Professional Documents
Culture Documents
CACAT PENGECORAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengecoran Logam
Disusun Oleh:
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah pengecoran logam dengan judul JENIS
tanpa ada kendala yang berarti. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengecoran logam
semester empat. Penyusun berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta sebagai acuan dalam mempelajari ilmu teknik pengecoran
logam.
kekurangan-kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,agar makalah ini lebih
berguna lagi di masa yang akan datang,maka penyusun berharap adanya kritik, saran
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan diaplikasikan bagi siapapun
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik pengecoran perunggu di India dan China diteruskan ke Jepang dan Asia
Tenggara, sehingga di Jepang banyak arca-arca Budha dibuat antara tahun 600 dan
4
800.Penggunaan besi di mulai dengan penempaan, sama halnya dengan tembaga.
Orang-orang Asiria dan Mesir mempergunakan perkakas besi dalam tahun 2.800-2.700
tahun SM. Kemudian di China dalam tahun 800-700 SM, ditemukan cara membuat
corandari besi kasar yang mempunyai titik cair rendah dan mengandung fosfor tinggi
dengan mempergunakan tanur beralas datar.
5
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengecoran adalah proses pembuatan benda kerja dari logam, dengan cara
memanaskan logam hingga melebur atau meleleh yang kemudian dituangkan ke dalam
cetakan. Bahan bahan logam yang akan dilebur dipanaskan dalam dapur pemanas
dengan temperatur tertentu hingga mencair atau melebur.
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu:
7
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
1. Pembuatan cetakan.
2. Persiapan dan peleburan logam.
3. Penuangan logam cair ke dalam cetakan.
4. Pembersihan coran dan proses daur ulang pasir cetakan.
5. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor.
Berat coran itu sendiri berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton
dengan komposisi yang berbeda dan hampir semua logam atau paduan dapat dilebur
dan dicor.
Pada proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan logam,
sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Dengan demikian laju proses pengecoran
lebih cepat dibanding dengan menggunakan cetakan sekali pakai, tetapi logam coran
yang digunakan harus mempunyai titik lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur
logam cetakan.
8
Pengecoran sentritugal dilakukan dengan menuangkan logam cair ke dalam
cetakan yang berputar. Akibat pengaruh gaya sentritugal logam cair akan terdistribusi
ke dinding rongga cetak dan kemudian membeku.
Pada pembuatan produk cor dengan skala produksi kecil, maka pemakaian
cetakan permanen kurang menguntungkan karena biaya investasi cetakan mahal.
Pemakaian proses pengecoran sentrifugal selain untuk menghasilkan produk cor yang
lebih baik juga harus ekonomis.
Gaya sentrifugal juga memungkinkan produk yang dicor lebih tipis. Batas
ukuran silindris memiliki:
9
3. Toleransi sekitar + 0,01 inchi.
4. Penyelesaian permukaan 63-500 in.
5. Panjang lebih dari 15 meter (50 kaki).
6. Berat lebih dari 5 ton.
7. Material benda coran terbuat dari logam, besi paduan, besi karbon paduan, besi
cor, aluminium, nikel, dan tembaga.
Dalam pengecoran sentrifugal, cetakan dilapisi oleh lapisan. Ada dua jenis
lapisan cetakan:
1. Dinding cetakan logam diberi lapisan bahan tahan api seperti keramik
yang dilakukan dengan beberapa langkah yaitu aplikasi, rotasi,
pengeringan, dan pembakaran. Cetakan dibentuk dari bahan tahan api
supaya terjadinya solidifikasi lebih cepat. Setelah disiapkan, cetakan
10
diputar pada sumbunya dengan kecepatan tinggi (300-3000 RPM),
biasanya sekitar 1000 RPM.
