You are on page 1of 43

ASUHAN KEPERAWATAN

INFERTILITAS

Dosen Pembimbing :
Rodiyah, S.Kep,Ns.,M.Kes

Oleh
Kelompok 3 tingkat 2A

1. Adinda Vici Pandulum (151001002)


2. Faridatul Umroh (151001014)
3. Hasri Provitasari (151001019)
4. Irma Maulinda Damayanti (151001021)
5. Makfiatul Abadyah (151001023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
S1 KEPERAWATAN/2A
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Infertilitas yang
sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sistem Digestif. Pada kesempatan ini, kami juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar bawasannya
kami hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam upaya evaluasi diri.

Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah ini memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi kami, pembaca, dan
bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Keperawatan.

Jombang, 25 April 2017

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 2
2.2 Etiologi 3
2.3 Patofisiologi 3
2.4 WOC
2.5 Manifestasi 4
2.6 Komplikasi 4
2.7 Prognosis 5
2.8 Pencegahan 5
2.9 Pemeriksaan Penunjang 6

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian 8
3.2 Analisa Data 11
3.3 Intervensi 17
3.4 Implementasi 18
3.5 Evaluasi 20

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


4.1 Pengkajian 21
4.2 Analisa Data 28
4.3 Inteverensi Keperawatan 30
4.4 Implementasi 32
4.5 Evaluasi 33
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan 35
3.2 Kritik dan Saran 35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1


tahun hubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan
suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Gangguan konsep diri seksual seringkali dialami individu. Pasangan yang meminta
bantuan untuk mengatasi gangguan fertilitas pasti telah memutuskan untuk memiliki seorang
anak. Kehidupan dalam keluarga tanpa kehadiran anak, terasa tidak lengkap, sebab salah satu
fungsi keluarga belum terpenuhi. Keluarga merasa tersisih, masing-masing anggota keluarga
merasa tidak normal dibanding keluarga lainnya. Mereka merasa rendah diri, mudah
tersinggung, emosinya labil, gairah untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi berkurang,
karena merasa tidak punya generasi penerus yang bisa meneruskan cita-citanya. Melihat
kondisi seperti ini harus segera diatasi, karena tekanan jiwa atau emosi yang berkelanjutan
bisa menurunkan kesuburan pasangan, sehingga makin tertekan jiwanya semakin sulit untuk
mendapatkan keturunan.

Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur tidak bisa
dan jarang berproduksi.Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan saluran telur mengalami
(spasme), sehingga sulit dilewati sel telur atau spermatozoa. Selain itu, karena tekanan jiwa,
hubungan suami istri menjadi terganggu, malas dan tidak bergairah. Keadaan ini semuanya
menyebabkan kesuburan tersebut lebih parah lagi (Samsul, 2004).
2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari infertilitas?

2. Apa saja klasifikasi dari infertilitas?

3. Apa penyebab dari infertilitas?

4. Bagaimana patofisiologi dari Infertilitas?

5. Apa saja manifestasi klinis dari infertilitas?

6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?

7. Apa saja penatalaksanaan dari Infertilitas?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari infertilitas

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari infertilitas

3. Untuk mengetahui penyebab dari infertilitas

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari infertilitas

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari infertilitas

6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas


7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada infertilitas

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai


kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi
belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas adalah ketidakmampuan
untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan
infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi, 2006).Pasangan infertil adalah suatu
kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi
hidup.

B. Klasifikasi Infertilitas

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-
turut.

2) Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil,
akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.

C. Etiologi Infertilitas

1. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri) :

Faktor penyakit

o Endometriosisadalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling


dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis
bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah
panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-infertilitas.

o Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian
atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul.
Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan
dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan
cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan
seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).

o Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah,
atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas
adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri
biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat
menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.

o Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh
mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat
menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.

o Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh
tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis
kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah
mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga
menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan
infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak
haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal
maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.

o Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur
sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero
Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rntgen (sinar X) untuk melihat rahim
dan saluran telur.

o Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen
penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara
26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada
seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.

