You are on page 1of 33

MAKALAH

TEORI MEDAN KRISTAL

OLEH:
KELOMPOK III

KHAERIL ASLAMIYAH F. A1C414019


LA ODE INDO A1C414021
LM. RUSLI A1C414023
MASLAN MAPPATUNRU A1C414025
MEYKA RAHMI A1C414027
NUR AVINA A1C414029
RISMAN A1C414031
RISKI MEYNA SARI A1C414033
ROSIDA A1C414035
SRIWULAN P. A1C414037

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam

interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan

suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Dalam menjelaskan

struktur, spektrum, ikatan dan kereaktifan diperlukan konsep untuk mengamati

yang terjadi antara atom ion logam dengan ligan pada senyawa kompleks.

Dasarnya adalah teori yang dikemukakan oleh Alfred Werner pada tahun 1893,

dimana dalam postulatnya ia menyatakan bahwa umumnya unsur memiliki dua

jenis valensi, yaitu : valensi primer yang disebut dengan bilangan oksidasi dan

valensi sekunder yang disebut dengan bilangan koordinasi (Sukardjo, 1989).

Pada logam, masing-masing memiliki karakteristik bilangan valensi

sekunder yang diarahkan pada kedudukan tertentu dalam ruang untuk menentukan

bentuk geometri dari senyawa yang terbentuk. Dengan berkembangnya berbagai

teori tentang atom modern dan kenyataan bahwa teori Werner tidak lagi dapat

menjelaskan sifat-sifat senyawa yang semakin kompleks, maka dikembangkan

berbagai teori-teori baru tentang kimia koordinasi, diantaranya adalah : teori

ikatan valensi (valensi bond theory), teori orbital molekul (molecular orbital

theory) dan teori medan kristal (crystal field theory). Teori ikatan valensi

dikemukakan oleh Linus Pauling pada tahun 1931. Teori ini didasari atas

pembentukan ikatan hibrida dari orbital hibrida. Ikatan hibrida / orbital hibrida

terbentuk bila orbital-orbital atom pusat menyediakan sejumlah orbital kosong


yang jumlahnya sesuai dengan bilangan koordinasi. Teori ini berkaitan dengan

struktur elektron keadaan dasar atom logam pusat, dan dapat digunakan untuk

menerangkan sifat magnet pada senyawa kompleks. Informasi tentang jenis

orbital hibrida juga dapat digunakan untuk menentukan bentuk geometri senyawa

kompleks. Namun, ikatan valensi ini memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya

terdapat warna-warna dalam senyawa kompleks tidak dapat diterangkan dengan

teori ini, Ion ion Ni2+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, yang biasanya membentuk

kompleks, Segiempat planar dapat membentuk kompleks tetrahedral atau

kompleks dengan bilangan koordinasi 5, Adanya beberapa kompleks yang

memilih membentuk outer orbital kompleks, Teori ikatan valensi tidak dapat

menjelaskan terjadinya spektra elektronik. Tidak dapat menjelaskan perbedaan

antara kompleks ionik dan kompleks kovalen.

Oleh karena itu muncullah teori medan kristal. Teori medan kristal

digunakan oleh pakar fisika zat padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik

garam-garam logam transisi terhidrat, khususnya yang memiliki atom pusat ion

logam transisi dengan orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektron seperti

CuSO4.5H2O. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi

menerapkan teori medan kristal. Teori medan kristal ini digunakan untuk

menjelaskan energi kompleks koordinasi.Hal ini didasarkan pada deskripsi ionik

pada ikatan logam ligan. Menurut teori medan kristal atau crystal field theory

(CFT), ikatan antar atom pusat dan ligand dalam kompleks berupa ikatan ion,

hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik dari percobaan-

percobaan yang diperoleh bahwa ada ligan-ligan yang menghasilkan medan listrik
yang kuat dan yang disebut strong ligan field, ada ligan yang sebaliknya dan

disebut weak ligan field. Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT),

ikatan antara atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga

gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion

pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang mempunyai

momen dipol permanen.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam makalah ini akan dijelaskan

lebih detail tentang teori medan kristal khususnya mengenai pengaruh interaksi

antara atom pusat dengan ligan-ligan terhadap tingkat energi orbital-orbital d atom

pusat dan menjelaskan pemisahan orbital-orbital d atom pusat pada kompleks

octahedral, tetrahedral dan bujur sangkar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dijabarkan pada makalah ini yaitu

1. Memahami pengaruh interaksi antara atom pusat dengan ligan-ligan

terhadap tingkat energi orbital-orbital d atom pusat.

2. Menjelaskan pemisahan orbital-orbital d atom pusat pada kompleks

octahedral, tetrahedral dan bujur sangkar

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui teori medan kristal.

2. Memahami pengaruh interaksi antara atom pusat dengan ligan-ligan

terhadap tingkat energi orbital-orbital d atom pusat.


3. Menjelaskan pemisahan orbital-orbital d atom pusat pada kompleks

octahedral, tetrahedral dan bujur sangkar.

4. Menjelaskan tingkat energi dari kompleks oktahedral, tetrahedral dan

bujur sangkar.

5. Mengetahui sifat kemagnetan dari tiap bentuk molekul senyawa

kompleks.

6. Mengetahui kelemahan teori medan kristal.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Medan Kristal

Teori medan kristal (Crystal Field Theory) dikemukakan oleh Hans Bethe,

seorang pakar fisika, pada tahun 1929. Pada awal perkembangan teori medan

kristal, interaksi antara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenuhnya

interaksi elektrostatik. Modifikasi teori ini dilakukan pada tahun 1935 oleh J.H.

