You are on page 1of 2

KEADAAN PEREKONOMIAN GLOBAL DAN DOMESTIK

Pada triwulan III tahun 2016, perekonomian negara-negara di beberapa kawasan


masih tumbuh melambat. Uni Eropa tumbuh sebesar 1,6 persen (YoY), melambat
dibandingkan triwulan III tahun 2015 sebesar 2,0 persen (YoY). Ekonomi Uni
Eropa masih dapat tumbuh positif karena masih tumbuhnya permintaan
domestik dan investasi dibidang konstruksi serta adanya kebijakan suku bunga
rendah European Central Bank (ECB). Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) tumbuh
sebesar 2,9 persen (YoY), merupakan fase tercepat dalam dua tahun terakhir.
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh penguatan kinerja ekspor yang tumbuh
sebesar 10,0 persen (YoY) yang merupakan kenaikan terbesar sejak triwulan IV
tahun 2013, serta kenaikan inventori investasi.

Perekonomian Tiongkok tumbuh sebesar 6,7 persen (YoY) dan merupakan


pertumbuhan terendah sejak tahun 2009, yang dipengaruhi oleh melambatnya
investasi swasta dan kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang
oleh pemerintah dan sektor perumahan sehingga mencegah pelemahan ekonomi
Tiongkok yang tajam. Sementara itu, perekonomian Jepang tumbuh sebesar 2,2
persen (YoY), lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, akibat perbaikan kinerja
ekspor selama tiga triwulan berturut-turut yang disebabkan oleh kenaikan
pengiriman komponen smartphone.

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), meningkat


dibandingkan triwulan III tahun 2015 yang sebesar 4,7 persen (YoY) namun lebih
rendah dibandingkan triwulan II tahun 2016 yang sebesar 5,2 persen (YoY). Secara
kumulatif sampai dengan triwulan III tahun 2016, ekonomi Indonesia dapat
tumbuh sebesar 5,0 persen. Dari sisi domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi
didorong oleh terjaganya permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga
yang tumbuh cukup kuat, namun realisasi belanja pemerintah APBN lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya akibat pemotongan
anggaran. Hingga akhir triwulan III tahun 2016 inflasi sebesar 3,07 persen (YoY)
dengan IHK 125,4 basis poin, menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya.

Secara spasial, seluruh pulau/wilayah mengalami pertumbuhan positif dengan


rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua. Rata-rata
pertumbuhan di wilayah Maluku dan Papua; Sulawesi; Jawa; serta Bali dan Nusa
Tenggara lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara
itu, perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB dari tahun ke tahun relatif
tidak banyak berubah. Kontribusi terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai
dengan triwulan III tahun 2016 didominasi pulau Jawa, yaitu sebesar
58,4 persen.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2016 mengalami
suplus sebesar USD5,7 miliar. Kinerja tersebut meningkat signifikan dibandingkan
dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar
maupun triwulan II tahun 2016 yang surplus sebesar USD2,2 miliar. Peningkatan
tersebut dipengaruhi oleh menurunnya defisit pada neraca transaksi berjalan dan
meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara signifikan.

Total ekspor Indonesia pada sampai dengan akhir triwulan III tahun 2016 sebesar
USD104,4 miliar, mengalami penurunan sebesar 9,4 persen jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2015. Hal ini sejalan nilai impor Indonesia
secara total adalah sebesar USD98.693,4 juta atau menurun sebesar 8,6 persen
(YoY). Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada triwulan III tahun 2016
mencapai sebesar USD115,7 miliar atau setara dengan 8,5 bulan impor.

Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga September 2016, mencapai Rp896,3


triliun atau sekitar 58,2 persen dari APBN-P 2016. Realisasi pembiayaan defisit
hingga September 2016 mencapai Rp392,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan
target APBN-P 2016 (sebesar Rp296,7 triliun). Dari jumlah tersebut, pinjaman
dalam negeri mendominasi dengan nominal sebesar Rp405,1 triliun. Sementara
itu, realisasi pinjaman luar negeri (neto) hingga September 2016 sebesar minus
Rp12,7 triliun. Disisi lain, realisasi PMDN mengalami pertumbuhan positif sebesar
16,2 persen (YoY) dibandingkan triwulan III tahun 2015 yaitu sebesar Rp55,6
triliun. Sementara itu, realisasi PMA mengalami penurunan dengan tumbuh
negatif sebesar -0,2 persen (YoY) menjadi sebesar USD7.389,5 juta.

Penjualan mobil tumbuh sebesar 5,1 persen (YoY) walaupun secara nilai
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 251.340
unit. Sementara itu, penjualan motor kembali mengalami pertumbuhan negatif
sebesar -16,0 persen (YoY) dengan penjualan sebesar 1,3 juta kendaraan.
Penjualan semen tumbuh sebesar 3,3 persen (YoY), yaitu mencapai 15,2 juta ton
pada triwulan III tahun 2016. Secara kumulatif, penjualan semen pada Januari
hingga September 2016 sebesar 44,7 juta ton, meningkat 3,2 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Sementara itu, jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) adalah sebesar 3,1 juta wisman atau tumbuh
sebesar 21,2 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2015 dan
2014.

You might also like