Faktor fungsional

o Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan


(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan
reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus
spontan pada wanita hamil.

o Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur
dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah
polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan
proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon
androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon
FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik,
sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
o Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan
terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam
rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim
terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma
melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel
telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur,
maka sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau
penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya
diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan tuba falopii
akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga
ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

o Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi oleh
sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi
(penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon
progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini
disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak dapat
menghasilkan hormon progesteron yang memadai.

2. Penyebab pada laki-laki (suami).


Kelainan pada alat kelamin

o Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis.

o Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih.

o Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti
mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.

o Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.

Kegagalan fungsional

o Kemampuan ereksi kurang.

o Kelainan pembentukan spermatozoa


o Gangguan pada sperma.

Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya terjadi pada


bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua
hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan
keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone
adalah dengan terapi hormon.

Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma
pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak
berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam
proses produksi, testis sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin
daripada suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5 C.
Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.

Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di saluran sperma


sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya
buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti
tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.

Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis
menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.

Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi


kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
3. Penyebab pada suami dan istri

Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan


penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus,
kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit
Peyronie.

Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).

o Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

o Masalah dalam pendidikan

o Emosi karena didahului orang lain hamil.

Manifestasi klinis.

o Belum ada tanda-tanda kehamilan meski sudah diupayakan terus


menerus

o Adanya menstruasi terus menerus setelah diupayakan terus menerus.

D. Patofisiologi
a. Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan


stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya
cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi
tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia
tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga


terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

b. Pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan


hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. Manifestasi Klinis

1. Wanita

Terjadi kelainan system endokrin

Hipomenore dan amenore

Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan


masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik

Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal

Wanita infertil dapat memiliki uterus


Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor

Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pria

Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,


radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria

Hipertiroidisme dan hipotiroid

Tumor hipofisis atau prolactinoma

Disfungsi ereksi berat

Ejakulasi retrograt

Hypo/epispadia

Mikropenis

Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

Abnormalitas cairan semen

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik
Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
Pembesaran kel. Tiroid
Galaktorea
Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa

2. Pemeriksaan penunjang
a) Analisis Sperma :
o Jumlah > 20 juta/ml
o Morfologi > 40 %
o Motilitas > 60 %

b) Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi : Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks encer,
daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi
Estradiol meningkat

4) Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar,
Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoar

5) Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin


FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
c. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
d. Histerosalpinografi
1. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi
akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen,
mukosa, oklusi, perlengketan
2. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex), mioma,
polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
3. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum perkiraan
ovulasi
4. Keterbatasan : tidak bisa menilai
5. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
6. Fimbria : Fimosis fimbria
7. Perlengketan genitalia Int.
8. Endometriosis
9. Kista ovarium
10. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)

5. Pemeriksaan pelvis ultrasound


Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.

6. Uji paska sanggama (UPS)


Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu sanggama sekitar
ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis.
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks. Penilaian UPS :
Baik : > 10 sperma / LPB
a. Analisa semen.
Parameter
Warna putih keruh
Bau bunga akasia
Ph 7,2 7,8.
Volume 2-5 ml
Vikositas 1,6 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50 %
Bentuk normal > 60 %
Kecepatan gerak sperma 0,18 1,2 detik
Persentasi gerak motil > 60 %
Aglutinasi tidak ada
Sel sel sedikit, tidak ada
Uji fruktosa 150 650 mg/dl.

7. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
Menilai faktor :
Peritoneum/endometriosis
Perlengketan genitalia Interna
Tuba : patensi, dinding, fimbria
Uterus : mioma
Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum

Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif

G. Penatalaksanaan Medis

a. Medikasi
1. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
a. Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
b. Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
c. 1 x 50 mg selama 5 hari
d. Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
e. Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
f. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
g. 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU

2. Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari
3.Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolaktin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid
4. HCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
5. Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
6. Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
7. Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
8. Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
9. GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang

b. Tindakan Operasi Rekontruksi


Koreksi :
o Kelainan Uterus
o Kelainan Tuba : tuba plasti
o Miomektomi
o Kistektomi
o Salpingolisis
o Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas
o Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel.

