You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Menurut UNESCO pendidikan
hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to
be, dan learning to live together. Hal itu menunjukkan tentang betapa
pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia. Untuk menciptakan generasi
yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini
melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Anak sebagai makhluk individu
dan sosial sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya. Pendudukan diberikan keadaan seorang anak
dengan harapan anak dapat tumbuh dan berkembang secara cerdas sesuai
dengan potensi yang dimilikinya, supaya kelak dapat menjadi anak bangsa
yang berkualitas. Pada gambar 1.1 ini tergambar bahwa jumah PAUD
khususnya di daerah DKI Jakarta yang terbilang masih kurang jika
dibandingkan dengan jumlah balita yang terdapat di DKI Jakarta.

Gambar 1.1
Jumah Pendidikan Anak Usia Dini pada Setiap Wilayah Provinsi DKI
Jakarta

1
Masyarakat semakin menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk anak
usia dini. Hal ini tampak dengan berkembangnya tempat pendidikan anak usia
dini formal, informal, dan non formal di seluruh Indonesia, dalam bentuk
tempat penitapan anak (day care), kelompok bermain atau taman bermain,
taman kanak-kanak dan pendidikan anak usia sejenis. Salah satu hal yang
sangat relavan dan sangat diperlukan untuk dijadikan bahan masukan penting
bagi operasionalisasi pendidin adalah realitas psikologis manusia sebagai
objek pendidikan terkait proses perkembangannya. Konseptualisasi aplikatif
pendidikan islam menyertakan psikologi perkembangan sebagai salah satu
referensi penting.
Semakin maju dan berkembangnya teknologi informasi dan globalisasi
membuat pola hidup masyarakat di negara maju lambat laun mulai memasuki
kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu contohnya adalah dengan semakin
banyaknya wanita yang memiliki dwifungsi, selain sebagai ibu rumah tangga
juga sebagai wanita karir. Sosok perempuan masa kini tidak hanya dianggap
mampu menjadi ibu rumah tangga, tetapi lebih dari itu, misalnya juga menjadi
seorang yang mampu membantu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Kesibukan kedua orang tua yang bekerja akan menyebabkan perhatian kepada
anak berkurang, maka wajarlah apabila anak dititipkan di tempat penitipan
anak di tempat penitipan anak dengan harapan mereka mendapat pengasuhan
dan pendidikan yang lebih baik.
Keadaan ini dimanfaatkan baik oleh pemerintah serta yayasan yang
menimbulkan upaya pemerintah atau yayasan untuk mendirikan Tempat
Penitipan Anak atau yang sering disebut dengan istilah TPA. Menurut Pasal
28 Ayat 4 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 berisi tentang pendidikan usia
dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB),

2
Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Layanan
TPA merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
nonformal yang diarahkan pada kegiatan pengasuhan anak bagi orang tua
yang mempunyai kesibukan dalam bekerja, sehingga memerlukan sebuah
layanan pengasuhan anak yang selain berfungsi untuk menjaga anak-anak
saat orang tua sibuk bekerja tetapi juga memberikan pendidikan yang sesuai
dengan usia anak-anak mereka.
Untuk lembaga PAUD dengan anak didik berusia hingga 2 tahun,
yakni Taman Penitipan Anak (TPA), rasio guru dan anak yang harus
dipenuhi adalah 1: 4. Artinya satu orang guru melayani maksimal empat
orang anak didik. Sedangkan untuk PAUD dengan anak didik usia 2-4
tahun maka rasio guru dan anak maksimal 1: 8.
Sementara untuk PAUD dengan anak didik berusia 4-6 Tahun, yakni
untuk jenjang Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK),
maka rasio guru dan anak maksimal 1:15. Artinya, satu orang guru KB
ataupun TK sebaiknya tidak melayani lebih dari 15 orang anak didik.
Peraturan tentang Standar PAUD ini disusun untuk menjamin kualitas dan
mutu PAUD.
Dengan melihat pemenuhan rasio guru dan anak diatas di haruskan
setiap Tempat Penitapan Anak (TPA) minimal 1:4, maka pada setiap
Tempat penitipan Anak diperlukan SDM terutama guru dan pengasuh yang
dapat kompeten, khususnya yang mengetahui mengenai metode Islamic
Montessori.
Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama
lingkungan yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan
bimbingan dalam lingkungan tersebut. Guru berperan sebagai observer,
pengamat yang selalu siap membimbing dan mengarahkan jika diperlukan
anak. Guru selalu memantau perkembangan anak dan catatan kemajuannya
secara ilmiah sehingga mereka dapat merencanakan aktivitas bagi anak-
anak tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap demi
setahap. Guru-guru Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan
menghormati hak diri mereka, dan mereka tidak menggunakan hukuman
atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan kesalahan. Yang
paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak.

