Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3.1 Memberi pemahaman mengenai dasar dan tahap perancangan sistem manajemen kinerja.
1.3.3 Menganalisis dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat penerapan sistem
manajemen kinerja di Khalifah Islamic Montessory Daycare and Preschool
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Perusahaan
Membantu perusahaan untuk mengambil kebijakan-kebijakan selanjutnya dalam
kaitannya terhadap penerapan sistem manajemen kinerja.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Untuk menambah wawasan dalam melakukan dasar dan tahap perancangan sistem
manajemen kinerja, dan menambah pengetahuan dalam penerapan sistem manajemen
kinerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Perancangan Sistem Manajeman Kinerja
2.1.1 Kriteria Brian Maskell (Sakti)
2.1.2 Kriteria Shlomo Globerson (Mirda)
2.1.3 Prinsip Operasi Perusahaan (Sakti)
Masyarakat semakin menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk anak usia dini. Hal ini
nampak dengan berkembangnya tempat pendidikan anak usia dini yang formal, informal, dan nonformal
di seluruh Indonesia, khususnya Jakarta dalam bentuk penitipan anak, kelompok bermain, taman bermain,
taman kanak-kanak, dan pendidikan anak usia sejenis. Salah satunya dengan metode montesorri, tujuan
metode ini menitikberatkan pada keterampilan intelektual secara umum serta menunjang spontanitas pada
periode sensitive anak juga pada perkembangan fisik dan psikis. yang kompetitif.
Persaingan di segmen pendidikan anak usia dini dan jasa penitipan anak atau selevelnya bersaing
cukup ketat dan kompetitif, banyak orang tua yang lebih mempercayai daycare, selain itu lokasi daycare
yang dekat dengan kantor dimana orangtua bekerja menjadi salah satu faktor utama pilihan orang tua.
Beberapa daycare pun banyak yang mengembangkan konsep pendidikan anak dengan metode montesorri
yang bersifat islami, ini merupakan tawaran yang besar bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan
anak usia dini.
Tetapi, apakah daycare yang dipilih oleh orang tua sudah tepat. Menekankan pada kemandirian,
kebebasan dengan batasan tertentu, dan menghargai perkembangan anak sebagai individu yang unik dan
apakah lingkungan belajar yang memfasilitasi gerakan fisik yang dibutuhkan anak. Kebanyakan daycare
hanya menggunakan konsep montesorri tapi tidak tepat pada penerapannya. Ini merupakan suatu masalah
yang penting bagi orang tua untuk memilih sekolah yang tepat dengan metode yang sesungguhnya.
Berdasarkan analisa dari tingkat persaingan daycare yang terjadi saat ini yaitu substitusi,
pendatang baru, dan persaingan internal maka disimpulkan persaingannya adalah tinggi.
Keadaan ini dimanfaatkan baik oleh pemerintah serta yayasan yang menimbulkan upaya
pemerintah atau yayasan untuk mendirikan Tempat Penitipan Anak atau yang sering disebut dengan
istilah TPA. Menurut Pasal 28 Ayat 4 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 berisi tentang pendidikan usia dini
pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. Layanan TPA merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) nonformal yang diarahkan pada kegiatan pengasuhan anak bagi orang tua yang mempunyai
kesibukan dalam bekerja, sehingga memerlukan sebuah layanan pengasuhan anak yang selain berfungsi
untuk menjaga anak-anak saat orang tua sibuk bekerja tetapi juga memberikan pendidikan yang sesuai
dengan usia anak-anak mereka.
Untuk lembaga PAUD dengan anak didik berusia hingga 2 tahun, yakni Taman Penitipan Anak
(TPA), rasio guru dan anak yang harus dipenuhi adalah 1: 4. Artinya satu orang guru melayani maksimal
empat orang anak didik. Sedangkan untuk PAUD dengan anak didik usia 2-4 tahun maka rasio guru dan
anak maksimal 1: 8.
Sementara untuk PAUD dengan anak didik berusia 4-6 Tahun, yakni untuk jenjang Kelompok
Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK), maka rasio guru dan anak maksimal 1:15. Artinya, satu
orang guru KB ataupun TK sebaiknya tidak melayani lebih dari 15 orang anak didik. Peraturan tentang
Standar PAUD ini disusun untuk menjamin kualitas dan mutu PAUD.
Dengan melihat pemenuhan rasio guru dan anak diatas di haruskan setiap Tempat Penitapan Anak
(TPA) minimal 1:4, maka pada setiap Tempat penitipan Anak diperlukan SDM terutama guru dan
pengasuh yang dapat kompeten, khususnya yang mengetahui mengenai metode Islamic Montessori.
Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama lingkungan yang bernuansa
ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan tersebut. Guru berperan sebagai
observer, pengamat yang selalu siap membimbing dan mengarahkan jika diperlukan anak. Guru selalu
memantau perkembangan anak dan catatan kemajuannya secara ilmiah sehingga mereka dapat
merencanakan aktivitas bagi anak-anak tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap
demi setahap. Guru-guru Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri
mereka, dan mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan
kesalahan. Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak.
Kegagalan sistem pendidikan yang tidak mampu membangun masyarakat pada masa itu
disebabkan karena terdapat adanya kekeliruan sistem pendidikan yang tidak memfokuskan pada masalah
pendidikan sejak anak usia dini. Metode Montessori menegaskan bahwa pendidikan saja tidak cukup jika
orang tua dan guru (sebagai orang dewasa) memiliki asumsi yang salah terhadap anak. Orang dewasa
harus meninggalkan anggapannya bahwa anak bagaikan benda kosong yang menunggu untuk diisi
dengan pengetahuan dan pengalaman orang dewasa. Disamping itu, Montessori menegaskan pula
pentingnya orang dewasa (guru dan orang tua) untuk menghilangkan egosentris dan keotoriterannya
terhadap anak. Orang dewasa harus berperan sebagai orang kedua yang memperlakukan anak dengan
lemah lembut untuk membantu tahapan perkembangannya dengan baik.
Dalam prinsip umum penyenggaraan pendidikan anak usia dini, pada dasarnya setiap anak
memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan,
bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa
tidak aman/ takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya.
Hukuman dan pujian tidak termasuk bagian dari kebutuhan anak, karenanya pendidik tidak menggunakan
keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan usaha yang ditunjukkan anak.
Lingkungan juga merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi anak. Lingkungan
berupa lingkungan fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main, benda-benda, perubahan benda
(daun muda -daun tua, daun kering, dst.), cara kerja benda (bola didorong akan menggelinding,
sedangkan kubus didorong akan menggeser, dst.), dan lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang-orang
sekitar, suasana belajar(keramahan pendidik, pendidik yang siap membantu, dst.). Pendidik seharusnya
menata lingkungan yang menarik, menciptakan suasana hubungan yang hangat antar pendidik, antar
pendidik dan anak, dan anak dengan anak. Pendidik juga memfasilitasi anak untuk mendapatkan
pengalaman belajar di dalam dan di luar ruangan secara seimbang dengan menggunakan benda -benda
yang ada di lingkungan anak. Pendidik juga mengenalkan kebiasaan baik, nilai-nilai agama dan moral di
setiap kesempatan selama anak di lembaga dengan cara yang menyenangkan.
Sumber dan media belajar untuk PAUD tidak terbatas pada alat dan media hasil pabrikan, tetapi
dapat menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di lingkungan sepanjang tidak berbahaya bagi
kesehatan anak. Air, tanah lempung, pasir, batu-batuan, kerang, daun-daunan, ranting, karton, botol-botol
bekas, perca kain, baju bekas, sepatu bekas, dan banyak benda lainnya dapat dijadikan sebagai media
belajar untuk mengenalkan banyak konsep; matematika, sains, sosial, bahasa, dan seni. Dengan
menggunakan bahan dan benda yang di sekitar anak belajar tentang menjaga lingkungan, pelestarian
alam, dan lainnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada pendidik, tetapi orang-orang yang ada di
sekitarnya. Misalnya anak dapat belajar tentang tugas dan cara kerja petani, peternak, polisi, pak pos,
petugas pemadam kebakaran, dan lainnya dengan cara mengunjungi tempat kerja mereka Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan TPAatau mendatangkan mereka ke lembaga PAUD untuk menunjukkan kepada anak
bagaimana mereka bekerja.Dalam hal ini, terkadang sumber dan media pembelajaran untuk pendidikan
anak usia dini harus pula diperhatikan, dan biasanya setiap supplier dalam menyuplai sumber dan media
belajar pun beragam, tetapi tetap dengan standar yang di tetapkan oleh Negara.
Selain itu dalam prinsip pmbelajaraan pendidikan anak usia dini Anak belajar sesuai dengan
kondisi sosial budayanya. PAUD merupakan wahana anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi dengan
berdasarkan pada sosial budaya yang berlaku di lingkungan. Pendidik seharusnya mengenalkan budaya,
kesenian, dolanan anak, baju daerah menjadi bagian dari setting dan pembelajaran baik secara regular
maupun melalui event tertentu. Event yang biasanya banyak lembaga pendidikan anak usia dini
melakukan field trip, dalam segi metode pembelajaran langsung ke bisnis centr, seprti kunjungan ke
Pizza, dsb , tempat keagamaan (contoh program manasik haji, dsb) dan ketempat lingkungan sosial
lainnya. Dalam hal ini di pastikan akan bekerja sama dengan lembaga bisnis terkait, sehingga dalam segi
supplier untuk event serta kunjungan program pembelajaran sangat diperlukan.