c. Rekayasa Teknologi Reproduksi


Metode lain tidak berhasil
1.Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling sederhana. Sperma
yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada
hambatan mekanik : kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosis
Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
a) Serviks
b) Gangguan ovulasi
c) Endometriosis ringan
d) Infertilitas Idiopatik
e) Angka kehamilan 7 - 24 % siklus

2. Fertilisasi Invitro (FIV)


Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi
alternatif atau pilihan terakhir
Syarat :
Uterus & endometrium normal
Ovarium mampu menghasilkan sel telur
Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 - 35 %

3. Intracytoplasmic Ssperm Injection (ICSI)


Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI)
merupakan teknik mikromanipulasi yang menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam
sitoplasma oosit mature telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak lebih dari
satu dekade ini (Palermo et al, 1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria azoospermia
dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis dan epididymis. Teknik ini memberikan
harapan yang nyata pada pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun
azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya teknologi dimana ICSI
dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan
ICSI berkembang dengan sangat pesat (Hinting, 2009).
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus melaksanakan ICSI dengan
angka keberhasilan yang memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini
dan angka fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer dapat dilaksanakan pada lebih
dari 90% pasangan dan menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-hasil
ini tidak berbeda antara sperma ejakulat, epididymis maupun testis (Palermo et al, 2001;
Hinting et al, 2001).

BAB III

ASKEP TEORI

3.1 IDENTITAS KLIEN


Nama : No. Reg :

Umur : ..Tahun Tgl. MRS : (Jam..)

Jenis Kelamin : L/P Diagnosis medis :

Suku/Bangsa : . Tgl Pengkajian:(Jam)

Agama : .

Pekerjaan : .

Pendidikan : .

Alamat : .

3.2 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1. Keluhan utama :
Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang membuat pasien
meminta bantuan kesehatan.

Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari pasien MRS maka keluhan utama
diisi dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Misalnya: keluhan utama pada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan: sesak nafas, batuk.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama yang
meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan, lokasi, faktor
pencetus, gejala yang berhubungan dengan keluhan utama, dan faktor yang
menurunkan keparahan).

Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai di bawa ke


pelayanan kesehatan. Jika pengkajian dilakukan beberapa hari setelah pasien rawat
inap, maka riwayat penyakit sekarang ditulis dari permulaan pasien merasakan
keluhan sampai kita melakukan pengkajian.

Upaya yang telah dilakukan :

Upaya pasien yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebelum dilakukan


pengkajian.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan :

Pengobatan/ operasi yang pernah di dapatkan berhubungan dengan kasus sekarang


sebelum Rawat inap di pelayanan kesehatan.

3. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur ( semua riwayat
penyakit yang pernah di derita, operasi ).

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau dengan bebas atau herbal
( sebutkan jenis dan kegunaannya)

Kebiasaan berobat : pelayanan kesehatan dan non tenaga kesehatan.

Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : kebiasaan


merokok, minuman ( penambah energy, suplemen makanan/minuman,alkohol),
makanan siap saji.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit keturunan,
mengkaji 3 generasi ke atas. Mencangkup setiap kelainan genetic keluarga ( HT,
DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga ( cancer), penyakit menular
( TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan psikiatrik ( skizofrenia ) dan penyalah
gunaan obat.
Genogram :

Genogram dituliskan dalam 3 generasi keatas.

Ket : .

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Khusus untuk penyakit infeksi/ penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan.
Identifikasi lingkungan rumah/ keluarga, pekerjaan atau hobi klien ( yang
berhubungan dengan penyakit klien ), fokuskan pada adanya paparan yang
menyebabkan penyakit tersebut (debu, asbestosis, silica atau zat racun lainnya)
tanyakan keadaan lingkungan klien, lingkungan yang penuh (crowded) resiko
peningkatan infeksi pada saluran pernafasan seperti TBC, Virus dll.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : C (SUHU. axial, rectal, oral) N : . x/menit ( NADI. teratur, tidak teratur,
kuat, lemah) TD : ../..mmHg (lengan kiri, lengan kanan, berbaring, duduk) RR :
.x/menit (regular/ irregular)

TB : cm BB : . Kg ( cara menghitung berat badan ideal : TB -100 ( 10% dari


hasil ).

