You are on page 1of 93

Asuhan Keperawatan (ASKEP) Nuri-Mutiya

doraemon Alamsyah-Alwi

ASKEP (Asuhan Keperawatan)

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis

1.

Jan

27

Kejang demam pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di
ruang gawat darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun
setidaknya tidak pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang
penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis, keadaan tersebut
merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti
sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala
awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara


sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).

Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena
diagnosis yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat
menyebabkan kejng tidak terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang
tidak perlu. Dengan penangggulangan yang tepat dan cepat tidak perlu
menyebabkan kematian.

Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah


gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi
kemungkinan penyebabnya. Penyebab kejang pada anak dapat karena
infeksi, kerusakan jaringan otak dan faktor lain yang dapat menyebabkan
gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat dijumpai pada kejang
demam, epilepsi, dan lain-lain.

Priguna (1999: 134) menjelaskan bahwa epilepsi adalah suatu


gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan
oleh timbulnya serangan paroksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik
neuron serebral secara eksesif.

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara


penelitiannya, misalnya Lumban Tobing (1975) mendapatkan 6 %,
sedangkan Livingstone (1954) dari golongan kejang demam sederhana
mendapatkan 2,9 % yang menjadi epilepsi, dan golongan epilepsi yang
diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya
berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama
lebih dari 15 menit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang


penyakit kejang dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya kepada anak.

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan


keperawatan pada klien dengan Kejang.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Kejang


dan dapat menegakkan diagnosa keperawatan.

b. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan


pada klien dengan Kejang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kejang (konvulsi) adalah akibat dari pembebasan listrik yang tidak


terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan erangan tiba-
tiba terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, dan gangguan
fenomena sensori (Doenges, 2000: 259)

a. Kejang Demam

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Ngastiyah, 165: 2005).

A. Aziz Alimul Hidayat (99: 2008) mengemukakan bahwa kejang demam


merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu
akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antarusia 6 bulan-4 tahun,
lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam
setelah timbulnya demam.

b. Epilepsi

John Rendle(1992) menyatakan, bahwa epilepsi adalah suatu gangguan


serebral khronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh
tmbulnya serangan paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan listrik
neuron serbral secara eksesif.

Lebih lanjut Kumala (1998) menjelaskan bahwa epilepsi adalah setiap


kelompok sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang
bersifat paroksimal yang dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan
kesadaran yang episodik, fenomena motorik yang abnormal, gangguan psiki,
sensorik dan sistem otonom disebabkan aktivitas listrik otak.
Seeorang dianggap sebagai pasien epilepsi bila ia telah lebih dari 1 kali
menderita bangkitan kejang spontan epilepsi atau gangguan yang ringan
(Ngastiyah, 2005).

A. Etiologi

a. Kejang Demam

Penyebab kejang demam menurut Ngastiyah (2005) antara lain:

S Suhu yang tinggi

S Metabolisme anaerobik

S Metabolisme otak yang meningkat

S Infeksi di luar saluran susunan saraf pusat

S Infeksi ekstrakranial

b. Epilepsi

Penyebab epilepsi menurut Fransisca (2008) antara lain :

S Faktor fisiologis

S Faktor biokimiawi

S Faktor anatomis

S Gabungan faktor-faktor di atas

S Penyakit yang pernah diderita

B. Patofisiologi
a. Patofisiologi Kejang Demam ( Ilmu Kesehatan Anak, hal:47)

Peningkatan suhu tubuh

Metabolisme basal meningkat Risiko


tinggi

Kebutuhan Nutrisi

O2 ke otak menurun

Kejang Demam TIK


meningkat

Kejang demam sederhana Kejang demam komplek


Gangguan perfusi jaringan

Risiko injuri Risiko tinggi berulang


Risiko tinggi gangguan tumbuh kembang

a. Patofisiologi epilepsi

Kelompok sel neuron yang abnormal melepas muatan secara


berlebihan dan menyebar melalui jalur-jalur fisiologi-anatomis dan melibatkan
daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.

Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan


bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel
neuron diserebellum bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis,
walaupun mereka dapat melepas muatan listrik berlebihan, namun posisi
mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi.

A. Manifestasi Klinis

a. Kejang Demam

Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya
terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan
umumnya kejang akan terhenti sendiri. Begitu terhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik atau menit anak akan
terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.

b. Epilepsi

Manifestasi klinis pada berbagai jenis epilepsi :


M Grandmal, pasien tidak ingat adanya serangan sejak semula, hilangnya
kesadaran, kejang tonik 20-60 detik disusul dengan kejang klonik kira-kira 40
detik setelah itu terbaring dalam keaadaan koma kira-kira 1 menit, lalu tertidur
selama 2-3 jam jika dibangunkan mengeluh sakit kepala. Produksi air liur
bertambah, disertai kesukaran bernapas dan terlihat mulut anak berbusa.

M Petit mal, berlangsung 5-15 detik, kesadaran menurun, tiba-tiba berhenti


melakukan apa yang sedang ia lakukan, staring, mata berkedip 3 kali/ detik.

M Status petit mal, anak dalam keadaan bengong, disorientasi, kesadaran


menurun dan reaksi lambat, berlangsung sampai 24 jam atau lebih, umumnuya
hanya beberapa menit.

M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari
badan dan anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan,
gerakan kejut disertai jeritan, biasanya anak menderita retardasi mental

M Sinkop, sebelum kehilangan kesadaran pasien merasa badannya dingin atau


panas dan berkeringat dingin, telingan berdengung, pandangan kabur atau
benda yang dilihatnya tampak hitam, pusing, rasa tidak enak di perut, dan
pucat hingga hilangnya kesadaran sepintas. Umumnya sinkop hanya terjadi
pada waktu sikap tegak.

B. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Fisik

$Pemeriksaan pediatrik seperti keadaan umum, TTV, kepala, jantung, paru,


abdomen anggota gerak, dsb.

$ Pemeriksaan neurologis seperti tingkat kesadaran, sistem motorik dan


sensorik, dll.

$ Konsul ke bagian mata, THT, hematologi, endokrinologi.


b. Pemeriksaan laboratorium

$ Pemeriksaan darah tepi secara rutin

$ Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah

$ Pemeriksaan CSS ( cairan serebro spinalis) bila perlu

c. Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menegakkan diagnosis.

d. Pemeriksaan Psikologis dan Psikiatri

Pasien perlu mendapat perhatian dan melibatkan orang tua dalam


perawatannya serta melibatkan psikiater dan psikolog.

e. Pemeriksaan Radiologis

$ Foto tengkorak

$ Pneumoensefalografi

$ Ventrikulografi

$ Arteriografi

C. Penatalaksaan

Penatalaksanaan Kejang

1. Medis

Pada kejang demam faktor yang perlu dikerjakan adalah :

a. Memberantas kejang secepat mungkin


Pemberian obat diazepam (IV) dengan dosis sesuai berat badan juga dapat di
berikan melalui rektum, jika tidak tersedia berikan fenobarbital (IM)/(IV) sesuai
dosis atau difenilhidantoin. Bila kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat
tersebut sebaiknya anak dibawa ke ICU dan di anestesia dengan tiopental.

b. Pengobatan Penunjang

Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring, lakukan hibernasi dengan


kompres alkohol dan es. Berikan kortikosteroid ataupun glukokortikosteroid.

c. Pengobatan Rumat

Pemberian obat antiepileptik, fenobarbital, sodium valproat(evilin, depakene),


fenitoin (dilantin)

d. Mencari dan Mengobati Penyebab

Pemberian antibotik, pemeriksaan fungsi lumbal, pemeriksaan laboratorium,


dan pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah:

a. Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat
kejang:

J Baringkan pasien di tempat yang rata, pasangkan guedel

J Singkirkan benda-benda disekitar pasien

J Isap lendir sampai bersih, berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt

J Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif

J Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat


b. Suhu yang meningkat diatas normal

Berikan obat anti piretik dengan antikonvulsan. Paasien perlu diberi banyak
minum jika suhu tinggi sekali kompres dingin ecara intensif.

c. Risiko terjadi bahaya/komplikasi

Setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya,


berikan mikrodrip, observasi passien, catat dengan cermat atau gunakan
prinsip 6 benar dalam pemberian obat

d. Gangguan rasa aman dan nyaman

Walaupun pasien ketika kejang tidak sadar perlakukan lemah lembut dan kasih
sayang perlu dilaksanakan

e. Kurangnya pengetahuan orang tua

Orang tuanya perlu dijelaskan mengapa anak kejangterutama yang


berhubungan kenaikan suhu tubuh, perlu diajari bagaimana cara menolong
pada saat anak kejang dan mencegah timbulnya kejang.

