You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PENCERNAAN

DI PSTW MABAJI GOWA

Disusun Oleh

WA ODE MULYANA, S.Kep

16.04.082

CI LAHAN CI INSTITUSI

_____________________ ______________________

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKKANG

PRODI PROFESI NERS

MAKASSAR
2016/2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu di pertimbangkan

yaitu ;aspke biologi,aspek ekonomi,dan aspek social.Secara biologis penduduk

lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus

yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga semakin rentannya

terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian.hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,jaringan serta system

organ.secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban

daripada sebagai sumber daya.banyak ornag beranggapan bahwa kehidupan masa

tua tidak lagi memberikan banyak manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan

bahwa kehidupan masa tua sering kali di persepsikan secara negative sebagai

beban keluarga dan masyarakat.


Usia kronologis merujuk pada jumlah tahun seseorang telah hidup..Mudah

untuk diidentifikasikan dan diukur,ini adalah metode objektif yang paling umum

digunakan. Di Amerika serikat,usia tua kadang kala di klasifikasikan dalam tiga

kelompok katagoru kronologis :

1) Tua Awal (usia 65 sampai usia 74 tahun)


2) Tua Pertengahan (usia 75 sampai usia 84 tahun)
3) Tua Akhir (usia 85 tahun keatas)

B. PERUBAHAN TERKAIT USIA PADA FUNGSI

1. Perubahan Anatomis dan Fisiologis Sistem Pencernaan Pada Lansia

Tubuh lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis secara alami

seiring bertambahnya usia. Penurunan fungsi ini tentunya akan

menurunkan kemampuan lansia tersebut untuk menanggapi adanya

rangsangan atau berespon. Akibat dari penurunan fungsi, lansia

mengalami banyak perubahan dalam segi fisik, kemampuan kognitif,

kemampuan fungsi organ, psikologi, sosial dan sebagainya. Kemunduran

dan kelemahan yang diderita oleh lansia akibat adanya perubahan ini

menurut Darmojo dalam Arisman (2004) adalah pergerakan dan

kestabilan terganggu; demensia; depresi; inkontinensia dan impotensia;

defisiensi imunologis; infeksi, konstipasi dan malnutrisi; latrogenesis dan

insomnia; kemunduran penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan,

komunikasi, integritas kulit; dan kemunduran proses penyakit.

Perubahan-perubahan secara anatomis dan fisiologis pada lansia

yang dapat mempengaruhi status gizi lansia, diantaranya:

a. Indera Perasa dan Penciuman


Indera perasa dan penciuman mempengaruhi seseorang dalam

menikmati makanan. Kemampuan penciuman seseorang bergantung

pada persepsi odorants (bau-bauan) dari sel sensori dalam mukosa

olfaktori dan proses informasi dari sistem saraf pusat. Perubahan usia
mengakibatkan penurunan fungsi pada system saraf pusat. Faktor lain

yang menyebabkan penurunan kemampuan indera penciuman adalah

merokok, kekurangan vitamin B12, terapi pengobatan, penyakit

periodontal dan infeksi mulut, penyakit sistem pernapasan bagian atas

(seperti sinusitis), penyakit sistemik (seperti demensia, diabetes) dan

pengalaman pekerjaan (seperti bekerja di pabrik sebelumnya)

(Bromley, 2000; Finkel et al, 2001; Morley, 2002 dalam Miller, 2004).

Kemampuan perasa bergantung utamanya pada sel-sel reseptor di

tempat-tempat perasa, seperti lidah, palatum dan tonsils. Karakteristik

dari sensasi perasa diukur sesuai kemampuan menerima intensitas rasa

dan kemampuan membedakan rasa (Miller, 2004). Perubahan pada

lansia tidak mempengaruhi sensasi rasa secara keseluruhan,

kemampuan untuk mendeteksi rasa manis masih sama sedangkan

kemampuan mendeteksi rasa asam, asin dan pahit mengalami

penurunan (Touhy & Jett, 2010).


b. Saluran Gastrointestinal
Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam

saluran gastrointestinal (GI), yaitu:


Perubahan pada saluran Gastrointestinal lansia :
1) Rongga mulut
Lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis pada rongga

mulut sehingga mempengaruhi proses mekanisme makanan.

