Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK III
A. Latar Belakang
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam
interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan
yang terjadi antara atom ion logam dengan ligan pada senyawa kompleks.
Dasarnya adalah teori yang dikemukakan oleh Alfred Werner pada tahun 1893,
jenis valensi, yaitu : valensi primer yang disebut dengan bilangan oksidasi dan
sekunder yang diarahkan pada kedudukan tertentu dalam ruang untuk menentukan
teori tentang atom modern dan kenyataan bahwa teori Werner tidak lagi dapat
ikatan valensi (valensi bond theory), teori orbital molekul (molecular orbital
theory) dan teori medan kristal (crystal field theory). Teori ikatan valensi
dikemukakan oleh Linus Pauling pada tahun 1931. Teori ini didasari atas
pembentukan ikatan hibrida dari orbital hibrida. Ikatan hibrida / orbital hibrida
struktur elektron keadaan dasar atom logam pusat, dan dapat digunakan untuk
orbital hibrida juga dapat digunakan untuk menentukan bentuk geometri senyawa
teori ini, Ion ion Ni2+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, yang biasanya membentuk
memilih membentuk outer orbital kompleks, Teori ikatan valensi tidak dapat
Oleh karena itu muncullah teori medan kristal. Teori medan kristal
digunakan oleh pakar fisika zat padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik
garam-garam logam transisi terhidrat, khususnya yang memiliki atom pusat ion
logam transisi dengan orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektron seperti
menerapkan teori medan kristal. Teori medan kristal ini digunakan untuk
pada ikatan logam ligan. Menurut teori medan kristal atau crystal field theory
(CFT), ikatan antar atom pusat dan ligand dalam kompleks berupa ikatan ion,
hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik dari percobaan-
percobaan yang diperoleh bahwa ada ligan-ligan yang menghasilkan medan listrik
yang kuat dan yang disebut strong ligan field, ada ligan yang sebaliknya dan
disebut weak ligan field. Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT),
ikatan antara atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga
gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion
pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang mempunyai
lebih detail tentang teori medan kristal khususnya mengenai pengaruh interaksi
antara atom pusat dengan ligan-ligan terhadap tingkat energi orbital-orbital d atom
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
bujur sangkar.
kompleks.
Teori medan kristal (Crystal Field Theory) dikemukakan oleh Hans Bethe,
seorang pakar fisika, pada tahun 1929. Pada awal perkembangan teori medan
interaksi elektrostatik. Modifikasi teori ini dilakukan pada tahun 1935 oleh J.H.
Van Vleck dengan memasukkan interaksi kovalen. Secara umum teori medan
teori medan ligan (Ligand Field Theory). Meskipun munculnya teori medan
kristal dapat dianggap sezaman dengan munculnya teori ikatan valensi, namun
teori medan kristal kurang dikenal oleh para pakar kimia koordinasi. Para pakar
kimia koordinasi pada waktu itu tampaknya cukup puas dengan menggunakan
koordinasi, sehingga selama 20 tahun setelah dikemukakan oleh Hans Bethe, teori
Teori meedan kristal digunakan oleh pakar fisika zat padat untuk
khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan orbital d yang
koordinasi baru menerapkan teori medan kristal pada awal tahun 1950,yaitu
setelah diketahuinya bahwa teori ikatan valensi tidak dapat digunakan untuk
menjelaskan perubahan kemagnetan karena perubahan temperaturdan warna
senyawa koordinasi.
Teori medan kristal yang dikemukakan oleh Bethe dilandasi oleh 3 asumsi,
yaitu:
interaksi elektrostatik (ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral
seperti NH3 dan H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol
+ - - -
- +
+ x
x x x x +
+ - + +
+
- - - y
dxy y dx2y2
y dz 2
y dxz dyz y
Gambar 7.1. Lima orbital d dan susunannya dalam ruang. (Dikutip dari
atom pusat ion-ion logam transisi yang memiliki orbital-orbital d. Orbital d ada
lima macam yaitu dxy, dxz, dyz, d x2-y2, dan dz2 dengan susunannya dalam ruang
ditunjukkan pada Gambar 7.1. Orbital dz2 merupakan hasil kombinasi linear dari
orbital dz2-x2 dan dz2-y2 seperti ditunjukkan pada Gambar 7.2. Label dz2
z z z
x
x
y
dz2x2 dz2y2 dz2
Gambar 7.2. Kombinasi linear orbital dz2-x2 dan dz2-y2 dan mengahasilkan
orbital dz2. (Dikutip dari Huheey, Keiyter & Keiter, 2003: 399).
