You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai visi dan misi sangat tergantung dari
kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya (Ambarwati, 2002). Oleh karea itu, setiap
organisasi, besar maupun kecil harus mampu mengelola sumber daya manusianya dengan
baik seperti halnya unsure - unsur lain dalam organisasi. Pengelolaan organisasi pada
dasarnya adalah proses pengelolaan sumber daya manusia karena semua organisasi harus
beroperasi melalui sumber daya manusia.
Setiap perusahaan harus profesional dalam mengelola sumber daya perusahaan. Sumber
daya manusia (SDM). Sumber Daya Manusia memegang peranan yang sangat penting,
sebab dengan tidak adanya tenaga kerja/karyawan yang profesional/kompetitif, perusahaan
tidak dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal meskipun semua peralatan modern yang
diperlukan telah tersedia. Melihat sangat pentingnya peranan tenaga kerja/karyawan sebagai
sumber daya manusia dalam perusahaan sehingga diharapkan karyawan akan dapat bekerja
lebih produktif dan profesional dengan didorong oleh rasa aman dalam melakukan segala
aktivitasnya. Untuk itu perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
keberadaan sumber daya manusia sebagai pekerja dalam perusahaan yang sedikit banyak
menentukan tercapai tidaknya tujuan perusahaan. Bertitik tolak dari karyawan sebagai
sumber daya manusia itulah, maka perusahaan perlu mengetahui bahwa tenaga kerja
memerlukan penghargaan serta diakui keberadaannya, juga prestasi kerja yang mereka
ciptakan dan harga diri yang mereka miliki karena sumber daya manusia bukan mesin yang
siap pakai. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan ilmu dan seni mengatur
pengelolaan sumber daya manusia secara tepat dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, dan pemeliharaan (Handoko, 2012).
Kinerja karyawan sangat menentukan kinerja organisasi secara keseluruhan, hal tersebut
penting bagi setiap organisasi dalam usaha pencapaiantujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Kinerja karyawan merupakan hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2010). Dalam era persaingan usaha yang semakin
ketat, kinerja yang dimiliki karyawan dituntut untuk terus meningkat.
Produktivitas kerja/kinerja telah menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan.
Perhatian yang begitu besar terhadap masalah produktivitas kerja/kinerja dapat dipahami
karena menyangkut efisiensi dan ekfektivitas penggunaan sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan yang ditetakan oleh suatu organisasi. Dari beberapa sistem yang dapat
mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia, dua diantaranya adalah sisyem manajem
kinerja dan sistem pengembangan karir.
Manajemen kinerja dipandang sebagai sebuah sistem yang beroperasi dalam sistem yang
luas. Pelaksanaan manajemen kinerja yang buruk mengakibatkan waktu serta sumber daya
yang ada terbuang percuma. Oleh karenanya, pelaksanaan manajemen kinerja diatur dalam
sebuah sistem yang dinamis yang berhubungan dengan bagianbagian lain dari suatu sistem
yang lebih luas serta berhubungan dengan fungsi-fungsi penting dalam perusahaan. Sistem
manajemen kinerja pada dasarnya adalah apa yang secara umum sering disebut dengan
penilaian prsetasi kerja (performance appraisal) pengertian manajemen kinerja dimulai sejak
tahap perencanaan prestasi dengan menetapka apa atau yang bagaimana yang harus dicapai,
dan kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapainya dan akhirnya evaluasi
prestasi itu sendiri. Sasaran utama sistem manajemen kinerja adalah mengoptimalkan kinerja
karyawan dimana manajemen harus mampu mengkaitkan tugastugas dan karakteristik
kemampuan karyawan dengan tujuan strategik perusahaan. Sehingga sistem manajemen
kinerja dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Sistem manajemen kinerja
dengan pendekatan berbasis kompetensi ini telah dikembangkan di perusahaan swasta
maupun BUMN yang ingin memperbaiki sistem manajemen kinerjanya dengan pencapaian
kinerja perusahaan sebagai tolok ukur serta mengupayakan karyawan agar selalu memiliki
komitmen dan motivasi yang tinggi dalam berprestasi untuk perusahaan.
Konsep Sistem Manajemen Kinerja Berbasis Kompetensi (Competency Based
Performance Management System) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Manajemen
Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (MSDM-BK) atau yang disebut Competency
Based Human Resource Management (CB-HRM). Sistem manajemen kinerja berbasis
kompetensi ini dapat lebih mengintegrasikan kebutuhan untuk menghargai para karyawan
yang berkemampuan diatas ratarata, karyawan yang banyak berkontribusi, dan karyawan
sebagai knowledge workers. Selain itu, dapat menjamin arah tercapainya tujuan
perusahaan. Obyek dalam pembahasan ini adalah di Khalifah Islamic Montessory Daycare
and Preschool. Adanya tuntutan perubahan, perbaikan, serta peningkatan produktivitas pada
industri pendidikan di Indonesia menjadi tantangan Khalifah Islamic Montessory Daycare
and Preschool untuk membentuk sistem manajemen kinerja yang berdaya saing.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Sumber Daya Manusia memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah
perusahaan
1.2.2 Masalah produktivitas kerja/kinerja dapat dipahami karena menyangkut efisiensi dan
ekfektivitas penggunaan sumber daya manusia dalam mencapai tujuan yang ditetakan
oleh suatu organisasi.
1.2.3 Pelaksanaan manajemen kinerja yang buruk mengakibatkan waktu serta sumber daya
yang ada terbuang percuma.
1.2.4 Adanya tuntutan perubahan, perbaikan, serta peningkatan produktivitas pada industri
pendidikan.
1.3 Tujuan