3
Kegagalan sistem pendidikan yang tidak mampu membangun
masyarakat pada masa itu disebabkan karena terdapat adanya kekeliruan
sistem pendidikan yang tidak memfokuskan pada masalah pendidikan sejak
anak usia dini. Metode Montessori menegaskan bahwa pendidikan saja
tidak cukup jika orang tua dan guru (sebagai orang dewasa) memiliki
asumsi yang salah terhadap anak. Orang dewasa harus meninggalkan
anggapannya bahwa anak bagaikan benda kosong yang menunggu untuk
diisi dengan pengetahuan dan pengalaman orang dewasa. Disamping itu,
Montessori menegaskan pula pentingnya orang dewasa (guru dan orang
tua) untuk menghilangkan egosentris dan keotoriterannya terhadap anak.
Orang dewasa harus berperan sebagai orang kedua yang memperlakukan
anak dengan lemah lembut untuk membantu tahapan perkembangannya
dengan baik.
Dalam prinsip umum penyenggaraan pendidikan anak usia dini, pada
dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti
kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi,
dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila
dia lapar, merasa tidak aman/ takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai
atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya. Hukuman dan pujian tidak
termasuk bagian dari kebutuhan anak, karenanya pendidik tidak
menggunakan keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan usaha yang
ditunjukkan anak.
Lingkungan juga merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat
bagi anak. Lingkungan berupa lingkungan fisik berupa penataan ruangan,
penataan alat main, benda-benda, perubahan benda (daun muda -daun tua,
daun kering, dst.), cara kerja benda (bola didorong akan menggelinding,
sedangkan kubus didorong akan menggeser, dst.), dan lingkungan non fisik
berupa kebiasaan orang-orang sekitar, suasana belajar(keramahan
pendidik, pendidik yang siap membantu, dst.). Pendidik seharusnya menata
lingkungan yang menarik, menciptakan suasana hubungan yang hangat
antar pendidik, antar pendidik dan anak, dan anak dengan anak. Pendidik
juga memfasilitasi anak untuk mendapatkan pengalaman belajar di dalam
dan di luar ruangan secara seimbang dengan menggunakan benda -benda

4
yang ada di lingkungan anak. Pendidik juga mengenalkan kebiasaan baik,
nilai-nilai agama dan moral di setiap kesempatan selama anak di lembaga
dengan cara yang menyenangkan.
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan, diperlukan SDM yang
berkualitas yang dapat memberikan pelayanan secara maksimal. SDM
merupakan unsur utama dalam sebuah organisasi baik sebagai perencana,
pelaksana, pengatur, dan juga pengendali (Ariawan, 2001). Dalam
mengatur dan mengembangkan SDM, sehingga dapat memberikan
pelayamam yag prima kepada pasien, diperlukan proses perencanaan yang
merupakan proses berpikir ke depan, mengontrol masa depan, peramalan,
dan pengambilan keputusan secara terpadu dan merupakan prosedur formal
dalam organisasi.
Setiap organisasi berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya
demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. berbagai
cara dapat ditempuh oleh organisasi dalam meningkatkan kinerja
karyawannya diantaranya dengan mewujudkan kepuasan kerja karyawan
melalui budaya organisasi dan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan karyawan.
Komaruddin (1996) mengemukakan bahwa analisa beban kerja adalah
proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau
dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu,
atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan
berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggungjawab atau beban
kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.
Kepuasan kerja pegawai juga dipengaruhi oleh kesejahteraan rohani
karyawannya, karena hal ini akan menurunkan stres pegawai dalam bekerja
(Tejeda, 2014 ). Hasil pengamatan sementara pada daycare and preschool
dituntut untuk dapat menguasai metode montessori, dan SDM khususnya
pengajar, dan pengasuh harus memiliki tingkat kesabaran yang lebih untuk
menghadapi berbagai anak didiknya, khususnya harus menjaga nya dengan
baik selama orangtua menitipkan anaknya, sehingga tingkat stress dan
beban kerja harus dituntut lebih tinggi.

5
1.1. Rumusan masalah
Adapun masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di Khalifah
Islamic Montessori Daycare and Preschool.
2. Apakah pengaruh beban kerja terhadap kinerja karyawan di Khalifah
Islamic Montessori Daycare and Preschool.
3. Apakah pengaruh kepuasan kerja dan beban kerja terhadap kinerja
karyawan di Khalifah Islamic Montessori Daycare and Preschool.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di
Khalifah Islamic Montessori Daycare and Preschool.
2. Untuk mengetahui pengaruh beban kerja terhadap kinerja karyawan di
Khalifah Islamic Montessori Daycare and Preschool.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan beban kerja terhadap
kinerja karyawan di Khalifah Islamic Montessori Daycare and Preschool.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam menyikapi masalah
sumber daya manusia yang menyangkut kepuasan kerja, beban kerja dan
kinerja.
2. Bagi Karyawan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
karyawan dalam bekerja di pengaruh kepuasan kerja dan beban kerja
terhadap kinerja karyawan di Daycare and Preschool agar hasil kerjanya
lebih baik.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi bahan
referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan sumber daya manusia di
masa yang akan datang.

6
4. Bagi Penulis
Penelitian diharapkan dapat menambah pengalaman berharga dalam
menerapkan teori-teori.

You might also like