2. Pada cetakan jenis kedua digunakan lapisan pemisah tebal yang
mempunyai daya isolasi panas tinggi. Waktu logam cair dituangkan,
lapisan pemisah menghambat solidifikasi terarah, oleh karena itu logam
mulai membeku pada tepi lapisan dan permukaan dalam sekaligus. Hal
ini menyebabkan terjadinya lapisan tengah yang kurang padat dengan
inklusi yang terperangkap.
11
Gambar 3. Penuangan Logam
3. Pendinginan (cooling)
Dalam proses pendinginan, cetakan bersama logam cair yang sudah terbentuk
akan tetap berputar. Proses pendinginan ini berlangsung cepat mulai dari
dinding cetakan sampai ke bagian dalam. Karena logam cair terdesak keluar,
antara rongga cetakan dan logam terdapat hubungan yang baik sehingga benda
cor menjadi dingin lebih cepat.
Gambar 4. Pendinginan
12
4. Penghentian proses pengecoran (casting removal)
Setelah pengecoran telah didinginkan dan terjadi solidifikasi, perputaran
dihentikan. Setelah perputaran dihentikan, benda coran dilepas dari cetakan.
13
2.2.2 Teknik Penuangan
Pada proses penuangan (pouring), logam cairdapat dituangkan melalui salah
satu ujung cetakan, kedua ujung cetakan atau sepanjang saluran yang memiliki
panjang yang tidak dapat ditentukan. Laju penuangan sangat bervariasi tergantung dari
ukuran benda coran yang akan dibuat dan jenis cairan logam yang digunakan. Laju
penuangan yang terlalu lambat akan menghasilkan formasi bertumpuk dan porositas
gas, dimana laju pembekuan yang sangat lambat merupakan salah satu penyebab
terjadinya keretakan ke arah longitudinal.
1. Laju penuangan sangat bervariasi tergantung dari ukuran benda coran yang
akan dibuat dan jenis cairan logam yang digunakan.
2. Laju penuangan yang terlalu lambat akan menghasilkan formasi bertumpuk
dan porositas gas.
3. Pada pengecoran dengan temperatur yang tinggi memerlukan kecepatan putar
yang lebih tinggi untuk menghindari terjadinya sliding.
4. Temperatur pengecoran yang rendah akan menyebabkan permukaan coran
bertumpuk dan adanya porositas gas.
14
3. Pengaturan Putar
1. Pada saat proses penuangan, cetakan diputar pada kecepatan yang cukup untuk
melontarkan logam cair ke dinding cetakan.
2. Pada saat logam mencapai ujung cetakan yang lain, kecepatan putar
ditingkatkan.
15
3. Kecepatan putar dipertahankan konstan selama beberapa waktu setelah
penuangan.
4. Kecepatan putar yang konstan tersebut tergantung dari jenis cetakan, logam
yang akan dicor dan ketebalan dinding yang dibutuhkan.
Kecepatan putar yang ideal akan menghasilkan gaya adhesi yang cukup besar
antara logam cair dengan dinding cetakan dengan getaran yang minimal. Kondisi
seperti ini dapat menghasilkan sebuah benda coran dengan struktur yang lebih seragam.
Pada saat logam cair memasuki cetakan, gradien tekanan yang terbentuk
melintasi ketebalan lapisan dengan kecepatan centrifugal. Hal ini menyebabkan
partikel yang lebih ringan seperti slag dan impurities nonmetal berkumpulpada
diameter dalam benda coran. Ketebalanyang terbentuk dari sekelompok impurities ini
terbatas sekitar beberapa milimeter dan mudah dihilangkan dengan proses permesinan.
Orientasi sumbu putar cetakan bisa dalam posisi horisontal maupun vertikal,
tetapi yang lebih umum adalah horisontal. Bila kita anggap orientasi sumbu putar
adalah horisontal, maka gaya dapat didefinisikan dengan persamaan berikut ini.