3.4 PEMERIKSAAN PER SISTEM


1. Sistem Pernapasan
Anamnesa :

Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan batuk kuat dan
hebat), karakteristik sputum (warna, konsistensi, bau), pengobatan yang sudah
dilakukan, sesak nafas, nyeri dada (PQRST), demam, kelemahan, berkeringat pada
malam hari.

Hidung:
Inspeksi: Nafas cuping hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna mukosa, oedem
pada mukosa, kebersihan, intak septumnasi, deformitas, naso faringeal tube,
pemberian O2: nasal, masker.

Palpasi: nyeri tekan, adakah fraktur tulang nasal.

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal tube.

Sinus paranasalis

Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis

Palpasi : nyeri tekan

Leher

Inspeksi : trakheostomi.

Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi trachea.

Faring :

Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran

Area dada:

Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan kedalaman
inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi :
ekspirasi/ normalnya 1:2), perbedaan kesimetrisan intercosta kiri dan kanan,
kesimetrisan supraklavikula, bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest, funnelchest,
normal, dada cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran warna
kulit, cikatrik.

Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak (konsistensi, suhu,
denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi, vocal fremitus
melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak.

Perkusi : pada daerah anterior posterior ( resonansi diatas seluruh permukaan paru,
pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani di intercoste VI kanan).
Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler (sesuai dengan
lokasi), ronkhi, wheezing, stridor, pleural friction rub, crakcles.

2. Cardiovaskuler Dan Limfe


Anamnesa: nyeri dada (PQRST), sesak saat istirahat/beraktivitas, tidur dengan
berapa bantal, mudah lelah, diaphoresis, perubahan berat badan, pusing (sesuai
dengan etiologi), tension headache.

Wajah

Inspeksi : sembab, pucat, oedem periorbital, sianosis, pembuluh darah mata pecah,
konjungtiva pucat/tidak.

Leher

Inspeksi : bendungan vena jugularis

Palpasi : Arteri carotis communis (frekuensi, kekuatan, irama), nilai JVP untuk
melihat fungsi atrium dan ventrikel kanan.
Dada

Inspeksi : Pulsasi dada, ictus cordis, bentuk dada sinistra cembung/cekung.


Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula sinistra)
apabila tidak dapat diinspeksi, pergeseran ke arah lateral menunjukkan pembesaran
Perkusi : batas jantung dengan adanya bunyi redup, apakah terjadi pelebaran atau
pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) atau ada kelainan bunyi jantung
(gallop, murmur, friction rub, BJ3(fibrasi pengisian ventrikel), BJ4(tahanan pengisian
ventrikel setelah kontraksi atrium, terdengar antara BJ 1 dan BJ 2)).
Ekstrimitas Atas

Inspeksi : sianosis, clubbing finger, perfusi (merah, pucat

Palpasi : CRT, suhu akral, perfusi (hangat, dingin, kering, basah)

Ekstrimitas Bawah

Inspeksi : Varises, sianosis, clubbing finger, oedem


Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu akral, pitting
oedem

3. Persyarafan
Anamnesis : nyeri kepala berputar-putar, nyeri kepala sebelah, hilang keseimbangan,
mual muntah(tergantung etiologi), perubahan berbicara, tremor, parastesia, anasthesia,
parese, paralisis, koordinasi antar anggota badan, reaksi terhadap suara.

Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):

1. Uji nervus I olfaktorius ( pembau)


Dengan menggunakan bau-bauan ( minyak kayu putih, kopi, dan tembakau),
dengan cara : anjurkan klien menutup mata dan uji satu persatu lubang hidung
klien dan anjurkan klien untuk membedakan bau-bauan tersebut. Pada pemeriksaan
ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza
karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak
valid.

Normal : klien mampu membedakan aroma( normosmi).

Abnormal : kehilangan kemampuan membedakan aroma : anosmia ( tidak dapat


membau) atau parosmia ( kemampuan membau secara partial yaitu penciuman
tidak sesuai dgn yg sebenarnya ) dan hiposmi ( daya cium kurang).