Van Vleck dengan memasukkan interaksi kovalen. Secara umum teori medan

kristal yang telah dimodifikasi dengan memasukkan interaksi kovalen disebut

teori medan ligan (Ligand Field Theory). Meskipun munculnya teori medan

kristal dapat dianggap sezaman dengan munculnya teori ikatan valensi, namun

teori medan kristal kurang dikenal oleh para pakar kimia koordinasi. Para pakar

kimia koordinasi pada waktu itu tampaknya cukup puas dengan menggunakan

teori ikatan valensi untuk menjelaskan struktur dan kemagnetan senyawa-senyawa

koordinasi, sehingga selama 20 tahun setelah dikemukakan oleh Hans Bethe, teori

medan kristal hanya digunakan dalam bidang fisika zat padat.

Teori meedan kristal digunakan oleh pakar fisika zat padat untuk

menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat,

khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan orbital d yang

belum sepenuhnya terisi elektron seperti CuSO4.5H2O. Para pakar kimia

koordinasi baru menerapkan teori medan kristal pada awal tahun 1950,yaitu

setelah diketahuinya bahwa teori ikatan valensi tidak dapat digunakan untuk
menjelaskan perubahan kemagnetan karena perubahan temperaturdan warna

senyawa koordinasi.

B. Asumsi-Asumsi teori medan kristal

Teori medan kristal yang dikemukakan oleh Bethe dilandasi oleh 3 asumsi,

yaitu:

1. Ligan-ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan,

2. Interaksi antara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenuhnya sebagai

interaksi elektrostatik (ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral

seperti NH3 dan H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol

dalam molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion logam.

3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ionlogam dengan orbital-

orbital dari ligan


z
z z

+ - - -
- +
+ x
x x x x +
+ - + +
+
- - - y
dxy y dx2y2
y dz 2
y dxz dyz y

Gambar 7.1. Lima orbital d dan susunannya dalam ruang. (Dikutip dari

Huheey, Keiyter & Keiter, 2003: 399).

Garam-garam logam transisi terhidrat merupakan suatu kompleks dengan

atom pusat ion-ion logam transisi yang memiliki orbital-orbital d. Orbital d ada

lima macam yaitu dxy, dxz, dyz, d x2-y2, dan dz2 dengan susunannya dalam ruang

ditunjukkan pada Gambar 7.1. Orbital dz2 merupakan hasil kombinasi linear dari
orbital dz2-x2 dan dz2-y2 seperti ditunjukkan pada Gambar 7.2. Label dz2

merupakan singakatan dari d2z2-x2-y2.

z z z

x
x
y
dz2x2 dz2y2 dz2

Gambar 7.2. Kombinasi linear orbital dz2-x2 dan dz2-y2 dan mengahasilkan

orbital dz2. (Dikutip dari Huheey, Keiyter & Keiter, 2003: 399).

Pada ion logam transisi terisolasi atau pada ion logam dalam fase gas,

kelima orbital d tersebut berada dalam keadaan degenarat atau memiliki tingakat

energi yang sama. Apabila suatu medan negatif dengan simetri bola ditempatkan

di sekitar ion logam, seperti ditunjukkan dengan Gambar 7.3, maka orbital-orbital

tersebut akan mengalami kenaikan tingkat energi sebagai akibat tolakan antara

medan negatif dengan elektron-elektron yang terdapat pada orbital-orbital d.

Pengaruh medan negatif dengan simetri bola terhadap orbital-orbital d adalah

seragam. Oleh karena itu, meskipun lima orbital d mengalami kenaikna tingkat

energi, kenaikan tersebut adalah sama besar sehingga 5 orbital d tetap dalam

keadaan degerant. Disamping itu, kenaikan tingkat energi 5 orbital d tersebut

tidak mengubah simetri dari orbital.

Apabila medan negatif berasal dari ligan-ligan maka medan negatif dengan

simetri bola tidak mungkin terbentuk karena terbatasnya jumlah ligan yang dapat

berikatan dengan ion logam. Akibatnya pengaruh medan negatif dari ligan-ligan
terhadap 5 orbital d dari ion logam cenderung tidak sama kuat meskipun orbital d

tersebut mengalami kenaikan tingkat energi. Simetri dari 5 orbital d juga

berkurang seiring dengan berkurangnya degenerasi dari 5 orbital d tersebut.

Meskipun demikian 5 orbital d tersebut cenderung berusaha untuk berada pada

tingkat simetri yang setinggi mungkin.

Senyawa kompleks, baik yang merupakan kompleks netral maupun

kompleks ionik memiliki struktur atau simetri tertentu. Struktur yang banyak

dijumpai adalah oktahedral, tetrahedral dan bujur sangkar. Oleh karena itu

pembahasan teori medan Kristal lebih ditekankan untuk kompleks dengan struktur

oktahedral, tetrahedral dan bujur sangkar, daripada kompleks dengan struktur-

struktur yang lain.

C. Kompleks Oktahedral

Pada kompleks oktahedral atom pusat berikatan dengan 6 atom donor.

Kompleks oktahedral memiliki tingkat simetris tertinggi apabila ligan-ligan yang

terikat pada atom pusat merupakan ligan monodentat monoatom yang sama,

seperti ligan F-, Cl-, Br-, dan I-. Pada pembentukan kompleks oktahedral dianggap

ada 6 ligan monodentat yang mendekati atom pusat pada jarak tertentu saat

ikatan-ikatan antara atom pusat dan ligan-ligan terbentuk. Ligan-ligan dengan

medan negatif yang dimilikinya mengadakan interaksi dengan 5 orbital d dari

atom pusat sehingga terjadi penurunan tingkat simetri orbital-orbital tersebut.

