You are on page 1of 24

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan
trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena
dehidrasi.
(Rustam Mochtar,1998)
Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada 60% sampai 80% wanita
hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan
HCG dalam serum.Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena
system saraf pusat atau pengosongan lambung yang kurang.Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini,meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat
dapat berlangsung sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan
umumnya menjadi buruk.Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.1 sampai 200
atau 1 sampai 300 membutuhkan terapi hidrasi parental..

B. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan karena toksik,juga tidak ditemukan kelainan secara kimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan sumsum saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitaminserta zat-zat lainakibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh beberapa penulis
sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigrafida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor hormon memegang peranan, karena
pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
4. faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
5. zat Fe: efek samping Fe bisa menyebabkan mual atau muntah.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)

C. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogrn, yang terjadi pada
trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal mungkin berasaldari
sistm saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad hamil muda,
bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung
spastik dengan gejala tak suka maka dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
lebih berat.
Hiepremesis gravidarum ini dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidrosi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan
cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida air kemih.Selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal
ini menyebabkan jumah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunnya zat metabolic yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih
banyak,dapat merusak hati dan terjadinya lingkaran setan yang sulit dipatahkan.Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lender esophagus dan lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akibat perdarahan GI.Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.Jarang sampai diperlukan
transfuse atau tindakan operatif.

D. MANIFESTASI KLINIS
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi dalam 3 tingkat:
Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
Ibu merasa lemah,
Nafsu makan tidak ada,
Berat badan menurun dan
Merasa nyeri pada epigastrium
Nadi meningkat sekitar 100 permenit,
Tekanan darah sistolik menurun,
Turgor kulit mengurang,
Lidah mengering
Mata cekung.
Tingkatan II :
Penderita tampak lebih lemah dan apatis,
Turgor kulit lebih mengurang,
Lidah mengering dan tampak kotor,
Nadi kecil dan cepat,
Suhu kadang-kadang naik
Mata sedikit ikterus.
Berat badan turun
Mata menjadi cekung,
Tensi turun,
Hemokonsentrasi,
Oliguria
Konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkatan III :
Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti,
Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
Nadi kecil dan cepat;
Suhu meningkat
Tensi menurun.
Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati.
Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah
akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)

E. PENGELUARAN CAIRAN TUBUH HARIAN


Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan cairan
harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa pengeluaran cairan
tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada pengeluaran cairan yang berlangsung
terus menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit, yang
keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari pada keadaan normal. Hal ini lah yang
disebut insibie water loss karena kita tidak menyadarinya, walupun terjadi terus menerus
pada mahluk hidup.
Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)
Normal
Asupan
Cairan dari makanan 2100
Dari metabolisme 200
Asupan total 2300
Keluaran
Insensible kulit 350
Insensible paru 350
Keringat 100
Feses 100
Urin 1400
Total pengeluaran 2300
Kehilangan cairan lewat keringat.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada aktivitas
fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada
keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan kadang-kadang meningkat
sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi volume cairan tubuh jika asupan
tidak ditingkatkan.
Kehilangan cairan lewat feses.
Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini
dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.
Kehilangan cairan lewat ginjal.
Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat ginjal. Ada
mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang
dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan
seperti juga keseimbangan antara asupan dan keluaran hamper semua elektrolit dalam tubuh
ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukesi tentang kehamilan kepada
ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor psikis, rasa takut juga tentang diet ibu
hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering,
jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah.
Defekasi hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat menggunakan sedative (luminal, stesolid); vitamin (B 1 dan B2) anti
muntah (mediamer B6, drammamin, avomin, torecan), antasida dan anti mulas.
Farmakologi:
Factor pemberian:
B1: mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI, meningkatkan
pertumbukan dan perbaikan sel.
B6: membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.
B12: mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf fetus.
3. hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris rawat inap di RS.
o Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di RS saja telah banyak
mengurangi mual muntahnya.
o Isolasi: jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja
yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah
mengurangi mual muntah.
o Terapi psikologik: berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal tang
wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba
hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta
lingkungan.
o Penambahan cairan.Berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter
dalam 24 jam.
o Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas
o Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki
keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu aboertus buatan.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati warnickle
dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
PATHWAY
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Gangguan perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1 Dehidrasi