Gaya sentrifugal:
mv 2
F
R
dimana: F = gaya, lb (N)
16
m = massa, lbm (kg)
Gaya gravitasi:
W = mg
F mv 2 v 2
GF
W Rmg Rg
2RN RN
v
60 30
2
RN D
2 2
30 R N 2 N
GF
Rg g 30 g 30
30 2 gGF
N
D
17
Contoh soal:
30 2x32,2x65
N 676,9 rev/min
0,833
30 2 gL
N
Rt 2 - Rb 2
Radius atas coran (Rt ) akan sama dengan radius bawah coran (Rb ), bila N = tak
berhingga.
18
2.3 Jenisjenis pengecoran sentritugal
2.3.1 Pengecoran sentritugal sejati
Dalam pengecoran sentrifugal sejati, logam cair dituangkan ke dalam cetakan
yang berputar untuk menghasilkan benda cor bentuk tabular, seperti pipa, tabung,
bushing, cincin, dan lain-lainnya.
Kelemahan cetakan pasir yaitu pada saat penuangan logam cair, sistem insulasi
yang alami dari pasir mencegah proses pembekuan terarah (directional solidification).
Oleh karenaitu pembekuan logam dari dinding cetakan dan dari bagian dalam silinder
terjadi secara bersamaan. Hal ini dapat menimbulkan bunga karang dan kepadatan
yang rendah pada bagian tengah produk coran.
19
Secara umum permanent molds terbuat dari material seperti baja, tembaga dan
grafit. Pelapisan cetakan juga penting dalam mengatur laju pembekuan dari beberapa
material coran. Pelapisan dengan menggunakan keramik sudah banyak diterapkan.
20
dari benda cor bisa bulat, oktagonal, heksagonal, atau bentuk-bentuk yang lain, tetapi
sebelah dalamnya akan berbentuk bulatan, karena adanya gaya radial yang simetri.
1. Memiliki densitas (kepadatan) yang tinggi terutama pada bagian luar coran.
2. Tidak terjadi penyusutan pembekuan pada bagian luar benda cork arena adanya
gaya sentrifugal yang bekerja secara kontinu selama pembekuan.
3. Cenderung ada impuritas pada dinding sebelah dalam coran dan hal ini dapat
dihilangkan dengan permesinan.
Pada metode ini, gaya sentrifugal digunakan untuk menghasilkan benda cor
yang pejal bukan turbular. Cetakan dirancang dengan riser pada pusat untuk
pengisian logam cair.
21
Gambar 8. Semi Centrifugal casting
Densitas logam dalam akhir pengecoran lebih besar pada bagian luar
dibandingkan dengan bagian dalam coran yaitu bagian dekat dengan pusat rotasi.
Kondisi ini dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang di tengah, seperti
roda, puli. Bagian tengah yang memiliki densitas rendah mudah dikerjakan dengan
pemesinan.
22
2.4 Cacat Pada Pengecoran Sentrifugal
Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh:
23
Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan
merencanakan pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan adalah:
a) Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak benyak
mengandung unsur lumpur.
b) Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin yang
cukup dan pelapisan tipis yang merata.
c) Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran.
d) Mengecek temperatur logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus
sesuai yang disyaratkan.
e) Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu.
24
2.4.3 Cacat Permukaan Kasar
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar.
Cacat ini dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong
ke atas, pelekat, penyinteran dan penetrasi logam. Bentuk, penyebab dan
pencegahan cacat permukaan kasar dapat dilihat pada tabel.
25
3. Cacat Salah Alir
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga
cetakan. Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku
sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan. Bentuk cacat salah alir dapat
dilihat pada gambar.
26
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pengecoran Sentrifugal
27
pertama kehilangan fluiditas. Jika logam kedua dituangkan sebelumnya maka
komposisi dan ketebalan logam kedua akan berubah. Begitu juga jika logam
kedua dituangkan terlambar maka tidak akan ada ikatan yang baik antara kedua
logam.