1.3.1 Memberi pemahaman mengenai dasar dan tahap perancangan sistem manajemen kinerja.

1.3.2 Mendeskripsikan penerapan sistem manajemen kinerja di Khalifah Islamic Montessory


Daycare and Preschool.

1.3.3 Menganalisis dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat penerapan sistem
manajemen kinerja di Khalifah Islamic Montessory Daycare and Preschool

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Perusahaan
Membantu perusahaan untuk mengambil kebijakan-kebijakan selanjutnya dalam
kaitannya terhadap penerapan sistem manajemen kinerja.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Untuk menambah wawasan dalam melakukan dasar dan tahap perancangan sistem
manajemen kinerja, dan menambah pengetahuan dalam penerapan sistem manajemen
kinerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Perancangan Sistem Manajeman Kinerja
2.1.1 Kriteria Brian Maskell (Sakti)
2.1.2 Kriteria Shlomo Globerson (Mirda)
2.1.3 Prinsip Operasi Perusahaan (Sakti)

2.2 Tahap Perencanaan Sistem Manajemen Kinerja (Mirda)


2.2.1 Tahap 0 : Fondasi
2.2.2 Tahap 1 : Informasi Dasar
2.2.3 Tahap 2 : Perancangan
2.2.3 Tahap 3 : Penerapan
2.2.4 Tahap 4 : Penyegaran
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tahap 0 : Fondasi (Monie)
5 kaidah perancangan sistem manajemen kinerja
1. Mudah dimengerti: KISS-Keep it Stupid Simple (kemudahan diterapkan)
2. Berorientasi pada jangka panjang (tdk hanya sekedar pada keuntungan- mis:
orientasi lingkungan)
3. Berdasarkan atas basis waktu (umpan balik sesegera mungkin)
4. Fokus pada perbaikan berkelanjutan (mengacu pd praktik terbaik perusahaan)
5. Menggunakan pendekatan kuantitatif (lebih mudah dianalisis)
3.2 Tahap 1 : Informasi Dasar (Annisa)
3.2.1 Lima Kekuatan Porter

3.2.1.1 Bargaining power of rivalry

Masyarakat semakin menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk anak usia dini. Hal ini
nampak dengan berkembangnya tempat pendidikan anak usia dini yang formal, informal, dan nonformal
di seluruh Indonesia, khususnya Jakarta dalam bentuk penitipan anak, kelompok bermain, taman bermain,
taman kanak-kanak, dan pendidikan anak usia sejenis. Salah satunya dengan metode montesorri, tujuan
metode ini menitikberatkan pada keterampilan intelektual secara umum serta menunjang spontanitas pada
periode sensitive anak juga pada perkembangan fisik dan psikis. yang kompetitif.
Persaingan di segmen pendidikan anak usia dini dan jasa penitipan anak atau selevelnya bersaing
cukup ketat dan kompetitif, banyak orang tua yang lebih mempercayai daycare, selain itu lokasi daycare
yang dekat dengan kantor dimana orangtua bekerja menjadi salah satu faktor utama pilihan orang tua.
Beberapa daycare pun banyak yang mengembangkan konsep pendidikan anak dengan metode montesorri
yang bersifat islami, ini merupakan tawaran yang besar bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan
anak usia dini.