Tingkat simetri 5 orbital d dari ion logam adalah paling tinggi apabila pada

pembentukan ikatan-ikatan tersebut ligan-ligan mendekati ion logam pada arah

sumbu +x, -x, +y, -y,+z, dan z dari koordinat Cartesian seperti ditunjukan pada
gambar 7.4. pada posisi tolakan antara ligan-ligan adalah minimal. Interaksi

antara orbital-orbital d dari ion logam dengan ligan-ligan menimbulkan medan

oktahedral.

-x

y Gambar 7.4 Interaksi antara 6 ligan monodentat


-y
dengan 5 orbital d dari ion logam pada medan
oktahedral .ion logam
x
-z

Susunan dalam ruang 5 orbital d adalah berbeda. Pada gambar 7.4, tiga

orbital d yaitu dxy, dxz, dan dyz, cuping-cupingnya tidak diarsir dan terletak

diantara sumbu, sedangkan dua orbital d yang lain yaitu dx2- y


2
dan orbital dz2

cumping-cumpingnya diarsir dan terletak pada sumbu-sumbu. Pada medan

oktahedral interaksi antara 6 ligan dengan orbital dx2- y


2
dan orbital dz2 adalah

sama kuat, demikian pula interaksi antara 6 ligan dengan orbital dxy, dxz, dan dyz.

Akan tetapi karena letak dua kelompok orbital berbeda maka interaksi antara 6

ligam dengan orbital dx2- y


2
dan orbital dz2 adalah lebih kuat dibandingkan

interaksinya dengan orbital dxy, dxz, dan dyz. Akibatnya, meskipun dua kelompok

orbital tersebut mengalami kenaikan tingkat energi, kenaikan tingkat energi

orbital-orbital dx2- y
2
dan orbital dz2 lebih tinggi dibandingkan kenaikan tingkat

energi orbital-orbital dxy, dxz, dan dyz. Lima orbital d yang semula degenerat akan

mengalami pemisahan (splitting) menjadi dua kelompok orbital dengan tingkat


energi yang berbeda. Apabila orbital-orbital d tersebut dilambangkan dengan

garis-garis mendatar maka pemisahannya dapat ditunjukkan dengan gambar 7.5.

dx2y2 dan dz2

Tingkat energi rata-rata 5 orbital d ion


logam pada medan oktahedral 10 dq

Energi
dxy dxz dan dyz

Tingkat energi 5 orbital d ion logam


pada medan oktahedral

Tingkat energi 5 orbital d ion logam


bebas

Gambar 7.5 pemisahan splitting 5 orbital d ion logam pada mean oktahedral

Orbital dxy, dxz, dan dyz secara keseluruhan disebut orbital t2g sedangkan

orbital dx2- y2 dan orbital dz2 disebut orbital eg. perbedaan tingkat energi antara dua

kelompok orbital tersebut dinyatakan dengan harga 10Dq atau . Diagram

pemisahan orbital d pada medan oktahedral seperti pada gambar 7.5 jarang

digunakan.

Tingkat energi rata-rata 5 orbital d disebut barycenter atau center of

gravity. Tingkat energi orbital eg adalah 6Dq diatas barycenter, sedangkan tingkat

energi orbital t2g adalah 4Dq dibawah barycenter.

7.2.1 Pengukuran Harga 10 Dq

Pengukuran harga Dq suatu kompleks adalah cukup rumit terutama bila

orbital d terisi lebih dari satu elektron. Pengukuran yang paling mudah adalah
orbital d hanya terisi sebuah elektron seperti yang terdapt pada ion kompleks

[Ti(H2O)6]3+ dengan konfigurasi elektron pada keadaan dasar atom pusat Ti3+

[Ar]3d14so pada medan octahedral suatu electron pada orbital 3d akan

menempatkan orbtal dengan tingkat energi yang terendah, yaitu pada salah satu

datiga orbital t2g degenerate seperti yang ditujukan pada gambar 7.7.

eg

6e
10 Dq Gambar 7.7 diagram tingkat
energi orbital d ion Ti3+ pada
kompleks [Ti(H2O)6]3+ yang
4e berbentuk oktahedral

t2g

Sebuah electron pada orbital t2g tersebut dapat melakukan transisi ke orbital eg

t2g 1 eg0 t2g 0 eg1

Spectrum adsorpsi dari transisi tersebut memiliki sebuah puncak yang

lebar pada daerah sinar tampak dengan adsorpsi maksimum pada 220.300 cm3

karena 1 kJ/mol = 83,6 cm1 maka energy tersebut adalah setara dengan energi dari

kebanyakan energi ikatan tunggal. Pada ion [Ti(H2O)6]3+ harga 10 Dq atau 0

dapat di anggap sama dengan transisi t2g 1 eg0 t2g 0 eg1 yaitu sebesar 243 kJ/mol.

