Professional Documents
Culture Documents
doraemon Alamsyah-Alwi
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Jan
27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di
ruang gawat darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun
setidaknya tidak pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang
penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis, keadaan tersebut
merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti
sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala
awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.
Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena
diagnosis yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat
menyebabkan kejng tidak terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang
tidak perlu. Dengan penangggulangan yang tepat dan cepat tidak perlu
menyebabkan kematian.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
a. Kejang Demam
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Ngastiyah, 165: 2005).
b. Epilepsi
A. Etiologi
a. Kejang Demam
S Metabolisme anaerobik
S Infeksi ekstrakranial
b. Epilepsi
S Faktor fisiologis
S Faktor biokimiawi
S Faktor anatomis
B. Patofisiologi
a. Patofisiologi Kejang Demam ( Ilmu Kesehatan Anak, hal:47)
Kebutuhan Nutrisi
O2 ke otak menurun
a. Patofisiologi epilepsi
A. Manifestasi Klinis
a. Kejang Demam
Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya
terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan
umumnya kejang akan terhenti sendiri. Begitu terhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik atau menit anak akan
terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.
b. Epilepsi
M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari
badan dan anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan,
gerakan kejut disertai jeritan, biasanya anak menderita retardasi mental
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
e. Pemeriksaan Radiologis
$ Foto tengkorak
$ Pneumoensefalografi
$ Ventrikulografi
$ Arteriografi
C. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Kejang
1. Medis
b. Pengobatan Penunjang
c. Pengobatan Rumat
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat
kejang:
Berikan obat anti piretik dengan antikonvulsan. Paasien perlu diberi banyak
minum jika suhu tinggi sekali kompres dingin ecara intensif.
Walaupun pasien ketika kejang tidak sadar perlakukan lemah lembut dan kasih
sayang perlu dilaksanakan
Penatalaksanaan Epilepsi
1. Medis
Selidiki adanya penyakit yang masih aktif (tumor otak, hematoma subdural
kronis) pada lesi aktif atau progresif yang belum ada obatnya, lesi, atau lesi
yang sudah inaktif.
b. Pengobatan preventif ( rumat)
2. Penatalaksanaan keperawatan
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan kriteria evaluasi
1 Risiko tinggi - Serangan kejang -Gali bersama pasien, keluarga berbagai - Alk
cidera b/d dapat terkontrol stimulasi yang dapat menjadi pencetus lain
serangan - Mengungkapkan kejang otak
kejang pemahaman faktor risik
(Fransisca, yang menunjang - Me
2008). penghentian -Pertahankan bantalan lunak pada
pernapasan dan penghalang tempat tidur yang terpasang
mengambil langkah dengan posisi tempat tidur rendah - Mem
untuk memperbaiki -Evaluasi kebutuhan u/ perlindungan pada terh
situasi kepala - Me
-Tinggalah bersama ps dalam waktu
beberapa saat selama/setelah kejang
- Me
-Lakukan penilaian neurologis/TTV
wak
setelah kejang
norm
- Me
-Observasi munculnya tanda-tanda status
dibu
epileptikus
Kolaborasi:
- Me
-Berikan obat sesuai indikasi seperti obat
antiepilepsi (fenitoin)
- Me
-Fenobarbital
anti
- Me
-Diazepam
- Me
-Glukosa, tiamin
met
-Me
-Pantau/catat kadar obat antiepilepsi
-Me
-Pantau kadar sel darah, elektrolit dan
glukosa mem
Diagnosa Tujuan
NO Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Evaluasi
2 Risiko tinggi - - Anjurkan ps u/ -Menurunkan