Tetapi, apakah daycare yang dipilih oleh orang tua sudah tepat. Menekankan pada kemandirian,
kebebasan dengan batasan tertentu, dan menghargai perkembangan anak sebagai individu yang unik dan
apakah lingkungan belajar yang memfasilitasi gerakan fisik yang dibutuhkan anak. Kebanyakan daycare
hanya menggunakan konsep montesorri tapi tidak tepat pada penerapannya. Ini merupakan suatu masalah
yang penting bagi orang tua untuk memilih sekolah yang tepat dengan metode yang sesungguhnya.

Berdasarkan analisa dari tingkat persaingan daycare yang terjadi saat ini yaitu substitusi,
pendatang baru, dan persaingan internal maka disimpulkan persaingannya adalah tinggi.

3.2.1.2 Bargaining power of supplier

Anak memerlukan banyak stimulasi untuk mengembangkan 8 jenis kecerdasannya, terutama di


masa golden period 3 tahun pertama, kebanyakan orang tua tidak mengerti bagaimana menstimulasi anak
sejak dini, belum lagi banyaknya orang tua pekerja sehingga tidak dapat berinteraksi maksimal dengan
anak. Anak lebih banyak bersama pengasuh yang belum tentu ahli dalam menstimulasi tumbuh kembang
anak.Hal ini turut menyumbang bertambahnya angka kejadian gangguan tumbuh kembang pada
anak.Dalam menstimulasi anak perlu pengetahuan khusus cara menstimulasi anak, bila anak tidak
distimulasi maka neuron-neuron otak tidak berkembang sehingga tidak terbentuk sinap- sinap yang akan
meningkatkan kecerdasannya.

Keadaan ini dimanfaatkan baik oleh pemerintah serta yayasan yang menimbulkan upaya
pemerintah atau yayasan untuk mendirikan Tempat Penitipan Anak atau yang sering disebut dengan
istilah TPA. Menurut Pasal 28 Ayat 4 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 berisi tentang pendidikan usia dini
pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. Layanan TPA merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) nonformal yang diarahkan pada kegiatan pengasuhan anak bagi orang tua yang mempunyai
kesibukan dalam bekerja, sehingga memerlukan sebuah layanan pengasuhan anak yang selain berfungsi
untuk menjaga anak-anak saat orang tua sibuk bekerja tetapi juga memberikan pendidikan yang sesuai
dengan usia anak-anak mereka.
Untuk lembaga PAUD dengan anak didik berusia hingga 2 tahun, yakni Taman Penitipan Anak
(TPA), rasio guru dan anak yang harus dipenuhi adalah 1: 4. Artinya satu orang guru melayani maksimal
empat orang anak didik. Sedangkan untuk PAUD dengan anak didik usia 2-4 tahun maka rasio guru dan
anak maksimal 1: 8.

Sementara untuk PAUD dengan anak didik berusia 4-6 Tahun, yakni untuk jenjang Kelompok
Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK), maka rasio guru dan anak maksimal 1:15. Artinya, satu
orang guru KB ataupun TK sebaiknya tidak melayani lebih dari 15 orang anak didik. Peraturan tentang
Standar PAUD ini disusun untuk menjamin kualitas dan mutu PAUD.

Dengan melihat pemenuhan rasio guru dan anak diatas di haruskan setiap Tempat Penitapan Anak
(TPA) minimal 1:4, maka pada setiap Tempat penitipan Anak diperlukan SDM terutama guru dan
pengasuh yang dapat kompeten, khususnya yang mengetahui mengenai metode Islamic Montessori.

Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama lingkungan yang bernuansa
ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan tersebut. Guru berperan sebagai
observer, pengamat yang selalu siap membimbing dan mengarahkan jika diperlukan anak. Guru selalu
memantau perkembangan anak dan catatan kemajuannya secara ilmiah sehingga mereka dapat
merencanakan aktivitas bagi anak-anak tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap
demi setahap. Guru-guru Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri
mereka, dan mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan
kesalahan. Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak.