Transisini terhjadi pada daerah sinar tampak sehingga yang menjadi ion

[Ti(H2O)6]3+ berwarna violet. Energi transisi bertambah besar dengan dengan

bertambahnya medan kristal [Ref] dengan konfigurasi electron pada keadaan

dasar atom pusat Re6+ = [Xe] 4f145d14s0 yang pola transisinya sama dengan pola

trasisi ion [Ti(H2O)6]3+ memiliki harga 10Dq sebesar 338 KJ/mol karena medan
kristalnya lebih kuat dibandingakan dengan [Ti(H2O)6]3+. Untuk ion-ion kompleks

dengan orbital d atom pusat terisi lebih dari 1 elektron pola transisinya menjadi

lebih rumit karena adanya interaksi antara elektron-elektron sehingga perhitungan

harga Dq menjadi lebih sukar.

7.2.2 Sifat Magmetik Kompleks Octahedral

Dimuka telah dijelaskan bahwa pada kompleks okthedral orbital-orbital

diatom pusat akan terpisah menjadi dua kelompok orbital yaitu orbital t2g dan eg .

apabila orbital d atom puat terisi oleh 1, 2 atau 3 elektron maka electron tersebut

akan memnemppati 3 orbital t2g yang ada dengan spin parallel agar diperoleh

konfigurasi dengan tingkat energy minimal sesuai dengan aturan hund. Apabila

orbital d atom pusat terisi oleh 4 elektron maka electron yang ke 4 akan memiliki

2 kemungkinan yaitu menempati orbital eg atau menempati orbital t2g dan

berpasangan dengan salah satu electron yang telah ada pda orbital tersebut seperti

di tunjukan pada gambar 7.9.

eg eg

t2g t2g

(a) (b)

Gambar 7.9 dua kemungkinan penempatan elektron keempat pada

kompleks oktahedral dengan atom pusat d4.


Apabila electron ke 4 menempati orbital eg maka diperlukan sebesar 10Dq

sedangkan apabila berpasangan dengan salah satu electron yang telah ada di

orbitan t2g diperlukan energi pmasangan spin electron sebesat P (P = pairing

energy). Di[ilihnya salah satu dari dua kemungkinan diatas tergantung pada

perbedaan harga 10Dq dan P.

Apabila harga 10Dq < P, secara energetic lebih menguntungkan bila

electron ke 4 menempati orbital eg sehingga diperoleh konfigurasi seperti pada

gambar 7.9 (a). konfigurasi ini memiliki tingkat energi yang lebih rendah

dibandingkan konfigurasi pada gambar 7.9 (d). kompleks yang diperoleh adalah

kompleks octahedral dengan medan magnet (waek field). Sebaliknya , apabila

harga 10Dq > P, secara energitik lebih menguntungkan bila electron ke 4

menempati orbital t2g berpasangan dengan salah satu electron yang siudah ada di

orbital tersebt , sehingga diperoleh konfigurasi pada gambar 7.9 (b) konfigurasi

ini memiliki tingkat energy yang lebih rendah dibangdingkan konfigurasi pada

gambar 7.9 (a) kompleks yang diperoleh adalah kompleks octahedral dengan

medan kuat (strong field). Diagram tingkat energy orbitalorbital d kompleks

oktahedraldengan atom pusat d1 pada medan lemah dan medan kuat diberikan

pada gambar 7.10.


eg
eg

10Dq <P
10Dq >P

t2g
t2g
(a)
(b)
Gambar 7.10 kompleks oktahedral dengan atom pusat d4 pada: (a) medan lemah,

(b) medan kuat.

Urutan penempatan electron ke 5 sampai ke 8 juga ditentukan oleh medan

yang ada gambar 7.10 disebut diagram tingkat energy orbital-orbital d atau

konfigurasi electron kompleks untuk kompeks octahedral medan lemah dan

medan kuat, konfigurasi elktron atau atom pusat d1 sampai d10 diberikan pada

tabel 7.1.

Tabel 7.1.

Konfigurasi elektron kompleks oktahedral medan lemah dan medan kuat.*

Medan lemah Medan Kuat

dn Konfigurasi Elektron dn Konfigurasi


Elektron
d1 t2g1ego d1 t2g1eg0
d2 t2a2eg0 d2 t2g2eg0
d3 t2g3eg0 d3 t2g3eg0
d4 t2g3eg1 d4 t2g4eg0
d5 t2g4eg2 d5 t2g5eg0
d6 t2g5eg2 d6 t2g6eg0
d7 t2g6eg2 d7 t2g6eg1
d8 t2g6eg2 d8 t2g6eg2
d9 t2g6eg3 d9 t2g6eg3
d10 t2g6eg4 d10 t2g6eg4
*konfigurasi elektron yang ditulis hanya umtuk elektron-elektron pada

orbital d atom pusat saja.

Pada kompleks oktahedral, kompleks-kompleks dengan atom pusat yang

sama dapat berada pada medan kuat atau medan lemah sehingga memiliki sifat

magnetik yang berbeda seperti di berikan pada contoh-contoh berikut.


Contoh 1 : [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+

Ion [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+ berbentuk okahedral dan memiliki atom

pusat yang sama yaitu Co3+ dengan komfigurasi elektron pada keadaan dasar Co3+

= [Ar]3d5. Ion [CoF6]3- bersifat paragmagnetik dengan kemagnetan setara dengan

adanya 4 elektron yang tidak berpasangan. Fakt ini menujukkan bahwa 6 elektron

yang tidak ada semuanyamenempati orbital t2g, sebagian menempati orbital eg.

Hal ini terjadi bila medan kristal yang ada merupakan medan lemah, sehingga

komfigurasi elektron ion [CoF6]3+ seperti pada gambar 7.11 sifat sifat

paramagnetik dari ion kompleks ditunjukan dengan adanya 4 elektron yang tidak

berpasangan.