pola napas tak Mempertahankan mengosongkan risiko aspirasi atau
efektif b/d pola mulut dari benda masuknya benda
kerusakan pernapassan tertentu jika fase asing ke faring
neuromuskular efektif dengan aura terjadi -Meningkatkan
(Diah, 2009) jalan napas - Letakkan ps aliran sekret,
paten/ aspirasi pada posisi mencegah lidah
dicegah miring, jatuh dan
permukaan datar, menyumbat jalan
miringkan kepala napas
selama serangan
kejang -U/ mem fasilitasi
-Tanggalkan usaha bernapas/
pakaian pada ekspansi dada
daerah
leher/dada dan -Menurunkan
abdomen hipoksia serebral
Kolaborasi: sebagai akibat dari
-Berikan sirkulasi yang
tambahan menurun
oksigen/ ventilasi
manual sesuai -Munculnya apnea
kebutuhan pada yang
fase posiktal berkepanjangan
-Bantu pada fase posiktal
melakukan membutuhkan
intubasi, jika ada dukungan
indikasi ventilator
Tujuan
Diagnosa
NO Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Evaluasi
3 Koping -Setelah - Kaji perasaan -Klien dengan
individu/ dilakukan takut, asing, depresi, epilepsi biasanya
keluarga intervensi dan tidak pasti diasingkan dari
tidak efektif keperawatan - Kaji adanya berbagai aktivitas
b/d stres koping masalah psikologis -U/ penanganan
akibat individu/ kesehatan mental
epilepsi keluarga -Lakukan konseling yang komperehensif
(Fransisca, membaik terhadap individu -Konseling akan
2008) -Dapat dan keluarga membantu
mengatasi individu/keluarga
masalah - Berikan pendidikan memahami kondisi
yang mengenai penyebab, dan keterbatasan
dihadapi pencegahan dan yang diakibatkan
-klien/ cara perawatan epilepsi
keluarga epilepsi -Pendidikan epilepsi
dapat -Ajarkan keluarga bermanfaat untuk
memahami cara perawtan bila mengubah perilaku
kondisi dan terjadi serangan ps dengan keluarga
keterbatsan kejang terhadap
yang penyakitnya sendiri
diakibatkan -Beritahukan -Dengan
epilepsi keluarga untuk mengetahui
melakukan kontrol perawatan bila
secara teratur ke unit terjadi serangan,
pelkes dapat mencegah
-Beritahukan ps/ risiko cidera pada ps
keluarga u/ -Meningkatkan
mengonsumsikan status kesehatan ps
obat yang
direspkean dokter -Mencegah ps
mengonsumsi obat
yang dapat berisiko
bagi keamanan dan
keselamatan klien
Diagnosa Tujuan
NO Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Evaluasi
4. Kurang -Tujuan: - Jelaskan kembali - Memberikan
pengetahuan Pemahaman mengenai kesempatan u/
mengenai terhadap proses patofisologi mengklarifikasi
kondisidan penyakit, dan penyakit dan kesalahan
aturan pengobatannya perlunya persepsidan
pengobatan -Kriteria pengobatan dalam keadaan penyakit
b/d kurang evaluasi: jangka waktu yang yang ada
pemajanan, Mengungkapkan lama sesuai
kurang pemahaman indikasi - Tidak adanya
mengingat tetntang - Tinjau kembali pemahaman
(Doenges, gangguan dan obat-obat yang terhadap obat-
2000) berbagai didapat, dan tidak obat yang didapat
rangsang yang menghentikan merupakan
dapat pengobatan tanpa penyebab dari
meningkatkan/ pengawasan dokter kejang yang terus
berpotensial menerus
pada aktivitas - Berikan petunjuk
kejang yang jelas pada ps - Dapat
u/ minum obat menurunkan iritasi
bersamaan waktu lambung,
makan jika mual/muntah
memungkinkan
- Mempercepat
- Anjurkan ps u/
penanganan dan
menggunakan
menentukan
gelang identifikasi
diagnosa dalam
yang
keadaan darurat
memberitahukan
bahwa Anda
- Kebutuhan
penderita epilepsi
terapeutik dapat
- Tekankan perlunya berubah dan efek
u/ melakukan samping obat
evaluasi yang yang serius dapat
teratur terjadi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Contoh kasus
a. Pengkajian
1. Riwayat kejang
3. Asupan alkohol
7. Kontak sosial
b. Diagnosa Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
a. Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus
tergantung kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.
IV.2. Saran
Bagi perawat :
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Label: KMB I
Tambahkan komentar
2.
