Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH :
ANA ERVIANA
NIM : 1110101000041
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
SKRIPSI, Juli 2014
ABSTRAK
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTEMEN OF EPIDEMIOLOGY
UNDERGRADUATED THESIS, 2014
ABSTRACT
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal:
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan
kekurangannya. Namun berkat bimbingan ibu Ratri Ciptaningtyas, S. Sn. Kes dan
ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes serta dorongan dari berbagai pihak maka
dan umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya. Akhir kata pada kesempatan
penelitian ini.
Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Febrianti, SP, M,Si selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat.
peminatan Epidemiologi.
Yankes Sudinkes Jakarta Barat yang telah membantu dalam perizinan dan
Kecamatan Cengkareng.
8. Ibu Susi Susilowati selaku petugas surveilans yang telah membantu dalam
9. Kepada Bapak Maman selaku staf Puskesmas Kedaung Kali Angke yang
viii
11. Kepada Fitria Aryani Susanti, Ayu Wulansari, Fitriani Azhari yang banyak
teman seperjuangan.
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua dan penulis berharap ada kritik atau saran yang membangun
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ..................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ivx
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vx
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
2.1 Banjir......................................................................................................9
2.2 Leptospirosis...........................................................................................9
x
2.2.1 Definisi dan Patogenesis..............................................................9
2.2.2 Reservoir.....................................................................................11
2.2.5 Pengobatan..................................................................................12
2.3.1 Host.............................................................................................14
2.3.2 Agent...........................................................................................23
2.3.3 Environment................................................................................24
BAB 4 METODOLOGI.........................................................................................46
BAB 5 HASIL........................................................................................................51
BAB 6 PEMBAHASAN........................................................................................55
6.1. Keterbatasan Penelitian........................................................................55
xi
6.2 Distribusi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Host.......55
6.2.1 Umur..........................................................................................56
Lingkungan.........................................................................................72
7.1 Simpulan...............................................................................................89
7.2 Saran.....................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................xvi
LAMPIRAN........................................................................................................xxii
xii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
berbentuk spiral dari genus Leptospira yang menyerang hewan dan manusia
serangan tiba-tiba, sakit kepala, menggigil, mialgia berat (betis dan kaki), dan
Amerika dan Asia (WHO, 2014). Penyakit ini dapat berdampak pada sistem
keuangan dampak sosial pada keluarga korban (Colleen, dkk, 2010). Kasus
Leptospirosis sering tidak terlaporkan karena memiliki gejala klinis yang tidak
pada penderitanya karena bakteri Leptospira akan menyerang hati, ginjal dan otak
(WHO, 2014).
lebih tinggi di daerah beriklim tropis, terutama setelah hujan deras atau banjir
1
tahunnya, sedangkan di negara beriklim sedang insiden Leptospirosis lebih sedikit
terjadi yaitu 0,1-1 per 100.000 penduduk setiap tahunnya (Pratiwi, 2012).
Asia Tenggara dan Oceania (William, 2007). Bulan September tahun 2009 pernah
terjadi wabah Leptospirosis di Metro Manila, Filipina yaitu dengan jumlah kasus
sebanyak 471 kasus dan meninggal sebanyak 51 sehingga Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 10,8% (CDC, 2011). Wabah besar penyakit pernah dilaporkan di
Asia Tenggara yaitu di Orrisa, Mumbai dan Indonesia (Victoriano, et.al, 2009).
merupakan negara dengan insiden Leptospirosis yang cukup tinggi dan untuk
Uruguay dan India, yaitu dengan angka kematian sebesar 16,7% (WHO, 2004 ).
2007, CFR Leptospitosis sebesar 8,2%,, tahun 2008 menurun sebesar 6,0%, tahun
2009 naik kembali menjadi 6,87%, tahun 2010 naik menjadi 10,51%, dan tahun
2011 turun kembali menjadi 9,57% (Depkes RI, 2009, Depkes RI, 2011 dan
Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat,
(Depkes, 2008). Daerah dengan jumlah kasus maupun kematian dengan insiden
2
tertinggi adalah daerah beberapa daerah yang sering mengalami banjir terutama di
tidak lepas dari bencana banjir dari sejak awal Jakarta berdiri hingga sekarang
(Depkes RI, 2014). Pada tahun 2002, terjadi outbreak Leptospirosis seiring
dengan terjadinya banjir besar di Jakarta (WHO 2011). Hasil penelitian di Jakarta
selama kurun waktu musim hujan pada bulan Februari sampai bulan April 2002
bulan februari tahun 2007 juga terjadi banjir besar yang mengakibatkan
2007).
Jakarta dan wilayah Jakarta yang paling sering banjir adalah Jakarta Barat,
kemudian Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Daerah
di Jakarta Barat yang paling sering terkena banjir adalah wilayah kecamatan
penyakit Leptospirosis.
18,5%). Dari 97 kasus tersebut, kasus terbanyak terdapat di Jakarta Barat (62
kasus dengan CFR16,1%). Dan dari 62 kasus terbanyak di Jakarta Barat, kasus
3
terbanyak di temukan di Kecamatan Cengkareng yaitu sebanyak 26 kasus dengan
CFR 15,3%.
Banjir merupakan salah satu media transmisi Leptospira yang berasal dari
urin tikus. Air banjir akan membawa Leptospira ke daerah yang lebih luas
sehingga bisa dengan mudah masuk ke tubuh manusia melalui kontak dengan air
tersebut, melalui luka atau lecet pada kulit, melalui selaput lendir mulut, hidung
dan mata, darah, cairan ketuban, vagina, jaringan, tanah, vegetasi dan air yang
terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi (WHO, 2014 dan Vijayachari,
dkk, 2008).
pengetahuan, riwayat luka, dan personal hygiene (WHO, 2014 dan Depkes RI
air limbah (SPAL), ketersediaan air bersih, dan status pengungsian juga
berpengaruh dengan kejadian Leptospirosis (Depkes RI, 2008; Rejeki, 2005 dan
Chin, 2009).
bahwa sebagian besar yaitu 16 responden (53%) memiliki riwayat luka pada saat
4
(73,3%) terdapat tikus, dan 22 responden (73,3%) memiliki personal hygiene
yang baik.
tahun 2002 dan 2007 dengan CFR sebesar 19,4% pada tahun 2002 dan 5,7% pada
tahun 2007. Terjadinya outbreak ini disebabkan oleh terjadinya banjir pada saat
itu. Pada saat terjadi outbreak, wilayah yang paling banyak diitemukan
CFR 15,3%. Selain banjir, banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
Leptospirosis. Oleh sebab itu peneliti ingin mempelajari lebih dalam mengenai
5
1.3 Pertanyaan Penelitian
host (umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan, dan riwayat
luka, personal hygiene, dan status pengungsian) pada saat banjir di Kecamatan
tatanan rumah, kondisi selokan/got, dan ketersediaan air bersih) pada saat
6
dan ketersediaan air bersih) pada saat banjir di Kecamatan Cengkareng
Data primer berasal dari hasil wawancara kepada masyarakat dan data sekunder
7
berupa laporan warga yang terdiagnosis Leptospirosis yaitu berasal dari data
dengan desain studi kasus. Sampel adalah semua warga yang terdiagnosis
Jakarta Barat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Banjir
tercemarnya sarana sumber air bersih, meluapnya air dari got-got dan sungai-
sungai, menyebarnya sampah dan limbah serta tidak berfungsinya jamban dan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, penyakit kulit, gastritis dan
2.2 Leptospirosis
2.2.1 Definisi dan Patogenesis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus
zoonosis adalah penyakit yang secara alami dapat di pindahkan dari hewan
hewan maupun kontak tidak langsung. Masa inkubasi antara 4-19 hari atau
9
maka Leptospira akan berkembang biak/memperbanyak diri dan menyebar
darah disebut sebagai fase Leptospiremia atau fase pertama. Selama fase ini
nekrosis fokal.
10
disebut fase imun atau fase kedua. Meskipun demikian Leptospira dapat
tubulus proksimal ginjal, mata, dan mungkin dalam otak. Pada penderita
Leptospirosis berat terjadi perbaikan fungsi ginjal dan fungsi hati seperti
semula, hal ini terjadi karena tidak didapatkan kerusakan struktur organ
tersebut. Untuk fase penyembuhan atau konvalesen atau fase ketiga terjadi
2.2.2 Reservoir
adalah Rodent (tikus), babi, sapi, kambing, domb, kuda, anjing, kucing,
(lumpur), tanaman yang telah dikotori oleh air seni dari hewan-hewan
tubuh manusia dapat melalui luka atau lecet pada kulit, melalui selaput
lendir mulut, hidung dan mata, darah, cairan ketuban, vagina, jaringan,
tanah, vegetasi dan air yang terkontaminasi dengan urin hewan yang
terinfeksi (WHO, 2014). Selain itu bakteri ini bisa ditularkan melalui
11
2.2.4 Diagnosis klinis dan Laboratoris
(infeksi dengue, hanta virus, typod). Gambaran klinik yang penting untuk
berat, skin rash, conjunctival, suffusion (mata merah), nyeri otot yang hebat
(juga nyeri tekan) terutama di otot belakang, paha, betis, sehingga kadang
kadang penderita mengeluh sukar berjalan dan sakit kepala (Depkes RI,
2013).
2.2.5 Pengobatan
atau Tetracyclin dosis tinggi dapat memberikan hasil yang sangat baik.
12
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Leptospirosis
tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit, khususnya penyakit
menular. Faktor utama tersebut adalah Faktor Host, Agent dan Environment.
pengaruhi oleh keseimbangan atau interaksi dari tiga faktor dasar Epidemiologi
ini. Jika di gambarkan dengan kejadian Leptospirosis maka ketiga faktor tersebut
Jika dalam keadaan seimbang antara ketiga faktor tersebut maka akan
13
akan mengubah keseimbangan, sehingga akan mengakibatkan menaikkan atau
manusia atau mahluk hidup lainnya, termasuk burung, dan antropoda yang
host dapat berupa genetik, umur, jenis kelamin, suku, keadaan fisiologi
tubuh, keadaan imunologi, tingkah laku, gaya hidup, personal hygiene dan
lain sebagainya.
a. Umur
berkisar antara balita sampai lansia yaitu 1 tahun sampai lebih dari 65
tahun.
Leptospirosis adalah antara 40-60 tahun. Pada usia lebih dari 50 tahun
14
kuning (kerusakan jaringan hati), risiko kematian akan lebih tinggi
(Cahyati, 2009).
tahun, kasus juga banyak terjadi pada usia dewasa antara usia 20 sampai
anak dan balita karena pada kenyataannya anak-anak dan balita sedikit
b. Jenis Kelamin
15
untuk terinfeksi Leptospirosis. Hal ini mungkin diakibatkan karena laki-
laki memiliki pekerjaan yang lebih terpapar oleh hewan yang terinfeksi
laki berusia 18- 57 tahun. Dominasi laki-laki umur 18-57 tahun ini
Leptospira spp.