2. Uji nervus II opticus ( penglihatan)

Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya :


katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca
mata tetap diperkenankan dipakai.

a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah
pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan
jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut.

Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat
jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.
b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa.
Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri
berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata
pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien berkisar 60-100 cm. Mata yang
lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah kedalam
sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.

3. Uji nervus III oculomotorius

Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator


palpebra dan konstriktor pupil.

Cara pemeriksaan : Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi


konjungtiva,hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)

4. Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa
adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5
mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5
mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, anisokor /
tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil,
negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan
pupil (diperiksa dengan funduskopi).

5. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah)


Pemeriksaan reflek masester : klien diminta membuka mulut dan bersuara aaaa,
pemeriksa menempatkan jari telunjuk tangan kiri di garis tengah dagu klien dgn
palu reflek mengetukan pda jari telunjuk pemeriksa.Normalnya klien menutupkan
mulut tiba-tiba.

Sensibilitas wajah.

Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang,


dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area
dengan kelainan.
Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.

Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan
pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke
area dengan kelainan.

Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air
dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh
meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.

Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta
menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah).

Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang
dientuhkan ke wajah pasien.

6. Nervus VI abdusen :
Diperiksa bersama-sama karena sama-sama mengatur otot-otot ekstraokuler.

Pemeriksaan :tatap mata klien dan anjurkan klien menggerakkan mata dari dalam
ke luar. Observasi kelopak mata, kesimetrisan gerakan bola mata, bentuk pupil.

Nistagmus : gerakan bola mata yang cepat akibat lesi di serebellum.

Strabismus (juling) atau diplopia (penglihatan ganda).

7. Uji nervus VII facialis dengan cara :


Anjurkan klien untuk merengut, menggembungkan pipi, dan menaikkan dan
menurunkan alis mata lihat adanya kesimetrisan.
8. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS :
Pendengaran : kaji kemampuan klien mendengarkan kata-kata yang diucapkan atau
diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga
diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat
mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan
pasien mengalami penurunan pendengaran. Kalau perlu gunakan garpu tala.

Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan


keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan
normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang.
9. Nervus IX glosoparingeal : Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel
keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif),
negative bila tidak ada reflek muntah.
10. Nervus X vagus: untuk menguji gerakan lidah, menelan dan rasa, sensasi farings
dan laring, dan gerakan pita suara. Anjurkan klien untuk mengatakan ah
observasi palatum dan gerakan faring.
11. Nervus XI aksesorius : gerakan kepala dan bahu. Anjurkan klien menggeleng dan
menoleh kekiri kanan, dan anjurkan mengangkat bahu dan beri tekanan pada bahu
untuk mengetahui kekuatannya.
12. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : minta klien untuk menjulurkan lidah ke garis
tengah dan menggerakkannya ke samping kanan dan ke samping kiri.

4. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa

Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK mengejan,
inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar dari
buli-buli baik disadari maupun tidak disadari), poliuria (banyak kencing > 1500 cc/24
jam), anuria (jumlah urin < 200 ml/24 jam), oliguri (jumlah urin 600 ml/24 jam),
skrotum membesar, karakteristik urin (jumlah, warna, bau), gatal, nafas berbau
amoniak/ureum, nokturi (sering kencing pada malam hari). Urgensi (rasa sangat ingin
kencing sehingga terasa sakit), hesitansi (sulit untuk memulai kencing, sehingga untuk
memulai kencing kadang-kadang harus mengejan), terminal dribbling ( masih
didapatkannya tetesan-tetesan urin pada akhir miksi), intermitensi ( terputus-putusnya
pancaran urin pada saat miksi), residual urine (masih terasa ada sisa urine yang belum
tuntas setelah miksi), retensi urine (ketidakmampuan buli-buli untuk mengeluarkan
urin yang telah melampaui batas kapasitas maksimalnya), polakisuri (frekuensi
kencing yang lebih sering dari biasanya), disuria (perasaan nyeri saat kencing),
enuresis/ ngompol ( keluarnya urin secara tidak dasadari pada saat tidur), chiluria
( urin yang berwarna putih seperti cairan limfe)

a. Genetalia eksterna :
Laki-Laki :