Serebal

Penurunan
vaskulerisasi
keserebal

Penurunan
transportasi
CO2

Hipoksia

Gangguan
perfusi jaringan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah
2. penurunan COP berhubungan dengan penurunan kontriktilitas jantung.
3. gangguan perpusi jaringan berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan.
4. gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya edema pada paru.
5. hipotermi berhubungan adanya dehidrasi.
6. gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah yang berlebih.

I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
Ganguan Tujuan: keseimbangan Mandiri:
keseimbangan cairan dan elektrolit 1. Kaji suhu dan turgor kulit, 1. Memberikan data
cairan dan elektrolit sesuai dengan membrane mukosa, tekanan berkenaan dengan
kurang dari kebutuhan tubuh. darah, suhu, masukan/ semua
kebutuhan tubuh Kriteria hasil: haluaran dan berat jenis urin. kondisi.peningkatan
berhubungan dengan Turgor kulit kembali Timbang berat badan klien kadar hormone
mual/ muntah. normal dapat balik dengan standar. gonadotropin krionik
Data obyektif: kembali dalam dan (HCG), perubahan
HT menurun delik metabolisme KH, dan
Konjungtiva Haluaran urin penurunan mortilitas
pucat normal 3-5 ml/ jam. gaftrik memperberat
TD menurun, Mukosa mulut: mual dan muntah
suhu meningkat, lembab. pada trimester
nadi meningkat, Turgor kulit: elastis. pertama.
RR meningkat. BUN normal (of= 2. Anjurkan peningkatan 2. Membantu dalam

Mata cekumg. 10-25 mg/ 100 ml; masukan minuman mengenyampingkan

Turgor kulit: of= 8-20 mg/ 100 berkarbonat, makan 6 kali penyebab lain untuk

tidak elastis. ml) sehari dengan jumlah yang mengatasi masalah


Mukosa mulut TTV: sedikit dan makanan tinggi dalam
kering. o TD: N (120/ 180 KH (mis: pop corn, roti mengidentifikasikan
Oliguri mmHg) kering sebelum bangun intervensi.
BUN meningkat o T : 36-37,5 C tidur).

Data subjektif: o RR: 16-20 x/ mnt 3. Tentukan adanya/ frekuensi 3. Membantu dalam

Haus/ dehidrasi o N: 80-100 x/ mnt mual berlebihan atau menentukan adanya


menetap muntah. muntah yang tidak
o HT: N 37-47
dapat dikontrol
(hiperemesis
gravidarum) pada
awalnya muntah
dapat mengakibatkan
alkalosis, dehidrasi
dan ketidak
seimbangan
elektrolit. Muntah
yang tidak dapat
diatasi atau yang
berat dapat
menimbulkan
asidosis, memerlukan
intervensi lanjut.
4. Kaji hal-hal yang 4. Menurunkan faktor
meningkatkan mual dan penyebab terjadinya
muntah. Misalnya bau-bauan mual muntah
yang terlalu, makanan yang
terlalu asin atau manis.
5. Kaji hal-hal yang 5. Meningkatkan
menurunkan mual dan kenyamanan dan
muntah missal makanan selera makan.
diberikan waktu hangat,
suasana yang
menyenangkan.
6. Ajarkan pada ibu waktu 6.
bangun tidur pagi hari:
Jangan langsung pergi
dari tempat tidur.
Minum air putih.
7. Libatkan keluarga: 7. Menurunkan rasa
Menghadirkan suami cemas.
dan keluarga terdekat
klien ketika klien
dirawat
Keluarga/suami
berusaha meyakinkan
klien bahwa klien tidak
perlu cemas menghadapi
kehamilannya.
Kolaborasi:
8. Pantau hasil pemeriksaan 8. Indikator dalam