Penatalaksanaan Epilepsi

1. Medis

a. Pengobatan kuratif (kausal)

Selidiki adanya penyakit yang masih aktif (tumor otak, hematoma subdural
kronis) pada lesi aktif atau progresif yang belum ada obatnya, lesi, atau lesi
yang sudah inaktif.
b. Pengobatan preventif ( rumat)

Pasien epilepsi diberikan obat antikonvulsan secara rumat, selama


pengobatan harus diperiksa gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratorium
secara berkala. Berikan obat seperti fenobarbital, diaepam, diamox, dilantin,
mysolin, prednison, deksametason, adrenokortikotropin.

2. Penatalaksanaan keperawatan

Dalam penatalaksanaan keperawatan perlu memerhatikan masalah pasien


antara lain, risiko terjadi bahaya, gangguan rasa aman dan nyaman risiko terjadi
gangguan psikososial, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
anaknya.
3. Intervensi dan Evaluasi

Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan kriteria evaluasi
1 Risiko tinggi - Serangan kejang -Gali bersama pasien, keluarga berbagai - Alk
cidera b/d dapat terkontrol stimulasi yang dapat menjadi pencetus lain
serangan - Mengungkapkan kejang otak
kejang pemahaman faktor risik
(Fransisca, yang menunjang - Me
2008). penghentian -Pertahankan bantalan lunak pada
pernapasan dan penghalang tempat tidur yang terpasang
mengambil langkah dengan posisi tempat tidur rendah - Mem
untuk memperbaiki -Evaluasi kebutuhan u/ perlindungan pada terh
situasi kepala - Me
-Tinggalah bersama ps dalam waktu
beberapa saat selama/setelah kejang
- Me
-Lakukan penilaian neurologis/TTV
wak
setelah kejang
norm
- Me
-Observasi munculnya tanda-tanda status
dibu
epileptikus
Kolaborasi:
- Me
-Berikan obat sesuai indikasi seperti obat
antiepilepsi (fenitoin)
- Me
-Fenobarbital
anti
- Me
-Diazepam
- Me
-Glukosa, tiamin
met
-Me
-Pantau/catat kadar obat antiepilepsi
-Me
-Pantau kadar sel darah, elektrolit dan
glukosa mem

Diagnosa Tujuan
NO Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Evaluasi
2 Risiko tinggi - - Anjurkan ps u/ -Menurunkan
pola napas tak Mempertahankan mengosongkan risiko aspirasi atau
efektif b/d pola mulut dari benda masuknya benda
kerusakan pernapassan tertentu jika fase asing ke faring
neuromuskular efektif dengan aura terjadi -Meningkatkan
(Diah, 2009) jalan napas - Letakkan ps aliran sekret,
paten/ aspirasi pada posisi mencegah lidah
dicegah miring, jatuh dan
permukaan datar, menyumbat jalan
miringkan kepala napas
selama serangan
kejang -U/ mem fasilitasi
-Tanggalkan usaha bernapas/
pakaian pada ekspansi dada
daerah
leher/dada dan -Menurunkan
abdomen hipoksia serebral
Kolaborasi: sebagai akibat dari
-Berikan sirkulasi yang
tambahan menurun
oksigen/ ventilasi
manual sesuai -Munculnya apnea
kebutuhan pada yang
fase posiktal berkepanjangan
-Bantu pada fase posiktal
melakukan membutuhkan
intubasi, jika ada dukungan
indikasi ventilator
Tujuan
Diagnosa
NO Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Evaluasi
3 Koping -Setelah - Kaji perasaan -Klien dengan
individu/ dilakukan takut, asing, depresi, epilepsi biasanya
keluarga intervensi dan tidak pasti diasingkan dari
tidak efektif keperawatan - Kaji adanya berbagai aktivitas
b/d stres koping masalah psikologis -U/ penanganan
akibat individu/ kesehatan mental
epilepsi keluarga -Lakukan konseling yang komperehensif
(Fransisca, membaik terhadap individu -Konseling akan
2008) -Dapat dan keluarga membantu
mengatasi individu/keluarga
masalah - Berikan pendidikan memahami kondisi
yang mengenai penyebab, dan keterbatasan
dihadapi pencegahan dan yang diakibatkan
-klien/ cara perawatan epilepsi
keluarga epilepsi -Pendidikan epilepsi
dapat -Ajarkan keluarga bermanfaat untuk
memahami cara perawtan bila mengubah perilaku
kondisi dan terjadi serangan ps dengan keluarga
keterbatsan kejang terhadap
yang penyakitnya sendiri
diakibatkan -Beritahukan -Dengan
epilepsi keluarga untuk mengetahui
melakukan kontrol perawatan bila
secara teratur ke unit terjadi serangan,
pelkes dapat mencegah
-Beritahukan ps/ risiko cidera pada ps
keluarga u/ -Meningkatkan
mengonsumsikan status kesehatan ps
obat yang
direspkean dokter -Mencegah ps
mengonsumsi obat
yang dapat berisiko
bagi keamanan dan
keselamatan klien
Diagnosa Tujuan
NO Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Evaluasi
4. Kurang -Tujuan: - Jelaskan kembali - Memberikan
pengetahuan Pemahaman mengenai kesempatan u/
mengenai terhadap proses patofisologi mengklarifikasi
kondisidan penyakit, dan penyakit dan kesalahan
aturan pengobatannya perlunya persepsidan
pengobatan -Kriteria pengobatan dalam keadaan penyakit
b/d kurang evaluasi: jangka waktu yang yang ada
pemajanan, Mengungkapkan lama sesuai
kurang pemahaman indikasi - Tidak adanya
mengingat tetntang - Tinjau kembali pemahaman
(Doenges, gangguan dan obat-obat yang terhadap obat-
2000) berbagai didapat, dan tidak obat yang didapat
rangsang yang menghentikan merupakan
dapat pengobatan tanpa penyebab dari
meningkatkan/ pengawasan dokter kejang yang terus
berpotensial menerus
pada aktivitas - Berikan petunjuk
kejang yang jelas pada ps - Dapat
u/ minum obat menurunkan iritasi
bersamaan waktu lambung,
makan jika mual/muntah
memungkinkan

- Mempercepat
- Anjurkan ps u/
penanganan dan
menggunakan
menentukan
gelang identifikasi
diagnosa dalam
yang
keadaan darurat
memberitahukan
bahwa Anda
- Kebutuhan
penderita epilepsi
terapeutik dapat
- Tekankan perlunya berubah dan efek
u/ melakukan samping obat
evaluasi yang yang serius dapat
teratur terjadi
BAB III

PEMBAHASAN

A. Contoh kasus

Anak K usia 6 tahun, agama islam, suku bangsa melayu. Alamat


tinggal Jln. Anggrek no.24 Telanaipura Jambi, masuk ruang IGD RS Raden
Mattaher Jambi pada tanggal : 12/12/2010, pukul 13:12 WIB. Klien masuk
rumah sakit karena sering mengalami kejang. Pasien tidak sadar, terlihat
kelenjar ludah yang keluar disertai mulut yang berbusa. Sebelumnya klien
pernah dirawat di ruang anak RSUD, tetapi setelah terlihat pulih ps dibawa
pulang. Saat pengkajian keluarga klien mengeluh nafas anaknya sesak, CRT
3 detik. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh : TD :
90/60mmHg, N : 84x/mnt, RR: 32x/mnt, S : 37,50C , terdapat luka lecet pada
bagian punggung belakang, kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang
kedua muncul dengan perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri
selama 1 menit dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam.
Dari keterangan orang tua klien diketahui bahwa sebelumnya anaknya
pernah menderita penyakit seperti ini, kejang terjadi secara mendadak
sehingga anak takut untuk bermain bersama teman-temannya. Pada
keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien,
orang tua sering mengajak anaknya berlibur jika ada waktu luang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Riwayat kejang