28
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Makalah ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:
1. Centrifugal Casting atau roto casting adalah teknik pengecoran yang biasanya
digunakan untuk melemparkan silinder berdinding tipis. Perlu dicatat untuk
kualitas tinggi hasil dicapai, terutama untuk kontrol yang tepat dari metalurgi dan
struktur kristal. Tidak seperti kebanyakan teknik casting lain, Centrifugal Casting
yang terutama digunakan untuk memproduksi bahan saham dalam ukuran standar
untuk mesin lebih lanjut, daripada bagian berbentuk disesuaikan dengan
penggunaan-akhir tertentu.
2. Dalam casting sentrifugal, sebuah cetakan tetap diputar terus menerus terhadap
sumbunya dengan kecepatan tinggi (300 sampai 3000 rpm) sebagai logam cair
dituang. Cairan logam sentrifugal dilemparkan ke arah dinding cetakan dalam,
dimana ia membeku setelah pendinginan. pengecoran biasanya casting halus
dengan diameter luar yang sangat halus, karena dingin terhadap permukaan
cetakan. Kotoran dan inklusi dibuang ke permukaan diameter dalam, yang dapat
mesin jauh.
3. Silinder dan bentuk dengan simetri rotasi yang paling sering dilemparkan oleh
teknik ini. Tall tuang (dalam arah gaya menetap akting, biasanya gravitasi) selalu
lebih sulit daripada coran pendek. Dalam teknik casting sentrifugal jari-jari rotasi,
sepanjang yang bertindak gaya sentrifugal, menggantikan sumbu vertikal. Mesin
pengecoran dapat diputar ke tempat ini dalam orientasi yang nyaman, relatif
terhadap gravitasi vertikal. Horisontal dan vertikal sumbu mesin keduanya
digunakan, cukup untuk menempatkan dimensi casting terpanjang nyaman
horisontal. silinder berdinding tipis sulit untuk dilemparkan dengan cara lain, tetapi
Centrifugal Casting terutama cocok untuk mereka. Untuk jari-jari rotasi, ini adalah
efektif dangkal coran datar dan dengan demikian sederhana. Centrifugal casting
juga diterapkan pada pengecoran disk dan benda-benda berbentuk silinder seperti
29
roda kereta rel kereta api atau alat kelengkapan mesin mana gandum, aliran, dan
keseimbangan yang penting untuk daya tahan dan utilitas dari produk jadi.
Memberikan yang membentuk relatif konstan di jari-jari, bentuk lingkaran yang
tidak mungkin juga cor.
4. Bahan khas yang dapat cor dengan proses ini adalah besi, baja, baja tahan karat,
kaca, dan paduan dari aluminium, tembaga dan nikel. Dua bahan ini dapat dicetak
bersama dengan memperkenalkan bahan kedua selama proses tersebut.
5. Bagian-bagian khas yang dibuat oleh proses ini adalah pipa, boiler, bejana tekan
(lihat autofrettage), roda gaya, liner silinder dan bagian lain yang axi-simetris. Hal
ini terutama digunakan untuk membuang liner silinder dan katup lengan untuk
mesin piston, bagian-bagian yang tidak bisa diandalkan diproduksi sebaliknya.
1.2 Saran
Makalah ini memiliki saran berikut:
1. Mahasiswa diharapkan mampu memberi saran guna menyempurnakan makalah ini.
2. Mahasiswa diharapkan mamp mengeri dan memahami tentang apa yang berkaian
dengan pengecoran centrifugal casting baik dari proses, peralatan, bahan, dll
3. Dosen di harapkan mampu member kritik yang membangun, dan menilai apa yang
masih kurang dari makalah ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
Surdia, T.; Chijiwa, K., 1976, Teknik Pengecoran Logam, Edisi ke-2, Cetakan ke-7,
PT. Pradnya. Pararnita, Jakarta.
Surdia, T.; Kenji, C., 2000, Teknik Pengecoran Logam, , PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
31