Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil (Gambar 2). Kornea ini
disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan
ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata memiliki ketebalan 550
um di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior,
kornea memiliki lapisan yang berbeda-beda (Gambar 3) : lapisan epitel
(yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. 9
Gambar 2.2 Struktur luar mata. Sklera dilapisi oleh konjungtiva transparan
6
pars plana (4 mm). Processus ciliare berasal dari pars plicata (Gambar 4).
Processus ciliares ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang
bermuara ke vena vorticosa. Kapilernya besar dan berlubang sehingga
membocorkan fluoresin yang disuntikkan secara intravena. Processus
ciliares dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk
aqueous humor. 9
Gambar 2. 4 Tampilan posterior corpus ciliare, zonula, lensa, dan ora serrata
2.1.5.3 Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera.
Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang,
dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin
lebar lumennya (Gambar 6). Bagian dalam pembuluh darah koroid
dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari pembuluh kororid dialirkan
melalui empat vena corticosa, satu ditiap kuadran posterior. Koroid
disebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan disebelah luar oleh
skleera. Koroid melekat erat ke posterior pada tepi nervus opticus. Di
sebelah anterior, koroid bergabung dengan corpus ciliare. 9
2.1.6 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4mm dan diameternya sekita
9mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula
menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueous humor sedangkan disebelah posterior adalah vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeable (sedikit lebih permeable
daripada dinding kapler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit
masuk. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga
lensa perlahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan
(suture line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar
tampak seperti huruf Y dengan slitlamp (Gambar 7). Huruf Y ini tampak
tegak di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan di tempatnya oleh
9
Gambar 2.8 Fotomikograf sudut bilik mata depan dan struktur yang berkaitan
2.1.8 Vitreous
Vitreous adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk 2/3 volume dan berat mata. Vitreous mengisi ruangan yang
dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus (Gambar 1). Permukaan luar
vitreous-membran hyaloid-normalnya berkontak dengan struktur berikut:
kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina,
dan caput nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang
kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakan
ora serrata. Diawal kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan
caput nervi optici, tetapi segera berkurang di kemudian hari. Vitreus
mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan
asam hialorunat yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel pada
vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air. 9
humor aquous 1,33; lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan humor vitreous
1,34.
2.2.1 Mekanisme Penglihatan
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada
retina dan menghasilkan sebuah bayangan. Ketika dilatasi maksimal, pupil
dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua
elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-
otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil
yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial
cells. Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata.
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya
berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau
objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya
memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata. Beberapa media refraksi mata yaitu kornea
(n=1.38), aqueous humour (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi
cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk
menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang
dekat dan jauh. Sistem lensa mata membentuk bayangan di retina. Bayangan
yang terbentuk di retina terbalik dari benda aslinya. Namun demikian,
persepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik
seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap
bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,
pembiasan sinar/ cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan
yang berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humour
aquous, lensa, dan humour vitreous. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses
lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu
dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil
agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga
mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau
12
melewatinya. Hal ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya
yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan
kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah
objek yang sedang dilihat.
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh
dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea
mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya.
Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan
akomodasi atau melihat benda yang dekat. Bila terdapat kelainan pembiasan
sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang
(lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula.
Kemampuan akomodasi lensa membuat cahaya tidak berhingga akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka benda
pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina atau makula lutea.
Akibat akomodasi, daya pembiasan bertambah kuat. Kekuatan akomodasi
akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, semakin dekat benda makin kuat
mata harus berakomodasi (mencembung). Akomodasi terjadi akibat kotraksi
otot siliar. Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks
akomodasi akan meningkat bila mata melihat kabur dan pada waktu
konvergensi atau melihat dekat.
Pada saat seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka terjadi
trias akomodasi yaitu: (i) kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar
zonula Zinii mengendor, lensa dapat mencembung, sehingga cahaya yang
datang dapat difokuskan ke retina; (ii) konstriksi dari otot rektus internus,
sehingga timbul konvergensi dan mata tertuju pada benda itu, (iii) konstriksi
otot konstriksi pupil dan timbullah miosis, supaya cahaya yang masuk tak
berlebih, dan terlihat dengan jelas.
2.2.2 Akomodasi
Proses Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya
pembiasannya. Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler muskulus
siliaris. Fungsi serat-serat sirkuler adalah mengerutkan dan relaksasi serat-
serat zonula yang berorigo di antara prosesus siliaris. Otot ini mengubah
13
Punctum remotum (R) adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan
nyata tanpa akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tak terhingga. Punctum
proksimum (P) adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi
maksimal. Daerah akomodasi adalah daerah di antara titik R dan titik P.
Lebar akomodasi (A) adalah tenaga yang dibutuhkan untuk melihat daerah
akomodasi. Lebar akomodasi dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama
14
dengan kekuatan lensa konfeks yang harus diletakkan di depan mata yang
menggantikan akomodasi untuk punctum proksimum.
A = 1/P1/R
Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur
dan punctum proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh
karena berkurangnya elastisitas dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot
siliarnya.
2.2.3 Refraksi
Interpretasi informasi penglihatan yang tepat bergantung pada
kemampuan mata memfokuskan berkas cahaya yang datang ke retina, untuk
memahami proses ini diperlukan penguasaan terhadap konsep optik
geometrik yang mendefinisikan efek berkas cahaya sewaktu melewati
berbagai permukaan dan benda berbeda.
