Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang
sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan
dialami oleh orang usia muda (Paliyama, 2003). Low back pain merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). Low back pain dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang
salah.
Menurut Rakel (2002), low back pain adalah nyeri yang berasal dari tulang
belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah ersebut. Dengan demikian low
back pain adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah
yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
Sekitar tiga kwartal dari kasus kasus sakit akibat kerja berdasarkan The
Labour Force Survey (LFS) U.K adalah musculoskeletal disorders misalnya
(anggota tubuh bagian atas atau permasalahan punggung), stress, depresi atau
gelisah. Prevalensi kasus musculoskeletal disorders sebesar 1.144.000 dengan
menyerang punggung sebesar 493.000 kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher
426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus (HSC, 2006/2007)
Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi
fenomena yang sering terjadi saat ini. 60 % orang dewasa mengalami nyeri
punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja
atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan
posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan
dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus (Chang, 2006 dalam Zamna, 2007).
Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001), pada
periode tahun 1996 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yang
dilaporkan, 64 % diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktor
resiko ergonomi. OSHA (2000) menyatakan sekitar 34 % dari total hari kerja yang
hilang karena cedera dan sakit yang diakibatkan oleh Musculoskeletal Disorders
(MSDs) sehingga memerlukan biaya kompensasi sebesar 15 sampai 20 miliar
dolar US.
Menurut journal medicine di Inggris, 180 juta waktu kerja terbuang akibat
sakit pinggang, yang disebabkan karena duduk di kursi dengan standar kelayakan
yang tidak cukup baik. Aryawan dan Darmadi (2000) mengatakan bahwa LBP
merupakan keluhan kesehatan nomor dua pada manusia setelah influenza.
Keluhan dan gangguan kesehatan terkait muskuloskeletal yang umumnya
dijumpai akibat mengemudi antara lain adalah nyeri pada leher, punggung, dan
bahu; kejang; tekanan dan sirkulasi darah yang buruk di daerah kaki dan bokong;
segera setelah mengemudi resiko cedera punggung bawah akibat mengangkat
meningkat dan terjadi degenerasi pada diskus spinal dan herniasi diskus.
(Ergonomic Today, 2002).
Hasil studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun
2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja
berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja,
menurut studi yang dilakukan tehadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di
Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8
%), gangguan syaraf (6 %), gangguan pernapasan (3 %), dan gangguan THT (1,5
%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Nyeri
b. Respon Perilaku
Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
mengindikasikan nyeri meliputi menggeretakkan gigi,
memegang bagian tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh
membengkok, dan ekspresi wajah yang menyeringai. Seorang
klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah atau sering
memanggil perawat. Namun kurangnya ekspresi tidak selalu
berarti bahwa klien tidak mengalami nyeri (Potter dan Perry,
2005).
Mahon (1994) mencatat bahwa nyeri dapat memiliki sifat
yang mendominasi, yang mengganggu kemampuan individu
berhubungan dengan oarang lain dan merawat diri sendiri.
Meinhart dan McCaffery (1983) dalam Potter dan Perry,
(2005), mendeskripsikan 3 fase pengalaman nyeri, yaitu:
1). Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu untuk
belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkannya
2). Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Individu
bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda-beda,
tergantung toleransinya
3). Toleransi bergantung pada sikap, motivasi dan nilai yang
diyakini seseorang. Fase akibat terjadi ketika nyeri
berkurang atau berhenti. Klien mungkin masih
memerlukan perhatian perawat. Jika klien mengalami
serangkaian episode nyeri yang berulang, maka respon
akibat dapat menjadi masalah kesehatan yang berat.
Perawat membantu klien memperoleh kontrol dan harga
diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan
pengalaman nyeri.
Low Back Pain adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang
berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus intervertebralis,
ligamentum diantara tulang belakang dengan diskus, medula spinalis,
dan saraf otot punggung bawah, organ internal pada pelvis dan
abdomen atau kulit yang menutupi area lumbar (Medicine dictionary,
2012).
Sedangkan menurut Kravitz (2009) Low Back Pain mengacu
pada nyeri di daerah lumbosakral tulang belakang meliputi jarak dari
vertebra lumbal pertama ke tulang vertebra sacral pertama. Ini adalah
area tulang belakang dimana bentuk kurva lordotic. Yang paling sering
menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen lumbal 4 dan 5.
