja.
Komponen gerakan
Apa saja yang harus diorkestrasikan oleh Presiden dalam mengendalikan risiko
korupsi di tubuh militer? Setidaknya ada enam komponen gerakan antikorupsi yang harus
diorkestrasikan oleh Presiden Jokowi.
=====================================
DEDI HARYADI
http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2017/06/07/Orkestrasi-Presiden-Kendalikan-
Korupsi-di-TNI