Pada ion logam transisi terisolasi atau pada ion logam dalam fase gas,
kelima orbital d tersebut berada dalam keadaan degenarat atau memiliki tingakat
energi yang sama. Apabila suatu medan negatif dengan simetri bola ditempatkan
di sekitar ion logam, seperti ditunjukkan dengan Gambar 7.3, maka orbital-orbital
tersebut akan mengalami kenaikan tingkat energi sebagai akibat tolakan antara
seragam. Oleh karena itu, meskipun lima orbital d mengalami kenaikna tingkat
energi, kenaikan tersebut adalah sama besar sehingga 5 orbital d tetap dalam
Apabila medan negatif berasal dari ligan-ligan maka medan negatif dengan
simetri bola tidak mungkin terbentuk karena terbatasnya jumlah ligan yang dapat
berikatan dengan ion logam. Akibatnya pengaruh medan negatif dari ligan-ligan
terhadap 5 orbital d dari ion logam cenderung tidak sama kuat meskipun orbital d
kompleks ionik memiliki struktur atau simetri tertentu. Struktur yang banyak
dijumpai adalah oktahedral, tetrahedral dan bujur sangkar. Oleh karena itu
pembahasan teori medan Kristal lebih ditekankan untuk kompleks dengan struktur
C. Kompleks Oktahedral
terikat pada atom pusat merupakan ligan monodentat monoatom yang sama,
seperti ligan F-, Cl-, Br-, dan I-. Pada pembentukan kompleks oktahedral dianggap
ada 6 ligan monodentat yang mendekati atom pusat pada jarak tertentu saat
Tingkat simetri 5 orbital d dari ion logam adalah paling tinggi apabila pada
sumbu +x, -x, +y, -y,+z, dan z dari koordinat Cartesian seperti ditunjukan pada
gambar 7.4. pada posisi tolakan antara ligan-ligan adalah minimal. Interaksi
oktahedral.
-x
Susunan dalam ruang 5 orbital d adalah berbeda. Pada gambar 7.4, tiga
orbital d yaitu dxy, dxz, dan dyz, cuping-cupingnya tidak diarsir dan terletak
sama kuat, demikian pula interaksi antara 6 ligan dengan orbital dxy, dxz, dan dyz.
Akan tetapi karena letak dua kelompok orbital berbeda maka interaksi antara 6
interaksinya dengan orbital dxy, dxz, dan dyz. Akibatnya, meskipun dua kelompok
orbital-orbital dx2- y
2
dan orbital dz2 lebih tinggi dibandingkan kenaikan tingkat
energi orbital-orbital dxy, dxz, dan dyz. Lima orbital d yang semula degenerat akan
Energi
dxy dxz dan dyz
Gambar 7.5 pemisahan splitting 5 orbital d ion logam pada mean oktahedral
Orbital dxy, dxz, dan dyz secara keseluruhan disebut orbital t2g sedangkan
orbital dx2- y2 dan orbital dz2 disebut orbital eg. perbedaan tingkat energi antara dua
pemisahan orbital d pada medan oktahedral seperti pada gambar 7.5 jarang
digunakan.
gravity. Tingkat energi orbital eg adalah 6Dq diatas barycenter, sedangkan tingkat
orbital d terisi lebih dari satu elektron. Pengukuran yang paling mudah adalah
orbital d hanya terisi sebuah elektron seperti yang terdapt pada ion kompleks
[Ti(H2O)6]3+ dengan konfigurasi elektron pada keadaan dasar atom pusat Ti3+
menempatkan orbtal dengan tingkat energi yang terendah, yaitu pada salah satu
datiga orbital t2g degenerate seperti yang ditujukan pada gambar 7.7.
eg
6e
10 Dq Gambar 7.7 diagram tingkat
energi orbital d ion Ti3+ pada
kompleks [Ti(H2O)6]3+ yang
4e berbentuk oktahedral
t2g
Sebuah electron pada orbital t2g tersebut dapat melakukan transisi ke orbital eg
lebar pada daerah sinar tampak dengan adsorpsi maksimum pada 220.300 cm3
karena 1 kJ/mol = 83,6 cm1 maka energy tersebut adalah setara dengan energi dari
dapat di anggap sama dengan transisi t2g 1 eg0 t2g 0 eg1 yaitu sebesar 243 kJ/mol.