Nov
26
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sementara itu di tahun 2012 dari bulan Januari sampai dengan bulan
Juni dimana pada bulan Januari 267 orang, Februari 340 orang, Maret 327
orang, April 348 orang, Mei 400 orang, Juni 357 orang, jumlah selama
setengah tahun atau 6 bulan terakhir pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2.039
orang penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Penyakit Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan konsumsi garam berlebih terhadap kejadian
penyakit hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2012
b. Diketahuinya hubungan stres terhadap kejadian penyakit hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
c. Diketahuinya hubungan penyakit penyerta terhadap kejadian penyakit
hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2012
d. Diketahuinya hubungan kurangnya berolahraga terhadap kejadian
hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2012
e. Diketahuinya hubungan merokok terhadap kejadian penyakit hipertensi
di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Sebagai bahan masukan bagi petugas mengenai penyakit hipertensi
agar dapat menangani kasus kasus hipertensi yang terjadi khususnya di
poli klinik penyakit dalam RSUD Raden Mattaher jambi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi kepustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan
terhadap penyakit hipertensi.
3..Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekananan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang terjadi
akibat peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama)
penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi merupakan
salah satu resiko utama penyebab stroke, serangan jantung, dan gagal jantung
(Adib, 2011 : 7).
B. Klasifikasi Hipertensi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya nereepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
4. Manifestasi Klinis
5. Penatalaksanaan
a. Terapi dan terapi menyeluruh
Terapi akan mengurangi faktor risiko stroke dan mengurangi
separuh risiko koroner. Faktor risiko kardiovaskular lain juga harus
ditangani misalnya kontrol kolesterol, kontrol diabetes (Davey 2005:
139)
b. Terapi non- farmakologik
Muttaqin (2009:117) mengemukakan pendekatan nonfarmakologi
yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut:
c. Terapi Farmakologik
Berikut jenis antihipertensi yang sering diresepkan dokter
1. Diuretik
Obat-obatan yang bersifat diuretic membantu mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh hingga menurunkan
tekanan darah.
2. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor
Mencegah tubuh memproduksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan
darah berkurang.
3. Beta Blocker
Beta blocker berfungsi untuk memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang
terpompa lebih sedikit dan tekanan darah berkurang.
4. Calcium Chanel Blocker (CCB)
Memperlambat laju kalsium yang melalui otot jantung dan yang
masuk ke dinding pembuluh darah sehingga menjadikan pembuluh
darah rileks dan melancarkan aliran darah.
5. Vasodilator
Berkerja langsung pada otot pembuluh darah dengan menimbulkan
relaksasi otot sehingga pembuluh darah tidak menyempit dan
tekanan darah berkurang
6. Komplikasi
a. Stroke
b. Gagal Jantung
C. Faktor Penyebab
1. Hipertensi primer
a. Keturunan
Sekitar 70-80 % penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat
hipertensi di dalam keluarga apalagi didapat riwayat kedua orang tua
mengalami hipertensi maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.
Faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang laki-laki dari pada
perempuan. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko
terjadi setelah masa menopause
c. Usia
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31
tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun
(menopause).
d. Ras
Rata-rata ras afrika amerika (Black American) memiliki level
tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih
(caucasian) mereka cenderung sensitif terhadap natrium, umumnya
hipertensi menyerang mereka diusia muda dan berisiko lagi terhadap
penyakit ginjal, stroke dan jantung.
e. Obesitas
Penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
f. Konsumsi garam berlebih
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang
berlebihan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah.
Sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja.
g. Kurang Olahraga
Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobic yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Olahraga dapat mengurangi atau mencegah obesitas
serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar
dari dalam tubuh bersama keringat.
h. Lingkungan dan geografis
Faktor lingkungan dan geografis dapat mempengaruhi
kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.
i. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu
pendek dengan mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang
biasanya mengendalikan mengendalikan tekanan darah secara
otomatis.
j. Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan juga
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
k. Konsumsi Alkohol
Efek dari konsumsi alkohol merangsang hipertensi karena
adanya peningkatan sintesis kathekolamin yang dalam jumlah besar
dapat memicu kenaikan tekanan darah. Konsumsi alkohol yang
berlebihan terkadang diketahui setelah pemeriksaan darah rutin.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui, muncul secara
tiba-tiba dengan pemicunya antara lain, penyakit ginjal, pemakaian
kontrasepsi oral, terganggunya keseimbangan hormone (Palmer dan
Bryan, 2007 hal :7)
D. Kerangka Teoritis
Bagan 2.1.