Kegagalan sistem pendidikan yang tidak mampu membangun masyarakat pada masa itu
disebabkan karena terdapat adanya kekeliruan sistem pendidikan yang tidak memfokuskan pada masalah
pendidikan sejak anak usia dini. Metode Montessori menegaskan bahwa pendidikan saja tidak cukup jika
orang tua dan guru (sebagai orang dewasa) memiliki asumsi yang salah terhadap anak. Orang dewasa
harus meninggalkan anggapannya bahwa anak bagaikan benda kosong yang menunggu untuk diisi
dengan pengetahuan dan pengalaman orang dewasa. Disamping itu, Montessori menegaskan pula
pentingnya orang dewasa (guru dan orang tua) untuk menghilangkan egosentris dan keotoriterannya
terhadap anak. Orang dewasa harus berperan sebagai orang kedua yang memperlakukan anak dengan
lemah lembut untuk membantu tahapan perkembangannya dengan baik.

Dalam prinsip umum penyenggaraan pendidikan anak usia dini, pada dasarnya setiap anak
memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan,
bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa
tidak aman/ takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya.
Hukuman dan pujian tidak termasuk bagian dari kebutuhan anak, karenanya pendidik tidak menggunakan
keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan usaha yang ditunjukkan anak.

Lingkungan juga merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi anak. Lingkungan
berupa lingkungan fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main, benda-benda, perubahan benda
(daun muda -daun tua, daun kering, dst.), cara kerja benda (bola didorong akan menggelinding,
sedangkan kubus didorong akan menggeser, dst.), dan lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang-orang
sekitar, suasana belajar(keramahan pendidik, pendidik yang siap membantu, dst.). Pendidik seharusnya
menata lingkungan yang menarik, menciptakan suasana hubungan yang hangat antar pendidik, antar
pendidik dan anak, dan anak dengan anak. Pendidik juga memfasilitasi anak untuk mendapatkan
pengalaman belajar di dalam dan di luar ruangan secara seimbang dengan menggunakan benda -benda
yang ada di lingkungan anak. Pendidik juga mengenalkan kebiasaan baik, nilai-nilai agama dan moral di
setiap kesempatan selama anak di lembaga dengan cara yang menyenangkan.

Sumber dan media belajar untuk PAUD tidak terbatas pada alat dan media hasil pabrikan, tetapi
dapat menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di lingkungan sepanjang tidak berbahaya bagi
kesehatan anak. Air, tanah lempung, pasir, batu-batuan, kerang, daun-daunan, ranting, karton, botol-botol
bekas, perca kain, baju bekas, sepatu bekas, dan banyak benda lainnya dapat dijadikan sebagai media
belajar untuk mengenalkan banyak konsep; matematika, sains, sosial, bahasa, dan seni. Dengan
menggunakan bahan dan benda yang di sekitar anak belajar tentang menjaga lingkungan, pelestarian
alam, dan lainnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada pendidik, tetapi orang-orang yang ada di
sekitarnya. Misalnya anak dapat belajar tentang tugas dan cara kerja petani, peternak, polisi, pak pos,
petugas pemadam kebakaran, dan lainnya dengan cara mengunjungi tempat kerja mereka Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan TPAatau mendatangkan mereka ke lembaga PAUD untuk menunjukkan kepada anak
bagaimana mereka bekerja.Dalam hal ini, terkadang sumber dan media pembelajaran untuk pendidikan
anak usia dini harus pula diperhatikan, dan biasanya setiap supplier dalam menyuplai sumber dan media
belajar pun beragam, tetapi tetap dengan standar yang di tetapkan oleh Negara.

Selain itu dalam prinsip pmbelajaraan pendidikan anak usia dini Anak belajar sesuai dengan
kondisi sosial budayanya. PAUD merupakan wahana anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi dengan
berdasarkan pada sosial budaya yang berlaku di lingkungan. Pendidik seharusnya mengenalkan budaya,
kesenian, dolanan anak, baju daerah menjadi bagian dari setting dan pembelajaran baik secara regular
maupun melalui event tertentu. Event yang biasanya banyak lembaga pendidikan anak usia dini
melakukan field trip, dalam segi metode pembelajaran langsung ke bisnis centr, seprti kunjungan ke
Pizza, dsb , tempat keagamaan (contoh program manasik haji, dsb) dan ketempat lingkungan sosial
lainnya. Dalam hal ini di pastikan akan bekerja sama dengan lembaga bisnis terkait, sehingga dalam segi
supplier untuk event serta kunjungan program pembelajaran sangat diperlukan.