Penis
Inspeksi : Mikropenis, makropenis, hipospadia, epispedia, stenosis meatus uretra
eksterna, fistel uretrocutan, ulkus, tumor penis, warna kemerahan, kebersihan,
adanya luka atau trauma

Palpasi : nyeri tekan

Scrotum

Inspeksi : pembesaran, transiluminasi/ penerawangan (untuk membedakan massa


padat dan massa kistus yang terdapat pada isi scrotum dengan cara penerawangan
dilakukan pada tempat yang gelap dan menyinari scrotum dengan cahaya terang,
jika isi scrotum tampak menerawang berarti berisi cairan dan dikatakan
transiluminasi positif atau deafanoskopi positif), hipoplasi kulit (sering dijumpai
pada kriptorkismus), luka /trauma, tanda infeksi, kebersihan.

Palpasi : nyeri tekan, penurunan testis

b. Genetalia eksterna
Perempuan :

Inspeksi : odema, kemerahan, tandatanda infeksi, pengeluaran per vagina

(cairan), varises, kondiloma, kebersihan, bartolinitis, luka/trauma.

Palpasi : benjolan, nyeri tekan.

Kandung kemih:

Inspeksi : adanya massa/ benjolan, jaringan parut bekas irisan atau operasa di
suprasimfisis, pembesaran kandung kemih dan keteganganya, sistostomi

Palpasi : adanya nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, teraba massa

Ginjal :

Inspeksi : pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau tumor di daerah


retroperitoneum).

Palpasi : dengan cara ( memakai dua tangan, tangan kiri diletakkan disudut
kostevertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba
ginjal dari depan), adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus,
suhu kulit, massa

Perkusi : nyeri ketok (dengan cara memberikan ketokan pada sudut kostavertebra,
yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra)

5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec teori...?)


Anamnesa

Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari, alergi
terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan, melakukan diet,
disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan nyeri perut dijelaskan secara
PQRST. Gangguan defekasi (diare, konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB,
karakteristik feses meliputi bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses,
flatus, hemorroid, perubahan BB,

Mulut:

Inspeksi : mukosa bibir, labio/palatoschiziz, gigi (jumlah, karies, plak, kebersihan,


gingitivis), Gusi (berdarah, lesi/bengkak, edema), mukosa mulut (stomatitis,
nodul/benjolan, kebersihan). Produksi saliva, pembesaran kelenjar parotis

Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut, massa

Lidah

Inspeksi : Posisi, warna dan bentuk, simetris, kebersihan, warna, gerakan,tremor, lesi

Palpasi : Nodul, oedema, nyeri tekan

Faring - Esofagus :

Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan ukuran)
Palpasi : pembesaran kelenjar

Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)

Inspeksi: pembesaran abnormal (asites, distensi abdomen), spider navy, tampak vena
porta hepatika, bekas luka, luka (colostomy, CAPD, hernia), umbilikus (kebersihan,
menonjol,)

Auskultasi : peristaltik usus

Perkusi : tymphani, hipertympani, batas batas hepar, nyeri

Palpasi:

Kuadran I:

Hepar hepatomegali, nyeri tekan, shifting dullness

Kuadran II:

Gaster nyeri tekan abdomen, distensi abdomen

Lien splenomegali

Kuadran III:

Massa (skibala, tumor), nyeri tekan

Kuadran IV:

Nyeri tekan pada titik Mc Burney

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnese : Adakah nyeri, kelemahan extremitas, Cara berjalan, Bentuk tulang
belakang (lordosis:keadaan tulang belakang condong ke arah depan, kiposis: keadaan
tulang condong ke arah belakang, skoliosis: keadaan tulang condong ke arah samping)

Warna kulit

Hiperpigmentasi, hipopigmentasi (dikaji dengan pemeriksaan sensasi panas/nyeri),


icterus, kering, mengelupas, bersisik (di sela-sela jari kaki/tangan)

Kekuatan otot :

Keterangan:

0: Tidak ada kontraksi

1: Kontaksi (gerakan minimal)

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh

Fraktur

Look : Deformitas,Bengkak (Swelling), pemendekan (Shortening), luka terbuka

Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering, merah),
krepitasi tulang.