Kerangka Teoritis
1. Hipertensi Primer :
Keturunan
Jenis kelamin
Usia
Ras
Obesitas
Konsumsi garam berlebih *
Kurang Berolahraga*
Stres*
Lingkungan dan Geografis
Merokok*
Alkohol
Stress *
Hipertensi
2. Hipertensi Sekunder
Penyakit penyerta *
Pemakaian kontrasepsi oral
b. Stres
Stres melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan
darah. Stress dapat timbul dari berbagai pemicu seperti brbagai macam
pekerjaan (Parmadi, 20: hal 3).
c. Kurangnya Berolahraga
d. Merokok
E. Kerangka Konsep
Bagan 2.2
Kerangka Konsep
Hipertensi Primer :
Konsumsi garam berlebih
Stres
Kurang berolahraga
Merokok
Hipertensi Sekunder:
Penyakit penyerta (penyakit ginjal, Dm, Rematik)
Hipertensi
F. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara quota sampling
adalah responden yang menderita hipertensi yang berobat ke poli penyakit
dalam RSUD Raden Mattaher Jambi pada tahun 2011. Dengan
memperkirakan dari perumusan Notoatmodjo (2005: hal 92) sebagai
berikut :
n =
dimana:
N : Besar Populasi
n : Besar sampel
Keterangan :
X2 :
fo :
fe :
D. Instrumen Penelitian
E. Definisi Operational
66 %
menderit
Keadaan
tekanan darah a
tinggi yang penyakit
6 Penyakit disebabkan
Kuisioner Wawancara ordinal penyerta
. penyerta oleh penyakit
ginjal, diabetes 44% tidak
mellitus, dan menderit
rematik a
penyakit
penyerta
Tambahkan komentar
3.
Nov
25
POKJAKES
Waktu : Menit
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat Ds.Punti Kalo Kec Sumai Kab Tebo
Tengah.Gresik secara aktif dalam bidang kesehatan,akan dibentuk kelompok
kerja kesehatan (POKJAKES) Oleh masyarakat bersama dengan mahasiswa
Akademi Keperawatan Telanai Bhakti Jambi. Dasar pemikiran pembentukan
POKJAKES adalah dari dari,oleh,dan untuk masyarakat menindaklanjuti hasil
kesepakatan tanggal 17 November 2011, maka perlu dilakukan sosialisasi
POKJAKES sebagai langkah awal dalam pembentukan kepengurusan
organisasinya. Dengan sosialisasi dimaksud akan menumbuhkan pemahaman
dan motivasi bagi warga masyarakat untuk mau berperan aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan
B. Tujuan
(1) Umum
(2) Khusus
C. Peserta:
(1). Kepala Desa Ds.Panti Kalo Kec. Sumai Kab Tebo Tengah
(3). Ketua RW,RT Ds Panti Kalo Kec. Sumai Kab Tebo Tengah
(4). Calon Pengurus pokjakes 17 Orang
(5). Mahasiswa praktek keperawatan komunitas 27 orang.