laboratorium sesuai indikasi membantu untuk

Elektrolir mengevaluasi tingkat


ataukebutuhan
Ht
hidrasi.
BUN
9. Membantu dalam
9. Berikan cairan elektrolit
meminimalkan mual/
glukosa atau vitamin secara
muntah dan
parentera/ sesuai indikasi.
menurunkan
keasaman jambung
muntah yang sering
(hiperemesis
gravidarum)
mengakibatkan
bilirubin dan
mengetahui
frekuensi muntah,
memudahkan kita
melakukan tindakan
10. Lakukan tes urine. tang lebih lanjut.
10. Meningkatkan pada
dehidrasi
hipovolemik
menurunkan fungsi
ginjal, meningkatkan
BUN. Membantu
menghentikan atau
mencegah
kemungkinan
hipokalemi yang
berat
2 Penurunan COP Tujuan: curah jantung 1. Pantau tanda vital, 1. Untuk
. berhubungan dengan kembali normal. contoh frekuensi jantung, TD mengetahui
penurunan Kriteria hasil: kandungan urin
kontrktilitas jantung Berpartisipasi apakah dalam batas
Data obyektif: pada normal atau tidak.
Dispnea perilaku/aktivitas Takikardi dapat
Nadi perifer yang menurunkan terjadi karena nyeri,

Kulit kerja jantung. cemas, hipoksia,dan

dingin/pucat TTV: menurunnya curah

Perubahan TD: 120/80 jantung, perubahan

status mental mmHg juga terjadi pada TD

Data subjektif RR 16-20 karena respon

Gelis x/menit. 2. Catat warna kulit dan jantung.


ah N: regular, 60- adanya kualitas nadi 2. Sirkulasi perifer
Kele 100 x/menit menurun bila curah
mahan T : 36-37,5 C jantung turun
Nyeri Kulit hangtat membuat kulit pucat
dada Kesadaran atau warna abu-abu
komposmentis (tergantung tingkat
hipoksia) dan
menurunnya
3. auskultasi bunyi nafas kekuatan nadi perifer.
dan bunyi jantung dengarkan 3. S3, S4 atau krekels
murmur terjadi dengan
dekompensasi
jantung atau beberapa
obat, terjadinya
murmur dapat
menunjukkan katup
karena nyeri dada,
contoh stenosis dorta,
stenosis mitra atau
ropta otit papilar.
3 Ganguan perfusi Tujuan: menunjukkan Mandiri:
. jaringan perfusi adekuat. 1. Pertahankan tirah baring, 1. Menurunkan
berhubungan dengan Kriteria hasil: Bantu dengan aktivitas beban kerja miokard
perfusi jaringan. TTV stabil: perawatan. dan konsumsi O2
Data obyektif: Kulit hangat memaksimalkan
TD dan kering aktivitas dan perfusi
Data subjektif: Tingkat jaringan.
Akral kesadaran membaik 2. Pantau TTV. 2. Bila terjadi
dingin (komposmentis). takikardi, mengacu
Kesadaran Haluaran urin pada stimulasi
menurun normal 2/3 ml/ jam. skunder system saraf
simpatis untuk
menekan respon
untuk mengganikan
kerusakan pada
hipovolumit.jika
terjadi hipotensi
menunjukkan curah
jantung yang
menurun.
3. Kaji perubahan pada 3. Perubahan
sensori, NN ex kesuraman menunjukan
mental, agitasi, supor, koma, penyimpangan
delirium. perfusi serebral
hipoksenia atau
asidosis.
4. Kaji kulit terhadap 4. Mekanisme
perubahan warna, suhu, kompensasi dari
kelembaban. vasodilatasi
mengakibatkan kulit
hangat, merah muda,
kering adalah
karakteristik dari
hiperperfusi.
5. Catat haluaran urin setiap 5. Penurunan
jam dan setiap menit. haluaran urin dengan
peningkatan berat
jenis akan
mengindikasikan
penurunan perfusi
ginjal.
Kolaborasi:
1. Berikan obat-obatan 1. Meskipun
sesuai petunjuk: kortisteroid controversial, steroid
mungkin diberikan
untuk kepentingan
potensial terhadap
penurunan
permeabilitas kapiler,
peningkatan perfusi
ginjal dan
pencegahan
pembentukan
mikroemboli.
2. Pantau pemeriksaan 2. Perkembangfan
laboratorium misalnya: asidosis respiratorik/
GDA, kadar laktat. metabolic
merefleksikan
kehilangan
mekanisme
kompensasai,
misalnya penurunan
perfusi ginjal/
ekskresi hydrogen
dan akumulasi asam
laktat.