Ps telah mengalami kejang pada umur 5 tahun

2. Faktor yang menimbulkan kejang

Kejang yang ditimbulkan spontan

3. Asupan alkohol

Anak tidak mengkonsumsi alkohol

4. Efek epilepsi terhadap gaya hidup

Anak terbatas untuk bermain di lingkungan, sehingga anak merasa


minder ketika mendengar ejekan teman-temannya

5. Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh kejang

Ada, saat mengalami kejang ps tidak dapat mengontrol diri sehingga


membutuhkan keluarga/orla untuk memberikan bantuan

6. Apakah ps mempunyai program rekreasi

Ps dapat berekreasi jika orang tuanya mempunyai waktu luang

7. Kontak sosial

Ps sering berada di rumah karena merasa malu untuk melakukan kontak


sosial

8. Apakah pengalaman dalam beraktivitas positif

9. Mekanisme koping yang dipergunakan


10. Pengamatan dan pengkajian selama dan setelah kejang

Kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua muncul dengan


perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit
dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam.

b. Diagnosa Keperawatan

1. pola napas tak efektif b/d kerusakan neuromuskular

2. Cidera b/d serangan kejang

3. Koping individu tidak efektif b/d stres akibat epilepsi

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisidan aturan pengobatan b/d


kurang pemajanan, kurang mengingat

BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

a. Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus
tergantung kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.

b. Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah :

Gangguan harga diri b/d stigma berkenaan dengan kondisi

c. Semua intervensi pada teoritis ditampilkan pada perencanaan kasus.


d. Dalam impelementasi kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk
mengkonfirmasi ulang terapi pengobatan.

e. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi


kondisi pasie tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.

IV.2. Saran

Bagi perawat :

1. Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat


membekali diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik.

2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi


keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan.

3. Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada klien epilepsi dilakukan secara


kontiniu dan berkesinambungan.

4. Mahasiswa/i keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang


telah didapatkan secara teoritis pada kasus epilepsi.

DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Behrman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta:


EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit

Diposkan 27th January 2012 oleh Nurscimmy

Label: KMB I

Tambahkan komentar

2.

Nov

26

pre proposal hipertensi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi bukan sekadar peninggian tekanan darah, melainkan juga


faktor risiko utama gangguan fungsi berbagai organ tubuh seperti otak, ginjal,
dan jantung. Semakin tinggi tekanan darah, maka risiko kerusakan organ-
organ tubuh semakin melonjak.

Hipertensi berpotensi menyebabkan berbagai gangguan jantung,


seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga gangguan irama
jantung. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan,
hampir setengah dari kasus serangan jantung dipicu oleh tekanan darah
tinggi.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menempatkan penyakit


kardiovaskular sebagai pembunuh nomor satu di dunia.Penyakit ini terwujud
dalam bentuk serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi . WHO
mengatakan merokok, kemalasan fisik dan pola makan tidak sehat sebagai
penyebab utama. Ketika organisasi-organisasi kesehatan terkemuka
berbicara mengenai pola makan tidak sehat, maksud mereka adalah pola
makan yang tinggi lemak dan sodiumnya(www.republika.com).

Tiap tahunnya, 7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat


hipertensi. Problem kesehatan global terkait hipertensi dirasakan
mencemaskan dan menyebabkan biaya kesehatan tinggi. Tahun 2000 saja
hampir 1 miliar penduduk dunia menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan
akan melonjak menjadi 1,5 miliar pada 2025 (Depkes RI,2010).

Sebagian besar penyebab hipertensi tak diketahui. Berbagai faktor


terkait dengan genetik dan pola hidup, seperti aktivitas fisik yang kurang,
asupan makanan asin dan kaya lemak, serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol berperan dalam hal ini (www.depkeskalsel.go.id, 2011)

Secara umum menurut Adib, (2011) penyebab hipertensi dibagi


menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau
genetik (90 %), dan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan
akibat dari adanya penyakit sistemik lainnya seperti kelainan pembuluh ginjal,
dan gangguan kelenjar tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu (penggunaan
pil KB) dan karena penyakit kelebihan kadar gula atau diabetes mellitus.

Marliani (2007) juga mengatakan keturunan dalam keluarga, dan


keadaan stress serta berbagai penguat rasa seperti MSG, atau vetsin, yang
sudah menjadi bagian dari makanan cepat saji di era sekarang serta gejala
stress dan kadar gula yang tidak terkontrol atau berlebih, kegagalan ginjal
serta penggunaan pil KB ini dapat memicu timbulnya penyakit hipertensi.

Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang akan


mengganggu fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh darah.
Disfungsi endotel mengawali proses pembentukan plak (kerak) yang dapat
mempersempit pembuluh koroner, pembuluh yang menjadi jalur nutrisi dan
energi bagi jantung. Akibatnya, pasokan zat esensial bagi kehidupan sel
jantung terganggu. Pada keadaan tertentu, peninggian tekanan darah dapat
meretakkan plak koroner, sehingga aliran darah tersumbat dan menyebabkan
serangan jantung.

Hipertensi juga dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia).


Yang paling sering adalah atrial fibrillation, yaitu jenis irama jantung yang
membuat serambi jantung bergetar tidak beraturan. Gangguan irama ini
dapat memicu timbulnya gumpalan darah di dalam ruang-ruang jantung. Bila
gumpalan darah terlepas, dapat menyumbat pembuluh darah otak dan
mengakibatkan stroke.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Raden Mattaher Jambi,


pada tahun 2010 hipertensi menempati urutan ke-5 dari data 10 penyakit
terbesar Kota Jambi. Dimana jumlah penderita hipertensi yang berobat
terbanyak pada poli penyakit dalam, pada tahun 2009 1.945 orang, tahun
2010 berjumlah 3.6 28 orang dan pada tahun 2011 verjumlah 2.012 orang.

Sementara itu di tahun 2012 dari bulan Januari sampai dengan bulan
Juni dimana pada bulan Januari 267 orang, Februari 340 orang, Maret 327
orang, April 348 orang, Mei 400 orang, Juni 357 orang, jumlah selama
setengah tahun atau 6 bulan terakhir pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2.039
orang penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Faktor- faktor apa yang mempengaruhi penyakit hipertensi di Poli


Penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Penyakit Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan konsumsi garam berlebih terhadap kejadian
penyakit hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2012
b. Diketahuinya hubungan stres terhadap kejadian penyakit hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
c. Diketahuinya hubungan penyakit penyerta terhadap kejadian penyakit
hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2012
d. Diketahuinya hubungan kurangnya berolahraga terhadap kejadian
hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2012
e. Diketahuinya hubungan merokok terhadap kejadian penyakit hipertensi
di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Sebagai bahan masukan bagi petugas mengenai penyakit hipertensi
agar dapat menangani kasus kasus hipertensi yang terjadi khususnya di
poli klinik penyakit dalam RSUD Raden Mattaher jambi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi kepustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan
terhadap penyakit hipertensi.
3..Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan meningkatkan wawasan


dalam melaksanakan penelitian.
E. Ruang Lingkup Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Faktor- Faktor yang


Mempengaruhi Penyakit Hipertensi pada tahun 2012 di Poli Klinik Penyakit
Dalam RSUD Mattaher Jambi, karena itu peneliti memberikan batasan
pembahasan dalam penelitian ini maka aspek yang diteliti adalah keturunan,
asupan garam tinggi, penyakit penyerta, kurangnya berolahraga, dan
merokok (variabel independent) terhadap penyakit hipertensi (variabel
dependent) di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan populasi semua pasien hipertensi yang berobat ke Poli Penyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi, pengumpulan data dengan analisis
bivariat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran


darah sistemik didalam tubuh manusia (Gunawan, 2007: 2).

Tambayong (2000: 94) mengemukakan hipertensi adalah peningkatan


tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus.

Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang


ditandai dengan peningkatan tekanan darah (Marliani dan Tantan, 2007:1).

Tekananan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang terjadi
akibat peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama)
penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi merupakan
salah satu resiko utama penyebab stroke, serangan jantung, dan gagal jantung
(Adib, 2011 : 7).