Transisini terhjadi pada daerah sinar tampak sehingga yang menjadi ion
dasar atom pusat Re6+ = [Xe] 4f145d14s0 yang pola transisinya sama dengan pola
trasisi ion [Ti(H2O)6]3+ memiliki harga 10Dq sebesar 338 KJ/mol karena medan
kristalnya lebih kuat dibandingakan dengan [Ti(H2O)6]3+. Untuk ion-ion kompleks
dengan orbital d atom pusat terisi lebih dari 1 elektron pola transisinya menjadi
diatom pusat akan terpisah menjadi dua kelompok orbital yaitu orbital t2g dan eg .
apabila orbital d atom puat terisi oleh 1, 2 atau 3 elektron maka electron tersebut
akan memnemppati 3 orbital t2g yang ada dengan spin parallel agar diperoleh
konfigurasi dengan tingkat energy minimal sesuai dengan aturan hund. Apabila
orbital d atom pusat terisi oleh 4 elektron maka electron yang ke 4 akan memiliki
berpasangan dengan salah satu electron yang telah ada pda orbital tersebut seperti
eg eg
t2g t2g
(a) (b)
sedangkan apabila berpasangan dengan salah satu electron yang telah ada di
energy). Di[ilihnya salah satu dari dua kemungkinan diatas tergantung pada
gambar 7.9 (a). konfigurasi ini memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan konfigurasi pada gambar 7.9 (d). kompleks yang diperoleh adalah
menempati orbital t2g berpasangan dengan salah satu electron yang siudah ada di
orbital tersebt , sehingga diperoleh konfigurasi pada gambar 7.9 (b) konfigurasi
ini memiliki tingkat energy yang lebih rendah dibangdingkan konfigurasi pada
gambar 7.9 (a) kompleks yang diperoleh adalah kompleks octahedral dengan
oktahedraldengan atom pusat d1 pada medan lemah dan medan kuat diberikan
10Dq <P
10Dq >P
t2g
t2g
(a)
(b)
Gambar 7.10 kompleks oktahedral dengan atom pusat d4 pada: (a) medan lemah,
yang ada gambar 7.10 disebut diagram tingkat energy orbital-orbital d atau
medan kuat, konfigurasi elktron atau atom pusat d1 sampai d10 diberikan pada
tabel 7.1.
Tabel 7.1.
sama dapat berada pada medan kuat atau medan lemah sehingga memiliki sifat
pusat yang sama yaitu Co3+ dengan komfigurasi elektron pada keadaan dasar Co3+
adanya 4 elektron yang tidak berpasangan. Fakt ini menujukkan bahwa 6 elektron
yang tidak ada semuanyamenempati orbital t2g, sebagian menempati orbital eg.
Hal ini terjadi bila medan kristal yang ada merupakan medan lemah, sehingga
komfigurasi elektron ion [CoF6]3+ seperti pada gambar 7.11 sifat sifat
paramagnetik dari ion kompleks ditunjukan dengan adanya 4 elektron yang tidak
berpasangan.
6elektron yang ada harus berpasan pada orbital t2g. Hal ini bila terjadi medan
kristal yang ada merupakan medan kuat, sehingga diperoleh konfigurasi elektron
ion [Co(NH3)6]3+ seperti pada gambar 7.12. pada gambar 7.12 sifat diamagnetik
dari ion kompleks ditunjukkan dengan telah berpasangannya semua elektron yang
ada.
Gambar 7.12 :
konfigurasi elektron ion
kompleks octahedral
[Co(NH3)6]3+ dengan
atom pusat d6
sama yaitu Fe3+ dengan komfigurasi elektron pada kedaan dasar Fe3+ = [Ar]3d5.
adalah setara dengan adanya 5 elektron yang tidak berpasangan. Fakta ini
menunjukkan baha 5 elektron yang ada tidak semuanya menempati orbital t2g
sebagian menempati orbital eg. Hal ini terjadi bila medan kristal yang ada
Gambar 7.13:
konfigurasi elektron ion
kompleks octahedral
[Fe(H2O)6]3+ dengan
6
atom pusat d
yang idak berpasangan. Fakta ini menunjukkan bahwa 5 elektron yang ada
semuanya menempati orbital t2g. Hal ini terjadi bila medan kristal yang ada
atom pusat d6
terhadap atom pusat pada kompleks kubus. Pada pembentukan kompleks kubus
delapan ligan monodentat yang digambarkan sebagai bola-bola hitam dan putih,
gambar 7.15.