4 Gangguan pola Tujuan: pola Mandiri:


. napas tidak efektif pernafasan menjadi 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan
berhubungan dengan efektif. kedalaman pernafasan dan biasanya meningkat,
adanya oedema pada Kriteria hasil: ekspansi dada. Catat upaya disepnea dan terjadi
paru. Menunjukkan pernafasan, termasuk peningkatan kerja
Data obyektif: pola nafas efektif penggunaan otot bantu/ nafas.kedalaman
Takipnea dengan frekuensi pelebaran nasal. nafas bervariasi
Dispnea dan kedalaman tergantung derajat
(pernafasan dalam rentang gagal nafas ekspansi
tersengal-sengal) normal dan pural dada terbatas yang
Penurunan jelas bersih. berhubungan
bunyi nafas Bunyi nafas: atelektuasi dan nyeri
krekels. vasikuler. dada pleruitik

Batuk RR: reguler, 16- 2. Auskultasi bunyi nafas 2. Bunyi nafas

(sputum) 20 x/ menit. dan catat adanya bunyi nafas menurun/ tidak ada

Data subjektif: adventisius seperti krekels. bila jalan nafas

Mengeluh obstruksi sekunder

gangguan pola terhadap perdarahan,

tidur. bekuan/ kolab jalan

gelisah nafas kecil.


3. Tinggikan kepala dan 3. Duduk tinggi
bantu pengubahan posisi. memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan 4. Kongesti alveolar
karaktre secret. mengakibatkan batuk
kering/ iritasi. Sputim
berdarah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan jaringan
(infak paru) atau anti
koagulan berlebih.
5. Dorong/ bantu pasien 5. Dapat
dalam nafas dalam dan meningkatkan
latihan batuk. banyaknya seputum
dimana gangguan
ventilasi dan
ditambah ketidak
nyamanan upaya
Kolaborasi: bernafas.
6. Berikan O2 tambahan
6. Memaksimalkan
bernafas dan
menurunkan kerja
7. Berikan humidifikasi nafas.
tambahan mis: nebuliser 7. Memberikan
ultra sonic. kelembaban pada
membrane mukosa
dan membantu
mengencerkan sekret
untuk memudahkan
8. Bantu fisioterapi dada pembrtsihan.
(mis: drainase portural dan 8. Memudahkan
perkusi area yang tak sakit/ upaya pernafasan
tiupan botol). dalam dan
meningkatkan
drainase sekret dari
segmen paru kedalam
bronkus, dimana
dapat lebih
mempercepat
pembuangandengan
batuk/ penghisap.
5 Ganguan integritas Tujuan: 1. mandikan dengan air 1. mempertahankan
. kulit berhubungan Integritas kulit kembali hangat dan sabun ringan kebersihan tanpa
dengan penurunan normal mengiritasi kulit
turgor kulit. Kriteria hasil:
Data Objektif: Turgor kulit
Turgor kulit meningkat
menurun Membran 2. dorong pasien mengubah 2. meningkatkan
Membran mukosa lembab posisi dengan sering sirkulasi dan
mukosa menurun mencegah tekanan
Data Subjektif: pada kulit atau
Mengeluh jaringan yang tidak
kulit kering perlu
3. anjurkan klien untuk 3. dapat
menghindari kering kulit meningkatkan iritasi
apapun, kecuali dengan ijin
dokter
4. anjurkan menggunakan 4. mencegah iritasi
pakaian lembut dan longgar dan terjadinya cidera
dermal.
6 Ganguan perubahan Tujuan: 1. Anjurkan pilihan tinggi 1. Protein
. nutrisi kurang dari Berat badan kembali protein zat besi dan MTC membentuk
kebutuhan normal. bila masukan oral dibatasi. peningkatan
berhubungan dengan pemulihan dan
mual muntah yang Kiteria hasil: regenerasi jaringan
berlebihan. Berat badan baru. Zat besi perlu
Data obyektif: kembali normal/ untuk sintesis Hb.
Berat badan ideal: penambahan Vitamin C
menurun. berat badan tidak memudahkan untuk
Turgor kulit boleh lebih dari 12 absorbsi zat besi dan
jelek. kg selama perlu untuk sintesis
Bising usus kehamilan. dinding sel.
menurun. Pasien tidak 2. Tingkatkan masukan