Gambar 7.11 : konfigurasi


elektron ion kompleks
octahedral [C0F6]3-
dengan atom pusat d6

Ion [Co(NH3)6]3+ berwarna kuning, bersifat diamagnetik sehingga

6elektron yang ada harus berpasan pada orbital t2g. Hal ini bila terjadi medan

kristal yang ada merupakan medan kuat, sehingga diperoleh konfigurasi elektron

ion [Co(NH3)6]3+ seperti pada gambar 7.12. pada gambar 7.12 sifat diamagnetik

dari ion kompleks ditunjukkan dengan telah berpasangannya semua elektron yang

ada.
Gambar 7.12 :
konfigurasi elektron ion
kompleks octahedral
[Co(NH3)6]3+ dengan
atom pusat d6

Contoh 2: [Fe(H3O)6]3+ dan [Fe(CN)6]3+

Ion kompleks [Fe(H3O)6]3+ dan [Fe(CN)6]3+ memiliki atom pusat yang

sama yaitu Fe3+ dengan komfigurasi elektron pada kedaan dasar Fe3+ = [Ar]3d5.

Kedua ion tersebut memiliki sifat paramagnetik. Kemagnetan ion [Fe(H3O)6]3+

adalah setara dengan adanya 5 elektron yang tidak berpasangan. Fakta ini

menunjukkan baha 5 elektron yang ada tidak semuanya menempati orbital t2g

sebagian menempati orbital eg. Hal ini terjadi bila medan kristal yang ada

merupakan medan lemah, sehingga konfigurasi elektron ion [Fe(H3O)6]3+ seperti

pada gambar 7.13.

Gambar 7.13:
konfigurasi elektron ion
kompleks octahedral
[Fe(H2O)6]3+ dengan
6
atom pusat d

Kemagnetan ion [Fe(CN)6]3+ adalah sertara dengan adanya sebuah elektron

yang idak berpasangan. Fakta ini menunjukkan bahwa 5 elektron yang ada
semuanya menempati orbital t2g. Hal ini terjadi bila medan kristal yang ada

merupakan medan kuat, sehingga konfigurasi elektron ion [Fe(H3O)6]3+ seperti

pada gambar 7.14.

Gambar 7.14: konfigurasi elektron ion kompleks octahedral [Fe(CN)6]3- dengan

atom pusat d6

[Fe(H3O)6]3+ merupakan ion kompleks dengan spin tinggi (higt spin

complex), sedangkan [Fe(H3O)6]3+ merupakan ion kompleks dengan spin rendah

low spin complex)

7.3 Kompleks Tetrahedral

Koordinasi empat atom donor terhadap atom pusat pada kompleks

tetrahedral adalah berhubungan erat dengan koordinasi delapan atom donor

terhadap atom pusat pada kompleks kubus. Pada pembentukan kompleks kubus

delapan ligan monodentat yang digambarkan sebagai bola-bola hitam dan putih,

mendakati atom pusat melalui pojok-pojok kubus seperti ditunjukkan pada

gambar 7.15.
Gambar 7.15: interaksi antara 8
ligan monodentat dengan 5 orbital d
dari atom pusat pada kompleks
kubus

Pada posisi ini meskipun ligan-ligan tidak berhadapan dengan orbital-

orbital d yang ada, akan tetapi ligan-ligan tersebut lebih dekat ke orbital t2g

dibangkan ke orbital eg. Interaksi ligan-ligan dengan orbital t2g adalah lebih kuat

dibangdingkan dengan orbital eg. Akibatnya kenaikan tingkat energi orbital t2g

adalah lebih tinggi dibandingkan kenaikan tingkat energi orbital eg, sehingga

kedua komplok orbital tersebut mengalami pemisahan.

Pada kompleks tetrahedral indeks g hilang karena kompleks tersebut tidak

memiliki pusat simetri. Pada pembentukan kompleks tetrehedral empat ligan

monodentat, yang digambarkan dengan bola bola hitam atau bola bola putih,

mendekati atom pusat melalui pojok-pojok kubus. Interaksi ligan-ligan dengan

orbital t2 adalah lebih kuat dibandingkan dengan orbital e. Akibatnya kenaikan

tingkat energi orbital t2 adalah lebih tinggi dibandingkan kenaikan tingkat energi

orbital e. Pemisahan dua kelompok orbital tersebut adalah kebalikan dari

pemisahan mereka pada medan oktahedral seperti ditunjukkan pada gambar

7.16.
Gambar 7.16: pemisahan (splitting) 5 orbital d atom pusat pada medan tetrahedral

Interaksi secara tidak langsung antara empat ligan dengan orbital-orbital d

atom pusat menyebabkan medan tetrahedral yang dihasilkan merupakan medan

lemah. Perbedaan tingkat energi antara dua kelompok orbital tersebut dinyatakan

dengan harga 10 Dq atau Td Diagram tingkt energi orbital orbital d pada medan

tetrahedral biasanya digabrkan seperti gambar 7.17.


Gambar 7.17 : pemisahan orbital-orbital d pada medan tetrahedral

Apabila pada orbital d atom psat kompleks tetrahedral terdapat tiga atau

lebih elektron makakn elektron ketig sampai kelima ditempatkan pada orbital t2.

Sisa eletron yang masih ada dipasangkan dengan elektron-elektron yang terdapat

pada orbital e dan orbital t2 . berikut diberiakn beberapa contoh.