A. Kecepatan, frekuensi, dan panjang gelombang cahaya
Kecepatan, frekuensi dan panjang gelombang cahaya saling
berhubungan sesuai lambang berikut :
=
kelengkungan lensa akan diteruskan dan bila sinar datang dari arah
selain itu akan dibelokan sejajar sumbu utama.
Konvergensi tepat pada retina hanya diperoleh bila benda yang
dilihat berada 6 meter atau lebih jauhnya dari mata. Bila jarak benda
kurang dari 6 meter, maka konvergensi berkurang dan bayangan yang
terbentuk tidak tepat pada retina. Jarak 6 meter adalah jari-jari
kelengkungan lensa mata, sehingga benda harus berada di ruang 3
agar bayangan yang terbentuk tepat pada retina. Semakin jauh jarak
benda, semakin jelas bayangan yang terbentuk.
2.2.4 Kelainan Refraksi
Emetropia (mata tanpa kelainan refraksi) dapat didefinisikan sebagai
suatu keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang dari jarak tak
terhingga difokuskan tepat pada retina tanpa akomodasi. Ametropia (mata
dengan kelainan refraksi) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan refraksi
mata, dimana sinar sejajar dari jarak tak terhingga difokuskan didepan atau
dibelakang retina, pada satu atau dua meridian. Ametropia dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan presbiopia, miopia (rabun jauh), hipermetropia
(rabun dekat), dan astigmatisme.
2.2.4.1 Miopia
Definisi
Kata miopia diambil dari bahasa Yunani muopia yang berarti
menutup mata. Miopia merupakan suatu keadaan mata yang mempunyai
kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang
datang dibiaskan di depan retina, pada kondisi mata yang tidak
berakomodasi. Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan
terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat disebabkan sistem optik
(pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata terlalu panjang.
Kelainan ini menyebabkan penglihatan buram untuk jarak jauh, popular
dengan istilah nearsightness.
Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2,
yang mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup,
dan ops yang berarti mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri ciri
penderita myopia yang suka menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu
18
yang baginya tampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan
terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik fokus yang
tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati retina
Peran herediter
Telah dikonfirmasi bahwa faktor genetik memegang peranan
penting pada etiologinya, dimana miopia progresif: (i) familial,
(ii) lebih sering pada ras tertentu seperti Cina, Jepang, Arab,
Yahudi, dan jarang pada Negroid, Nubian, dan Sudan. Telah
disimpulkan bahwa pertumbuhan retina terkait dengan
herediter sangat berpengaruh terhadap perkembangan miopia.
Sklera karena distensibilitasnya mengikuti pertumbuhan retina,
namun koroid mengalami degenerasi karena peregangan, yang
akhirnya menyebabkan degenerasi retina.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata
difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :
Cara optik
1. Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan
lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu
lensa cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya
bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia,
keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan
mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum
masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah
retina.
2. Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan
kornea. Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang
27
mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus
dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua pembiasan yang
terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata
mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga
permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan
optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting.
Cara operasi
Ada beberapa cara, yaitu :
1. Insisi Radikal
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan
ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini terjadi
pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan
refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk miopi derajat ringan dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi trauma setelah
RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma tumpul, seperti atlet,
tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler karena penyembuhan luka yang tidak
sempurna,namun jarang terjadi. Pasien Post RK juga dapat merasa silau saat
malam hari.
2. Laser photorefractive keratektomy (PRK)
Pada teknik ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior difotoablasi
dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV) yang bisa menyebabkan
sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK, PRK bagus untuk miopi -2 sampai -
6 dioptri.
Kelemahan PRK:
- Penyembuhan postoperatif yang lambat
- Keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan keterlambatan pulihnya
penglihatan dan pasien merasa nyeri dan tidak nyaman selama beberapa
minggu.
- Dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang mengganggu penglihatan
- PRK lebih mahal dibanding RK
28
6. Orthokeratology
Metode reversibel nonbedah dengan memakai lensa kontak rigid gas
permeabel saat malam. Metode ini dapat dipertimbangkan untuk koreksi miopia
hingga -5D dan dapat digunakan untuk pasien usia kurang dari 18 tahun.
KOMPLIKASI
a. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D (- 4,75)D sekitar 1/6662.
Sedangkan pada (- 5) D (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari
(-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan faktor resiko pada
miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.
b. Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air
dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara
perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi.
Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal,
penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut,
dapat terjadi kolaps badan vitreus sehingga kehilangan kontak dengan retina.
Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan
kerusakan retina. Vitreusdetachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.
c. Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapang pandang
berkurang.Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan kurangnya lapangan pandang.Miopia vaskular koroid/degenerasi
makular miopik juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal,
dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah
sentral retina.
d. Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
30
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.
e. Skotoma
Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi bercak atrofi retina
maka akan timbul skotoma (sering timbul jika daerah makula terkena dan daerah
penglihatan sentral menghilang). Vitreus yang telah mengalami degenerasi dan
mencair berkumpul di muscae volicantes sehingga menimbulkan bayangan lebar
diretina sangat menggangu pasien dan menimbulkan kegelisahan. Bayangan
tersebut cenderung berkembang secara perlahan dan selama itu pasien tidak
pernah menggunakan indera penglihatannya dengan nyaman sampai akhirnya
tidak ada fungsi penglihatan yang tersisa atau sampai terjadi lesi makula berat
atau ablasio retina.