Gambar 7.15: interaksi antara 8
ligan monodentat dengan 5 orbital d
dari atom pusat pada kompleks
kubus
orbital d yang ada, akan tetapi ligan-ligan tersebut lebih dekat ke orbital t2g
dibangkan ke orbital eg. Interaksi ligan-ligan dengan orbital t2g adalah lebih kuat
dibangdingkan dengan orbital eg. Akibatnya kenaikan tingkat energi orbital t2g
adalah lebih tinggi dibandingkan kenaikan tingkat energi orbital eg, sehingga
monodentat, yang digambarkan dengan bola bola hitam atau bola bola putih,
tingkat energi orbital t2 adalah lebih tinggi dibandingkan kenaikan tingkat energi
7.16.
Gambar 7.16: pemisahan (splitting) 5 orbital d atom pusat pada medan tetrahedral
lemah. Perbedaan tingkat energi antara dua kelompok orbital tersebut dinyatakan
dengan harga 10 Dq atau Td Diagram tingkt energi orbital orbital d pada medan
Apabila pada orbital d atom psat kompleks tetrahedral terdapat tiga atau
lebih elektron makakn elektron ketig sampai kelima ditempatkan pada orbital t2.
Sisa eletron yang masih ada dipasangkan dengan elektron-elektron yang terdapat
Contoh 1 : [FeCl4]2-
Elektron ketiga sampai kelima menempati orbital t2g karena harga 10 Dq <
10. Elektron keenam berpasangan dengan salah satu eletron yang telah
Contoh 2 : [CoCl4]2-
Ion [CoCl4]2- berbentuk tetrahedral. Atom pusatnya adalah Co2+ dengan
konfigurasi elektron pada keadaan dasar Co2+ =[Ar]3d7 . ion [CoCl4]2- bersifat
berpasangan. Konfigurasi elektron ion [CoCl4]2- adalah seperti pada gambar 7.19
oktahedral. Kompleks ini terjadi apabila 2 buah ligan yang posisinya berlawan
sepanjang sumbu z dijauhkan dri atom pusat sampai jarak yang tak terhinga.
octahedral [ML6]
Putusnya ikatan antara atom pusat (M) dengazn 2 ligam L pada sumbu z
atom pusat yang mengandung komponen z, yaitu orbital-orbital dxz , dyz , dan dz2 ,
orbital dxy, dan dx2, dy2 , tingkat energinya akan bertambah atau mengalami
dx2,dy2
dx2,dy2, dz2
10 Dq
dxy
10 Dq 2,28 Dq
..................................................
Energi
-4,28 Dq
dz2
-0,86 Dq
dxy, dxz, dyz
dxy,dyz
Tingkat energi 5 orbital d Tingkat energi 5 orbital d
atom pusat pada medan atom pusat pada medan
oktahedral bujur sangkar
10 Dq > P
dxy
Gambar 7.22 Diagram
tingkat energi orbital-
orbital d pada medan
bujur sangkar dz2
dxy,dyz
Kompleks bujur sangkar banyak teramati dengan atom pusat Ni2+, Pt2+ dan Cu2+.
Contoh 1 : [Ni(CN)4]2-
gambar 7.23.
Pada pengisian elektron ke orbital-orbital d, elektron kelima tidak
ditempatkan pada orbital dx2y2 , karena harga 10Dq > P. Elektron kelima sampai
dxy, dyz, dz2, dan dxy. Sifat diagmanetik dari kompleks tersebut ditunjukkan dengan
Contoh 2: [Cu(NH3)4]2+
7.24. dx2,y2
10 Dq > P
......... dxy
dz2
yaitu apabila dua pasang ligan yang posisinya berlwanan pada sumbu x dan y
dijauhkan dari atom pusat sampai jarak tak terhingga. Pembentukan kompleks
linear [ML2] dari kompleks oktahedral [ML6] ditunjukan pada gambar 7.25.