B. Klasifikasi Hipertensi

Menurut world health organization batas norml tekanan darah dengan


sistolik 120-140 mmHg dan diastolic 80-90 mmHg (vita, 2004:14).

tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun


keatas
Kategori Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130 139 85 89
Hipertensi
Derajat 1 140 159 90 99
Derajat 2 160 179 100 109
Derajat 3 > 180 > 110

Sumber : Brashers (2007).

2. Etiologi

Menurut (Adib, 2009) Hipertensi berdasarkan penyebabnya


dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya (hipertensi esensial), sebagian besar 90% penderita
termasuk jenis hipertensi primer.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui
penyebabnya atau disebabkan oleh penyakit lain seperti, kelainan
pembuluh ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penggunaan obat-obatan
sepertti pil KB, dan penyakit sistemik lainya.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya nereepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang


pembuluh darah, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

4. Manifestasi Klinis

Corwin (2009: 487) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala


klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,


akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kaliper.

5. Penatalaksanaan
a. Terapi dan terapi menyeluruh
Terapi akan mengurangi faktor risiko stroke dan mengurangi
separuh risiko koroner. Faktor risiko kardiovaskular lain juga harus
ditangani misalnya kontrol kolesterol, kontrol diabetes (Davey 2005:
139)
b. Terapi non- farmakologik
Muttaqin (2009:117) mengemukakan pendekatan nonfarmakologi
yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Teknik- teknik mengurangi stres.


2. Penurunan berat badan
3. Pemabatasan alcohol, natrium dan tembakau.
4. Olahraga, latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).
5. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi

c. Terapi Farmakologik
Berikut jenis antihipertensi yang sering diresepkan dokter
1. Diuretik
Obat-obatan yang bersifat diuretic membantu mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh hingga menurunkan
tekanan darah.
2. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor
Mencegah tubuh memproduksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan
darah berkurang.
3. Beta Blocker
Beta blocker berfungsi untuk memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang
terpompa lebih sedikit dan tekanan darah berkurang.
4. Calcium Chanel Blocker (CCB)
Memperlambat laju kalsium yang melalui otot jantung dan yang
masuk ke dinding pembuluh darah sehingga menjadikan pembuluh
darah rileks dan melancarkan aliran darah.
5. Vasodilator
Berkerja langsung pada otot pembuluh darah dengan menimbulkan
relaksasi otot sehingga pembuluh darah tidak menyempit dan
tekanan darah berkurang

6. Komplikasi

Komplikasi dari hipertensi antara lain (Palmer dan William, 2007:8)

a. Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya


pembuluh darah otak (stroke). Stroke merupakan kematian jaringan
otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan O2 ke otak,
biasanya beberapa menit (complete stroke).

b. Gagal Jantung

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung berkerja


lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran
otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi,
pembesaran otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk
memompa darah.
c. Gagal Ginjal

Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal


tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak
sehingga fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal

C. Faktor Penyebab

Para ahli mengelompokkan hipertensi dalam dua kategori, yaitu:

1. Hipertensi primer
a. Keturunan
Sekitar 70-80 % penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat
hipertensi di dalam keluarga apalagi didapat riwayat kedua orang tua
mengalami hipertensi maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.
Faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang laki-laki dari pada
perempuan. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko
terjadi setelah masa menopause
c. Usia
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31
tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun
(menopause).

d. Ras
Rata-rata ras afrika amerika (Black American) memiliki level
tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih
(caucasian) mereka cenderung sensitif terhadap natrium, umumnya
hipertensi menyerang mereka diusia muda dan berisiko lagi terhadap
penyakit ginjal, stroke dan jantung.
e. Obesitas
Penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
f. Konsumsi garam berlebih
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang
berlebihan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah.
Sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja.

g. Kurang Olahraga
Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobic yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Olahraga dapat mengurangi atau mencegah obesitas
serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar
dari dalam tubuh bersama keringat.
h. Lingkungan dan geografis
Faktor lingkungan dan geografis dapat mempengaruhi
kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.
i. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu
pendek dengan mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang
biasanya mengendalikan mengendalikan tekanan darah secara
otomatis.

j. Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan juga
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
k. Konsumsi Alkohol
Efek dari konsumsi alkohol merangsang hipertensi karena
adanya peningkatan sintesis kathekolamin yang dalam jumlah besar
dapat memicu kenaikan tekanan darah. Konsumsi alkohol yang
berlebihan terkadang diketahui setelah pemeriksaan darah rutin.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui, muncul secara
tiba-tiba dengan pemicunya antara lain, penyakit ginjal, pemakaian
kontrasepsi oral, terganggunya keseimbangan hormone (Palmer dan
Bryan, 2007 hal :7)
D. Kerangka Teoritis

Menurut teori Dalimantra, dkk(2008) dan Palmer (2007) berbagai faktor


yang menyebabkan hipertensi antara lain keturunan, jenis kelamin, usia,ras,
obesitas, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga, stres, kurang
berolahraga, lingkungan dan geografis, merokok, konsumsi alkohol dan
penyakit penyerta.

Bagan 2.1.

Kerangka Teoritis

1. Hipertensi Primer :
Keturunan
Jenis kelamin
Usia
Ras
Obesitas
Konsumsi garam berlebih *
Kurang Berolahraga*
Stres*
Lingkungan dan Geografis
Merokok*
Alkohol
Stress *
Hipertensi

2. Hipertensi Sekunder
Penyakit penyerta *
Pemakaian kontrasepsi oral

Sumber : Dalimantra (2008), Palmer dan Bryan (2007)

Keterangan : *adalah variabel yang akan diteliti Hipertensi Primer yaitu


(Konsumsi garam berlebih, kurang berolahraga, stress, dan
merokok) dan hipertensi sekunder (penyakit penyerta:ginjal,
diabetes mellitus,rematik).

E. Faktor- faktor yang berhubungan dengan hipertensi

a. Konsumsi Garam Berlebih


Permadi(130, jika konsumsi garam <3 gr/hari maka kemungkinan
terjadinya hipertensi beberapa %(persen) saja, namun jika konsumsi
garam antara 5-15 gr/hari maka kemungkinan hipertensi meningkat
menjadi 15-20%.

Terjadinya hipertensi karena konsumsi natrium juga dipengaruhi


oleh genetik dan kerusakan fisiologis. Selain pada garam dapur, natrium
juga terdapat pada minuman bersoda, penyedap rasa, dan bahan
pengawet pada produk makanan kaleng ataupun siap saji.

b. Stres
Stres melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan
darah. Stress dapat timbul dari berbagai pemicu seperti brbagai macam
pekerjaan (Parmadi, 20: hal 3).

c. Kurangnya Berolahraga

Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobic yang teratur


dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Olahraga dapat mengurangi atau mencegah obesitas
serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari
dalam tubuh bersama keringat.

d. Merokok

Faktor kebiasaan seperti merokok disinyalir memicu hipertensi. Merokok


dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah tinggi karena pengaruh
nikotin dalam peredaran darah.

e. Penyakit Penyerta Hipertensi


1. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus merupakan gagngguan pengolahan
gula (glukosa) oleh tubuh karena kekurangan insulin. Hipertensi sering
ditemukan pada penderita diabetes mellitus karena semakin tinggi
larutan gula dalam darah maka kepekatan darah juga semakin tinggi
dan menyebabkan tekanan osmosis darah meningkat. Kerja jantung
untuk memompa darah juga semakin berat (Parmadi hal: 6)
2. Penyakit Ginjal
Tekanan darah diatas normal mengakibatkan rusaknya pembuluh
darah pada ginjal hingga dapat menyebabkan gagal ginja(Bryan dan
William, 2007).
3. Rematik
Rematik umumnya merupakan gangguan dari system imunitas
tubuh. Berbagai macam jenis rematik dari yang ringan hingga yang berat
sepert rheumatoid arthritis dan dapat menyerang berbagai jenis organ
seperti ginjal, jantung, mata sehingga memperberat kerusakan organ
yang ditimbulkan hipertensi (Wijayakesuma, :hal 4)

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti membuat


kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Bagan 2.2

Kerangka Konsep

Variabel independent: Variabel dependent:

Hipertensi Primer :
Konsumsi garam berlebih
Stres
Kurang berolahraga
Merokok
Hipertensi Sekunder:
Penyakit penyerta (penyakit ginjal, Dm, Rematik)

Hipertensi

Sumber : Dalimantra (2008), Palmer dan Bryan (2007)

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara konsumsi garam berlebih dengan terjadinya penyakit


hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
2. Ada hubungan kurang berolahraga dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi.
3. Ada hubungan stres dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RSUD Raden Mattaher Jambi.
4. Ada hubungan merokok dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi.
5. Ada hubungan penyakit penyerta dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi


Analitik yaitu suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit dengan
rancangan cross-sectional dimana suatu rancangan penelitian observasional
yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan
variabel dependen dengan pengukuran dilakukan sererntak(Budiman, 2011:
110).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang menderita


hipertensi yang berobat ke Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi pada tahun 2012.