16
adalah laki-laki. Penelitian Armandari (2005) juga menunjukkan bahwa
c. Pengetahuan
penyakit Leptospirosis.
program yang ada dan untuk mengidentifikasi strategi yang efektif untuk
perubahan perilaku.
17
2. Cukup : hasil 56 %-75 %
3. Kurang : hasil 55 %
d. Pekerjaan
petani padi dan tebu, pekerja tambang, nelayan, tentara dan pekerja lain
18
dan atlet olah raga air berisiko terkena infeksi Leptospirosis secara tidak
langsung yaitu dari lingkungan atau air dan tanah yang terkontaminasi
e. Riwayat Luka
Leptospira masuk ke tubuh manusia adalah melalui kulit yang lecet atau
luka. Hal ini sesuai dengan WHO (2014) yang menyebutkan bahwa
bakteri Leptospira masuk ke tubuh manusia dapat melalui luka atau lecet
19
pada kulit, melalui selaput lendir mulut, hidung dan mata, darah, cairan
kulit utuh yang terpapar dalam waktu cukup lama dengan genangan air
yang terkontaminasi.
ditandai dengan adanya demam dan berkembang pada target organ serta
umurnya. Bakteri Leptospira ini beberapa hari akan tinggal pada organ
20
riwayat luka berhubungan dengan kejadian Leptospirosis yaitu dengan
f. Status Pegungsian
orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat
tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak
buruk bencana.
g. Personal Hygiene
21
menghentikan kontak agen penyebab penyakit dengan penjamu. Faktor
penyakit.
cara mencuci kaki, tangan serta bagian tubuh yang lainnya dengan sabun
setelah pergi kesawah dan setelah kontak dengan air banjir. Selain itu
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat ingin kontak dengan
air genangan banjir. Salah satu APD yang dapat digunakan adalah
memakai alas kaki termasuk sepatu boot dan sarung tangan (CDC, 2010).
tubuh akan semakin besar. Bakteri leptospira masuk tubuh melalui pori-
pori tubuh terutama kulit kaki dan tangan, melalui selaput lendir,tubuh
22
memakai alat pelindung diri dengan kejadian Leptopirosis yaitu dengan
2.3.2 Agent
penyebab fisik seperti radiasi, penyebab biologis, metazoa, virus, jamur dan
Leptospira.
serovarian. Lebih dari 200 serovarian telah diketahui, dan semuanya terbagi
23
2.3.3 Environment (Lingkungan)
Bustan (2008) menyebutkan bahwa environment (lingkungan)
adalah semua faktor luar dari suatu individu. Komponen lingkungan dapat
dan PH air.
saat banjir akan membuat banjir semakin lama surut sehingga bakteri
7,2 - 8,0 (Chin, 2009). PH ini merupakan PH Air yang netral sehingga
bakteri Leptospira dapat hidup lama dan menetap pada air genangan
berada pada genangan air pada saat banjir tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh jika bagian tubuh tersebut terendam lama pada air yang
24
kecenderungan jumlah penderita Leptospirosis meningkat setelah lama
banjir sampai 3 hari atau lebih (Gindo, 2002 dalam Ketaren, 2009).
Selain itu ketinggian air genangan yang tinggi dan lama akan
bakteri Leptospira.
pada saat ingin kontak dengan air genangan banjir. Salah satu APD
yang dapat digunakan adalah memakai alas kaki termasuk sepatu boot
dan sarung tangan. Bila air genangan banjir tinggi dan melebihi
ketinggian lutut maka penggunaan APD seperti sepatu boot pada saat
banjir akan sia-sia karena sepatu boot yang ada pada saat ini rata-rata
25
kasus Leptospirosis di Jakarta lebih banyak tersebar di wilayah dengan
rata-rata ketinggian air genangan akibat banjir yang lebih tinggi yaitu
b. Keberadaan Sampah
c. Tatanan Rumah
keadaan dalam rumah harus bersih dan teratur artinya rumah tertata
dengan baik, rapi, tidak terdapat tumpukan barang, tidak terdapat baju
26
Penelitian Ramadani (2010) menunjukkan bahwa Penataan Perabot
d. Curah hujan
pengawasan, dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi. Adanya air
27
melalui luka atau lecet pada kulit, melalui selaput lendir mulut, hidung
syarat.
netral (pH 7,2-8). Bila di air dan lumpur yang paling cocok untuk
antara 28C-30C. Bakteri ini dapat hidup dalam air yang menggenang.
Karakteristik air pada sawah yang cocok untuk bakteri leptospira adalah
Leptospira berkurang.
28
Hasil penelitian Rejeki (2005) dan Priyanto (2009) penelitian
tikus masuk ke dalam rumah. Hal ini dikarenakan kondisi buangan air
oleh urin tikus atau hewan peliharaan yang terinfeksi bakteri Leptospira
(Suratman, 2006).
dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus (Field Book, 2009).
tikus.
29
selokan tidak menjadi sarang tikus dan airnya mengalir dengan lancar
(tidak menggenang).
keberadaan tikus berupa kotoran tikus dan/atau jejak kaki tikus. Selain
30
Gambar 2.3 Kotoran Tikus
(2008), Rejeki (2005), Widoyono (2008), Mandal (2008) dan Tinheriyani (2012),
(tikus), babi, sapi, kambing, kuda, anjing, kucing serangga dan burung. Akan
31
tetapi dari semua hewan tersebut, tikus merupakan hewan yang paling sering
selokan/SPAL, curah hujan, ketersediaan air bersih, PH tanah dan PH air, dan
Bakteri Leptospira yang dibawa oleh tikus dapat masuk ke dalam tubuh
Leptospira ini ke tubuh manusia (Host) dipengaruhi oleh beberapa komponen host
yaitu: umur, jenis kelamin, riwayat luka, tingkat pengetahuan, jenis pekerjaan,
32
Bagan 2.4 Kerangka Teori
Komponen Host
Sapi Kambing (penderita)
Burung 1. Umur
2. Jenis Kelamin
Agent
Anjing (Penyebab) 3. Riwayat luka Leptospirosi
Leptospira 4. Tingkat pengetahuan s
5. Jenis Pekerjaan
Serangga 6. Status pengungsian
Babi 7. Personal Hygiene
Kucing
Tikus
Komponen Lingkungan
(Environment)
1. Ketinggian air
2. keberadaan sampah
3. Tatanan rumah
4. Kondisi selokan/SPAL
5. Curah hujan
6. Ketersediaan air bersih
7. PH tanah dan pH air
8. Keberadaan Tikus di dalam
maupun di luar rumah
Sumber: Modifikasi teori John Gordon dalam Bustan (2008), Chin (2009), Depkes
Tinheriyani (2012).
33
BAB III
pengetahuan, dan jenis pekerjaan, personal hygiene dan status pengungsian,), dan
air, keberadaan sampah, tatanan rumah, kondisi selokan/got, dan keberadaan tikus
kejadian Leptospirosis ini sudah selesai terjadi (penderita sudah sembuh) pada
saat penelitian dilakukan sehingga sudah dapat dipastikan bahwa semua penderita
positif Leptospira. Curah hujan tidak di jadikan sebagai variabel penelitian karena
penelitian ini difokuskan pada saat banjir sehingga curah hujan tidak perlu lagi
diukur karna untuk kejadian Leptospirosis curah hujan dihubungkan dengan status
atau keadaan banjir. sehingga curah hujan sudah diwakili oleh kejadian banjir.
34
Demak dengan desain Case-Control menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara PH tanah dengan kejadian Leptospirosi yaitu dengan nilai Pvalue= 0,361
dan OR 0,3 pada penelitian Rejeki dan Pvalue 0,523 dan OR=1,28 pada penelitian
Priyanto.
Babi, sapi, kambing, kucing, serangga, burung dan anjing) tidak dijadikan
penelitian karena pada saat ini kejadian Leptospirosis banyak ditularkan melalui
tikus, seperti penyataan Dinkes Provinsi Jakarta (2003) yang menyebutkan bahwa
hewan-hewan lain. Selain itu tikus-tikus yang ditangkap paska banjir di lokasi
Karena penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta, maka peneliti memilih tikus
baik untuk menjadi variabel penelitian. Adapun kerangka konsep penelitian ini
35
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Umur
Jenis kelamin
Riwayat luka
Tingkat pengetahuan
Jenis pekerjaan
Personal hygiene
Status pengungsian
Leptospirosis
Keberadaan tikus di
dalam dan sekitar rumah
Ketinggian genangan
air banjir
Keberadaan sampah
Tatanan rumah .
Kondisi selokan/SPAL
36
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Leptospirosis Penderita yang didiagnosis menderita Observasi Laporan PE Jumlah kejadian Leptospirosis Rasio
2 Umur Usia responden pada saat didiagnosis Wawancara Kuisioner Dalam satuan tahun Rasio
3 Jenis Jenis kelamin yang dimiliki oleh Wawancara Kuisioner 1. Laki-laki nominal
didiagnosa Leptospirosis
37
4 Riwayat luka Ada tidaknya luka kecil atau besar Wawancara Kuisioner 1. Ada luka Ordinal
5 Tingkat Pengetahuan yang dimiliki responden Wawancara Kuisioner 1. Baik (jika nilai pengetahuan Interval
Leptospirosis.
6 Keberadaan Ada tidaknya tikus di dalam dan Wawancara Kuisioner 1. Ada Ordinal
tikus di sekitar rumah ditandai dengan ciri-ciri dan dan lembar 2. Tidak ada
38
dalam maupun luar rumah, ada bekas
7 Ketinggian Tingginya rata-rata genangan air pada Observasi Laporan Dalam satuan cm Rasio
2014 Sudinkes
Jakarta Barat
39
8 Ketersediaan Tersedia atau tidaknya air bersih Wawancara Kuisioner 1. Tidak tersedia. Ordinal
Februari 2014
9 Pekerjaan Profesi yang lakukan responden yang Wawancara Kuisioner 1. Berisiko (dokter hewan, Ordinal
40
atau supir
pekerjaan berisiko)
10 Status orang atau kelompok orang yang pada Wawancara Kuisioner 1. Tidak mengungsi Ordinal
2014
11 Personal Tindakan/upaya pencegahan yang di Wawancara Kuisioner 1. Tidak melakukan upaya Ordinal
41
menutup makanan, tidak pencegahan (Tidak menutup
minimal 2 (menutup
pencegahan.