Membrane mengalami sedikitnya 2000 ml/hari jus, 2. Memberikan

mukosa anoreksia kembali sup dan cairan nutrisi lain. kalori dan nutrisi lain
menurun/ kering. makan 3x sehari. untuk memenuhi
Data subjektif: Bising usus: kebutuhan metabulik
Lelah. normal. serta menggantikan
Letih. Membrane kebutuhan metabolic

Anoreksia. mukosa lembab. serta menggantikan

Mual. Mual hilang. kebutuhan cairan,


karena meningkatnya
volume cairan
3. Anjurkan tidur atau sirkulasi.
istirahat adekuat. 3. Menunjukkan
kerja metabolisme,
memungkinkan
nutrisi dan O2
Kolaborasi: digunakan untuk
4. Berikan cairan atau proses pemulihan.
nutrisi parenteral, sesuai 4. Memungkinkan
indikasi. perlu untuk
mengalami dehidrasi
menggantikan
kehilangan cairan dan
memberikan nutrisi
yang perlubila
masukan oral
dibatasi.
5. Berikan preparat zat besi 5. Bermanfaat
atau vitamin sesuai indikasi. dalam memperbaiki
anemia atau
defisiensi bila ada.
6. Bantu penempatan selang 6. Mungkin perlu
nurogastrik atau Niller- untuk dikompresi
Abbott. gastrointestinal, pada
adanya distensi
distensi atau
perifnitis.

7. Anjurkan klien untuk 7. Untuk mengganti


mempertahankan intek cairan cairan dan makanan
dan nutrisi yang adekuat dan yang keluar saat
timbang berat badan setiap muntah dan
hari. memonitor bila
terjadi penurunan
berat badan.
7 Intoleransi aktifitas Tujuannya: 1. Evaluasi laporan 1. Menentukan
. berhubungan dengan Klien dapat melakukan kelelahan derajat dari efek
suplai dan aktivitas seperti ketidak mampuan
kebutuhan. biasanya 2. Menghemat
Data obyektif: Kriteria hasil: 2. Anjurkan klien mengikuti energi dan
Nadi lemah Nadi 80 x/mnt aktivitas dengan istirahat menghindari
Kelelahan Kekuatan otot yang cukup. penggunaan tenaga
otot dan tonus kembali terus-menerus untuk
Kehilangan normal meminimalkan
tonus Klien tidak kelelahan
Data subjektif merasa cepat lelah 3. Identifikasi faktor stres 3. Mungkin

Mengeluh yang dapat memperberat mempunyai efek

lemas akumulatif

Mengeluh (sepanjang faktor

cepat lelah psikologis) yang


dapat diturunkan bila
4. Berikan bantuan dalam ada masalah
aktivitas sehari-hari 4. Mengubah energi,
memungkinkan
berlanjutnya aktivitas
yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ; EGC

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ; Arcan

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

You might also like