Contoh 1 : [FeCl4]2-

Ion [FeCl4]2- berbentuk tetrahedral. Atom pusatnya adalah Fe2+ dengan

konfigurasi eletron Fe2+ =[Ar]3d6 . ion [FeCl4]2- bersifat paramagnetik dengan

kemagnetan setara dengan adanya 4 elektron yang tidak berpasangan. Konfigurasi

eletron ion [FeCl4]2- adalah seperti pada gambar 7.18.

Gambar 7.18: konfigurasi elektron ion kompleks tetrahedral medan lemah

[FeCl4]2- dengan atom pusat d6.

Elektron ketiga sampai kelima menempati orbital t2g karena harga 10 Dq <

10. Elektron keenam berpasangan dengan salah satu eletron yang telah

menempati orbital eg . adanya empat eletron yang tidak berpasangan menunjukkan

sifat paramagnetik ion [FeCl4]2-

Contoh 2 : [CoCl4]2-
Ion [CoCl4]2- berbentuk tetrahedral. Atom pusatnya adalah Co2+ dengan

konfigurasi elektron pada keadaan dasar Co2+ =[Ar]3d7 . ion [CoCl4]2- bersifat

paramagnetik dengan kemagnetan setara dengan adanya 3 elektron yangtidak

berpasangan. Konfigurasi elektron ion [CoCl4]2- adalah seperti pada gambar 7.19

Gambar 7.19: konfigurasi elektron ion kompleks tetrahedral medan lemah

[CoCl4]2- dengan atom pusat d7

7.4 Kompleks Bujur Sangkar

Kompleks bujur sangkar dapat dianggap sebagai turunan dari kompleks

oktahedral. Kompleks ini terjadi apabila 2 buah ligan yang posisinya berlawan

sepanjang sumbu z dijauhkan dri atom pusat sampai jarak yang tak terhinga.

Pembentukan kompleks buujur sangakr (ML4) dari kompleks oktahedral (ML6)

ditunjukkan pada gambar 7.20.

Gambar 7.20. Pembentukan kompleks bujur sangkar [ML4] dari kompleks

octahedral [ML6]
Putusnya ikatan antara atom pusat (M) dengazn 2 ligam L pada sumbu z

menyebabkan hilangya interaksi antara elektron-elektron pada orbital-orbital d

atom pusat yang mengandung komponen z, yaitu orbital-orbital dxz , dyz , dan dz2 ,

tingkat energinya berkurang atau mengalami penstabilan, relatif pada medan

oktahedral. Sebaiknya orbital-orbital yang tidak memiliki komponen z yaitu

orbital dxy, dan dx2, dy2 , tingkat energinya akan bertambah atau mengalami

pentidakstabilan. Perubahan energi orbital-orbtal d dari medan oktahedral ke

medan bujur sangkar ditunjukkan engan gambar 7.21.

dx2,dy2

dx2,dy2, dz2
10 Dq

dxy
10 Dq 2,28 Dq
..................................................
Energi

-4,28 Dq

dz2
-0,86 Dq
dxy, dxz, dyz
dxy,dyz
Tingkat energi 5 orbital d Tingkat energi 5 orbital d
atom pusat pada medan atom pusat pada medan
oktahedral bujur sangkar

Gambar 7.21 Perubahan tingkat


energi orbital-orbital d pada medan
oktahedral ke medan bujur sangkar
Pada umumnya kompleks bujur sangkar memiliki medan kuat. Diagram

energi orbital-orbital d untuk medan bujur sangkar yang sringkali digunakan


dx2,dy2
diberikan pada gambar 7.22

10 Dq > P

dxy
Gambar 7.22 Diagram
tingkat energi orbital-
orbital d pada medan
bujur sangkar dz2
dxy,dyz

Kompleks bujur sangkar banyak teramati dengan atom pusat Ni2+, Pt2+ dan Cu2+.

Berikut diberikan beberapa contoh

Contoh 1 : [Ni(CN)4]2-

[Ni(CN)4]2- memiliki atom pusat Ni2+ dengna konfigurasi elektron Ni2+

=[Ar]3d6 . [Ni(CN)4]2- berwarna kuning, memiliki struktur bujur sangkar dan

bersifat diagmanetik. Konfigurasi elektron dan ion tersebut ditunjukan pada

gambar 7.23.
Pada pengisian elektron ke orbital-orbital d, elektron kelima tidak

ditempatkan pada orbital dx2y2 , karena harga 10Dq > P. Elektron kelima sampai

kedelapan dipaasangkan dengan elektron-elektron yang menempati orbital-orbital

dxy, dyz, dz2, dan dxy. Sifat diagmanetik dari kompleks tersebut ditunjukkan dengan

berpasangannya semua elektron pada orbital-orbital d atom pusat.

Contoh 2: [Cu(NH3)4]2+

[Cu(NH3)4]2+ atom pusat Cu2+ dngan konfigurasi elektron Cu2+ = [Ar]3d9.

[Cu(NH3)4]2+ berwarna biru, memiliki struktur bujur sangkar dan bersifat

paramagnetic. Konfigurasi elektron dari ion tersebut di tunjukan pada gambar

7.24. dx2,y2

10 Dq > P

......... dxy

dz2

dxz dan dyz

Gambar 7.24 Konfigurasi elektron ion [Cu


(NH3)4]2+

Sifat paramagnetik dari ion [Cu(NH3)4]2+ ditunjukan dengan adanya sebuah

elektron tidak berpasangan pada orbital dx2-y2, dari atom pusat.