42
12 Keberadaan Ada tidaknya sampah yang bisa Wawancara Kuisioner 1. Ada sampah Nominal
sampah menjadi indikator keberadaan tikus dan dan lembar Jika terdapat sampah yang
yang ditandai dengan adanya sampah observasi observasi berserakan dan tempat
di luar rumah
13 Tatanan Penataan rumah terhadap barang- Wawancara Kuisioner 1. Buruk: jika penataan barang Ordianal
Rumah barang dan perbotan secara rapi dan dan dan lembar dan perabotan tidak rapi dan
43
perkembangan habitat tikus 3 Januari- tikus
tikus
14 Kondisi Kondisi atau keadaan selokan/ SPAL Wawancara Kuisioner 1. Buruk: jika tidak dapat Ordinal
Selokan/SPA yang dapat berpotensi menjadi habitat dan dan Lembar mengalirkan air limbah dari
44
serangga dan tikus 3 Januari-14 tikus
mandi) ke tempat
45
BAB IV
METODOLOGI
studi kasus. Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terkait
atau suatu kasus/ beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan
data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya
dalam suatu konteks (Robert, 1998). Sumber lain menyebutkan bahwa studi kasus
merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun
lingkungan dan kondisi masa lalunya (Umar, 2011). Pada penelitian ini peneliti
Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli
tahun 2014.
sebanyak 18 kasus. Pada penelitian ini semua kasus diteliti sehingga populasi
46
4.4 Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer.
penelitian terkait data: umur, jenis kelamin, riwayat luka , jenis pekerjaan,
status pengungsian.
47
penelitian. Untuk variabel kondisi lingkungan seperti keberadaan tikus,
wawancara mendalam.
sama dengan pada saat penelitian atau tidak. Selain itu peneliti juga melihat
mereka menjawab kondisi lingkungan pada saat sekarang sama dengan pada
saat atau sebelum banjir dan melihat perilaku responden yang sama pada
saat atau sebelum terjadi banjir dengan pada saat sekarang, maka keadaan
lingkungan pada saat penelitian dianggap sama pada saat atau sebelum
digunakan untuk uji instrumen ini adalah 30 sehingga nilai Df= n-2 =28
kemudian dilihat pada r tabel dan didapatkan nilai r tabel sebesar 0,306.
pertanyaan di katakan reliabel dan valid apabila nilai r hitung > r tabel.
48
instrumen penelitian ini sudah reliabel dan valid. Untuk pertanyaan yang
tersebut. Adapun hasil dari uji instrumen bisa di lihat pada lampiran.
1. Editing data, yaitu melakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila
kemudian diberi kode (coding) oleh peneliti secara manual sebelum diolah
dengan komputer,
5. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian direkap dan disusun
Untuk variabel dengan skala rasio (umur dan ketinggian air), maka dilihat nilai
mean SD, Median dan max-min. Sedangkan untuk variabel dengan skala ordinal
dan nominal (Riwayat luka, jenis kelamin, keberadaan tikus, ketersediaan air
49
keberadaan sampah, kondisi selokan dan dan tingkat pengetahuan) akan dilihat
50
BAB V
HASIL
pengetahuan, dan riwayat luka, status pengungsian dan personal hygiene. Untuk
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen
Host (Penderita) Pada Saat Banjir di Kecamatan Cengkareng
Periode Januari-Februari tahun 2014
Variabel Mean SD Median Min- Kejadian
Max Leptospirosis
n %
Umur 38, 61 17,9 35,5 5-65
<20 4 22,2
20-40 7 38,9
>40 7 38,9
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 72,2
Perempuan 5 27,8
Pengetahuan 64.1120.5 69.0 27-95
Tinggi 5 27, 8
Sedang 6 33,3
Rendah 7 38,9
Riwayat Luka
Ada 13 72,2
Tidak ada 5 27,8
Status Pengungsian
Tidak Mengungsi 18 100
Mengungsi 0 0
Personal Hygiene
Baik 2 11,1
Burk 16 88,9
Jenis Pekerjaan
Berisiko 5 27,8
Tidak berisiko 13 72,2
51
Tabel diatas menunjukkan bahwa umur rata-rata penderita adalah 38, 61
tahun. Sebagian besar penderita berumur 20-40 tahun dan >40 tahun yaitu
88,9%, memiliki personal hygiene yang dan 72% memiliki pekerjaan yang tidak
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen
Penderita Pada Saat Banjir di Kecamatan Cengkareng
penderita maka pekerjaan yang berisiko paling banyak ditemukan pada jenis
kelamin laki-laki yaitu 38,5%, dan sebagian besar kelompok umur 20-40 tahun
52
5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen
Lingkungan
ketersediaan air bersih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen
Lingkungan Pada Saat Banjir di Kecamatan Cengkareng
Periode Januari-Februari 2014.
maupun di luar terdapat tikus yaitu sebanyak 100%, 66,7% rumah penderita
terdapat sampah, 55,6% penderita menata rumahnya secara rapi, 72,2% keadaan
selokan penderita baik, 88,9% ketersedian air bersihnya tersedia, jika ketinggian
53
air genangan banjir dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah berdasarkan nilai
penderita yang memiliki tatanan rumah yang tidak rapi sebanyak 72,2%, dan
61,1% selokan penderita masih buruk. Adapun hasil wawancara mendalam terkait
telat jadi numpuk kayak gitu.. di samping itu kan kali gede mba.. sampahnya
tersebut masih sembarangan dan sampah akan lebih berantakan jika petugas telat
54
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Pada saat penelitian ada beberapa rumah penderita yang sudah direnovasi
observasi penulis tidak bisa melihat keadaan rumah pada saat penderita
terdiagnosis Leptospirosis.
2. Pada saat wawancara berlangsung ada gangguan yang tidak bisa di hindari
peneliti yaitu pada saat wawancara pada penderita. Ada 2 penderita yang
hanya mmperbaiki redaksi dari pertanyaan yang tidak valid atau reliabel
tersebut.
55
6.2.1 Umur
diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara balita sampai lansia yaitu
kejadian Leptospirosis lebih sering terjadi pada individu berumur antara 20-
banyak terjadi pada kisaran umur tersebut yaitu antara umur 20 sampai 50
tahun.
dan berumur >20 tahun yaitu sebanyak 83,7%. Pada usia diatas 20 tahun ini
56
bahwa Leptospirosis kerap dijumpai pada usia dewasa karena pada usia
Jika dilihat dari kelompok umur yang paling banyak dan jenis
kelamin laki-laki yaitu 6 penderita (85,7%) pada umur 20-40 tahun dan 4
dewasa sehingga memiliki aktifitas di luar rumah lebih banyak dan pada
saat banjir kelompok mereka lebih sering kontak dengan air genangan
dewasa dan tua, kejadian Leptospirosis juga bisa terjadi pada anak-anak.
bermain di halaman (digenangan air hujan atau lumpur), pada saat berenang
57
Penelitian ini dilakukan pada saat terjadi banjir sehingga semua
paparan yang sama yaitu air genangan banjir. Oleh sebab itu orang dengan
kontak dengan tikus/urinya atau dengan hewan lain yang bisa menularkan
seperti berperilaku hidup bersih dan sehat dan memakai alat pelindung diri
ketika ingin kotak dengan hewan terinfeksi dan air genangan banjir.
paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebayak 72,2%,
lingkungan sehingga dapat terpapar kotoran rodent lebih besar (Seghal et.al,
1991). Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama
cenderung kurang peduli jika mengalami luka yang bisa menjadi tempat
58
Penelitian Goris, dkk (2013), Vieira, dkk (2006), Prastiwi (2012),
dilakukan pada saat terjadi banjir sehingga semua jenis kelamin memiliki
paparan yang sama dan berpotensi untuk terkena Leptospirosis. Oleh sebab
petugas laboratorium, pekerja pengendali jumlah tikus, petani padi dan tebu,
pekerja tambang, nelayan, tentara dan pekerja lain yang sering kontak
langsung dengan hewan (Chin, 2009); Widoyono, 2008 dan Mandal, 2008).
59
dengan cairan tubuh atau urin dari hewan yang terinfeksi Leptospirosis.
Sedangkan petani, militer dan atlet olah raga air berisiko terkena infeksi
Leptospirosis secara tidak langsung yaitu dari lingkungan atau air dan tanah
memiliki pekerjaan yang tidak berisiko yaitu sebanyak 72,2%. Begitu pula
60
Semarang, Jakarta dan Aceh sehingga untuk pekerjaan petani, nelayan,
kontak dengan urin tikus. Jika dibandingkan dengan jenis kelamis, maka
semua pekerjaan berisiko dimiliki oleh penderita dengan jenis kelamin laki-
tidak berisiko yaitu sebanyak 61,5% yang terdiri dari buruh bangunan,
petugas AC dan siswa. Pada saat banjir siswa tersebut bermain air banjir
berupa kutu air sehingga mereka kontak dengan air genangan banjir, begitu
pekerjaan yang tidak berisiko yaitu bekerja sebagai ibu rumah tangga,
sama untuk terpapar bakteri Leptospira. Pada saat membersihkan rumah, ibu
misalnya kolong meja, kolong tempat tidur dan sebagainya sehingga ibu
rumah tangga tersebut berpeluang untuk kontak dengan urin tikus. Artinya
semua pekerjaan baik berisiko maupun berisiko menurut teori Chin (2009),
baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama untuk terkena
61
Leptospirosis asalkan mereka terpapar oleh bakteri Leptospira atau urin
tikus.
paparan yang sama yaitu tepapar air genangan banjir. pada kondisi banjir
yang terbawa oleh air ganangan banjir tersebut. Penelitian Suratman (2006)
aktifitas di waktu luang yang selalu berhubungan dengan air, tanah yang
basah, ataupun terpapar banjir seperti kerja bakti dan bermain sepak bola di
menggunakan sarung tangan pada saat ingin mengojek atau kontak dengan
air genangan banjir jika memungkinkan, mencuci tangan, kaki, dan anggota
62
6.2.4 Riwayat Luka
adalah melalui kulit yang lecet atau luka, melalui selaput lendir mulut,
hidung dan mata, darah, cairan ketuban, vagina, jaringan, tanah, vegetasi
kulit maupun selaput lendir, namun infeksi juga dapat berlangsung melalui
kulit utuh yang terpapar dalam waktu cukup lama dengan genangan air yang
biasanya 10 hari dengan rentang 4-19 hari (Chin, 2012). Setelah masuk
80% dan 81,0%. Kedua penelitian dilakukan pada saat banjir sehingga
63
luka di kaki yaitu berupa kutu air. Pada saat banjir tersebut penderita
mengaku tidak menggunakan alas kaki maupun alat pelindung diri sehingga
yaitu sebanyak 68,3%. Ini bisa terjadi karena jarak antara waktu penelitian
lupa.
sebab itu warga harus menutup lukanya bila ingin kontak dengan air
genangan banjir atau kontak dengan hewan yang bisa menularkan penyakit
tersebut.
informasi dan menilai praktek kerja yang aman atau upaya pencegahan di
64
efektif untuk perubahan perilaku terhadap penyakit Leptospirosis (Rahim
et.al, 2012).