D. Kepanitiaan
Ketua : Almizan
Wakil Ketua : Heriansyah
Sekretaris : Nuri Mutiya
Bendahara : Eka Marianti
E. Setting Tempat
PENANGGUNG
No WAKTU KEGIATAN PEMBICARAAN
JAWAB
Kepala Desa
- Perkenalan Ketua RW
1 5 Menit Pembukaan
- Kontrak Waktu Ketua RT
Ketua Panitia
2 10 Sambutan Kepala Desa
Menit Ketua Panitia Ketua RW
Ketua RT
Ketua Panitia
3 30 Penjelasan Job -Pengertian Ketua Panitia
Menit Diskription pokjakes Mahasiswa
Pokjakes -Manfaat pokjakes
Penjelasan Job -Ciri-ciri pokjakes
-Bidang kegiatan
pokjakes
4 45 Hearing
Menit
5 25 Pembentukan - Kepala Desa atau Kepala Desa
Menit Kepengurusan Kasun/Ketua RW Ketua RW
Pokjakes - Mahasiswa Kep Ketua RT
Komunitas Ketua Panitia
(1) Struktur
Persiapan dilaksanakan 2hari sebelum kegiatan dan undangan disebarkan
satu hari sebelum kegiatan/acara
(2) Proses
Diharapkan acara berjalan lancar dan kehadiran 100% dari jumlah
undangan
(3) Hasil
(1). Mahasiswa dapat mensosialisasikan tugas tugas pengurus pokjakes
kepada masyarakat DS.Panti Kalo Kec.Sumai Kab Tebo Tengah
(2). Masyarakat memahami dan menyadari pentingnya pokjakes
(3). Mahasiswa bersama masyarakat dapat membentuk struktur
organisasi Pokjakes di Ds. Punti Kalo Kec. Sumai Kab. Tebo Tengah
Ketua Sekretaris
Mengetahui,
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi
Kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) adalah suatu wadah yang
dibentuk oleh masyarakat Secara bergotong royong dengan kekuatan
sendiri,untuk;
1) Menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan.
C. Ciri-ciri Pokjakes
1) Dilakukan atas dasar kesadaran,kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri
sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat.
3) Pengadaan air bersih dan MCK (mandi, cuci, kakus) yang memadai jumlahnya
dan memenuhi syarat kesehatan
a) Pelayanan KB
b) Penyuluhan pasangan usia subur
c) Memotivasi ke posyandu
a) Kesehatan usila
b) Aktivitas dan olahraga usila
c) Memotivasi ke posyandu usila
a) Sanitasi Perumahan
b) Pengguanaan air bersih dan pembuangan sampah
c) Penanganan sampah-sampah dan desain tempat sampah.
d) Pemanfaatan perkarangan
e) Drainase/saluran air hujan/limbah warga.
STRUKTUR ORGANISASI
Tambahkan komentar
4.
Nov
25
ASKEP ANEMIA
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-
anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam,
dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai
kelainan hemolitik.
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
PENDAHULUAN
A. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 %
pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (Arif Mansjoer,dkk. 2001).
B. Patofisiologi
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Anemia
payah jantung
C. Etiologi:
2. Perdarahan
D. Klasifikasi
Penyebab anemia paling umum pada anak dan dapat terjadi pada umur apa saja,
namun paling mudah terjadi pada umur 6 36 bulan & 11 17 tahun kehilangan
darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid,
dll.)
gangguan eritropoesis
hemoglobin minim
b. Gambaran Klinis:
Pucat
Takikardi
Nafsu makan
Iritibel
Stamina
Stomatitis angularis
Splenomegali Gambar 1
Kuku "menyendok" (koilonychia):gambar 1
c. Pemeriksaan Laboratorium:
d. Penatalaksanaan
Retikulosit: 7 - 10 hari,
Produksi SDM cepat, melebihi cadangan Asam Folat: Contoh: Talesemi &
Hemolisis kronis lain (malaria)
b.Gambaran Klinis
Pucat
Kurang stamina
Tanda neuropati
-Aresthesi
-Ataksia
-Depressi
-Hyporefleksia
-Klonus
Perhitungan retikulosit
Kadar Folat serum , lebih akurat lagi kadar Folat di SDM Kadar Vit B12
serum , Schilling Test (absorbsi B12)
d. Pengobatan:
a. Etiologi:
b. Penyebab 50% pada anak dari obat, kimia & bahan toksik
c. Lain-lain
ii. Kehamilan
iii.Radiasi
b. Gambaran Klinis:
a. Tanda thrombositopeni: petekia, ekimoses, dan perdarahan yang tidak
normal
c. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Pansitopeni pada LD: hemoglobin, hematokrit, neutropeni, dan
thrombositopeni
d. Penatalaksanaan
d. Anemia Hemolisis
a. Etiologi
Hemoglobinopati
Parasit (malaria)
Kerusakan mekanis
c. Manifestasi Klinis
Pucat
Jaundis
Wajah khas
d. Pemeriksaan Laboratorium
DL: Hgl Morfologi SDM tidak normal, sel target positif, Haptoglobin ,
Bilirubin , LDH , Retikulosit , Fe
e. Penatalaksanaan
Asam Folat: 1 - 5 mg/hari PO, untuk mencegah krisis megaloblastik
Transfusi SDM (packed, leukodepleted): kalau hemolisis akut atau turun <
batasan tertentu.