Potensi guru, pengasuh, sarana dan prasarana, serta sumber dan media pembelajaransangat penting
untuk pengembangan metode Montessori. Dalam hal ini terlihat kekuatan tawar menawar dari segi
supplier yang mendukung di dalam lingkungan Daycare dan PAUD masih sangat kuat, oleh karena itu
daya kekuatan tawar-menawar dari supplier adalah tinggi. Hal ini di karenakan potensi guru yang
memahami metode montessory masih kurang, serta untuk sarana dan prasarana, serta supplier sumber dan
media pembelajaran juga banyak yang ditawarkan oleh beberapa distributor.

3.2.1.3 Bargaining power of substitute

Produk substitusi day care dan preschool adalah lembaga pendidikan lain yang memiliki fungsi
yang sama dengan day care dan preschool. Produk substitusi day care dan preschool ini perlu
diperhatikan dalam analisa persaingan, terutama jika produk tersebut: (1) memiliki kecenderungan
memiliki harga yang lebih murah atau prestasi yang lebih baik, (2) ketersediaannya yang tinggi serta (3)
menghasilkan laba yang tinggi.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa day care adalah lembaga penitipan anak yang dapat
menggantikan peran orang tua dalam merawat dan mengasuh anak, ketika orang tua sedang bekerja atau
tidak berada di rumah.Sedangkan preschool yang sering juga kita sebut playgroup atau PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) adalah pemberian pelajaran kepada anak sebelum dimulainya pendidikan
formal yang wajib.Dengan demikian yang menjadi substitusi dari day care dan preschool adalah Baby
Sitter dan Asisten Rumah Tangga (ART).

Biasanya para baby sitter sudah memiliki bekal keterampilan mengasuh anak. Selain itu biaya
yang di keluarkan orang tua untuk seorang baby sitter relatif lebih murah yang menjadi salah satu
pertimbangan baby sitter untuk menjadi substitusi dari day care dan preschool karena biaya peralihannya
(switching cost) yang murah dan baby sitter bisa bekerja 24 jam.

Mempekerjakan Asisten rumah tangga untuk mengurus rumah sekaligus menjaga anak memiliki
keuntungan sekaligus kerugian.Keuntungannya adalah harga murah yang dibayar untuk 2 pekerjaan
sekaligus. Keuntungan lainnya adalah jika mendapatkan ART yang baik dalam mengasuh anak, anak pun
akan tertular perilakunya. Kerugiannya adalah biasanya fokus perhatian yang terpecah bisa menyebabkan
ART kurang sigap dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, karena waktunya banyak dihabiskan
untuk mengurus anak.Selain itu murahnya biaya peralihan (switching cost) dapat berperan sebagai
substitusi day care dan preschool.

Karena substitusi dapat dengan mudah menggantikan day care dan preschool (selama masalah
ketersediaan day care dan preschool sangat sedikit) disimpulkan bahwa aspek subsitusi terhadap day care
dan preschool adalah relatif sedang.

3.2.1.4 Bargaining power of buyer

Dalam pendidikan anak usia dini (PAUD), jumlah lembaga pendidikan anak usia dini dan jasa
penitipan anak sangatlah banyak, menyebabkan para pendiri tempat penitipan anak (TPA) atau day care
masing-masing menawarkan beragam metode pembelajaran. Dimana Setiap orang tua menginginkan
anaknya bagus secara akademis, social, fisik, dan religi (pendidikan agama) untuk menarik minat orang
tua sehingga dapat mendaftarkan anaknya di sekolah ini.

Dalam kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan dimana minat konsumen (orang tua)
menjadi sangat tinggi dengan berbagai pertimbangan dalam memilih dan menentukan day care dan
preschool yang akan dimasuki. Adapun pertimbangan yang ditawarkan adalah meliputi biaya pendidikan
yang terjangkau, program pendidikan yang unggul dan variatif, kelengkapan sarana dan prasarana,
metode pembelajaran yang beragam dan nilai-nilai religi (agama) yang di ajarkan. Day care dan preschool
ini juga menawarkan tim pengajar dan pengasuh yang berkompeten di bidangnya.