Leptospirosis.
terdapat media berupa poster yang berisi tentang Leptospirosis. selain itu
surveilans:
kemarin tu nek yang kamu lihat pas kasusnya bu Hamida. Bu hamida kan
65
anak-anaknya kena Cikungunya kan nek.. kamu lihat kan kemaren nek.. nah
penyakit lepto.. kayak gitu sih kalau penyelidikan mah nek.. kadang-kadang
malah kita dapet info dari warga penyakit apa yang ada disitu.. (SS, PKC)
sampai pada penderita. Responden juga tidak tau bagaimana cara penularan
66
Sebagian besar penderita mememiliki pengetahuan yang rendah
secara umum misalnya dengan cara promosi kesehatan oleh kader pada saat
ditempat yang mudah diliat masyarakat atau ditempat yang sering didatangi
orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat
tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak
bencana. Orang yang mengungsi di tempat yang telah ditentukan akan lebih
67
Berdasarkan informasi yang diperoleh, semua penderita tidak
lebih memilih untuk tinggal di lantai dua rumahnya. Seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwasanya bila tidak terjadi banjir, lantai dua yang ada di
tikus dapat bersarang di tempat tersebut. Apabila terjadi banjir tikus akan
menetap disitu dan berada dekat dengan responden. Berikut adalah kutipan
wawancara tersebut:
terus.. itu mungkin mba.. diatas itu kan kayak gudang mba.. barang-barang
yang ngga kepake ditaruh situ.. ia kalau lagi banjir kita pindah ke atas
bikin tenda di atas.. kalau selokan dibelakang mba tertutup (SP, RB).
Rumahnya cuma sekotak ini neng.. anak saya ada 3 sama saya
sama istri jadinya 5 orang dirumah ini.. begini neng rumahnya sempit.. itu
neng biasanya tikus lewat belakang tv itu dari atas ke bawah.. ia diatas ada
ruangan.. biasanya kakak tidur disitu.. tapi kalau banjir kita kesitu semua..
kecil neng.. ayok kalo mau lihat.. ia itu barang-barang kerja saya.. bisa
tikusnya.. ia jemur bajunya juga disini neng. Ngga ada tepat jemur lagi
petugas Puskesmas yang pada saat banjir berada di Posko kesehatan banjir
68
berobat ke Pos kesehatan. Mereka memilih berobat kerumah sakit setelah
berfungsi.. banjirnya kan uda tinggi.. mereka kan berobatnya udah parah..
pos itu.. biasanya kalau dia berobat dikasih 1 set obat. Nah obat itu ada
kesehatan banjir dan berobat di rumah sakit. Berikut adalah pernyataan dari
informan tersebut:
itu ke pos kesehatan banjir trus dikasih obat.. tapi saya ngga habisin
obatnya.. trus pas saya merasa badannya tambah parah.. badannya linu-
linu semua kayak mau lumpuh.. panas tinggi dulu.. trus sama bapak dibawa
yang mahal apa yang biasa.. emang beda ya neng? (MT, RB).
69
perlu diteliti mengapa mereka tidak mengungsi dan tidak berobat di pos
agar tetap melakukan hidup bersih dan sehat serta segera berobat jika
boot pada saat banjir, menutup makanan, mencuci kaki, tangan, atau bagian
tubuh lainnya dengan sabun serta mandi setelah kontak dengan air
bahwa sebagian besar penderita tidak memiliki personal hygiene yang baik
Hygiene dengan cara mencuci kaki, tangan serta bagian tubuh yang lainnya
dengan sabun atau detergen setelah pergi kesawah dan setelah kontak
dengan air banjir. Sabun yang mengandung zat anti kuman atau bakteri
70
Personal hygiene lainnya yang bisa dilakukan adalah menutup
makanan dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat ingin
kontak dengan air genangan banjir. Salah satu APD yang dapat digunakan
adalah memakai alas kaki termasuk sepatu boot dan sarung tangan (CDC,
Penelitian Cahyati ini sama dengan hasil penelitian ini karena kategori yang
dipakai sama yaitu mencuci tangan atau kaki dan mandi setelah kontak
memiliki personal hygiene yang buruk. Hasil ini tidak sama karena
pemakaian sepatu boot atau sarung tangan. Selain itu penelitian ini juga
71
6.3 Distribusi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Lingkungan
dari keberadaan tikus didalam maupun di luar rumah, keberadaan sampah, kondisi
selokan/SPAL, tatanan rumah, ketinggian air genangan banjir dan ketersdiaan air
hewan kelompok tikus atau Rodentia serta cecurut atau Insectivora berada
dekat dengan manusia, disisi lain hewan ini dianggap musuh. Namun
Adanya tikus di dalam maupun luar rumah ini bisa menjadi penyebab
Leptospira akan berada pada urin tikus dan masuk kedalam tubuh manusia
melalui melalui luka atau lecet pada kulit, melalui selaput lendir mulut,
72
hidung dan mata, darah, cairan ketuban, vagina, jaringan, tanah, vegetasi
dan air yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi (WHO,
2014).
saat banjir tikus-tikus akan keluar, bangkai-bangkai tikus ikut dengan air
oh penyakit kencing tikus itu ya.. itu orang disana pernah kena.. ia
klo banjir sih ia mba.. tikus tikus pada keluar semua.. bangkainya banyak
diluar-luar dibawa banjir.. bangkai tikus-tikus dari kali itu keluar semua..
penderita tersebut:
...itu neng biasanya tikus lewat belakang tv itu dari atas ke bawah..
kerja saya.. bisa dibilang gudang neng.. ya numpuk disitu.. dipojok itu
sekitar rumah penderita dan pada saat banjir tikus atau bangkai tikus akan
keluar sehingga bila tikus tersebut terinfeksi bakteri Leptospira maka dapat
73
antar hewan ataupun dari hewan kemanusia umumnya melalui media air
Kejadian Luar Biasa (KLB) di DKI Jakarta dan Bekasi tahun 2002. Hasil
menunjukkan bahwa hasil uji terhadap tikus yang diambil di daerah dengan
tikus. Pada penelitian ini keberadaan tikus dilihat dari ada tidaknya tikus di
dalam dan sekitar rumah ditandai dengan ada tidaknya lubang tikus atau
74
Rejeki juga di gunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk melihat
keberadaan tikus.
tikus di rumah penderita dan dilihat 24 jam kemudian. Jika ketika dilakukan
rumahnya terdapat tikus lebih besar dari 35% karena pada saat penelitian
tikus yang ada di rumah tidak terperangkap dan masih berkeliaran di dalam
Sebagian besar rumah penderita terdapat tikus, oleh sebab itu perlu
dan hewan piaraan lainnya. jika ingin kontak dengan hewan peliaraan
banjir ini diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Data
ketinggian air perhari pada saat banjir kemudian dilihat nilai rata-ratanya
75
banjir karena variabel ini berdistribusi normal. ketinggian air rendah bila
tinggi pada saat banjir akan membuat banjir semakin lama surut sehingga
bakteri Leptospirosis akan lebih lama berada bersama air genangan banjir
tersebut. Bakteri Leptospira dapat bertahan pada suhu 28-30 C dan PH 7,2-
8,0 PH ini merupakan PH Air yang netral sehingga bakteri Leptospira dapat
hidup lama dan menetap pada air genangan banjir yang ada (Chin, 2009).
bulan pada tanah yang mengandung urin, 24 jam pada air laut (Mandal,
2008).
Semakin tinggi genangan air banjir dan semakin lama banjir maka
Bakteri Leptospira yang berada pada genangan air pada saat banjir
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh jika bagian tubuh tersebut terendam
lama pada air yang terinfeksi yaitu masuk melalui luka atau pori-pori
76
(CDC, 2012). Penelitian yang telah dilakukan menunjujukkan bahwa ada
banjir sampai 3 hari atau lebih (Gindo, 2002 dalam Ketaren, 2009). Selain
itu ketinggian air genangan yang tinggi dan lama akan mengakibatkan
Alat Pelindung Diri (APD). Bila air genangan banjir tinggi dan melebihi
ketinggian lutut maka penggunaan APD seperti sepatu boot pada saat banjir
akan sia-sia karena sepatu boot yang ada pada saat ini rata-rata hanya
laki-laki umur 55-59 adalah 48,8 cm dan perempuan adalah 45,7 cm.
Sedangkan pada umur 60-64 tahun, tinggi lutut laki-laki adalah 49,1 cm dan
perempuan 4,7 cm. Pada penelitian ini sebagian besar berumur penderita
>20 tahun sehingga tinggi lututnya antara 45-55 cm. Jika dibandingkan
dengan rata-rata ketinggian air genangan akibat banjir (36,33), maka para
penderita masih bisa menggunakan sepatu boot pada saat terjadi banjir.
77
Akan tetapi jika dilihat dari hasil wawancara mendalam, sebagian
besar penderita mengatakan bahwa ketinggian genangan air banjir pada saat
Ngga.. saya ngga pake sepatu pas banjir.. percuma aja pake
sapatu.. banjirnya diatas lutut tingginya kalau bajirnya dikit-dikit itu baru
Ada sih itu sepatu bootnya cuma ngga di pakai pas banjir..
Kalau ngojek biasanya pakai sendal aja.. ribet pakai sepatu boot..
tanpa menyajikan data ketinggian air per harinya. Jika dilihat dari data per
harinya ada yang menunjukkan ketinggian air yang mencapai 100 cm. Pada
tertinggi tersebut (100 cm). Ada kemunginan juga tinggi lutut responden
tidak sama dengan rata-rata standar tinggi lutut yang disebutkan oleh hasil
penelitian terdahulu.
ketinggian air genangan akibat banjir yang lebih tinggi yaitu antara 51-100
cm. Meskipun ketinggian air penelitian Dwiari dan penelitian ini tidak
78
sama, akan tetapi semuanya berpotensi untuk terkena Leptospirosis. Hal ini
bisa diakibatkan karena pemakaian alat pelindung diri seperti sepatu boot.
Pada saat ketinggian genangan air akibat banjir tinggi maka pemakaian
sepatu boot akan menjadi sia-sia. Sehingga orang tidak melakukan upaya
pencegahan dengan sepatu boot dan bakteri Leptospira yang dibawa oleh
genangan air akibat banjir akan dengan mudah masuk kedalam tubuh.
Begitu pula jika ketinggian genangan air akibat banjir rendah, seharusnya
menggunakan sepatu boot pada saat terjadi banjir jika memungkinkan. Dan
jika ketinggian air genangan akibat banjir tinggi maka warga dihimbau
untuk mengungsi ketempat yang lebih aman atau di pos pengungsian untuk
dirumahnya.