Move : kekakuan (Stiffness), Kontraktur sendi.


Luka :

Inspeksi : adanya tanda radang, warna (merah/vaskularisasi baik, kuning/peradangan,


hitam/nekrosis), karakteristik (kedalaman, luas, jenis cairan yang kluar)

Palpasi : warna cairan yang keluar (luka jahitan), suhu (panas,dingin)

Lesi kulit :

Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata


Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler
yang reversibel
Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari cm garis
tengah dan memp.dasar.
Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah vesikel
disebut vesikel hipopion
Bula : vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal istilah bula hemoragik, bula
purulen, dan bula hipopion
Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Isi kista terdiri atas
hasil dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel lapisan
tanduk dan rambut

Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit terdapat di
bagian kutis atau subkuti. Batas antara ruangan yang berisi nanah dan jaringan
sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrat radang.
Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter kurang dari cm,
berisikan zat padat
Nodus :massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan dapat menonjol jika
ukurannya < 1 cm, disebut nodulus

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa :
Menanyakan bagaimana riwayat nutrisi dan eleminasi (3P : Poliuria, polifagia,
polidipsia), lemah, kejang/kram, adanya disfungsi gonad (kemampuan ereksi,
dispareunia, pruritus), pandangan kabur, perubahan berat badan dan tinggi badan,
kesulitan menelan, berkeringat, tremor, hot flushes (panas pada wajah)

Riwayat KB : Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa yang digunakan,
kapan menggunakannya, alasan mengikuti KB, alasan berhenti, side efek.

Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme), alopesia
(botak), moon face

Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid, perubahan warna
Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid), nyeri tekan, suhu

Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (pada laki-laki)

Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan), kebersihan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir).
Palpasi : adakah benjolan, kegagalan penurunan testis (kriptokismus),

Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting

8. Sistem Reproduksi
Anamnesa :

1. Menanyakan bagaimana riwayat haid yang meliputi: menarche, cyclus haid, lama
haid, banyaknya darah & sifatnya (cair, bergumpal), flour albus (warna, bau,
jumlah), disminore. Menorhagia, metrorhagia. keluhan waktu coitus (nyeri,
pengeluaran darah)
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
a. Untuk riwayat kehamilan ditanyakan, sudah pernah hamil, berapa kali hamil,
pernah keguguran atau tidak, adakah penyulit kehamilan. jarak kehamilannya
anak ke-1 dan ke-2 dst.
b. Untuk riwayat persalinan ditanyakan jenis persalinannya bagaimana, spontan
atau dengan bantuan alat, SC

Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae, adanya massa,
kulit seperti kulit jeruk, adanya luka, kesimetrisan payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran ( cairan, darah ), nyeri tekan,

Axilla :
Inspeksi : tampak /tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : teraba/ tidak benjolan abnormal

Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen , luka post SC, strie ( albican, livide).
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran), adakah massa.

Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran (darah,
cairan, lendir), adakah tanda-tanda infeksi.
Palpasi : adakah benjolan/ massa dan nyeri tekan.

Laki-laki :

Anamnesa :

keluhan waktu coitus (kemampuan ereksi ,rasa nyeri, ejakulasi dini),

Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran
(darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka. priapismus

Palpasi: adakah benjolan,


9. Persepsi sensori :
Anamnesa : tanyakan pada klien :

Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam penglihatan,
Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan ganda ( diplopia )., Keluhan
mata berair, gatal, kering, adanya benda asing dalam mata

Tinnitus (berdenging), penurunan pendengaran, terasa penuh pada telinga, nyeri.

Rasa sengau pada hidung

Mata

Inspeksi :

Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna, cairan yang
keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk :Enteropion, keluar :ksteropion),
produksi air mata.

