Professional Documents
Culture Documents
Hal-hal yang berkaitan dengan implementasi rekayasa ulang dari proses bisnis adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi proses
Hal-hal yang perlu tercantum pada peta proses adalah sebagai berikut :
Waktu tunda dari masing-masing aktivitas
Ketergantungan dari aktivitas
Siapa yang bertanggung jawab pada aktivitas
Permasalahan dari masing-masing aktivitas
Nilai tambah dari masing-masing proses, atau yang berkaitan dengan biaya yang dihasilkandari
masing-masing aktivitas
2. Pemahaman proses
Setelah mengidentifikasi proses yang ada dalam perusahaan perlu adanya perhatian pada
pemahaman proses pemenuhan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu pelanggan tidak perlu dianalisa
pada proses yang telah ada. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya rekayasa ulang dari proses bisnis
harus dimulai dari komitmen maka diperlukan pernyataan yang memberikan alasan mengapa rekayasa
ulang dilaksanakan secara singkat dan persuasif.
Sejarah mencatat bahwa tidak semua rekayasa ulang perusahaan berhasil baik, bisa juga gagal.
Michael Hammer dan James Champy dalam bukunya Reengineering The Corporation: A Manifesto
For Business Revolution terbitan Gramedia mendaftar berbagai alasan mengapa banyak perusahaan
gagal dalam melakukan rekasaya ulang bisnis prosesnya, yaitu:
Mencoba memperbaiki proses bukan merubahnya.
Tidak menitikberatkan pada proses-proses bisnis.
Mengabaikan semua hal kecuali perancangan ulang proses.
Menolak nilai-nila dan keyakinan-keyakinan orang
Puas memperoleh hasil-hasil kecil.
Begitu cepat menyerah.
Terlebih dulu menetapkan batasan-batasan definisi masalah dan jangkauan usaha rekayasa ulang.
Memungkinkan budaya-budaya dan sikap manajemen yang ada untuk mencegah rekayasa ulang dari
awal mulanya.
Berusaha melaksanakan rekayasa ulang dari bawah ke atas.
Menunjuk seseorang yang tidak mengerti rekayasa ulang untuk memimpin upaya tersebut.
Setengah-setengah dalam menyediakan sumber daya untuk rekayasa ulang.
Mengukur rekayasa ulang ditengah agenda perusahaan.
Menghambur-hamburkan energi untuk sejumlah besar proyek rekayasa ulang. 14. Mengusahakan
rekayasa ulang saat CEO kurang dua tahun lagi pension.
Gagal membedakan antara rekayasa ulang dengan program-program peningkatan bisnis lain.
Secara ekslusif berkonsentrasi pada perancangan.
Berusaha melakukan rekayasa ulang tanpa menyakiti hati siapapun.
Mundur jika orang-orang menolak melakukan rekayasa ulang.
Mengulur-ulur rekayasa ulang.
Seluruh sumber kegagalan tersebut memang sungguh kontras dengan definisi dari rekayasa
ulang bisnis proses. Ada beberapa kata kunci didalam definisi rekayasa ulang bisnis proses tersebut,
yaitu fundamental, radikal, dramatis. Kata fundamental berarti mendasar sehingga berbagai alasan
kegagalan seperti daftar diatas banyak yang disebabkan karena rekayasa ulang tidak dilakukan secara
mendasar.Kata radikal berarti dilakukan cepat dan mengabaikan banyak pertimbangan yang biasanya
pertimbangan tersebut adalah kekawatiran, dan keinginan untuk tidak rock the boat. Dramatis
menjelaskan bahwa hasil yang dicapai jauh berbeda dibandingkan dengan perbaikan-perbaikan biasa.
Pendapat lain mengatakan, Terdapat beberapa sebab atau upaya rekayasa ulang dapat gagal. Berikut
adalah berbagai perangkap yang harus dihindari :
Penggunaan yang tidak tepat
Kurangnya visi
Tim rekayasa ulang yang tidak efektif
Pemberdayaan yang tidak tepat
Rasionalisasi proses
Mengandalkan semata-mata pada teknologi informasi
Menggunakan batasan geografis dan organisasional untuk mengatasi perubahan
Gagal memahami proses rekayasa ulang dan implementasinya
Tom Watson mengatakan, Jika Anda ingin menjadi perusahaan yang terbaik, Anda harus mulai
bertindak seperti perusahaan yang terbaik sekarang juga. Berikut adalah beberapa pedoman untuk
sukses dalam rekayasa ulang sehingga dapat berhasil :
Berpikir secara luas, berani, dan terbuka.