79
sampah terutama sampah sisasisa makanan yang diletakkan ditempat
tikus. Kondisi sanitasi yang jelek seperti adanya kumpulan sampah dan
makan tikus.
sampah yaitu 61,9%. Penelitian ini melihat ada tidaknya sampah yang bisa
Rejeki ini penulis belum bisa menemukan bagaimana peneliti melihat ada
yang dipakai peneliti sehingga hasil penelitiannya sama. Pada penelitian ini
80
dan berserakan, selain itu adanya sampah ini juga disebabkan karena adanya
kali yang kotor dan TPA di sekitar rumah penderita. Hal ini bisa dilihat dari
hasil wawancara mendalam dan hasil observasi yang ada pada lampiran.
petugasnya sering telat jadi numpuk kayak gitu.. klo selokan ya kayak itu di
depan.. dibelakang juga ada.. bersih kok.. kalinya itu mungkin mba.. (AD,
KKA)
yang bisa diselesaikan mereka sendiri (misalnya sampah yang ada di dalam
maupun sekitar rumah) dan ada yang yang harus diselesaikan bersama
misalnya sampah di tempat umum dan TPA. Oleh sebab itu diperlukan
81
penderita yang memiliki tatanan rumah tidak rapi sebanyak 8 responden
tatanan rumah yang tidak rapi yaitu sebanyak 13 penderita (72,2%) dan 5
malu untuk menjawab tidak rapi dan kriteria rapi yang dipakai penderita dan
Seperti yang sudah diketahui tatanan rumah yang tidak rapi bisa
dalam rumah harus bersih dan teratur artinya rumah tertata dengan baik,
tatanan rapi dan tidak rapi yang digunakan hampir sama dengan kategori
82
mengkategorikan rapi dengan melihat bagaimana penderita menata barang
baik atau rapi dilihat dari apakah rumah tertata dengan bersih dan teratur
perabot nampak bersih) atau rumah tidak tertata dengan baik dan teratur.
menata rumah dengan rapi dan tidak terdapat tumpukan barang-barang dan
rumah mereka tidak rapi adalah karena kepadatan hunian yang ada dirumah
disini mah neng.. anaknya lima.... kalau banjir kita numpuk diatas semua
neng..(MM, KKA).
sebagai sarang tikus, demikian pula dengan sampah yang dihasilkan, dapat
83
6.3.5 Kondisi selokan/Sarana Pembuangan Air Limbah
sering dijadikan tempat tinggal tikus ataupun merupakan jalur tikus masuk
rumah. Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat
SPAL responden berwarna hitam, tidak mengalir, dan terdapat sampah dan
ada selokan yang terdapat tikus. Hasil observasi ini bisa dilihat di lembar
atau SPAL.
84
hewan pembawa mikroorganisme Leptospira maka diupayakan selokan-
selokan tidak menjadi sarang tikus dan airnya mengalir dengan lancar (tidak
Leptospirosis terjadi ketika air pada selokan terkontaminasi oleh urin tikus
mereka terdapat kali yang kotor dan sekitar rumahnya ada tempat
pembuangan akhir (TPA) yang kemungkinan tikus berasal dari kali dan
bisa dibersihin.. belakang itu kalinya banyak sampahnya.. emang TPA sih..
Pada saat terjadi banjir sampah akan naik, air selokan dan air kali
akan naik dan tikus-tikus juga akan naik. tikus akan naik dan kotoran atau
urin tikus akan bercampur dengan air selokan dan air kali dan akan terbawa
oleh air genangan banjir sehingga apabila urin tersebut mengandung bakteri
Leptospira maka bakteri itu akan mudah menyebar dan akan mudah
menginfeksi manusia.
85
rumah mengalir lancar/tidak menggenang, tidak meluap saat ada hujan,
tidak dilewati tikus dan selokan lebih tinggi dari rumah. Aulia
sekitar rumah, saluran tertutup atau diresapkan dan kondisi selokan lancar
tidak tersumbat kategori yang dipakai hampir sama namun pada penelitian
ini penulis tidak menggunakan kriteria tidak meluap saat ada hujan dan
selokan lebih tinggi dari rumah dan tidak ada genangan air di sekitar rumah.
Menurut peneliti kriteria tidak meluap saat ada hujan dan selokan lebih
tinggi dari rumah serta tidak ada genangan air di sekitar rumah sepertinya
kurang bisa diterima karena pada saat terjadi hujan yang lebat pasti akan
mengakibatkan banjir dan air selokan akan ikut meluap. Pada saat ini belum
banyak orang yang memakai selokan yang lebih tinggi dari rumah. Dan
untuk tidak adanya genangan air di sekitar rumah juga belum jelas genangan
kuisioner, akan tetapi buruk berdasarkan hasil observasi. Oleh karena itu
perlu keterlibatan banyak pihak misalnya pihak PU, warga setempat dan
kerugian jika keadaan selokan buruk, kali kotor, dan banyak sampah.
lingkungan tersebut.
86
6.3.6 Ketersediaan Air Bersih
Tidak tersedianya air bersih dapat ditandai dengan masih digunakannya air
genangan banjir atau air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi
bahwa jika dilihat dari ketersediaan air bersihnya yang tersedia maka
penderita masih aman dan kejadian Leptospirosis yang dialami bisa tidak
dikarenakan oleh air yang mereka gunakan penderita. Akan tetapi ketika
ditanya apakah pada saat banjir penderita menggunakan air genangan banjir
Leptospira maka orang yang menggunakan air tersebut memiliki risiko yang
dengan cara membersihkan air bersih dikolam-kolam renang dan sumber air
87
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sehingga air yang digunakan
Leptospira pada masyarakat adalah dengan menjaga sumber air bersih yang
yaitu jika air bersih berada di wadah tertutup dan bersih. Sedangkan peneliti
genangan banjir atau air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
sumber air bersih yang digunakan pada saat banjir berasal dari PDAM atau
dari air galon atau bantuan pemerintah. Peneliti menganggap bila air berasal
dari air ganangan banjir atau air sumur ada kemungkinan pada saat banjir air
air bersih dan tidak menggunakan air genangan banjir ataupun air sungai.
88
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
pada saat banjir periode Januari-Februari 2014, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
sebanyak 100%.
sebanyak 88,9%.
89
7.1.2 Distribusi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen
Lingkungan
100%.
sebanyak 66,7%.
7.2 Saran
90
Leptospirosis, serta menghimbau masyarakat untuk melakukan upaya
memakai sepatu boot dan sarung tangan, mencuci tangan, kaki, atau
dan menutup luka dengan steril jika terpaksa kontak dengan air
genangan tersebut.
c. Jika merasakan sakit pada saat banjir, maka dianjurkan untuk segera
dapat terpantau
91
DAFTAR PUSTAKA
Apsari, Desi Ari. 2014. Analisis Spasial Leptospirosis Dan Faktor Risikonya
Di Kabupaten Klaten. tesis. program pascasarjana fakultas kedokteran
universitas gadjah mada yogyakarta.
Armandari, Mari. 2005. Hubungan Faktor Lingkungan Dan Karakteristik
Individu Terhadap Kejadian Penyakit Leptospirosis Di Jakarta Tahun
2003-2005. Skripsi: Universitas Indonesia.
Aulia, Rizka. 2012. Hubungan Antara Strata Phbs Tatanan Rumah Tangga
Dan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Leptospirosis. Skripsi:
Universitas Negeri Semarang.
Arau jo, Wildo Navegantes. 2013. Attitudes, and Practices Related to
Leptospirosis among Urban Slum Residents in Brazil. Am. J. Trop.
Med. Hyg., 88(2), 2013, pp. 359363.
Bustan, Muh Najib. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Bustan, Muh Najib. 2008. 505 Tanya Jawab Epidemiologi. Makasar: Putra
Assad Print
BPBD Jakarta. 2014. Peta Banjir. Jakarta: Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
Cahyati, Widya Hary. 2009. Hubungan kebersihan pribadi dan riwayat luka
dengan Kejadian leptospirosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. ISSN
1858-1196
Colleen. Et.al. Climate Change, Flooding, Urbanisation And Leptospirosis:
Fuelling The Fire?. Elsevier Journal: Transactions of the Royal Society
of Tropical Medicine and Hygiene 104 (2010) 631638
CDC. 2013. Infectious Diseases Related To Travel. Centers for Disease
Control and Prevention: Atlanta.
CDC. 2014. Leptospirosis. Centers for Disease Control and Prevention:
Atlanta.
CDC. 2010. Leptospirosis Pre-decision Brief for Public Health Action.
Centers for Disease Control and Prevention: Atlanta.
CDC. 2011. Outbreak of Leptospirosis after Flood, the Philippines, 2009.
Atlanta: Centers For Diseases Control and Prevention.
Dinkes Provinsi Jakarta. 2014. Laporan Leptospirosis Pada Saat Banjir.
Jakarta: Bakti Husada.
xvi
CDC. 2012. Leptospirosis. Atlanta: Centers For Diseases Control and
Prevention
Chin, James. 2009. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: CV.
Informatika
Chin, James. 2012. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17
Cetakan IV. Jakarta: Infomedika
Cohen. 2004. Secon edition infectious diseases. Wosington university school
of medicine. ISBN. 032302079
Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Banjir. Jakata: Bakti Husada Pusat
pengendalian krisis Kesehatan
Dinkes Provinsi Jakarta. 2003. Standar Penanggulangan Leptospirosis.
Jakarta: Bakti Husada.
Depkes RI. 2008. Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan Kasus dan
Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia. Jakarta: Bakti Husada
Dwiari. 2007. Pengaruh Banjir Terhadap Kejadian Leptospirosis di Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2007. Tesis. Universitas Indonesia.
Depkes RI. 2004. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian
Luar Biasa (KLB). Jakarta: Bakti husada.
Depkes RI. 2013. Petunjuk Teknis Upaya Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta:
Bakti Hudasa.
Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Banjir. Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan. Jakarta: Bakti Husada.
Depkes RI. 2005. Menanggulangi Masalah Kesehatan Akibat Banjir. Jakarta:
Bakti Husada.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus. Jakarta: Bahti Husada,
Direktorat penegndalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus khusus di Rumah Sakit.
Jakarta: Bakti Husada.
Depkes RI. 2000. Buku pedoman pembinaan program perilaku hidup bersih
dan sehat di tatanan. Pusat penyuluhan masyarakat. Jakarta: bakti
husada.
Ditjen PP&PL Kemenkes. 2008. Profil Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan 2007. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Bakti
Husada.
xvii
Depkes RI, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana. Jakarta: Bakti Husadan Pusat pengendalian krisis Kesehatan
Depkes RI . 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Bakti Husada
Depkes RI . 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Bakti Husada
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Bakti Husada
Depkes RI. 2014. Bakti Sosial Pasca Banjir di Kel. Kalibata, Jakarta
Selatan. Jakarta: Bakti Husada.
Darmodjono. 2001. 15 Penyakit Menular Dari Binatang Ke Manusia. Jakarta:
Millenium Publiser.
Fatmah. 2006. Respons imunitas yang rendah Pada tubuh manusia usia
lanjut. Makara, kesehatan, vol. 10, no. 1, juni 2006: 47-53.
Field Book. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan Penyakit Berbasis
Lingkungan. PHBS Kesling Penyakit.