Berdasarkan analisa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tawar konsumen dalam dunia
pendidikan anak usia dini (PAUD) cukup tinggi. Hal ini disebabkan pelanggan memiliki persyaratan-
persyaratan tertentu terkait dengan Harga yang terjangkau dan beragam metode pembelajaran yang di
tawarkan, oleh karena itu day care dan preschool harus mampu bersaing secara jangka panjang atau
consumen akan beralih ke yang lainnya.

3.2.1.5 Bargaining power of new entrance

Dalam industri pendidikan anak usia dini, ancaman akan adanya pendatang baru tergantung pada
berbagai faktor, yakni:

a. Economics of scale
Secara skala ekonomi, tingkat biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan day care dan preschool
diperlukan dana yang cukup besar, meliputi lokasi, pengadaan barang, tenaga kerja, riset,
pemasaran, pelayanan sehingga hambatan masuknya pendatang baru relative sedang.
b. Product Differentiation
Identifikasi produk yang dihasilkan dalam pendidikan anak usia dini belum menjadi suatu
hambatan bagi pendatang baru dalam memasuki persaingan industri pendidikan anak usia dini
karena selama ini parameter yang dituju sebagai nilai utama dalam produk industri pendidikan
anak usia diniadalah metode pembelajaran yang digunakan, untuk metode Montessori sendiri
masih terbilang baru sehingga dapat dikatakan hambatan masuknya pendatang baru dalam
aspek ini adalah rendah.
c. Capital Requirements
Tingkat modal yang diperlukan dalam mendirikan day care dan preschool sangat bervariasi
(tergantung seberapa besar daycare dan preschool itu ingin didirikan).Apabila ingin
membangun skala kecil misalnya day care di daerah perumahan pun tidak memerlukan
investasi yang sangat besar, namun belum dapat dipastikan dari segi kualitasnya. Dengan
demikian secara capital requirements hambatan masuknya pendatang baru sangatlah rendah.
d. Goverment Policy
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan anak usia dini tidak membatasi dalam jumlah
pemain di industri ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hambatan masuknya pendatang
baru dalam sisi peraturan pemerintah (government policy) sangatlah rendah.

Berdasarkan sumber - sumber pokok hambatan masuknya pendatang baru (barriers to entry)
dapat disimpulkan bahwa aspek barriers to entry di dalam industri pendidikan anak usia dini maka
kekuatan ancaman pendatang baru adalah relatif tinggi.

3.2.2 Analisis KKPA (SWOT) (Annisa)


Pada Matrix SWOT yaitu seluruh analisa dilihat dari Strenght, Weaknes, Oppurtunities, dan
Threat akan dilakukan pencocokan sehingga menghasilkan langkah strategi yang nantinya akan dipilih
sebagai penentuan langkah bisnis dari Khalifah Islamic Montessori Daycare and Preschool, Matrix
SWOT tergambar dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Matrix SWOT