Memandang proses di seluruh organisasi.
Menantang semua doktrin dan proses tradisional dan menciptakan yang baru.
Menetapkan hasil yang diinginkan. Organisasikan segala upaya Anda dengan memandang
setiap hasil yang diinginkan sebagai suatu proses yang kontinyu ketimbang menganalisis tiap
departemen, fungsi, atau tugas.
Menghubungkan berbagai aktivitas dalam proses yang bersamaan, bukan dalam tugas yang
berurut. Pastikan setiap aktivitas dilakukan dalam tata cara yang wajar.
Memandang setiap lokasi organisasi sebagai suatu kesatuan tunggal; menggabungkan semua
lokasi secara logis menurut cara yang sama dalam menjalankan bisnis.
Berdayakan karyawan untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan pelanggan dan proses
yang mereka hadapi.
Pusatkan perhatian pada nilai yang berasal dari setiap proses (kontribusi proses pada nilai
pemegang saham dan keunggulan kompetitif), bukan pada tugas perorangan yang membentuk proses
tersebut.
Pergunakan teknologi untuk memungkinkan suatu proses, untuk mengharmoniskan pekerjaan
serta untuk meningkatkan nilai dan kinerja.
Bertindaklah pada keputusan dan masalah yang sulit. Atasilah hal-hal yang sulit itu.
Ciptakan tim lintas fungsi yang terdiri dari orang-orang dari tingkat yang tepat da mempunyai
ketrampilan yang sesuai. Gunakan sumber daya eksternal seperti konsultan.
Realistislah terhadap besarnya upaya. Rekayasa ulang itu sulit, radikal, dan sangat berarti.
Jenis-Jenis Perubahan
Tujuan dari perubahan adalah mempertahankan kehidupan. Berubah juga dapat diartikan sebagai
adaptasi, menyesuaikan diri, dan menjadi lebih berdaya untuk mempertahankan dan meneruskan
kehidupan.
Teknologi informasi dapat mendukung berbagai tingkatan perubahan dalam perusahaan. Empat
macam perubahan struktural organisasi yang disebabkan oleh teknolog informasi ialah:
1. Otomatisasi
Adalah Bentuk paling umum dari perubahan organisasional yang dimungkinkan oleh teknolog
informasi. Penerapan pertama dari teknologi informasi antara lain adalah membantu para karyawan
melakukan tugas-tugas mereka secara lebih efisien dan efektif.
2. Rasionalisasi,
Adalah Bentuk perubahan organisasional yang lebih mendalam yang langsung mengikut otomatisasi
awal. Rasionalisasi prosedur adalah pemangkasan prosedur-prosedur operasional standar.
3. Rekayasa ulang,
Bentuk perubahan organisasional yang lebih kuat adalah rekayasa ulang proses bisnis,yang melalui
nya, proses-proses bisnis dianalisis, disederhanakan, dan dirancang ulang. Rekayasa ulang bisnis
menata ulang aliran-aliran kerja, menggabungkan langkah-langkah untuk mengurangi limbah dan
mengeliminasi tugas-tugas yang banyak menggunakan kertas dan sifatnya repetitive (kadang-kadang
rancangan yang baru juga menghilangkan beberapa pekerjaan).
4. Pergeseran paradigma setiapnya membawa imbalan dan resiko yang berbeda-beda.
pergeseran paradigm adalah Perubahan bisnis yang lebih yang lebih radikal.
Selain itu jenis jenis perubahan juga terbagi dua. Perubahan operasional adalah perubahan-
perubahan kecil bersifat parsial dan tidak menimbulkan dampak luar biasa bagi divisi dan unit-unit
lainnya dalam perusahaan. Misalnya perubahan kemasan produk, perubahan seragam karyawan dan
lain-lain.
Perubahan strategis adalah perubahan yang berdampak luas dan memerlukan koordinasi dan
dukungan dari semua komponen perusahaan. Jenis perubahan strategis yaitu diantaranya: perubahan
budaya dan nilai-nilai dasar perusahaan, perubahan arah/fokus bisnis, perubahan cara kerja.
Dalam perubahan strategis ada perubahan visi kepemimpinan yang memerlukan perubahan
empat komponen utama (McCann, 1991), yaitu:
teknologi,
produk atau jasa,
strategi serta struktur,
budaya perusahaan.
Perubahan strategis diperlukan karena adanya perubahan lingkungan eksternal, termasuk
lingkungan internasional yang harus diantisipasi untuk memenangkan persaingan pasar yang
kompetitif.