Goris, Marga. 2013. Human Leptospirosis Trends, the Netherlands, 1925
2008. Emerging Infectious Diseases. Vol. 19, No. 3, March 2013.
Harrianto. 2011. Karakteristik dimensi antropometrik statis mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti usia 19 - 21 tahun. J
Kedokter Trisakti Vol.23 No.3
Hardiansyah. 2008. Model Prediksi Tinggi Badan Lansia Etnis Jawa
Berdasarlian Tinggi Lutut,Panjang Depa, dan Tinggi Duduk. Maj
Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 12, Desember 2008.
Haida. 2002. Gambaran penderita leptospirosis dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kematian penderita leptospirosis di RSUD
Tarakan DKI Jakarta Pada Bulan Januari-Juni 2002. Skripsi.
Universitas Indonesia.
Okatini, Mari dkk. 2007. Hubungan faktor lingkungan dan karakteristik
individu terhadap kejadian penyakit leptospirosis di jakarta, 2003-
2005. Jurnal makara kesehatan, vol. 11, no. 1, juni 2007: 17-24
Isnani. 2010. Air, Hujan, Banjir, Dan Penyakit Menular. Loka Litbang P2B2
Banjamegara: Jurnal Litbang
Ketaren, Hendra Sinarta. 2009. Karakteristik dan kondisi lingkungan rumah
penderita penyakit Leptospirosis Pada Beberapa Kabupaten/Kota di
Provinsi NAD Tahun 2007. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Kholis. 2008. Leptospirosis sebagai penyakit pasca banjir serta cara
pencegahannya. Indonesia Scientific Journal Database.
xviii
Manurung, Murni. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Leptospirosis di Lima Kabupaten, Provinsi Nangro Aceh Darussalam
Tahun 2006. Tesis. Universitas Indonesia.
Maesharokh, Siti. 2011. Hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan
kejadian leptospirosis di kota semarang Tahun 2010. Jurnal Core.
Mandal. 2008. Penyakit Infeksi Edisi Ke Enam. Jakarta: Erlangga
Ningsih, Riyan. 2009. Faktor Risiko Lingkungan Terhadap Kejadian
Leptospirosis Di Jawa Tengah (Studi Kasus Di Kota Semarang,
Kabupaten Demak Dan Pati). Tesis. Universitas diponegoro.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pratiwi, Nanda. 2012. Analisis Temporal dan Spasial Unsur Iklim, Kepadatan
Penduduk, Daerah Rawan Banjir, dan Kasus Leptospirosis di DKI
Jakarta Tahun 2007-2011. Skripsi. Universitas Indonesia.
Priyanto, Agus. 2009. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian leptospirosis (studi kasus di kabupaten demak). Jurnal Core
Pranoto. 2007. Hubungan Kepadatan Pemukiman Dengan Ketersediaan
Infrastruktur. Tesis. Magister Teknik Sipil-Konsentrasi Infrastruktur
Universitas Diponegoro Semarang.
PHE. 2011. General Information on Leptospirosis. Public Health Englanad.
Peraturan Pemerintah No. 81. 2012. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Paeppl, W. 2009. High Prevalence Of Antibodies Against Leptospira spp. In
Male Austrian adults: a Cross-sectional Survey, April to June 2009.
Prastiwi, Betty. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
leptospirosis di kabupaten bantul. Jurnal kesehatan masyarakat, volume
1, nomor 2, tahun 2012.
Ramadhani, Tri. 2010. Kondisi lingkungan pemukiman Yang tidak sehat
berisiko Terhadap kejadian Leptospirosis (studi kasus di kota
semarang). Loka litbang P2B2 Banjarnegara
Rejeki, Sri Sarwani. 2005. Faktor risiko lingkungan yang berpengaruh
terhadap kejadian leptospirosis berat (studi kasus di rumah sakit dr.
Kariadi semarang). Tesis: Universitas Diponegoro
xix
Robert, K.Yin. 1989. Case study research design and methods. Washington:
Cosmos Corporation
Rohim, Mohd. et.al 2012. Town Service Workers Knowledge, Attitude and
Practice towards Leptospirosis. Journal of Health, 2012, 5: 1-12.
Supraptono, Bambang. 2011. Interaksi 13 Faktor Risiko Leptospirosis. Berita
Kedokteran Masyarakat Vol. 27, No. 2, Juni 2011
Suryani. 2013. Mewaspadai Potensi Penyakit Pasca banjir. Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI .
ISSN 2088-2351.
Stein, at al. 2007. The Global Burden Of Disease Assessment-WHO is
Responsible?. PloS Neglected Tropical Desease Vol 1, Issue 3
Suratman. 2006. Analisis faktor risiko lingkungan dan Perilaku yang
berpengaruh terhadap Kejadian leptospirosis berat Di kota semarang.
Tesis. Universitas diponegoro.
Seghal. 1991. Leptospirosis Current Status and General Aspects. India:
National Institute Of Communicable Diseases
Soejoedono, R. Roso. 2004. Zoonosis. Bogor: LaboratoriumKesmavet
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Soedin. 1996. Leptospirosis, Penyunting Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
SNI. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
SNI 03-1733-2004 Revisi SNI 03-17-1989
Tinheriyani. 2012. Chepter x Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja.
Jakarta: Trigunadarma
Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi ke Dua.
Jakarta: Rajawali Pers
UU RI No 24.2007. Penanggulangan Bencana. Jakarta: Presiden RI
Vijayachari. 2008. Leptospirosis: an Emerging Global Public health Problem.
J. Biosci.33(4),pp 557-659
Victoriano. 2009. Leptospirosis in the Asia Pacific region. BMC Infectious
Diseases Journal. 2009, 9:147 doi:10.1186/1471-2334-9-14.
xx
Wiharyadi. Didik. 2004. Faktor-faktor Risiko Leptospirosis Berat di Kota
Semarang. Tesis: Kedokteran Undip Semarang.
WHO. 2014. Leptospirosis. Geneva: World health Organization
WHO. 2011. Report of the Second Meeting of The Leptospirosis Burden
Epidemiologi Reference Group. Geneva: World health Organization.
WHO. 2011. Report Of The Second Meeting Of The Leptospirosis Burden
Epidemiology Reference Group. Jenewa: World Health Organization:
WHO. 2003. Leptospirosis. cennai: World Health Organization.
WHO. 2009. Informal Expert Consultation on Surveillance, Diagnosis and
Risk Reduction of leptospirosis.Chennai: World Health Organization
WHO. 2009. Leptospirosis Situation in The WHO South-East Asia Region.
Cennai: World Health Organization
WHO. 2007. Leptospirosis: Laboratory Manual. New Delhi: World Health
Organization.
William. 2007. The globalization of leptospirosis: worldwide incidence
trends. International Journal of Infectious Diseases.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis; Epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Wiwanitkit. 2006. A Note From a Survey of some Knowladge aspects of
leptospirosis among a sample of rural villanger in the highly endemic
area, Thailand. The international journal of rural research, education,
practice and policy. ISSN 1445-6354.
WHO. 2004. Human leptospirosis: Guidance for Diagnosis, Surveillance and
control. Cennai: World health Organization.
Wiharyadi. Didik. 2004. Faktor-Faktor Risiko Leptospirosis Berat di Kota
Semarang. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
xxi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
INFORMASI PENELITIAN
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat untuk mengetahui
epidemiologi kejadian Leptospirosis. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan
dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada peserta terkait sesuatu yang berhubungan
dengan kejadian Leptospirosis
Data yang telah kami kumpulkan akan kami jamin kerahasiaan serta keamanannya.
Oleh karena itu, kami berharap Saudara/I bersedia menjadi peserta dalam penelitian ini.
xxii
Lampiran 2
Saya mengerti sepenuhnya manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini dan
menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian.
Nama Penderita :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanda Tangan : ______________ Tanggal:
Nama Peneliti :
Tanda Tangan : ______________ Tanggal:
xxiii
Lampiran 3
Instrumen Penelitian
Kuesioner Epidemiologi Kejadian Leptospirosis Pada Saat Banjir Di Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat
xxiv
untuk mimum?
a. Pernah b. Tidak pernah
7. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari pernah menggunakan air banjir/sungai
untuk bermain atau berenang ?
a. Pernah b. Tidak pernah
C. Keberadaan tikus
1. Apakah di dalam rumah atau di luar rumah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari pernah
ditemukan ciri-ciri keberadaan tikus dibawah ini? (Jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Kotoran tikus
b. Suara tikus
c. Bau kotoran tikus atau bau tikus
d. Adanya tikus hidup/mati di dalam maupun luar rumah
e. Ada bekas makanan yang digigit tikus
f. Ada lubang didalam maupun luar rumah lubang misalnya dipojok pintu atau
diatas plafon dan sebagainya
g. Ada bercak atau bekas urin tikus
h. Ada tanda kehitaman di tembok atau perkakas rumah
i. Lain-lain, sebutkan.................
j. Tidak ada semua
D. Keberadaan sampah dan Tatanan Rumah
1. Dimana Bapak/Ibu/Saudara/Saudari membuang sampah sehari-hari
a. Di dalam rumah
b. Di halaman rumah
c. Di sungai
d. Di TPA di sekitar rumah
e. Di ambil petugas
2. Bagaimana tempat pembuangan sampah anda?
a. Tertutup dan sampah secara rutin di buang
b. Tertutup dan sampah jarang dibuang
c. Terbuka dan sampah sering tidak di buang
d. Terbuka dan secara rutin di buang
3. Apakah didalam maupun di luar rumah ibu terdapat tumpukan barang-barang
xxv
yang masih bisa di pakai maupun yang tidak dipakai?
a. Ada b. Tidak ada
4. Bagaimana anda menata barang-barang atau perabotan di rumah anda?
a. Menata dengan rapi
b. Berantakan
E. Selokan/ Sarana Pembuangan Air Limbah
1. Apakah selokan/ Sarana Pembuangan Air Limbah di rumah atau
dilingkungan rumah anda dapat mengalirkan air limbah dengan lancar?
a. Iya b. Tidak
2. Bagaimana kondisi selokan/ Sarana Pembuangan Air Limbah di rumah atau
dilingkungan rumah anda?
a. Terbuka
b. Tertutup
3. Apakah selokan/ Sarana pembuangan air limbah di rumah atau di lingkungan
rumah anda terdapat sampah?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda pernah menjumpai tikus di selokan/ Sarana pembuangan air
limbah di rumah atau di lingkungan rumah anda?
a. Ya b. Tidak
F. Upaya Pencegahan
1. Apakah pada saat banjir Bapak/Ibu/Saudara/Saudari selalu menggunakan
sepatu boot atau alas kaki tahan air ?
b. Ya b. Tidak
2. Setelah kontak dengan genangan air banjir atau lumpur /tanah becek di dalam
maupun di luar rumah, apa yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari lakukan? (jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Langsung mencuci tangan dengan sabun
b. Langsung mencuci kaki dengan sabun
c. Langsung mencuci muka dengan sabun
d. Langsung mandi dengan sabun
e. Tidak melakukan semua kegiatan
3. Dimana Bapak/Ibu/Saudara/Saudari menyimpan makanan? (jawaban boleh
lebih dari satu)
xxvi
a. Di tempat/ wadah yang tertutup
b. Di tempat wadah yang terbuka
c. Di laci/kolong meja
d. Di gantung di dapur
e. Di sembarang tempat
f. Lain-lain, sebutkan.....................