Kornea : Normal berkilau, transparan

Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil

Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih seputar iris
(Arkus senilis)

Sclera ; warna ( putih, ikterik)

Palpasi:

Teraba lunak/ keras, nyeri dan pembengkakan kelopak mata, palpasi kantong
lakrimal, pemeriksaan TIO

D. Penciuman (Hidung) :

Palpasi; Sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, sfenoidalis), Palpasi fossa kanina


( nyeri/ tidak),Pembengkakan, Deformitas
Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila
palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat

10. POLA KONSEP DIRI


1. CitraTubuh :
Adalah bagaimana sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2. Ideal Diri :
Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan standar
perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

3. HargaDiri :
Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai dengan
menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal diri. Jika individu
selau sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami
kegagalan cenderung harga dirinya rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain.

4. Peran Diri :
bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan fungsinya di
dalam masyarakat.

5. Identitas Diri
Bagaimana kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.

11. POLA PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT


1. Bagaimana kebiasaan klien dalam tata cara hidup sehat (pola makan termasuk
Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan aktivitas fisik setiap hari, Tidak
merokok/ tidak konsumsi minuman/makanan beralkohol/ napza , menggunakan
air bersih, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban
sehat).
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat dalam mengatasi
permasalahan kesehatan ( PKM, Tenaga kesehatan, dukun, alternatif, ramuan obat
obatan herbal, membeli obat obat bebas di toko obat/ apotek ).
3. Kebiasaan sehari-hari : mandi, keramas, sikat gigi, memotong kuku, ganti pakaian
dll yang berhubungan dengan pola hidup sehat.

12. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL


Konsep klien tentang kepercayaan/ keyakinan terhadap Tuhan YME, sumber
kekuatan/ harapan saat sakit. Bagaimana cara yang klien lakukan dalam
melaksanakan pendekatan terhadap Tuhan YME saat sakit. Bagaimana cara klien
melaksanakan kegiatan keagamaannya/ kepercayaannya saat sakit di Rumah Sakit.

Bagaimana budaya untuk mencari pengobatan saat sakit yang berhubungan dengan
nilai kepercayaan dan keagamaan yang dianut. Bagaimana kepercayaan/ keyakinan
klien terhadap situasi sakit dan penyebab sakitnya, serta cara penanganannya/
penanggulangannya .

13. POLA MEKANISME KOPING


Mengkaji bagaimana individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak
menyenangkan terhadap diri klien sendiri atau dalam menghadapi masalah / penyakit
yang sedang di alaminya.

Strategi koping : strategi koping apa yang digunakan klien bila menghadapi masalah.

14. HUBUNGAN PERAN


Bagaimana peran klien dalam masyarakat saat sebelum sakit dan bagaimana setelah
sakit , apakah perannya terganggu ataukah ada yang menggantikan perannya saat
klien sakit.

15. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Apa kebiasaan yang dilakukan klien sebelum tidur, berapa lama klien tidur pada siang
hari dan malam hari, kebiasaan klien tidur siang pukul berapa dan tidur malam berapa
lama.

Aktivitas klien sehari

16. POLA PSIKOSOSIAL


Meliputi reaksi psikologi atau Verbal & Non verbal klien:

Mengamati ekspresi muka, apakah menunjukkan kemarahan, kesedihan, kesakitan,


apa gelisah, melamun, takut, bingung, pendiam, agresif, banyak bicara, bicara lambat
atau menangis, ada perasaan bersalah dan hanya berespon bila ditanya.

Bagaimana respon psikologis yang digunakan : tmenurunkan ketegagangan , Menarik


diri, kecemasan, HDR.

Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang palin dekat /
paling

Bagaimana dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat pada klien saat sakit.

Bagaimana interaksi klien dengan perawat, klien di dekatnya dan dokter.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai


kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindungatau suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan
klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas ini
bisa dipandang dari pihak perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat dari
faktor penyakit dan fungsional. Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat
kelamin dan kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari pasangan
suami istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan seksual dan psikologisnya.

B. Saran

Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk segera
mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus tapi tidak ada
hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-laki, perempuan atau
hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Harapan, Rustam E. 1994. Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.


file:///F:/INFERTILITAS%20&%20ABORTUS/Askep%20Infertilitas%20%C2%AB
%20Hidayat2%27s%20Blog.htm

You might also like