STRATEGY SWOT

STRENGHT WEAKNESS OPPURTUNITY THEREAT

1. Lebih praktis bagi 1. Belum memiliki 1. Sedikitnya lembaga 1. Kurangnya


orang tua dalam branding pendidikan anak usia pemahaman
2. Belum
memilih daycare dan dini di DKI Jakarta orang tua
terakreditasi 2. Lokasi yang strategis
preschool dalam satu terhadap teori
3. Biaya
berdekatan dengan
lokasi. montesorri
operasional yang
2. Metode khusus perkantoran dan pusat 2. Tingginya
tinggi
Montessori islamic 4. Kurangnya perbelanjaan persaingan
3. Kurangnya metode
berbasis pengalaman Daycare dan
yang berbasis islami
kepemimpinan bisnis di bidang Preschool di
3. Metode Montessori untuk pendidikan
daycare dan DKI Jakarta
islamic dengan anak usia dini di DKI 3. Rendahnya
preschool
menggunakan Jakarta pemahaman
4. Perizinan yang mudah
trilingual tenaga
4. Sarana dan prasarana untuk mendirikan
pengajar pada
yang memadai Daycare dan
metode
5. SDM yang
Preschool
montesorri
berkualitas yang 5. Kurangnya
4. Sulitnya
tersertifikasi kepercayaan orangtua
akreditasi
6. Kerjasama dengan
terhadap baby sitter
yang berbasis
instansi dalam
atau pengasuh yang
International
berbagai bidang
berlisensi 5. Regulasi
7. Lokasi yang strategis
6. Tingginya kalangan
8. Ruangan yang bersih pemerintah
wanita kelas
dan nyaman yang masih
9. Adanya Sistem IT menengah di DKI
dapat
online yang dapat di Jakarta
berubah-ubah
akses oleh orang tua
10. Terdapat CCTV
online yang dapat
langsung di akses
oleh orangtua
11. Memiliki sistem
pemasaran yang
efektif
12. Menerima
pendaftaran secara
online
13. Memiliki team
costumer
relationship untuk
membina hubungan
dengan orangtua
SO WO ST WT
S1; S7; S11; O1; 02; O4; W3; O5;O6 S4; S9; S10; T1; T3 W2; T4; T5
O6
Memberikan pelayanan Membuat ebook mengenai Melakukan
Membuka cabang baru berkualitas dengan tarif metode Montessori islami, akreditasi
yang dapat di jangkau berbasis kepemimpinan montessori
yang dapat di akses oleh
W1; W4; O1; O2
S2; S3; S4; S8; O1; O3; orang tua dan pengajar.
O5 Melakukan pemasaran
yang efektif dengan
Memberikan pelayanan
berbagai media S5; T3
yang berkualitas berbasis
metode pembelajaran Memberikan Pelatihan
internasional terkini kepada SDM
mengenai pengasuhan anak
dengan metode Montessori
S6; S9; S10; S13; O5; O6 islami berbasis
kepemimpinan
Memberikan fasilitas
pelayanan akses online
kepada orangtua untuk
S6; T2
mengetahui perkembangan
anak Melakukan kerjasama
dengan intansi terkait dalam
bidang keagamaan, dan
S12; O6 sosial.

Memberikan pelayanan
pendaftaraan secara online,
sehingga mempermudah
orangtua

Bedasarkan hasil analisa SWOT matrix di dapatkan beberapa strategi yang dapat diambil. Strategi
yang dapat diambil yaitu dengan membuka cabang baru, memberikan pelayanan yang berkualitas
berbasis metode pembelajaran internasional, memberikan fasilitas pelayanan akses online kepada
orangtua untuk mengetahui perkembangan anak, memberikan pelayanan pendaftaraan secara online,
sehingga mempermudah orangtua, memberikan pelayanan berkualitas dengan tarif yang dapat di
jangkau, melakukan pemasaran yang efektif dengan berbagai media, membuat ebook mengenai metode
Montessori islami, berbasis kepemimpinan yang dapat di akses oleh orang tua dan pengajar,
memberikan Pelatihan terkini kepada SDM mengenai pengasuhan anak dengan metode Montessori
islami berbasis kepemimpinan, melakukan kerjasama dengan intansi terkait dalam bidang keagamaan,
dan sosial, dan melakukan akreditasi Montessori.

3.2.1 Analisis Persaingan (Annisa)


3.2.1.1 EFE
Tabel 3.2 EFE

No Key External Bobot Rating Weight


Score

OPPORTUNITY

1 Sedikitnya lembaga pendidikan anak usia dini di DKI 0.05 3 0.15


Jakarta

2 Lokasi yang strategis berdekatan dengan perkantoran dan 0.08 4 0.32


pusat perbelanjaan

3 Kurangnya metode yang berbasis islami untuk pendidikan 0.1 4 0.4


anak usia dini di DKI Jakarta

4 Perizinan yang mudah untuk mendirikan Daycare dan 0.1 3 0.3


Preschool

5 Kurangnya kepercayaan orangtua terhadap baby sitter atau 0.2 2 0.4


pengasuh yang berlisensi

6 Tingginya kalangan wanita kelas menengah di DKI Jakarta 0.07 4 0.28

0.6 1.85

No Key External Bobot Rating Weight


Score

THREATS

1 Kurangnya pemahaman orang tua terhadap teori 0.05 1 0.05


montesorri
2 Tingginya persaingan Daycare dan Preschool di DKI 0.15 4 0.6
Jakarta