4. Apakah ibu langsung mandi menggunakan air bersih dan menggunakan sabun
setelah membersihkan rumah dari lumpur atau genangan akibat banjir?
a. Iya, langsung mandi
b. Menunggu beberapa jam kemudian untuk mandi
c. Tidak mandi
G. Status pengungsian
1. Apakah pada saat terjadi banjir Bapak/Ibu/Saudara/Saudari mengungsi?
a. Ya b. Tidak
2. Jika ia apakah tempat pengungsian anda bebas dari genangan air, lumpur, dan
tikus?
a. Ya b. Tidak
H. Pengetahuan
1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari tahu tentang pengakit Leptospirosis atau
penyakit kencing tikus?
b. Ya 2. Tidak.
2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, bakteri apa yang menyebabkan timbulnya
penyakit Leptospirosis atau kencing tikus?
a. Bakteri Leptospira
b. Bakteri salmonella
c. Vibrio cholerae
d. E. Coli
e. Tidak tahu
3. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, bagaimana gejala penyakit Leptospirosis
atau kencing tikus? (Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Demam tinggi
b. sakit kepala
xxvii
c. menggigil
d. pegel-pegel pada betis dan kaki / mialgia berat
e. merah pada Conjungtiva/mata
f. kekuningan
g. Tidak tahu
4. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, bagaimana cara bakteri leptospira masuk
ke dalam tubuh? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Melalui makanan yang terinfeksi urin
b. Melalui air yang terkontaminasi
c. Melalui udara
d. Melalui tanah/ lumpur yang terinfeksi
e. Melalui air banjir atau sungai (melalui luka/lecet)
f. Lain-lain, sebutkan.............................
g. Tidak tahu
5. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari hewan apa yang bisa menularkan penyakit
Leptospirosis/kencing tikus?
a. Rodent (tikus), babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing
b. Rodent (tikus), ayam, ular, kambing
c. Rodent (tikus) dan monyet
d. Tidak tahu
6. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kondisi lingkungan yang bagaimana yang
dapat dapat mempengaruhi terjadinya penyakit Leptospirosis/ kencing tikus?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Lingkungan yang bersih
b. lingkungan yang banjir
c. lingkungan yang kondisi selokannya buruk
d. lingkungan yang tatanan rumahnya berantakan
e. lingkungan yang tatanan rumahnya rapi
f. tidak tahu
7. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari apakah penyakit Leptospirosis dapat di
cegah?
a. Iya b. Tidak
8. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bagaimana cara pencegahan penyakit
xxviii
Leptospirosis atau kencing tikus? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Membersihkan sarang tikus
b. Membersihkan sampah
c. Tidak menggunakan air banjir/sungai untuk mandi, memasak, minum,
mencuci dan bermain
d. Menggunakan sarung tangan, sepatu boot ketika ingin membersihkan
rumah atau kontak dengan air genangan banjir/lumpur sisa banjir.
e. Mandi, mencuci tangan, mencuci kaki dengan air bersih dan sabun setelah
kontak dengan air banjir/sungai/ lumpur dan hewan peliaraan.
f. Menata rumah dengan rapi
g. Membersihkan selokan
h. Menutup lubang-lubang yang bisa digunakan untuk tempat tinggal tikus
i. Menutup makanan
j. Memakai celana panjang
k. Memakai baju panjang
l. Lain-lain, sebutkan...........................
m. Tidak tahu
9. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bagaimana cara pengobatan bila
terinfeksi penyakit Leptospirosis atau kencing tikus?
a. Memberikan antibiotik seperti Penicilin
b. Memberikan albendazol
c. Lain-lain.......
d. Tidak tahu
xxix
Lampiran 4
Pedoman Wawancara
1. Apa yang membuat rumah atau lingkungan anda masih terdapat sampah, tumpukan
barang dan kondisi selokan yang buruk yang bisa mendukung keberadaan tikus?
2. Apakah yang membuat anda tidak melakukan upaya pencegahan terhadap kejadian
Leptospirosis?
Lembar Observasi
xxx
Lampiran 5
Pertanyaan No Jawaban
Apa yang membuat rumah 1 hmmmm.. kalau disini mah bersih ya mba...
atau lingkungan anda masih sampah-sampah mah diangkut setiap hari.. Cuma ya
terdapat sampah, tumpukan itu dibelakang rumah ada kali mba..adap
barang dan kondisi selokan embuangan sampah.. jadi ya gitu kelihatannya
yang buruk? kotor(YTM, KKA).
2 ngga sih mba.. kalau dirumah bersih..sampahnya
juga dibuang terus.. itu mungkin mba.. diatas itu
kan kayak gudang mba.. barang-barang yang ngga
kepake ditaruh situ.. ia kalau lagi banjir kita pindah
ke atas bikin tenda di atas.. kalau selokan
dibelakang mba tertutup (SP, RB).
3 ia disamping rumah itu ada kayak gudang bu..
barangnya disimpan disitu.. kalau sampah didalam
rumah rapi bu.. klo diluar kayak ntu bu.. berantakan
jarang diambil petugas.. klo banjir mah bu...
sampah-sampahnya yang ada di kali pada naek
(ST, Kpk).
4 ya gitu.. sampah disini kayak gitu.. dibuangnya
ditaruh plasitik aja.. kalau petugasnya ngambilnya
cepet ya ngga berantakan.. tapi petugasnya sering
telat jadi numpuk kayak gitu.. di samping itu kan
kali gede mba.. sampahnya banyak itu... klo selokan
ya kayak itu di depan.. dibelakang juga ada.. bersih
kok.. kalinya itu mungkin mba.. (AD, KKA)
5 Hehenhee... ini mah bukan rumah neng-neng..
rumah tu noh gedong kayak punya orang-orang..
kalau ini rumah-rumahan ya.. hehehehe... ya kayak
gini keadaannya neng.. orang rumahnya kecil..
xxxi
rumah maen-maenan neng.. ya begitu barang-
barangnya.. bingung neng gimana natanya.. diatas
ada juga neng cuma ya sama kaya gini.. hehehe
bukan rumah ini mah neng.. selokannya ya di kali
belakang.. gitulah lihat aja neng (NZ, KPK).
6 adalah neng.. masak sampah ngga ada.. tu depan
kali neng.. disini bersih tapi sampahnya masih turun
ke got.. barang-barangnya ditata begitu aja.. ia
rumahnya kecil.. padet disini mah neng.. anaknya
lima.. Cuma ruangan ini sma diatas.. diatas itu
gudangnya bapak.. alat-alat kerjanya bapak ditaruh
disitu.. lihat aja neng.. kadang si kakak juga tidur
disitu.. jemuran bajunya juga disitu soalnya ngga
ada tempat lagi buat jemur.. samping rumah uda
rumah orang.. heeeheee.. kalau banjir kita numpuk
diatas semua neng..(MM, KKA).
7 Sampah kurang baik.. pengangkutannya kurang..
petugasnya kadang ngga datang.. ngga ada selokan
disini.. kalau banjir air yang dikali naik.. jadi airnya
ya kayak air got..rumahnya kecil.. barangnya gitu-
gitu aja. (NA, KKA).
8 Heehhehehe mbak.. mba.. ya gitu barang-
barangnya.. rumahnya sempit mba.. ada lantai 2
juga. Suma banyak tumpukan barang juga.. kalau
banjirkan kita tidurnya diatas mba.. jadi barang-
barangnya banyak diatas mba.. tikus pastilah ada
ya mba.. tempatnya tu diatas (MS, KPK)
9 Keadaan di wilayah sini begini.. kesadaran
masyarakat kurang.. kita bersih mereka ngga kan
sama aja sampahnya ke kita juga.. selokan itu
disamping rumah ngga ngalir... rumahnya sempit
jadi barangnya begitu.. (MT, RB)
xxxii
Apakah yang membuat anda 1 Ngga.. saya ngga pake sepatu pas banjir.. percuma
tidak melakukan upaya aja pake sapatu.. banjirnya diatas lutut tingginya
pencegaham terhadap kalau bajirnya dikit-dikit itu baru pake sepatu.. klo
kejadian Leptospirosis, cuci kaki abis dari banjir kalau mau naek rumah itu
misalnya tidak memakai cuci kaki..(YTM, KKA).
sepatu boot pada saat banjir, 2 Saya pas banjir kan sekolah ya mba.. sepatu saya
tidak mencuci kaki, tangan saya lepas.. soalnya kan banjirnya diatas lutut
atau mandi setelah kontak mba.. heheee kalau ada sepatu yang sampai badan
dengan air/lumpur akibat saya mau mba.. hehehhe (SP, RB)
banjir? adakah keinginan 3 Pengen pakenya.. biar ngga becek kan.. banjirnya
anda untuk melakukan upaya gede.. kadang sampe pinggang.. mandi kalau uda
tersebut? sore.. kalau lewat aja dicuci aja.. ntar kalau mandi
lewat lagi kotor lagi (ST, KPK).
4 Ada sih itu sepatu bootnya cuma ngga di pakai pas
banjir.. banjirnya aja sampai dalam rumah.. kadang
sepinggang.. ia mandinya kalau mau tidur.. mau
naik kasur..(AD, KKA)
5 Ngga pake.. main-main aja di luar.. dicuci kakinya
kalau mau masuk rumah.. ngga ngga pakai sabun..