2.2.2 Etiologi
Etiologi low back pain menurut Adelia Rizma (2007) dapat berupa :
1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan
osteoartritis. Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi
pada arkus dan prosesus artikularis serta ligamen yang
menguhubungkan antar ruas tulang belakang. Perubahan degeneratif
juga dapat menyerang anulus fibrosus dari diskus intervertebralis.
2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul
sebagain penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota
gerak terkena secara serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan
keluhan sakit punggung dan pinggang yang sifatnya pegal, kaku
3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum
wanita. Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler
4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari
vertebra lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan
dapat menyerupai HNP.
5. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat
menyebabkan LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti
trombosis aorta terminalis, dengan gejala nyeri yang menjalar
sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi
6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Pagets disease,
osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor
ganas seperti mieloma multipel, maupun sekunder
7. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti
streptococcus atau staphylococcus, atau infeksi kronik seperti
spondilitis tuberkulosis dan osteomielitis
8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi, malingering
2.2.4 Patogenesis
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses
perkembangan nyeri punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan
untukmenentukan apakah proses patologis yang terlihat pada gambaran
radiologis berhubungan dengan gejala yang dialami pasien. Nyeri pada
bagian manapun memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang
menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada
jaringan, tulang belakang merupakan struktur yang unik karena
memiliki banyak jaringan di sekitarnya yang dapat memicu nyeri.
Inflamasi pada sendi tulang belakang, intervertebral diskus, ligamen
dan otot, meninges dan akar saraf dapat menyebabkan nyeri pada
punggung bawah. Jaringan-jaringan ini memberikan respon terhadap
nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia seperti bradikinin,
prostalglandin dan leukotrin. Agen-agen kimia ini mengaktifkan ujung
saraf dan menyebabkan impuls yang menjalar ke korda spinalis. Saraf-
saraf nosiseptif yang teraktivasi akan melepaskan neuropeptida, dimana
yang paling banyak adalah substansi P. Neuropeptida ini bekerja pada
pembuluh darah, menyebabkan ekstravasasi, dan menstimulasi sel mast
untuk melepas histamin dan melebarkan pembuluh darah. Sel mast juga
melepaskan leukotrin dan agen-agen inflamasi lainnya yang menarik
leukosit dan monosit. Proses tersebut menghasilkan gejalagejala
inflamasi seperti pembengkakan jaringan, kongesti vaskular, dan
stimulasi ujung-ujung saraf bebas.
Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang
mengalami inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme
khusus dalam memodifikasi nyeri yang berasal dari daerah jaringan
spinal. Di korda spinalis, impuls nyeri terkonversi pada neuron yang
juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini menyebabkan perubahan derajat
sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui proses yang disebut
gate control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke proses
yang kompleks dan berlangsung pada berbagai tingakatan sistem saraf
pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri
yang disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat
menghambat respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway
(Haldeman,2002).
2.2.5 Klasifikasi
1. LBP akut
Nyeri akut yang berpangkal pada tulang, yaitu : metastasis
vertebra, osteoporosis,osteomyelitis vertebra, fraktur.
Nyeri akut yang berpangkal pada otot dan atau syaraf, yaitu :
syndroma nyeri myofacial,nyeri radikuler tanpa kelainan spinal,
HNP
2. LBP kronis
Nyeri Nosiseptif somatis, misal : peoses degeneratif pada spina
dan atau diskus, spondilolisthesis, syndroma nyeri myofacial
Nyeri Nosiseptif viseral, misal : nyeri rujukan dari organ pelvis,
rongga retroperitoneal,kandung empedu, kelenjar pangkreas.