Perubahan teknologi berarti perubahan proses produksi, keterampilan, basis pengetahuan, agar
produksi lebih efisien dan produk lebih cepat dihasilkan dalam volume besar. Tetapi, bisa juga
dihasilkan produk baru untuk pasar yang benar-benar berbeda. Ini bisa diikuti dengan perubahan
domain administrasi, sistem penggajian, struktur, dan nilai-nilai korporat. Singkatnya, dalam perubahan
strategis, Anda tidak bisa mengisolir perubahan pada satu komponen saja. Satu komponen diubah maka
semua aspek akan ikut berubah.
Dengan demikian jelas bahwa ada perubahan yang sifatnya mendasar, dan ada pula sekedar
tampak dari luar. Perubahan strategis harus tampak secara kasat mata dalam perubahan operasional.
Namun, belum tentu seseorang melakukan perubahan operasional berhasil meyentuh aspek
strategisnya. Perubahan strategis membutuhkan konsep dan seni yang kuat dan dilakukan secara
bertahap. Perubahan ini akhirnya akan tampak pada sikap manusia yang menjalankannya, bukan pada
benda-benda yang mudah diganti.
PERUBAHAN PERUBAHAN
INKREMENTAL RADIKAL
Untuk keseimbangan Mengubah Paradigma
Umum Organisasi dan mendasar
Mengubah Transformasi
Bagian Kecil Seluruhnya
Melaui Struktur & Proses Melalui Penciptaan Struktur
Manajemen Biasa & Manajemen Baru
Perbaikan / Penyempurnaan Terobosan (Breakthrough)
Teknologi Teknologi
Penemuan Produk Baru
Perbaikan Produk
Atau Pasar Baru
Sumber : Alan D. Meyer, James B. Goes dan Geoffrey R Brooks, Organization in Disequilibirium:
Environmental Jolts and Industry Revolution, dalam George Huber dan William H., Glick
eds. Organizational Change and Redesign.
PEMBAHARUAN PERUSAHAAN
Marilah kita kembali ke dataran Mikro, yaitu perubahan yang terjadi dalam unit
usaha. Menurut Platt (1998) perubahan strategis suatu perusahaan dilakukan dalam 3
kategori, yaitu: transformasi manajemen, manajemen turnaround, dan manajemen krisis.
a. Transformasi Manajemen.
Biasanya dilakukan oleh perusahaan yang sehat yaitu perusahaan yang menangkap
adanya signal yang kurang menguntungkan. Pada saat seperti ini, perusahaan mengajukan
dua pertanyaan, yaitu:
Hal hal yang tidak patut apa yang telah dilakukan?
Hal-hal apa yang mampu membuat kita menjadi lebih baik?
Pada Sigmoid Curve (gambar pada halaman 7), transformasi dilakukan ketika perusahaan
sedang berada di titik A. Tujuannya agar perusahaan bisa bergerak mulus menuju ek titik C
mengikuti alur kurva pertama, atau pindah ke kurva kedua (titik C1). Transformasi perlu
dilakukan untuk mencegah agar jangan sampai perusahaan bergerak alamiah menuju titik
B1 atau B yang artinya menuju kemunduran.
b. Manajemen Turnaround.
Hal ini biasanya dilakukan bila perusahaan menghadapi masalah yang pelik dan melibatkan
pihak-pihak yang lebih luas. Namun, pada tahapan ini, perusahaan masih mempunyai
sumber daya (pada sisi aset) dan tersedia waktu untuk melakukan manuver perbaikan.
Misalnya, perusahaan masih bisa memperbaiki kinerja karena masih memiliki produk
unggulan, reputasi baik dan ada aset yang kurang produktif sebagai contoh, perubahan
bentuk turnaround yang dilakukan oleh Abdul gani sebagi direktur utama garuda Indonesia
(1998). Latar belakang masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut;
Masalah Keuangan:
Kegiatan bisnis yang merugi.
Cashflow operasi yang negatif.
Kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo sebesar $ 1,8 juta.
Net worth negatif $ 234 juta.
Sistem Informasi Manajemen yang tidak dapat dikendalikan.
Masalah Operasional
Rute-rute yang diterbangi sebagian besar tidak menguntungkan.
Terlalu banyak jenis pesawat
Utilisasi pesawat rendah
Ketepatan waktu buruk, yield rendah.
Masalah Manajemen
Manajemen tidak solid dan tidak efektif
Budaya perusahaan tidak mendukung strategi (tidak fit dengan kebutuhan).
Produktivitas rendah.
c. Manajemen Krisis.