I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
Pasca perdarahan
Anemia hemolistik
Anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk
menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan
manefestasi penurunan produksi urine
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu
makan
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
III. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Intervensi Rasional
PENUTUP
Kesimpulan
a. Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus
tergangung kondisi demam rematik dan faktor-faktor lain yang memperberat.
b. Diagnosa yang ada dalam makalah ini adalah :
1.Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2.Nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3.Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
c. Semua intervensi pada teoritis dilampirkan
e. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi klien
tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.
4.2. Saran
Bagi perawat :
2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada pasien demam rematik dilakukan secara
kontiniu dan berkesinambungan.
Tambahkan komentar
5.
Nov
25
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan yang bertedensi mengakibatkan renjatan yang bisa
menyebabkan kematian(Arief & Suprohaita,2000:419).
2. Etiologi
Gambar.1
3. ANATOMI FISIOLOGI
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan
aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume darah manusia
7-8 % dari berat badan. (Lauralee Sherwood : 2001)
Bila darah lengkap dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang
tertinggal dinamakan serum.
Darah adalah cairan yang membawa berbagai zat ke jaringan dan dari jaringan,
yang terdiri dari beberapa komposisi antara lain:
a. Plasma
Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Air membentuk 90 % volume plasma
2. Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah serta
melawan bibit penyakit (immunoglobulin).
5. Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk
membantu metabolisme.
b. Sel darah
1. Sel darah
Gambar 2: Eritrosit
Gambar: 3
4. Patofisiologi
Nyamuk aedes aegypti
Transmisi virus:
Virus yang ada dalam saliva nyamuk ditransmisikan ke manusia melalui gigitan
Nyamuk yang mengigit berikutnya mencerna virus yang ada dalam darah
5. Manifestasi klinis
1. Demam dengue
Demam yang timbul secara mendadak, suhu dapat mencapai 39-40o dapat disertai
dengan menggigil hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir,
seringkali turun secara mendadak disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak
tampak agak loyo. Dikenal dengan istilah demam biphasic, yaitu demam yang
berlangsung selama beberapa hari sempat turun ditengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh.
3. Hepatomegali
Pada permulaan demam biasanya hati sudah teraba, bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan ter jadi
renjatan.
4. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu, kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari
kaki serta sianosis disekitar mulut.
b. Penatalaksanaan medis
Suhu 400C diatasi dengan antipiretika dan sufface cooling, antipiretik yang
dapat diberikan ialah golongan asam minofen, acetosal tidak boleh diberikan.
b. Penatalaksanaan non medis ( Arief, 2009)
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang)
atau kejangkejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain)
7. Komplikasi
a. Perdarahan luas
c. Effusi pleura
d. Penurunan kesadaran
1. Wawancara
d. kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok
e. Riwayat penyakit dahulu, pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan/respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, takipneu,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effuse
pleura (creckels).
b. Sistem kardiovaskular
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian pada grade III pasien dan
gelisah terjadi penurunan kesadaran.
d. Sisem pencernaan
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang 30 cc/jam, nyeri saat kencing, urine
bewarna merah
f. Sistem integument
Peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi ptekhie pada grade III, dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Darah
4. Protein rendah
6. Na dan Cl rendah
9. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital Mengetahui keadaan umum pasien
Intervensi Rasional
Kaji TTV, tanda-tanda syok, asupan Penurunan haluaran urine diduga
dan haluaran terjadinya dehidrasi
Peningkatan trombosit
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda malnutrisi dengan berat badan seimbang
Intervensi Rasional
Monitor penurunan jumlah trombosit, Mengetahui keadaan pasien selama
Hb, Ht perawatan, perawat segera mengetahui
tanda-tanda presyok/ syok
Lokasi: Indonesia
Label: ASKEP
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.
http://keperawatanurscimmya.blogspot.co.id/