2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara quota sampling
adalah responden yang menderita hipertensi yang berobat ke poli penyakit
dalam RSUD Raden Mattaher Jambi pada tahun 2011. Dengan
memperkirakan dari perumusan Notoatmodjo (2005: hal 92) sebagai
berikut :

n =

dimana:

N : Besar Populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

C. Teknik Analisa Data

Analisa data pada studi cross sectional dilakukan melalui uji


statistik untuk menjawab hipotesis yang digunakan untuk mengetahui basar
risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan analisis data bivariat.

Analisis bivariat ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga


berhubungan atau berkolerasi yakni variabel independent (Konsumsi garam
berlebih, Kurang berolahraga, Stres, Merokok, dan Penyakit Penyerta) dengan
penyakit hipertensi sebagai variabel dependent. Dalam analisis ini dilakukan
pengujian statistik, dengan Chai Square (X).

Rumus uji chai square adalah:


X2= [(fo-fe)2]

Keterangan :

X2 :

fo :

fe :

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan sebagai alat pengambilan


data adalah kuisioner dan wawancara terpimpin dan observasi sistematika
dalam mengumpulkan data ini dibantu oleh pihak yang dipilih oleh peneliti
sendiri dengan latar belakang yang sama dengan peneliti yaitu mahasiswi
Akper Telanai Bhakti Jambi.

E. Definisi Operational

tabel 3.1. Definisi Opperasional

N Definisi Alat Cara Hasil


Variabel Skala
o Operasional Ukur Ukur Ukur
Hipertensi
sekunder
adalah tekanan 52 %
1 Hiper- darah tinggi sekunder
Tensimeter Ordinal
. tensi yang tidak 48%
diketahui pasti primer
penyebabnya
Hipertensi
Primer adalah
tekanan darah
tinggi yang
diketahui
penyebabnya
Dimana
penderita
mengonsumsi
Kon-
garam berlebih
2 sumsi 68 % ya
atau tidak, jika Kuisioner Wawancara Ordinal
. garam 42% tidak
ya lebih dari >1
berlebih
sendok teh
dan tidak jika <
1 sendok teh
Penderita
mengalami
60 % ya
3 suatu tekanan
Stres Kuisioner Wawancara Ordinal 40 %
. yang
tidak
menimbulkan
stres
Penderita
memiliki
4 Kurang 65 %
kebiasaan
. berlolahr Kuisioner Wawancara Ordinal kurang
jarang latihan
aga olahraga
fisik secara
teratur
Menghisap
tembakau 54 %
5 Me-
dengan Kuisioner Wawancara ordinal perokok
. rokok
menghisap 46% tidak
asapnya
dengan
menggunakan
rokok

66 %
menderit
Keadaan
tekanan darah a
tinggi yang penyakit
6 Penyakit disebabkan
Kuisioner Wawancara ordinal penyerta
. penyerta oleh penyakit
ginjal, diabetes 44% tidak
mellitus, dan menderit
rematik a
penyakit
penyerta

Diposkan 26th November 2011 oleh Nurscimmy

Tambahkan komentar

3.

Nov

25

POKJAKES

PRE PLANNING KEGIATAN SOSIALISASI PEMBENTUKAN POKJAKES

MASYARAKAT DESA PUNTI KALO KEC. SUMAY


KAB TEBO
TENGAH

Hari, Tanggal : Sabtu, 19 November 2011

Waktu : Menit

Topik Kegiatan :Sosialisasi Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan

A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat Ds.Punti Kalo Kec Sumai Kab Tebo
Tengah.Gresik secara aktif dalam bidang kesehatan,akan dibentuk kelompok
kerja kesehatan (POKJAKES) Oleh masyarakat bersama dengan mahasiswa
Akademi Keperawatan Telanai Bhakti Jambi. Dasar pemikiran pembentukan
POKJAKES adalah dari dari,oleh,dan untuk masyarakat menindaklanjuti hasil
kesepakatan tanggal 17 November 2011, maka perlu dilakukan sosialisasi
POKJAKES sebagai langkah awal dalam pembentukan kepengurusan
organisasinya. Dengan sosialisasi dimaksud akan menumbuhkan pemahaman
dan motivasi bagi warga masyarakat untuk mau berperan aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan

B. Tujuan
(1) Umum

Masyarakat dapat memahami tentang penting POKJAKES di wilayah Ds.


Punti Kalo Kec. Sumai Kab. Tebo dan membentuk struktur organisasinya.

(2) Khusus

(a) Mahasiswa dapat mensosialisasikan tugas-tugas pengurus Pokjakes kepada


masyarakat Ds. Punti Kalo Kec. Sumai Kab. Tebo Tengah
(b) Masyarakat memahami dan menyadari penting nya Pokjakes

(c) Mahasiswa bersama masyarakat dapat membentuk struktur organisasi


Pokjakes di Ds. Punti Kalo Kec.S umai kab. Tebo Tengah

C. Peserta:

(1). Kepala Desa Ds.Panti Kalo Kec. Sumai Kab Tebo Tengah

(2). Kepala dusun Ds.Panti Kalo Kec. Sumai Keb.Tebo Tengah

(3). Ketua RW,RT Ds Panti Kalo Kec. Sumai Kab Tebo Tengah
(4). Calon Pengurus pokjakes 17 Orang
(5). Mahasiswa praktek keperawatan komunitas 27 orang.

D. Kepanitiaan

Ketua : Almizan
Wakil Ketua : Heriansyah
Sekretaris : Nuri Mutiya
Bendahara : Eka Marianti

Sie Acara : Mulya Kartika


Sie Humas : Surya kandi
Sie Evaluasi : Robiansyah
Sie Dok : Almizant
Sie Perlengkapan : Robi
Sie Konsumsi : Heri

E. Setting Tempat
PENANGGUNG
No WAKTU KEGIATAN PEMBICARAAN
JAWAB
Kepala Desa
- Perkenalan Ketua RW
1 5 Menit Pembukaan
- Kontrak Waktu Ketua RT
Ketua Panitia
2 10 Sambutan Kepala Desa
Menit Ketua Panitia Ketua RW
Ketua RT
Ketua Panitia
3 30 Penjelasan Job -Pengertian Ketua Panitia
Menit Diskription pokjakes Mahasiswa
Pokjakes -Manfaat pokjakes
Penjelasan Job -Ciri-ciri pokjakes
-Bidang kegiatan
pokjakes

4 45 Hearing
Menit
5 25 Pembentukan - Kepala Desa atau Kepala Desa
Menit Kepengurusan Kasun/Ketua RW Ketua RW
Pokjakes - Mahasiswa Kep Ketua RT
Komunitas Ketua Panitia

6 5 Menit- Doa - Tokoh Agama


- Penutup
F. EVALUASI

(1) Struktur
Persiapan dilaksanakan 2hari sebelum kegiatan dan undangan disebarkan
satu hari sebelum kegiatan/acara

(2) Proses
Diharapkan acara berjalan lancar dan kehadiran 100% dari jumlah
undangan
(3) Hasil
(1). Mahasiswa dapat mensosialisasikan tugas tugas pengurus pokjakes
kepada masyarakat DS.Panti Kalo Kec.Sumai Kab Tebo Tengah
(2). Masyarakat memahami dan menyadari pentingnya pokjakes
(3). Mahasiswa bersama masyarakat dapat membentuk struktur
organisasi Pokjakes di Ds. Punti Kalo Kec. Sumai Kab. Tebo Tengah

Panitia Praktek Keperawatan Komunitas

Mahasiswa Akademi Keperawatan Telanai Bhakti Jambi

Angkatan 9 Ds. Punti Kalo Kec. Sumai Kab. Tebo Tengah

Ketua Sekretaris

Nim: 09.10.069.401.00 Nim: 09.10.069.401.0

Mengetahui,
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi
Kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) adalah suatu wadah yang
dibentuk oleh masyarakat Secara bergotong royong dengan kekuatan
sendiri,untuk;
1) Menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan.

2) Mneingkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara kehidupan yang sehat


dan sejahtera

3) Mengajak masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan diwilayah


RW/RT nya.

B. Pentingnya dibentuk Pokjakes


Pokjakes sangat diperlukan,sebab:
1) Dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam setiap pembangunan
kesehatan diwilayahnya

2) Dapat meningkatkan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat


didasarkan atas prinsip dari,oleh dan untuk masyarakat

3) Dapat memanfaatkan sumber daya (dana.waktu,tenaga dan kemampuan) yang


dimiliki masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya .

C. Ciri-ciri Pokjakes
1) Dilakukan atas dasar kesadaran,kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri
sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat.

2) Berperinsip dari,oleh dan untuk masyarakat

3) Kalu ada bantuan dari luar,hanya bersifat melengkapi,memacu, mendorong, dan


bukannya menggantungkan diri kepada orang lain.

4) Rencana kegiatan POKJAKES disusun secara musyawaraholeh masyarakat


bersama petugas kesehatan.

5) Kegiatan POKJAKES digerakkan oleh kader dibidang kesehatan yang telah


dilatih.Kader tersebut berasal dari masyarakat setempat.

D. Bidang Kegiatan Pokjakes


Kegiatan pokjakes meliputi 8 macam pelayanan kesehatan dasar, yaitu:
1) Pendidikan/penyuluhan mengenai:

a. Cara mencegah dan menanggulangi penyakit

b. Pemecahan masalah kesehatan

2) Peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi

3) Pengadaan air bersih dan MCK (mandi, cuci, kakus) yang memadai jumlahnya
dan memenuhi syarat kesehatan

4) Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

5) Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

6) Pemberian kekebalan terhadap penyakit infeksi yang utama misalnya: TBC,


Difteri, Tetanus, Polio, Campak, Hepatitis.
7) Penyediaan obat-obat penting.

8) Pengobatan sederhana terhadap penyakit umum dan luka-luka.

E. Tugas Pokok POKJAKES


1) Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan ibu dan anak di wilayahnya

a) Ibu hamil dan menyusui


b) Imunisasi balita dan ibu hamil
c) Gizi balita/PMT
d) Memotivasi ke posyandu

2) Mensukseskan program NKKBS ( norma keluarga kecil sejahtera )

a) Pelayanan KB
b) Penyuluhan pasangan usia subur
c) Memotivasi ke posyandu

3) Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan usia lanjut di wilayahnya.

a) Kesehatan usila
b) Aktivitas dan olahraga usila
c) Memotivasi ke posyandu usila

4) Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda

a) Penyuluhan NAPZA ( Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif


lainnya )
b) Pergaulan remaja dan pemuda.
c) Produktivitas remaja dan pemuda.
5) Penggerak/promotor kesehatan kesehatan lingkungan

a) Sanitasi Perumahan
b) Pengguanaan air bersih dan pembuangan sampah
c) Penanganan sampah-sampah dan desain tempat sampah.
d) Pemanfaatan perkarangan
e) Drainase/saluran air hujan/limbah warga.

STRUKTUR ORGANISASI

KELOMPOK KERJA KESEHATAN

DESA PUNTI KALO KECAMATAN SUMAY

KABUPATEN TEBO TENGAH


Dipos
kan
25th
Nove
mber
2011
oleh
Nursc
immy

Tambahkan komentar

4.

Nov

25

ASKEP ANEMIA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-
anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam,
dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai
kelainan hemolitik.

Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan


laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik
didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.

I.2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.

b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.

c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul


pada pasien anemia.

d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia


BAB II

PENDAHULUAN

A. Definisi

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 %
pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (Arif Mansjoer,dkk. 2001).

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam


1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume)
dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997).

B. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel


darah merah secara berlebihan atau keduanya.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat


kerja jantung meningkat

payah jantung

C. Etiologi:

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2. Perdarahan

3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,


piridoksin, vitamin C dan copper

D. Klasifikasi

a. Anemia: Kekurangan Zat Ferus


a. Etiologi:

Penyebab anemia paling umum pada anak dan dapat terjadi pada umur apa saja,
namun paling mudah terjadi pada umur 6 36 bulan & 11 17 tahun kehilangan
darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid,
dll.)


gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

hemoglobin minim

Anemia defisiensi besi

b. Gambaran Klinis:

Pucat

Takikardi

Nafsu makan

Iritibel

Daya pikir, Ingatan, Rentang perhatian

Stamina

Stomatitis angularis

Splenomegali Gambar 1
Kuku "menyendok" (koilonychia):gambar 1

c. Pemeriksaan Laboratorium:

a. Tanda awal: Feritin serum, Ferus serum

b. SDM: mikrositik, hipokromik dengan anisositosis (variasi besar/kecilnya)


&poikilositosis (variasi bentuk sel)

c. Perhitungan sel retikulosit normal / dan perhitungan trombosit biasanya


Gambar 2: Hipokromik & Mikrositik (Normositik)

Gambar 3: Anisositosis & Poikilositosis

d. Penatalaksanaan

a. Suplementasi zat Fe bersama makan.

b. Respons pada kasus anemia berat:

Retikulosit: 7 - 10 hari,

Hemoglobin sampai batas normal: 2bln.

c. Suplemen Vit C menolong zat Fe non-heme(nabati) diresap.

b. Anemia: Anemia Megaloblastik (Kekurangan Asam Folat atau Kekurangan


Vitamin B-12)

a. Etiologi: (Asam Folat: sintesa RNA & DNA)

Kekurangan Asam Folat pada diet (susu kambing!)


Waktu hamil, Malabsorbsi Asam Folat di jejunum

Produksi SDM cepat, melebihi cadangan Asam Folat: Contoh: Talesemi &
Hemolisis kronis lain (malaria)

Obat yang berantagonis terhadap Asam Folat: Methrotrexate (MTX), 6 -


Mercaptopurine (6-MP), Pyrimethamine, Barbiturat

b.Gambaran Klinis

Pucat

Kurang stamina

Tanda neuropati

-Aresthesi

-Ataksia

-Depressi

-Hyporefleksia

-Klonus

Glositis Gambar 4: Glositis


c. Laboratorium:

SDM: Makrositik, MCV (Mean Corpustular Volume) > 95 fl.

SDP: >5% sel neutrofil bernukleus hipersegmentasi (5)

Perhitungan retikulosit

Mungkin ada pansitopeni pada kasus berat.

Hasil aspirasi Sumsum: eritropoiesis kurang berjalan dengan selulariti

Kadar Folat serum , lebih akurat lagi kadar Folat di SDM Kadar Vit B12
serum , Schilling Test (absorbsi B12)

d. Pengobatan:

Bayi & Anak Asam Folat 1 mg / hari

Anak talasemia: Asam Folat 5 mg/hari

Wanita hamil: Asam Folat 5 mg/harikalau dimulai praekonsepsi untuk


mencegah:

80% kelainan neural tube (spina bifida, anencefali, encefalosel)

>60% kelainan janatung konotrunkus (TransposisiAorta/Arteri Pulmonar,


Tetralogi Fallot, Truncus Arteriosus)