3 Rendahnya pemahaman tenaga pengajar pada metode 0.05 3 0.15


montesorri

4 Sulitnya akreditasi yang berbasis International 0.05 4 0.2

5 Regulasi pemerintah yang masih dapat berubah-ubah 0.1 4 0.4

0.4 1.4

Selisih O T 0.2 0.45

Total 1 3.25

3.2.1.2 IFE
Tabel 3.3 IFE

No Key Internal Bobot Rating Weight


Score

STRENGHT

1 Lebih praktis bagi orang tua dalam memilih daycare dan 0.06 4 0.24
preschool dalam satu lokasi.

2 Metode khusus Montessori islamic berbasis kepemimpinan 0.07 4 0.28

3 Metode Montessori islamic dengan menggunakan trilingual 0.07 4 0.28

4 Sarana dan prasarana yang memadai 0.07 3 0.21

5 SDM yang berkualitas yang tersertifikasi 0.05 4 0.2

6 Kerjasama dengan instansi dalam berbagai bidang 0.02 2 0.04

7 Lokasi yang strategis 0.07 4 0.28

8 Ruangan yang bersih dan nyaman 0.03 3 0.09

9 Adanya Sistem IT online yang dapat di akses oleh orang 0.04 4 0.16
tua

10 Terdapat CCTV online yang dapat langsung di akses oleh 0.05 3 0.15
orangtua
11 Memiliki sistem pemasaran yang efektif 0.03 4 0.12

12 Menerima pendaftaran secara online 0.05 3 0.15

13 Memiliki team costumer relationship untuk membina 0.04 4 0.16


hubungan dengan orangtua

0.65 2.36

No Key Internal Bobot Rating Weight


Score

WEAKNESSES

1 Belum memiliki branding 0.1 4 0.4

2 Belum terakreditasi 0.08 4 0.32

3 Biaya operasional yang tinggi 0.1 3 0.3

4 Kurangnya pengalaman bisnis di bidang daycare dan 0.07 2 0.14


preschool

0.35 1.16

Selisih S W 0.3 1.2

Total 1 3.52

3.2.1.3 CPM
Pada Competitive Profile Matrix, dilakukan analisa terhadap profile dari beberapa pesaing
Khalifah Islamic montessori daycare dan preschool seperti Jakarta Montessori School, Bulan Bintang
Islamic Montessori Preschool and daycare, dan Green Montessori Learning with Islamic Value.
Bedasarkan hasil CPM didapatkan bahwa Islamic montessori daycare dan preschool yang didirikan
mempunyai daya saing yang lebih dibandingkan dengan competitor yang ada di sekitarnya. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:

Tabel 3.3 CPM

Critical Success KIMDP JMS BBIMPD GMLIV


Weight
Factors Rating WS Rating WS Rating WS Rating WS

Metode Montessori 0.2 5 1.0 2 0.4 4 0.8 4 0.8


Islamic berbasis
kepemimpinan

Kurikulum trilingual 0.1 4 0.4 5 0.5 3 0.3 3 0.3

SDM yang sudah


0.05
tersertifikasi 4 0.2 5 0.25 4 0.2 4 0.2

Kerja sama dengan


instansi terkait (swasta 0.05
atau pemerintah) 3 0.15 3 0.15 3 0.15 3 0.15

Proses operasional yang


0.1
excellent 5 0.5 5 0.5 4 0.4 4 0.4

Pendaftaraan secara
0.05
online 4 0.2 4 0.2 4 0.2 4 0.2

Orangtua dengan mudah


memonitor
0.2
perkembangan anak
secara online 5 1.0 5 1.0 3 0.6 2 0.4

Adanya tim costumer


0.2
relationship 4 0.8 4 0.8 4 0.8 4 0.8

Sarana prasarana yang


0.05
memadai 4 0.2 4 0.2 4 0.2 4 0.2

Total 1 4.45 4 3.65 3.45

Keterangan:

WS = Weight Score

KIMDP = Khalifah Islamic Montessory Daycare and Preschool

JMS = Jakarta Montessori School

BBIMPD = Bulan Bintang Islamic Montessori Preschool and daycare

GMLIV = Green Montessori Learning with Islamic Value


3.3 Tahap 2 : Perancangan (Monie)

3.4 Tahap 3 : Penerapan (Dok Tika)


Menerapkan rancangan yang mencakup: display, laporan, sosialisasi, analisis
manfaat/biaya, modifikasi proses, pelatihan, sumber daya dan kedudukan SMK
saat ini terhadap SMK yang baru

3.5 Tahap 4 : Penyegaran (Dok Tika)


Merupakan langkah evaluasi terhadap sistem manajemen kerja yang dirancang

You might also like