7.5 Kompleks Linear

Kompleks linear dapat dianggap sebagai turunan dari kompleks oktahedral

yaitu apabila dua pasang ligan yang posisinya berlwanan pada sumbu x dan y
dijauhkan dari atom pusat sampai jarak tak terhingga. Pembentukan kompleks

linear [ML2] dari kompleks oktahedral [ML6] ditunjukan pada gambar 7.25.

L L

L L
M
M + 4L
L
L L L

Oktahedral Linear

Gambar 7.25 Pembentukan kompleks linear


[ML2 ] dari kompleks oktahedral [ML6]

Putusnya ikatan antara atom pusat (M) dengan 4 ligan L pada sumbu x dan

y menyebabkan hilangnya interaksi antara elektron-elektron pada orbital-orbital d

atom pusat dengan ligan-ligan yang searah degan sumbu x dan y. Akibatnya

semua orbital atom pusat yang mengandung komponen x dan y, yaitu dxy dan dx2-

y2 tingkat energinya berkurang atau mengalami penstabilan, relatif bila

dibandingkan tingkat energi orbital-orbital tersebut pada medan octahedral.

Sebaiknya orbital-orbital yang tidak memiliki komponen x dan y, yaitu orbital-

orbital dxy, dyz, dan dz2, tingkat energi akan bertambah atau mengalami

pentidakstabilan. Perubahan tingkat energi orbital-orbital d dari medan oktahedral

kemedan linear ditunjukan dengan gambar 7.26.


dz2

dx2,dy2, dan dz2


+9,14 Dq

10 Dq dxz, dyz (+1,14 Dq


..................................................
Energi

-6,28 Dq

dxy, dxz, dan dyz


dxy,dx2,dy2,
Tingkat energi 5 orbital d Tingkat energi 5 orbital d
atom pusat pada medan atom pusat pada medan
oktahedral d sederhana untuk
Diagram energi orbital-orbital linear
medan linear diberikan pada
dz2
gambar 7.27.
+9,14 Dq

dxz, dyz (+1,14


Dq
............................
.
-6,28 Dq

dxy,dx2,dy2,

Gambar 7.27 Diagram tingkat energi


orbital-orbital d pada medan linear

Kompleks linear biasanya diperoleh dengan atom pusat Cu +, Ag+, Au+ dan Hg+,

misalnya pada kompleks [Cu(NH3)2]+ , [Ag(NH3)2]+, [CuCl2]-, [Ag(CN)2]-, dan


[Hg(CN)2]-. Ion-ion kompleks tersrebut bersifat diamagnetik karena orbital d yang

ada terisi penuh elektron dan cenderung tidak berwarna.

Salah satu senyawa kompleks yang sering kali dijadikan contoh pada

pengajaran senyawa kompleks di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah

adalah [Ag(NH3)2]Cl. Ironinya senyawa kompleks tersebut sampai saat ini belum

berhasil dikristalkan. Senyawa kompleks tersebut hanya terdapat dalam larutan.

Senyawa lain yang memiliki ion kompleks yang sama adalah [Ag(NH3)2]NO3. Ion

kompleks dalam dalam senyawa tersebut adalah [Ag(NH3)2]+ yang berbentuk

linear karena memiliki pusat simetri.

7.6 Kompleks Trigonal Planar

Diagram tingkat energi orbital-orbital d atom pusat pada medan

trigonalplanar diberikan pada Gambar 7.28. Contoh-contoh senyawa kompleks

dengan struktur trigonal planar, umumnya dalam bentuk terdistorsi, adalah

[AgX(Pcy3)2] (X = Cl, Br, I), [AgX(Pcy3)2] (X = Cl, Br, I, SCN, NCO) dan

[AgX(Ascy3)2 (X = Cl, Br, I, CN, NCO). Contoh lain adalah [CuCl3]- dan

[Pt(PPh3)3]. Senyawa-senyawa kompleks tersebut adalah tidak berwarna karena

memiliki orbital-orbital d yang terisi penuh elektron.

.................
Tingkat energi orbital
rata-rata 5 orbital d atom
pusat pada medan Tingkat energi 5 orbital
trigonal bipiramida d atom pusat pada medan
trigonal bipiramida

Gambar 7.28 Diagram tingkat energi orbital-


orbital d pada medan trigonal planar
7.7 Kompleks Trigonal Bipiramidal.

Diagram tingkat energi orbital-orbital d atom pusat pada medan trigonal

bipiramidal diberikan pada Gambar 7.29.


dz2(+7,07 Dq)

.................
dxy, dx2,y2(-0,82 Dq)
Tingkat energi orbital
rata-rata 5 orbital d dxz, dyz(-2,72 Dq)
atom pusat pada medan Tingkat energi 5 orbital
trigonal bipiramida d atom pusat pada
medan trigonal
bipiramida

Gambar 7.29 Diagram tingkat energi orbital-


orbital d pada medan trigonal bipiramida

Sampai saat ini dapat dianggap belum banyak kompleks dengan struktur

trigonal bipiramidal yang berhasil disintesis. Beberapa contoh kompleks trigonal

bipiramidal yang telah dilaporkan [CuCl5]3-, [CdCl5]3-, dan [Fe(CO)5].

Kompleks [Fe(CO)5] berwarna kuning dan bersifat diamagnetik. Atom

pusatnya adalah Fe dengan konfigurasi elektron Fe = [Ar] 3d8 sebagai hasil

eksitasi elektron dari orbital 4s ke orbital 3d.