>50% kelainan obstruksi saluran ginjal dan schisis orofacial

Insidens kelahiran bayi prematur & bayi berat badan rendah

Insidens abruptio plancenta dan perdarahan antepartum


Bila anemia karena Vit B12 diRx dengan Asam Folat saja, kadar HB
dapat meningkat, tetapi neuropati makin buruk

c. Kegagalan Sumsum: Anemia Aplastik

a. Etiologi:

a. Ideopatik 30 50% tidak ada penyebab yang jelas

b. Penyebab 50% pada anak dari obat, kimia & bahan toksik

i. Obat: Kloramfenikol, Antibiotika Sulfa, Antikonvulsant, Kimoterapi untuk


kanker, penyakit immune

ii. Kimia: Benzene (benzol), Aureum (emas), Insektasida (DDT), Lindane


(obat pedikulosis)

c. Lain-lain

i. Virus: Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Epstein-Barr

ii. Kehamilan

iii.Radiasi

b. Gambaran Klinis:
a. Tanda thrombositopeni: petekia, ekimoses, dan perdarahan yang tidak
normal

b. Tanda anemia: pucat, takikardi

c. Hepatosplenomegali & limfoadenopati biasanya tidak tampak

c. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Pansitopeni pada LD: hemoglobin, hematokrit, neutropeni, dan
thrombositopeni

b. Perhitungan retikulosit (corrected) < 2%

c. Aspirasi atau biopsi sumsum harus dibuat untuk

Dx: SDM, SDP, thrombosit serta precursor2nya, sel-sel lemak

d. Penatalaksanaan

a. Mengobati masalah yang berbahaya dulu: perdarahan, infeksi, gagal jantung


konjesti

b. Transplantasi sumsum dengan donor HLA-identik (sibling) kalau kasus


anemia aplastik berat sekali.

c. Rx imunosupresif: anti-thymocyte globulin (ATG),cyclosporine,


kortikosteroid, steroid androgenik, growth factors

d. Siaga untuk kemungkinan kecil pasien aplastik kemudian menderita


leukemia

d. Anemia Hemolisis

a. Etiologi

Hemoglobinopati

Faktor plasma (antibodi, infeksi, toksin)

Faktor Selular (Sferositosis)

Parasit (malaria)
Kerusakan mekanis

Esimopati (Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase)

c. Manifestasi Klinis
Pucat

Jaundis

Wajah khas

d. Pemeriksaan Laboratorium
DL: Hgl Morfologi SDM tidak normal, sel target positif, Haptoglobin ,
Bilirubin , LDH , Retikulosit , Fe

e. Penatalaksanaan
Asam Folat: 1 - 5 mg/hari PO, untuk mencegah krisis megaloblastik
Transfusi SDM (packed, leukodepleted): kalau hemolisis akut atau turun <
batasan tertentu.

Splenektomi dapat memanjang tahannya SDM & kurangi kebutuhan transfuse


ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan

b. Pucat

Pasca perdarahan

Pada difisiensi zat besi

Anemia hemolistik

Anemia aplastik

c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh

e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb

f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular

g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine

Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk
menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan
manefestasi penurunan produksi urine

h. Gangguan pada sisten saraf


Anemia difisiensi B 12

i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu
makan

k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)


l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik

m. Pola makan

n. Pemeriksaan penunjang

- Hb

- Eritrosit

- Hematokrit

o. Program terafi, perinsipnya :

- Tergantung berat ringannya anemia

- Tidak selalu berupa transfusi darah

- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala

II. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
III. Intervensi Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Intervensi Rasional

1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya 1. Manifestasi kardiopulmonal dari


takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, upaya jantung dan paru untuk membawa
pusing, perubahan warna kulit, dan lainya jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
2. Meningkatkan aktivitas secara
2. Bantu aktivitas dalam batas toleransi bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa
kelemahan.
3. Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan
untuk mencegah kebosanan dan
meningkatkan istirahat 4. Menurunkan regangan jantung dan
paru
5. Memantau perkembangan pasien
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan
oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam
keadaan istirahat
2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat :
kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian
asuhan
Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe)
1. Memenuhi kebutuhan individual.
seperti makanan daging, kacang,
gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi 2. Memenuhi kebutuhan yang
diidentifikasi
2. Berikan susu suplemen setelah
3. Memberikan tambahan zat besi didalam
makan padat tubuh
3. Berikan preparat besi peroral seperti
fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu
4. Meningkatkan nafsu makan dan
makan untuk meningkatkan absorpsi pemasukkan oral. Menurunkan
berikan bersama jeruk pertumbuhan bakteri, meminimalkan
4. Ajarkan cara mencegah perubahan kemungkinan infeksi.
warna gigi akibat minum atau makan
zat besi dengan cara berkumur setelah
minum obat, minum preparat dengan
5. Mengatasi keletihan
air atau jus jeruk 6. Susu akan menghilangkan proses
penyerapan preparat Fe didalam tubuh
5. Berikan multivitamin 7. Karena pemberian yang cukup akan
6. Jangan berikan preparat Fe bersama mengubah fases menjadi hijau gelap
susu 8. Meningkatakan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet
7. Kaji fases nutrisi yang dibutuhkan.
9. Untuk mengurangi konstipasi
10. Memenuhi kebutuhan nutrisi didalam
8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks tubuh dan menambah energi

9. Anjurkan makan beserta air


10. Tingkatkan asupan daging dan
tambahan padi-padian serta sayuran
hijau dalam diet
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Intervensi Rasional
1. Libatkan orang tua bersama anak
1. Mengurangi ansietas
dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen
2. ansietas/ketakutan tentang
darah ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan menurunkan
ansietas.
4. Antisipasi peka rangsang anak,
3. Menjalin hubungan dengan peka
kerewelan dengan membantu aktivitas rangsang dapat mengurangi cemas pada
anak anak

5. Dorong anak untuk mengekspresikan


4. Mengetahui tingkat kecemasan anak
perasaan

5. Meningkatkan efektifitas pengobatan


5. Berikan darah, sel darah atau sesuai indikasi
trombosit sesuai dengan ketentuan,
dengan
harapan anak mau menerima
D. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang


kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Pasien/ keluarga mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

a. Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus
tergangung kondisi demam rematik dan faktor-faktor lain yang memperberat.
b. Diagnosa yang ada dalam makalah ini adalah :

1.Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2.Nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3.Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
c. Semua intervensi pada teoritis dilampirkan

d. Dalam impelementasi kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk mengkonfirmasi


ulang terapi pengobatan.

e. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi klien
tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.

4.2. Saran

Bagi perawat :

1. Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat membekali


diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik.

2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.

3. Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada pasien demam rematik dilakukan secara
kontiniu dan berkesinambungan.

4. Mahasiswa keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah


didapatkan secara teoritis pada kasus anemia.
Diposkan 25th November 2011 oleh Nurscimmy

Tambahkan komentar

5.

Nov

25

ASKEP DBD / DHF


BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Dengue haemoragic fever(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh


karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti betina, lebih dikenal dengan sebutan demam berdarah dengue (DBD) (Aziz,
2006).

Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan yang bertedensi mengakibatkan renjatan yang bisa
menyebabkan kematian(Arief & Suprohaita,2000:419).
2. Etiologi

Dengue haemoragic fever disebabkan oleh


virus dengue yang merupakan virus RNA rantai
tunggal genus flavivirus terdiri dari 4 serotipe
yaitu Den-1,2,3, dan 4 ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (gambar 1).

Gambar.1

Virus dengue tersusun dari protein structural dan non-struktural. Protein


structural terdiri dari protein envelope(E). protein pre-membran (prM) dan protein core
(c) merupakan 25% dari total protein, 75% dari protein non-struktural terdiri dari Ns-1
sampai Ns-5.

Dalam merangsang pembentukan antibody diantara protein structural, urutan


immunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan c. sedang
protein non-struktural yang paling berperan adalah protein Ns-1.

3. ANATOMI FISIOLOGI

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan
aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume darah manusia
7-8 % dari berat badan. (Lauralee Sherwood : 2001)

Bila darah lengkap dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang
tertinggal dinamakan serum.

Darah adalah cairan yang membawa berbagai zat ke jaringan dan dari jaringan,
yang terdiri dari beberapa komposisi antara lain:

a. Plasma
Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Air membentuk 90 % volume plasma

2. Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah serta
melawan bibit penyakit (immunoglobulin).

3. Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2


berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah sehingga fungsi
normal jaringan tubuh.

4. Zat-zat makanan sebagai makanan sel.

5. Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk
membantu metabolisme.

6. Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri

7. Sesuai produk jaringan : urea, asam urat dan kreatinin

b. Sel darah
1. Sel darah

merah : Kekurangan eritrosit, Hb, dan


Fe akan mengakibatkan anemia.