Potensi guru, pengasuh, sarana dan prasarana, serta sumber dan media pembelajaransangat penting
untuk pengembangan metode Montessori. Dalam hal ini terlihat kekuatan tawar menawar dari segi
supplier yang mendukung di dalam lingkungan Daycare dan PAUD masih sangat kuat, oleh karena itu
daya kekuatan tawar-menawar dari supplier adalah tinggi. Hal ini di karenakan potensi guru yang
memahami metode montessory masih kurang, serta untuk sarana dan prasarana, serta supplier sumber dan
media pembelajaran juga banyak yang ditawarkan oleh beberapa distributor.
Produk substitusi day care dan preschool adalah lembaga pendidikan lain yang memiliki fungsi
yang sama dengan day care dan preschool. Produk substitusi day care dan preschool ini perlu
diperhatikan dalam analisa persaingan, terutama jika produk tersebut: (1) memiliki kecenderungan
memiliki harga yang lebih murah atau prestasi yang lebih baik, (2) ketersediaannya yang tinggi serta (3)
menghasilkan laba yang tinggi.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa day care adalah lembaga penitipan anak yang dapat
menggantikan peran orang tua dalam merawat dan mengasuh anak, ketika orang tua sedang bekerja atau
tidak berada di rumah.Sedangkan preschool yang sering juga kita sebut playgroup atau PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) adalah pemberian pelajaran kepada anak sebelum dimulainya pendidikan
formal yang wajib.Dengan demikian yang menjadi substitusi dari day care dan preschool adalah Baby
Sitter dan Asisten Rumah Tangga (ART).
Biasanya para baby sitter sudah memiliki bekal keterampilan mengasuh anak. Selain itu biaya
yang di keluarkan orang tua untuk seorang baby sitter relatif lebih murah yang menjadi salah satu
pertimbangan baby sitter untuk menjadi substitusi dari day care dan preschool karena biaya peralihannya
(switching cost) yang murah dan baby sitter bisa bekerja 24 jam.
Mempekerjakan Asisten rumah tangga untuk mengurus rumah sekaligus menjaga anak memiliki
keuntungan sekaligus kerugian.Keuntungannya adalah harga murah yang dibayar untuk 2 pekerjaan
sekaligus. Keuntungan lainnya adalah jika mendapatkan ART yang baik dalam mengasuh anak, anak pun
akan tertular perilakunya. Kerugiannya adalah biasanya fokus perhatian yang terpecah bisa menyebabkan
ART kurang sigap dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, karena waktunya banyak dihabiskan
untuk mengurus anak.Selain itu murahnya biaya peralihan (switching cost) dapat berperan sebagai
substitusi day care dan preschool.
Karena substitusi dapat dengan mudah menggantikan day care dan preschool (selama masalah
ketersediaan day care dan preschool sangat sedikit) disimpulkan bahwa aspek subsitusi terhadap day care
dan preschool adalah relatif sedang.
Dalam pendidikan anak usia dini (PAUD), jumlah lembaga pendidikan anak usia dini dan jasa
penitipan anak sangatlah banyak, menyebabkan para pendiri tempat penitipan anak (TPA) atau day care
masing-masing menawarkan beragam metode pembelajaran. Dimana Setiap orang tua menginginkan
anaknya bagus secara akademis, social, fisik, dan religi (pendidikan agama) untuk menarik minat orang
tua sehingga dapat mendaftarkan anaknya di sekolah ini.
Dalam kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan dimana minat konsumen (orang tua)
menjadi sangat tinggi dengan berbagai pertimbangan dalam memilih dan menentukan day care dan
preschool yang akan dimasuki. Adapun pertimbangan yang ditawarkan adalah meliputi biaya pendidikan
yang terjangkau, program pendidikan yang unggul dan variatif, kelengkapan sarana dan prasarana,
metode pembelajaran yang beragam dan nilai-nilai religi (agama) yang di ajarkan. Day care dan preschool
ini juga menawarkan tim pengajar dan pengasuh yang berkompeten di bidangnya.
Berdasarkan analisa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tawar konsumen dalam dunia
pendidikan anak usia dini (PAUD) cukup tinggi. Hal ini disebabkan pelanggan memiliki persyaratan-
persyaratan tertentu terkait dengan Harga yang terjangkau dan beragam metode pembelajaran yang di
tawarkan, oleh karena itu day care dan preschool harus mampu bersaing secara jangka panjang atau
consumen akan beralih ke yang lainnya.