L L
L L
M
M + 4L
L
L L L
Oktahedral Linear
Putusnya ikatan antara atom pusat (M) dengan 4 ligan L pada sumbu x dan
atom pusat dengan ligan-ligan yang searah degan sumbu x dan y. Akibatnya
semua orbital atom pusat yang mengandung komponen x dan y, yaitu dxy dan dx2-
orbital dxy, dyz, dan dz2, tingkat energi akan bertambah atau mengalami
-6,28 Dq
dxy,dx2,dy2,
Kompleks linear biasanya diperoleh dengan atom pusat Cu +, Ag+, Au+ dan Hg+,
Salah satu senyawa kompleks yang sering kali dijadikan contoh pada
adalah [Ag(NH3)2]Cl. Ironinya senyawa kompleks tersebut sampai saat ini belum
Senyawa lain yang memiliki ion kompleks yang sama adalah [Ag(NH3)2]NO3. Ion
[AgX(Pcy3)2] (X = Cl, Br, I), [AgX(Pcy3)2] (X = Cl, Br, I, SCN, NCO) dan
[AgX(Ascy3)2 (X = Cl, Br, I, CN, NCO). Contoh lain adalah [CuCl3]- dan
.................
Tingkat energi orbital
rata-rata 5 orbital d atom
pusat pada medan Tingkat energi 5 orbital
trigonal bipiramida d atom pusat pada medan
trigonal bipiramida
.................
dxy, dx2,y2(-0,82 Dq)
Tingkat energi orbital
rata-rata 5 orbital d dxz, dyz(-2,72 Dq)
atom pusat pada medan Tingkat energi 5 orbital
trigonal bipiramida d atom pusat pada
medan trigonal
bipiramida
Sampai saat ini dapat dianggap belum banyak kompleks dengan struktur
.................
dxy, dx2,y2(-0,82 Dq)
Tingkat energi
orbital rata-rata 5 dxz, dyz(-2,72 Dq)
orbital d atom pusat Tingkat energi 5
pada medan orbital d atom pusat
trigonal bipiramida pada medan
trigonal bipiramida
atau anion lainnya yang membuat medan elektrostatik dengan simetri yang
bergantung pada struktur kristal itu sendiri.Energi dari orbital-d dari ion logam
yang terbelah oleh medan elektrostatik, dan nilai-nilai perkiraan untuk energi
ini dapat dihitung. Teori medan kristal dikembangkan pada 1930-an. Tak lama
pasangan elektron sekitar ion logam ada di kristal dan dalam kompleks
koordinasi.
2. Berdasarkan teori medan kristal, interaksi antara atom pusat dengan ligan-
ligan dalam suatu kompleks dianggap sepenuhnya interaksi elektrostatis.
energi semua orbital yang dimiliki oleh atom pusat. Interaksi tersebut
dengan orbital-orbital d dari atom pusat tidak sama kuat, maka orbital-orbital
dari atom pusat mengalami pemisahan menjadi dua kelompok orbital, yaitu
orbital t2g yang terdiri dari orbital-orbital dxy, dxz, dyz. Serta orbital eg yang
terdiri dari dx2y2 dan dz2. Tingkat energi orbital dxy< eg. Pada kompleks
tetrahedral ligan-ligan tidak berhadapan dengan orbital-orbital d yang ada,
akan tetapi ligan-ligan tersebut lebih dekat ke orbital t2g dibangkan ke orbital
eg. Interaksi ligan-ligan dengan orbital t2g adalah lebih kuat dibangdingkan
dengan orbital eg. Akibatnya kenaikan tingkat energi orbital t2g adalah lebih
distorsi Jahn-Teller.
4. Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebab-kan adanya
subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion kompleks yang
bersifat paramagnetik dan dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion
kestabilan dari senyawa kompleks. Kelemahan dari teori ini adalah berkenaan
dengan asumsi yang mendasarinya, yaitu interaksi antara atom pusat dan
maka, medan yang ditimbulkan oleh ligan negatif seharusnya lebih kuat dari
pada medan yang ditimbulkan oleh ligan netral, ligan yang memiliki moment
kompleks dengan atom pusat memiliki bilangan oksidasi nol dan ligan netral
kovalent.