Gambar 2: Eritrosit

2. Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit


dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Itulah
sebabnya leukosit disebut juga fagosit.
Trombosit : Berperan dalam
pembekuan darah

Gambar: 3

4. Patofisiologi
Nyamuk aedes aegypti

(mengandung virus dengue di dalam darah/viraemia)

Bereplikasi di dalam lambung

Migrasi ke kelenjar ludah

Gigitan nyamuk menembus kulit manusia

Memasuki sirkulasi darah

Panas reaksi tubuh

Demam dengue Demam berdarah


dengue

Transmisi virus:

Virus yang ada dalam saliva nyamuk ditransmisikan ke manusia melalui gigitan

Virus bereplikasi di dalam organ target

Virus menginfeksi sel darah putih dna jaringan limpaticus


Virus dibebaskan dan beredar dalam darah

Nyamuk yang mengigit berikutnya mencerna virus yang ada dalam darah

Virus bereplikasi dalam usus dan organ lain

Menginfeksi kelenjar saliva

Memperbanyak diri dalam kelenjar saliva

Target (indvidu) mendapat reaksi

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang disitasi dari http://www.sribd.com/virus-dengue.com

1. Demam dengue
Demam yang timbul secara mendadak, suhu dapat mencapai 39-40o dapat disertai
dengan menggigil hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir,
seringkali turun secara mendadak disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak
tampak agak loyo. Dikenal dengan istilah demam biphasic, yaitu demam yang
berlangsung selama beberapa hari sempat turun ditengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh.

2. Demam berdarah dengue


Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus
selama 1-7 hari disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgia dan
athalgia) dan ruam merah terang, ptekie, biasanya muncul lebih dulu pada bagian
bawwah badan menyebar hingga seluruh tubuh.
Radang perut dapat muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-
muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk(Ngastiyah,1997).

3. Hepatomegali
Pada permulaan demam biasanya hati sudah teraba, bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan ter jadi
renjatan.

4. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu, kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari
kaki serta sianosis disekitar mulut.

6. Penatalaksanaan medis dan non medis

b. Penatalaksanaan medis

Pemberian cairan melalui infuse

Pemberian cairan melalui intra vena (biasanya ringer laktat/RL, NaCl) RL


merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na+
130 mEq/liter, K+4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter, cl 109 mEq/liter dan
Ca 3 mEq/liter

Pemberian obat-obatan dan antibiotic, antipiretik

Antikonvulsi jika terjadi kejang

Periksa Hb, Ht, dan trombosit

Suhu 400C diatasi dengan antipiretika dan sufface cooling, antipiretik yang
dapat diberikan ialah golongan asam minofen, acetosal tidak boleh diberikan.
b. Penatalaksanaan non medis ( Arief, 2009)

Beri anak minum sebanyak mungkin

Batasi aktifitas anak tirah baring

Observasi ketat tanda-tanda vital ( nadi, pernapasan, suhu)

Kompres dingin (air biasa) bila suhu meningkat

Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi jambu biji merah ternyata memiliki


komponen yang berkhasiat, yakni kelompok senyawa tanin -menyebab rasa sepat-
dan flavonoid

Pemberian makanan lunak

Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue yaitu:

- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang)
atau kejangkejang.

- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain)

- Panas disertai perdarahan- perdarahan.

- Panas disertai renjatan.

7. Komplikasi

a. Perdarahan luas

b. Syok atau renjatan

c. Effusi pleura
d. Penurunan kesadaran

8. Data focus pengkajian

1. Wawancara

a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosio-spritual pasien dari berbagai


sumber (pasien, keluarga)

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi


kebutuhan pasien

c. Kaji riwayat keperawatan

d. kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok

e. Riwayat penyakit dahulu, pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang

f. Riwayat kesehatan keluarga, riwayat adanya penyakit DHF pada anggota


keluarga yang lain (tinggal di dalam satu rumah/ berbeda, jarak yang berdekatan)
dapat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina

g. riwayat kesehatan lingkungan

h. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : faktor-faktor apa yang mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem pernafasan/respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, takipneu,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effuse
pleura (creckels).

b. Sistem kardiovaskular

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,


trombositopenia, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.

Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

c. Sistem persarafan/ neurologi

Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian pada grade III pasien dan
gelisah terjadi penurunan kesadaran.

d. Sisem pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,


pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri saat menelan, hematemesis, dan melena

e. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang 30 cc/jam, nyeri saat kencing, urine
bewarna merah

f. Sistem integument

Peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi ptekhie pada grade III, dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit
3. Pemeriksaan diagnostik

a. Darah

1. Trombosit menurun ( 100.000/mm3)

2. Hb dan PCV meningkat (20%)

3. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

4. Protein rendah

5. Ureum pH bisa meningkat

6. Na dan Cl rendah

b. Serologi rendah ( Hemaglutination inhibition test)

1. Rontgen thoraks : Effusi pleura

2. UJi test tourniquet (+)

9. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permebialitas kapiler,


perdarahan, mual dan muntah

3. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, pinddahnya cairan


intravascular ke ekstravaskular

4. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
10. Intervensi Keperawatan

1. Dx : Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


(viremia)

Tujuan : Menurunkan suhu tubuh

Mempertahankan suhu tubuh normal

Kriteria Hasil : Suhu tubuh antara 36.50C- 370C

Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital Mengetahui keadaan umum pasien

berikan kompres dingin pada daerah Pemindahan panas melalui konduksi


aksila dan lipatan paha
Memberikan rasa nyaman dan tidak
Gunakan pakaian yang tipis untuk merangsang peningkatan suhu tubuh
membantu penguapan
Deteksi dini kebutuhan cairan
Observasi intake dan output cairan
Menurunkan suhu tubuh
Kolaborasi dalam pemberian cairan
intravena dan antipiretik serta antibiotika

2. Dx : Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permebialitas


kapiler, perdarahan, mual dan muntah

Tujuan : Mengatasi kurangnya cairan

Mempertahankan intake dan output

Kriteria Hasil : Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi Rasional
Kaji TTV, tanda-tanda syok, asupan Penurunan haluaran urine diduga
dan haluaran terjadinya dehidrasi

Oservasi CRT Indikasi keadekuatan perifer

Berikan intake cairan sesuai indikasi Memenuhi kebutuhan cairan

Kolaborasi dalam pemberian cairan


intravena dan pertahankan tetesan sesuai Meningkatan jumlah cairan tubuh,
dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya
hipovolemik

3. Dx : Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan,


pindahnya cairan intravaskular ke ekstravaskular
Tujuan : Mencegah terjadinya perdarahan

Peningkatan trombosit

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda malnutrisi dengan berat badan seimbang

Intervensi Rasional
Monitor penurunan jumlah trombosit, Mengetahui keadaan pasien selama
Hb, Ht perawatan, perawat segera mengetahui
tanda-tanda presyok/ syok

Observasi vital sign Memastikan tidak terjadi presyok/ syok

Mencegah adanya perdarahan


Gunakan sikat gigi lunak, pelihara
kebersihan mulut
Tanda-tanda perdarahan dapat segera
Jelaskan pada pasien dan keluarga diketahui dan tindakan yang cepat dan
tanda perdarahan dan segera laporkan jika tepat dapat diberikan
terjadi perdarahan
Mengatasi kehilangan cairan tubuh
Kolaborasi pemberian cairan intravena yang hebat

4. Dx : Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan berhubungan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun

Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda malnutrisi


Intervensi Rasional
Kaji tingkat nutrisi, termasuk makanan Mengidentifikasi defisiensi, merancang
yang disukai intervensi

Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi masukan kalori


pasien

Timbang berat badan (bila Mengawasi efektifitas intervensi


memungkinkan)

Berikan makanan sedikit tapi sering, Mengurangi kelemahan dan


yang mudah ditelan dan hidangkan dalam meningkatkan masukan juga mencegah
keadaan hangat distensi gaster

Berikan dan bantu oral hygiene Meningkatkan nafsu makan dan


masukan peroral

Diposkan 25th November 2011 oleh Nurscimmy

Lokasi: Indonesia

Label: ASKEP

Tambahkan komentar

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.
http://keperawatanurscimmya.blogspot.co.id/

You might also like