Dalam industri pendidikan anak usia dini, ancaman akan adanya pendatang baru tergantung pada
berbagai faktor, yakni:
a. Economics of scale
Secara skala ekonomi, tingkat biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan day care dan preschool
diperlukan dana yang cukup besar, meliputi lokasi, pengadaan barang, tenaga kerja, riset,
pemasaran, pelayanan sehingga hambatan masuknya pendatang baru relative sedang.
b. Product Differentiation
Identifikasi produk yang dihasilkan dalam pendidikan anak usia dini belum menjadi suatu
hambatan bagi pendatang baru dalam memasuki persaingan industri pendidikan anak usia dini
karena selama ini parameter yang dituju sebagai nilai utama dalam produk industri pendidikan
anak usia diniadalah metode pembelajaran yang digunakan, untuk metode Montessori sendiri
masih terbilang baru sehingga dapat dikatakan hambatan masuknya pendatang baru dalam
aspek ini adalah rendah.
c. Capital Requirements
Tingkat modal yang diperlukan dalam mendirikan day care dan preschool sangat bervariasi
(tergantung seberapa besar daycare dan preschool itu ingin didirikan).Apabila ingin
membangun skala kecil misalnya day care di daerah perumahan pun tidak memerlukan
investasi yang sangat besar, namun belum dapat dipastikan dari segi kualitasnya. Dengan
demikian secara capital requirements hambatan masuknya pendatang baru sangatlah rendah.
d. Goverment Policy
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan anak usia dini tidak membatasi dalam jumlah
pemain di industri ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hambatan masuknya pendatang
baru dalam sisi peraturan pemerintah (government policy) sangatlah rendah.
Berdasarkan sumber - sumber pokok hambatan masuknya pendatang baru (barriers to entry)
dapat disimpulkan bahwa aspek barriers to entry di dalam industri pendidikan anak usia dini maka
kekuatan ancaman pendatang baru adalah relatif tinggi.
STRATEGY SWOT
Memberikan pelayanan
pendaftaraan secara online,
sehingga mempermudah
orangtua
Bedasarkan hasil analisa SWOT matrix di dapatkan beberapa strategi yang dapat diambil. Strategi
yang dapat diambil yaitu dengan membuka cabang baru, memberikan pelayanan yang berkualitas
berbasis metode pembelajaran internasional, memberikan fasilitas pelayanan akses online kepada
orangtua untuk mengetahui perkembangan anak, memberikan pelayanan pendaftaraan secara online,
sehingga mempermudah orangtua, memberikan pelayanan berkualitas dengan tarif yang dapat di
jangkau, melakukan pemasaran yang efektif dengan berbagai media, membuat ebook mengenai metode
Montessori islami, berbasis kepemimpinan yang dapat di akses oleh orang tua dan pengajar,
memberikan Pelatihan terkini kepada SDM mengenai pengasuhan anak dengan metode Montessori
islami berbasis kepemimpinan, melakukan kerjasama dengan intansi terkait dalam bidang keagamaan,
dan sosial, dan melakukan akreditasi Montessori.
OPPORTUNITY
0.6 1.85
THREATS
0.4 1.4
Total 1 3.25
3.2.1.2 IFE
Tabel 3.3 IFE
STRENGHT
1 Lebih praktis bagi orang tua dalam memilih daycare dan 0.06 4 0.24
preschool dalam satu lokasi.
9 Adanya Sistem IT online yang dapat di akses oleh orang 0.04 4 0.16
tua
10 Terdapat CCTV online yang dapat langsung di akses oleh 0.05 3 0.15
orangtua
11 Memiliki sistem pemasaran yang efektif 0.03 4 0.12
0.65 2.36
WEAKNESSES
0.35 1.16
Total 1 3.52
3.2.1.3 CPM
Pada Competitive Profile Matrix, dilakukan analisa terhadap profile dari beberapa pesaing
Khalifah Islamic montessori daycare dan preschool seperti Jakarta Montessori School, Bulan Bintang
Islamic Montessori Preschool and daycare, dan Green Montessori Learning with Islamic Value.
Bedasarkan hasil CPM didapatkan bahwa Islamic montessori daycare dan preschool yang didirikan
mempunyai daya saing yang lebih dibandingkan dengan competitor yang ada di sekitarnya. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:
Pendaftaraan secara
0.05
online 4 0.2 4 0.2 4 0.2 4 0.2
Keterangan:
WS = Weight Score