Fe ([Ar] 3d6 4s2) Fe ([Ar] 3d8 4s0)

Konfigurasi elektron kompleks [Fe(CO)5] diberikan pada Gambar 7.30.

sifat diamagnetik kompleks [Fe(CO)5] ditunjukkan dengan berpasangannya semua

elektron yang terdapat pada orbital d atom Fe.


dz2(+7,07 Dq)

.................
dxy, dx2,y2(-0,82 Dq)
Tingkat energi
orbital rata-rata 5 dxz, dyz(-2,72 Dq)
orbital d atom pusat Tingkat energi 5
pada medan orbital d atom pusat
trigonal bipiramida pada medan
trigonal bipiramida

Gambar 7.30 Diagram tingkat energi


orbital-orbital d pada medan trigonal
bipiramida
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. teori medan kristal digunakan untuk menggambarkan struktur elektronik ion


logam pada kristal-kristal, dimana kristal tersebut dikelilingi oleh ion oksida

atau anion lainnya yang membuat medan elektrostatik dengan simetri yang

bergantung pada struktur kristal itu sendiri.Energi dari orbital-d dari ion logam

yang terbelah oleh medan elektrostatik, dan nilai-nilai perkiraan untuk energi

ini dapat dihitung. Teori medan kristal dikembangkan pada 1930-an. Tak lama

kemudian, ia mengakui bahwa pengaturan yang sama dibebankan donor

pasangan elektron sekitar ion logam ada di kristal dan dalam kompleks

koordinasi.

2. Berdasarkan teori medan kristal, interaksi antara atom pusat dengan ligan-
ligan dalam suatu kompleks dianggap sepenuhnya interaksi elektrostatis.

Interaksi ini menimbulkan medan kristal dan menyebabkan naiknya tingkat

energi semua orbital yang dimiliki oleh atom pusat. Interaksi tersebut

menyebabkan pemisahan orbital-orbital d dari atom pusat, tetapi tidak

menyebabkan pemisahan orbital-orbital p. karena interaksi antara igan-ligan

dengan orbital-orbital d dari atom pusat tidak sama kuat, maka orbital-orbital

d tersebut mengalami pemisahan. Pada kompleks oktahedral, orbital-orbital d

dari atom pusat mengalami pemisahan menjadi dua kelompok orbital, yaitu

orbital t2g yang terdiri dari orbital-orbital dxy, dxz, dyz. Serta orbital eg yang

terdiri dari dx2y2 dan dz2. Tingkat energi orbital dxy< eg. Pada kompleks
tetrahedral ligan-ligan tidak berhadapan dengan orbital-orbital d yang ada,

akan tetapi ligan-ligan tersebut lebih dekat ke orbital t2g dibangkan ke orbital

eg. Interaksi ligan-ligan dengan orbital t2g adalah lebih kuat dibangdingkan

dengan orbital eg. Akibatnya kenaikan tingkat energi orbital t2g adalah lebih

tinggi dibandingkan kenaikan tingkat energi orbital eg, sehingga kedua

komplok orbital tersebut mengalami pemisahan. Interaksi secara tidak

langsung antara empat ligan dengan orbital-orbital d atom pusat

menyebabkan medan tetrahedral yang dihasilkan merupakan medan lemah

sedangkan Kompleks bujur sangkar memiliki medan kuat

3. Pemisahan orbital-orbital d dari atom pusat menyebabkan suatu kompleks


dapat bersifat paramagnetik atau diamagnetik. Pemisahan ini dapat

menyebabkan terjadinya penstabilan medan kristal yang ditunjukkan dengan

berkurangnya jari-jari atom pusat, bertambahnya energi hidrasi, dan

kestabilan kompleks dengan atom pusat memiliki bilangan oksidasi tertentu.

Penstabilan lebih lanjut suatu kompleks adalah disebabkan oleh terjadinya

distorsi Jahn-Teller.

4. Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebab-kan adanya
subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion kompleks yang

memiliki elektron yang tidak ber-pasangan pada diagram pemisahannya

bersifat paramagnetik dan dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion

kompleks yang memiliki elektron berpasangan pada diagram pemisahannya

bersi-fat diamagnetik dan dapat ditolak oleh medan magnet.


5. Teori medan kristal dapat menjelaskan tentang pembentukan senyawa
kompleks, sifat magnetik dan perubahannya karena pengaruh temperatur serta

kestabilan dari senyawa kompleks. Kelemahan dari teori ini adalah berkenaan

dengan asumsi yang mendasarinya, yaitu interaksi antara atom pusat dan

ligan-ligan sepenuhnya merupakan interaksi elektrostatis. Dari asumsi ini

maka, medan yang ditimbulkan oleh ligan negatif seharusnya lebih kuat dari

pada medan yang ditimbulkan oleh ligan netral, ligan yang memiliki moment

dipol lebih besar seharusnya menimbulkan medan yang lebih

kuatdibandingkan ligan yang moment dipolnya lebih kecil, senyawa

kompleks dengan atom pusat memiliki bilangan oksidasi nol dan ligan netral

seperti [Ni(CO)4] seharusnya tidak mungkin terbentuk karena tidak terjadi

interaksi elektrostatis antar atom pusat dengan ligan-ligan. Dalam kenyataan

senyawa tersebut dapat terbentuk danberdifat stabil.Fakta-fakta diatas

menunjukan kalaw asumsi-asumsi yang mendasari teori medan ligan tidak

sepenihnya benar. Fakta ketiga menunjukan bahwa di sampin interaksi

elektrstatis, ligan-ligan dengan atom pusat dapat mengadakan interaksi

kovalent.

You might also like