Cuma di cuci aja (NZ, KPK)
6 Kalau ngojek biasanya pakai sendal aja.. ribet
pakai sepatu boot.. banjirnya tinggi ya mau pakai
kalau banjirnya dikit-dikit (MM, KKA)
7 Ngga pakai sepatu.. jalan aja di air banjir.. ntar
kalau sudah sampai rumah baru cuci kaki..
mandinya ntar klo sudah sore (NA, KKA).
xxxiii
Lampiran 6
Hasil Observasi
1. Keberadaan Sampah
1 2 3 4 5
dibuang di tempat tersebut. Dibawah sampah tersebut terdapat selokan yang airnya
dibuang di pekarangan rumah, sampah terlihat tidak teratur dan menumpuk sehingga
ada kemungkinan tikus suka mendatangi tempat tersebut dan datang kerumah
penderita.
pembuangan akhir sampah yang berada disekitar sungai dan tikus sering ditemukan
ditempat tersebut. Bisa dibayangkan kali yang keruh dan penuh sampah tersebut jika
terjadi banjir pasti air yang kotor itu meluap ke rumah warga dan jika air tersebut
xxxiv
2. Tatanan Rumah
1 2 3 4 5
6 7
Barang terlihat menumpuk dan sesak. Diantara lemari satu dan yang lain ada rongga.
menggambarkan penataan perabotan yang tidak rapi. Perabotan terlihat kotor, becek ,
terbuka dan berantakan sehingga kemungkinan sering dilewati tikus dan bila tikus
yang lewat mengandung bakteri leptospira maka ditakutkan bila perabotan tersebut
digunakan untuk wadah makanan maka bakteri itu akan mudah masuk kedalam tubuh.
bekerja. Karena penderita bekerja sebagai jasa service maka banyak barang-barang
menumpuk, disitu juga dijadikian sebagai tempat menjemur. Sangat sedikit cahaya
yang masuk sehingga ruangan tersebut terlihat kotor dan sumpek. Pada saat banjir
ruangan tersebut dijadikan sebagai tempat tidur oleh semua orang yang ada dirumah
xxxv
penderita. Sehingga ada kemungkinan orang yang ada dirumah tersebut lebih dekat
3. Kondisi Selokan
disekitar rumah reponden. Berikut adalah gambar dan masing-masing penjelasan dari
gambar tersebut:
1 2 3 4 5
terbuka, bayak sampah, air pada selokan tersebut tidak mengalir dan berwarna hitam.
kondisi seperti ini yang disenangi tikus. gambar nomor 4 sebenarnya didalam lubang
terdapat tikus akan tetapi saat difoto tikus tersebut lari. Gambar 3 menggambarkan
jenis selokan yang terhubung kerumah melalui pipa terbuka sehingga mumudahkan
sekitar rumah penderita. Kondisi kali sangat kotor, air tidak mengalir, berwarna
hitam, dan banyak sampah. Menurut warga tikus banyak ditemukan di kali/sampah
tersebut.
4. Keberadaan Tikus
xxxvi
1 2 3 4
sama lain. Gambar tersebut menceritakan bagaimana keadaan lantai 2 rumah salah
barang, disitu juga dipakai untuk menjemur baju dan terkadang untuk tidur. Dan
ternyata peneliti menemukan kotoran tikus di lantai dan dikarpet yang digunakan
xxxvii
Lampiran 7
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.217 .950 43
Item Statistics
xxxviii
D1 dimana
bapak/Ibu/saudara/saudari
3.25 .683 16
membuang sampah sehari-
hari?
D2 Apakah di dalam maupun
di luar rumah ibu terdapat
1.50 .516 16
tumpukan barang-barang
yang
D3 Bagaimana tempat
1.94 .854 16
pembuangan sampah anda?
E1 apakah selokan/ sarana
pembuangan air limbah di
1.44 .512 16
rumah atau di lingkungan
ruma
E2 bagaimana kondisi
selokan/ sarana
1.38 .500 16
pembuangan air limbah di
rumah atau di ling
E3 apakah selokan/ sarana
pembuangan air limbah di
1.50 .516 16
rumah atau di lingkungan
ruma
E4 apakah anda pernah
menjumpai tikus di selokan/
1.44 .512 16
sarana pembuangan air
limbah d
F1 apakah pada saat banjir
bapak/Ibu/saudara/saudari
1.56 .512 16
selalu menggunakan sepatu
b
F2 pada saat memegang
hewan peliharaan, apakah
1.50 .516 16
bapak/Ibu/saudara/saudari
menggun
f3 setelah kontak dengan
genangan air banjir atau
1.44 .512 16
lumpur/ tanah becek di
dalam m
f4 dimana
Bapak/Ibu/saudara/saudari
1.38 .500 16
menyimpan makanan?
jawaban boleh dari satu
F5 apakah ibu langsung
mandi menggunakan air
1.50 .516 16
bersih dan menggunakan
sabun setela
G1 Apakah pada saat terjadi
banjir
1.44 .512 16
Banjir/Ibu/saudara/saudari
mengungsi?
G2 Jika ia apakah tepat
pengungsian anda bebas
1.44 .512 16
dari ganangan air, lumpur
atau ti
H1 Apakah
Bapak/Ibu/saudara/saudari
1.31 .479 16
tahu tentang penyakit
Leptospirosis atau pen
H2 Menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari,
2.88 1.746 16
bakteri apa yang
menyebabkan timbulnya pen
xxxix
H3 menurut
bapak/Ibu/saudara/saudari,
1.56 .512 16
bagaimana cara bakteri
leptospira masuk ke
H4 Menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari
1.38 .500 16
hewan apa yang bisa
menularkan penyakit lep
H5menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari
1.56 .629 16
kondisi lingkungan yang
bagaimana yang dapat
H6 menurut
bapak/Ibu/saudara/saudari
1.31 .479 16
apakah penyakit
Leptospirosis dapat di cega
H7a membersihkan sarang
1.38 .500 16
tikus
H7b membersihkan smpah 1.44 .512 16
H7c tidak menggunakan air
banjir/ sungai untuk mandi, 1.62 .500 16
masak, minum, mencuci dan
H7d menggunakan sarung
tangan atau sepatu boot
1.56 .512 16
ketika ingin membersihkan
rumah a
H7e mandi, mencuci tangan,
mencuci kaki dengan air
1.44 .512 16
bersih dan sabun setelah
kont
H7f menata rumah dengan
1.75 .447 16
rapi
H7g membersihkan selokan 1.50 .516 16
H7h menutup lubang-lubang
yang bisa di gunakan untuk 1.44 .512 16
tempat tinggal tikus
H7i menutup makanan 1.69 .479 16
H7j memakai celana panjang 1.88 .342 16
H7k memakai baju panjang 1.88 .342 16
H8 menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari
1.19 .403 16
bagaimana cara pengobatan
bila terinfeksi p
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
Nomor Kuisioner 111.12 252.783 .022 . .236
UMUR 88.06 280.596 -.371 . .838
A1apakah
bapak/ibu/saudara/saudari
130.75 285.667 .525 . .193
pernah mempunyai luka lecet
atau luka terbuka
B1 pada saat banjir,
biasanya dari mana
129.88 289.717 .253 . .205
bapak/ibu/saudara/saudari
mendapatkan ai
xl
B2 menurut
bapak/ibu/saudara/saudari,
131.00 284.000 .587 . .188
apakah air bersih yang
tersedia cukup untu
B3 Apakah
bapak/ibu/saudara/saudari,
130.69 290.762 .225 . .208
pernah menggunakan air
genangan banjir/sung
B4 Apakah
Bapak/Ibu/saudara/saudari,
131.00 290.667 .198 . .208
pernah menggunakan air
genangan banjir/sung
B5 Apakah
Bapak/Ibu/saudara/saudari,
130.69 289.029 .340 . .203
pernah menggunakan air
genangan banjir/sung
B6 Apakah
Bapak/Ibu/saudara/saudari,
130.88 292.917 .069 . .214
pernah menggunakan air
genangan banjir/sung
B7 Apakah
Bapak/Ibu/saudara/saudari,
130.75 289.400 .293 . .204
pernah menggunakan air
genangan banjir/sung
C1 apakah di dalam rumah
atau di luar rumah
131.00 286.267 .454 . .195
Bapak/Ibu/saudara/saudari
pernah dit
D1 dimana
bapak/Ibu/saudara/saudari
129.19 290.829 .133 . .209
membuang sampah sehari-
hari?
D2 Apakah di dalam maupun
di luar rumah ibu terdapat
130.94 288.062 .346 . .200
tumpukan barang-barang
yang
D3 Bagaimana tempat
130.50 292.800 .030 . .215
pembuangan sampah anda?
E1 apakah selokan/ sarana
pembuangan air limbah di
131.00 283.733 .603 . .188
rumah atau di lingkungan
ruma
E2 bagaimana kondisi
selokan/ sarana
131.06 285.129 .534 . .192
pembuangan air limbah di
rumah atau di ling
E3 apakah selokan/ sarana
pembuangan air limbah di
130.94 288.196 .338 . .201
rumah atau di lingkungan
ruma
E4 apakah anda pernah
menjumpai tikus di selokan/
131.00 285.067 .524 . .191
sarana pembuangan air
limbah d
F1 apakah pada saat banjir
bapak/Ibu/saudara/saudari
130.88 285.850 .478 . .194
selalu menggunakan sepatu
b
F2 pada saat memegang
hewan peliharaan, apakah
130.94 285.129 .516 . .192
bapak/Ibu/saudara/saudari
menggun
xli
f3 setelah kontak dengan
genangan air banjir atau
131.00 285.200 .516 . .192
lumpur/ tanah becek di dalam
m
f4 dimana
Bapak/Ibu/saudara/saudari
131.06 283.929 .606 . .188
menyimpan makanan?
jawaban boleh dari satu
F5 apakah ibu langsung
mandi menggunakan air
130.94 285.129 .516 . .192
bersih dan menggunakan
sabun setela
G1 Apakah pada saat terjadi
banjir
131.00 286.267 .454 . .195
Banjir/Ibu/saudara/saudari
mengungsi?
G2 Jika ia apakah tepat
pengungsian anda bebas
131.00 284.000 .587 . .188
dari ganangan air, lumpur
atau ti
H1 Apakah
Bapak/Ibu/saudara/saudari
131.12 283.983 .631 . .188
tahu tentang penyakit
Leptospirosis atau pen
H2 Menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari,
129.56 289.862 .025 . .215
bakteri apa yang
menyebabkan timbulnya pen
H3 menurut
bapak/Ibu/saudara/saudari,
130.88 286.117 .463 . .195
bagaimana cara bakteri
leptospira masuk ke
H4 Menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari
131.06 283.929 .606 . .188
hewan apa yang bisa
menularkan penyakit lep
H5menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari
130.88 283.450 .498 . .187
kondisi lingkungan yang
bagaimana yang dapat
H6 menurut
bapak/Ibu/saudara/saudari
131.12 283.983 .631 . .188
apakah penyakit
Leptospirosis dapat di cega
H7a membersihkan sarang
131.06 284.996 .542 . .191
tikus
H7b membersihkan smpah 131.00 281.067 .761 . .180
H7c tidak menggunakan air
banjir/ sungai untuk mandi, 130.81 290.562 .210 . .207
masak, minum, mencuci dan
H7d menggunakan sarung
tangan atau sepatu boot
130.88 285.850 .478 . .194
ketika ingin membersihkan
rumah a
H7e mandi, mencuci tangan,
mencuci kaki dengan air
131.00 282.000 .705 . .182
bersih dan sabun setelah
kont
H7f menata rumah dengan
130.69 285.696 .562 . .193
rapi
H7g membersihkan selokan 130.94 287.929 .354 . .200
xlii
H7h menutup lubang-lubang
yang bisa di gunakan untuk 131.00 281.067 .761 . .180
tempat tinggal tikus
H7i menutup makanan 130.75 289.400 .293 . .204
H7j memakai celana panjang 130.56 291.329 .253 . .209
H7k memakai baju panjang 130.56 291.329 .253 . .209
H8 menurut
Bapak/Ibu/saudara/saudari
131.25 298.600 -.313 . .229
bagaimana cara pengobatan
bila terinfeksi p
xliii