Nyeri neuropatik, misal : spinal stenosis, neoplasma (tumor)
Nyeri Psikogenik, misal : histeris, depresi
Failed Low Back Syndrome
Nyeri berkepanjangan pasca terapi, secara khusus diartikan
sebagai nyeri berkepanjangan pasca bedah atau komplikasi
pembedahan
Non cancer chronic back syndrome
Nyeri yang disebabkan oleh sebab organik yang berkaitan
dengan kesan nyeri yang abnormal (Ehrlich.,2003)
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara terarah dan terbimbing. Ditanyakan
hal sebagai berikut:
Letak atau lokasi nyeri
Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktifitas
Pengaruh posisi dan anggota tubuh
Riwayat trauma
Onset waktunya
Riwayat berobat
Riwayat proses keganasan
Riwayat trauma
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Tanda-tanda Vital
b. Pemeriksaan Neurologis
a) N. Cranialis
b) Meningeal Sign
c) Refleks fisiologis dan patologis
d) Motorik
e) Sensorik
f) Khusus:
Lasegue Test
Patrick
Kontra Patrick
Gaenslens
Thomas test
3. Pemeriksaan penunjang
Alat diagnostik mencakup:
a. X-ray: Khususnya foto polos daerah lumbosakral AP dan
lateral.
b. CT scan: Menangkap penampang gambar cakram tulang
dan tulang belakang,dapat digunakan untuk memeriksa
herniated disc atau spinal stenosis
c. Myelogram. Memungkinkan identifikasi masalah dalam
tulang belakang, sumsum tulang belakang dan akar saraf.
Suntikan pewarna kontras menerangi tulang belakang
sebelum x-ray atau CT-scan
d. MRI scan. Menampilkan rinci penampang komponen tulang
belakang. Berguna untuk menilai masalah dengan cakram
lumbar dan akar saraf, serta mengesampingkan penyebab
nyeri punggung bawah seperti infeksi tulang belakang atau
tumor. Biasanya spesialis tulang belakang akan memiliki
gambaran yang baik dari penyebab nyeri pasien dari gejala-
gejala pasien dan pemeriksaan fisik, dan akan menggunakan
tes diagnostik di atas untuk mengkonfirmasi dan
mengklarifikasi diagnosis dan / atau untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain dari gejalagejala pasien
(Ullrich.,2012)
2.2.9 Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat
diketahui, maka perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan
yang spesifik untuk penyebab nyeri muskuloskeletal.Tetapi terdapat
beberapa tindakan yang dapat membantu,biasanya tindakan ini juga
dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang
belakang tindakan ini meliputi: perbaiki aktifitas,menggunakan obat
pereda nyeri, kompres dingin pada daerah nyeri,dan olahraga.
Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi,penanganan
dimulai dengan mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang
belakang,misalnya mengangkat benda berat dan membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk
mengatasi nyeri.Jika terdapat peradangan maka dapat digunakan obat
NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan peradangan. Jika keduanya
tidak dapatmengatasi nyeri yang ada,maka dapat digunakan obat
golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam,
atau methocarbamol, terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme
otot, tapi kegunaannya sendiri masih kontroversial. Obat obat ini tidak
danjurkan oleh orang tua,karena lebih sering memberi efek samping.
(Cianflocco.,2013)
2.2.10 Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah
dengan olahraga secara teratur. Latihan aerobik dan olahraga untuk
meregangkan dan mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik,
berenang, dan berjalan, memperbaiki kebugaran tubuh secara
menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu dapat
meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung
sehingga dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang,
latihan peregangan dapat menambah nyeri punggung,untuk itu latihan
perlu dilakukan secara hatihati. Secara umum,olahraga yang
menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.
(Cianflocco.,2013)
2.2.11 Prognosis
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan,
35% pasien dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3
bulan. Dilaporkan tingkat kekumatan LBP mencapai 62% pada tahun
pertama. Setelah 2 tahun, 80% pasien setidaknya mengalami satu kali
kekumatan. (Hills et al,2010)
2.2.12 Edukasi
1. Waktu berdiri
Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode duduk
sebentar
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi
menekuk lutut terlebih dahulu
Waktu berjalan, berjalan dengan posisi tegak rileks dan jangan
tergesa-gesa
2. Waktu duduk
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, kaki dapat
sepenuhnya merapat ke lantai
Bila duduk seluruh punggung menempel atau bersandar pada
kursi
3. Waktu tidur
Tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang
keras
4. Waktu bangun tidur
Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki
terlebih dahulu, kemudian badan dimiringkan dan kedua kak
terlebih dahulu turun dari tempat tidur kemudian diikuti badan.