Biasanya dilakukan kalau perusahaan sudah memasuki masa krisis, yaitu saat perusahaan mulai
kehabisan darah (cashflow) dan energi (reputasi, motivasi). Pada titik ini perusahaan mulai tampak sulit
memenuhi kewajiban-kewajiban pembayaran jangka pendek yang jatuh tempo, mulai dari tagihan para
pemasok bahan baku, kredit jangka pendek, sampai gaji karyawan. Pada tahap ini perusahaan sudah
benar-benar berada pada posisi berbahaya dan eksistensinya diragukan. Berikut ciri-ciri perusahaan
yang berada dalam krisis:
Keadaan fisik : Tak terurus,, lampu redup, toilet kotor, seragam petugas lama
tak terganti, mobil tua, pabrik bekerja dibawah titik optimal.
SDM : Malas, datang dan pilang seenaknya, pemimpin jarang hadir,
banyak yang terlihat tidak bekerja dan kongko-kongko.
Tenaga yang bagus-bagus sudah keluar.
Produk andalah : Hampir tidak ada, hanya menyelesaikan yang sudah ada saja.
Banyak retur dan defect
Konflik : Hampir setiap hari terdengar, perasaan resah dimana-mana.
Energi : Hampir tidak ada.
Demo Karyawan : Tinggi, rasa takut kena PHK.
Proses hukum : Meningkat, datang dari mana-mana.
Bag. Keuangan : Hidup dalam suasana stres. Dikejar-kejar tagihan yang tak
terbayar dan oleh debt collector.
Pada Sigmoid Curve, titik ini berada pada B, dimana orang yang tersisa besar kemungkinan
adalah orang-orang lama yang kurang produktif dan perusahaan nyaris tak punya apa-apa lagi.
Ketiga strategi ini menunjukkan keterkaitannya satu sama lain. Pada saat perusahaan telah
memasuki tahap berbahaya, yaitu tahap B, mustahil melakukan turnaround. Pada tahap ini eksekutif
harus menerapkan Manajemen Krisi terlebih dahulu berupa langkah-langkah penyelamatan strategis.
Langkah ini dalam bisnis sering disebut dengan istilah stop the bleeding atau hentikan pendarahan.
Darah adalah penyambung nyawa yang sangat vital, wujudnya dapat berupa cash flow, nama baik, dan
kepercayaan semua pihak.
Kalau titik B berhasil diatasi, pemimpin baru dapat melakukan langkah-
langkah turnaround seperti perbaikan modal kerja, kualitas produk, restrukturisasi utang dan
sebagainya.
Sebaliknya, perusahaan yang mengalami berbagi persoalan, begitu mencatat angka kerugian
(sekecil apapun), atau bahkan mengalami penurunan pendapatan, sebaiknya segera mengambil
langkah-langkah turnaround. Perusahaan tidak dapat dikelola dengan cara-cara yang biasa (business as
usual) atau melanjutkan cara-cara kerja normal di masa lalu. Manajer harus melakukan terobosan-
terobosan strategis sebelum perusahaan memasuki tahapan krisis. Kesalahan terbesar seorang
eksekutif biasanya dimulai dengan menyepelekan tanda-tanda kemunduran dengan hanya melakukan
perubahan operasional belaka. Perubahan operasional saja tentu tidak akan mampu menghasilkan
kemajuan-kemajuan strategis.
PERUBAHAN ANTISIPATIF, REAKTIF, DAN KRISIS
Selain jenis-jenis perubahan diatas, Black & Gregersen (2002) membagi strategi perubahan
dalam tiga kategori, yaitu:
1. Perubahan antisipatif, yaitu perubahan sebelum segala sesuatu terjadi yang biasa digunakan oleh
pemimpin pasar untuk mendikte dan menguasai pasar.
2. Perubahan reaktif adalah perubahan yang paling sering digunakan perusahaan sebagai reaksi atas setiap
kejadian dan merespons setiap hal yang baru terjadi. Namun terkadang kita menunggu tanda-tanda /
signal perubahan menjadi sesuatu yang lebih intens (sering/banyak) sehingga kita merasa jelas dan baru
kemudian bertindak. Maka akan menjadi aneh bila sesuatu telah jelas terjadi namun kita tidak bereaksi
sama sekali. Untuk itu reactive change selalu dibutuhkan.
3. Perubahan krisis, dimana sesuatu yang rutin menjadi kacau, tidak ada keteraturan dan koordinasi.
Orang yang jernih dan berani akan tampil mengambil kesempatan dan peluang yang tercipta dari
adanya krisis, memimpin dan mengembalikan krisis pada keteraturan. Perubahan dalam krisis
membutuhkan biaya besar dan energi yang sangat besar.
Daftar Pustaka