Perubahan dalam rongga mulut yang terjadi pada lansia mencakup

tanggalnya gigi, mulut kering dan penurunan motilitas esophagus

(Meiner, 2006). Pada lansia, banyak gigi yang tanggal serta terjadi

kerusakan gusi karena proses degenarasi akan mempengaruhi


proses pengunyahan makanan (Fatmah, 2010). Tanggalnya gigi

bukan suatu konsekuensi dasar dari proses penuaan, banyak lansia

mengalami penanggalan gigi sebagai akibat dari hilangnya tulang

penyokong pada permukaan periosteal dan periodontal. Hilangnya

sokongan tulang ini juga turut berperan terhadap kesulitan-

kesulitan yang berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang

adekuat dan stabil pada usia lebih lanjut (Stanley, 2007). Kelenjar

saliva juga mulai sukar disekresi yang mempengaruhi proses

perubahan karbohidrat kompleks menjadi disakarida karena enzim

ptyalin menurun. Fungsi lidah sebagai pelicin pun berkurang

sehingga proses menelan menjadi lebih sulit. Sebaliknya, asupan

gizi juga berpengaruh pada penurunan fungsi fisiologis di rongga

mulut. Kekurangan protein sering dikaitkan dengan degenerasi

jaringan ikat gingival, membrane periodontal dan mukosa

pendukung basis gigi tiruan (Fatmah, 2010).


2) Faring dan esofagus
Banyak lansia yang mengalami kelemahan otot polos sehingga

proses menelan lebih sulit. Motilitas esofagus tetap normal

meskipun esophagus mengalami sedikit dilatasi seiring penuaan.

Sfingter esophagus bagian bawah kehilangan tonus, reflex muntah

juga melemah pada lansia, sehingga meningkatkan risiko aspirasi

pada lansia (Stanley, 2007).


3) Lambung
Perubahan yang terjadi pada lambung adalah atrofi mukosa. Atrofi

sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan menyebabkan

berkurangnya sekresi asam lambung, pepsin dan faktor instrinsik.


Karena sekresi asam lambung yang berkurang, maka rasa lapar

juga akan berkurang. Ukuran lambung pada lansia juga mengecil

sehingga daya tampung makanan berkurang. Selain itu, proses

perubahan protein menjadi pepton terganggu (Fatmah, 2010).

Selain itu, Meiner (2006) menjelaskan perubahan pH dalam saluran

gastrointestinal dapat menyebabkan malabsorbsi vitamin B.

Penurunan sekresi HCl dan pepsin yang berkurang pada lansia juga

dapat menyebabkan penyerapan zat besi dan vitamin B12 menurun

(Arisman, 2004).
4) Usus halus
Perubahan pada usus halus yang terjadi pada lansia mencakup

atrofi dari otot dan permukaan mukosa, pengurangan jumlah titik-

titik limfatik, pengurangan berat usus halus dan pemendekan dan

pelebaran vili sehingga menurunkan proses absorbsi. Perubahan

struktur ini tidak secara signifikan mempengaruhi motilitas,

permeabilitas atau waktu transit usus halus. Perubahan ini dapat

mempengaruhi fungsi imun dan absorbsi dari beberapa nutrisi

seperti kalsium dan vitamin D (Miller, 2004).


5) Hati dan pankreas
Kapasitas fungsional hati dan pankreas tetap dalam rentang normal

karena adanya cadangan fisiologis dari hati dan pankreas. Setelah

usia 70 tahun, ukuran hati dan pankreas akan mengecil, terjadi

penurunan kapasitas menyimpan dan kemampuan mensintesis

protein dan enzim-enzim pencernaan (Stanley, 2007). Hati

berfungsi sangat penting dalam metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak. Selain itu, hati juga memegang peranan besar dalam
proses detoksifikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi

bilirubin dan sebagainya. Semakin meningkatnya usia, secara

histologis dan anatomis akan terjadi perubahan akibat atrofi

sebagian besar sel. Sel tersebut akan berubah bentuk menjadi

jaringan fibrosa. Hal ini akan menyebabkan perubahan fungsi hati

dalam berbagai aspek tersebut, terutama dalam metabolisme obat-

obatan. Produksi enzim amylase, tripsin dan lipase akan menurun

sehingga kapasitas metabolism karbohidrat, pepsin dan lemak juga

akan menurun (Fatmah, 2010).


6) Usus besar dan rectum
Pada lansia perubahan yang terjadi di usus besar dan rectum

mencakup penurunan sekresi mucus, penuruanan elastisitas dinding

rectum dan penuruan persepsi distensi pada dinding rectum.

Perubahan ini memiliki sedikit atau tidak ada hubungan pada

motalitas dari feses saat buang air besar, tetapi ini merupakan

predisposisi konstipasi pada lansia karena volume rectal yang

bertambah (Prather, 2000 dalam Miller, 2004). Selain itu, proses

defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen

juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen pada lansia

sudah melemah (Fatmah, 2010)..

C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

Faktor resiko penyebab penyakit perubahan sistem pencernaan pada

lansia adalah:
1) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau

ompong.
2) Berkurangnya indra pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita

rasa manis, asin, asam dan pahit.


3) Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
5) Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan

konstipasi
6) Penyerapan makanan diusus menurun
7) Intake makanan dan minuman berserat
8) Kondisi emosional
9) Efek samping obat obatan

D. Konsekuensi fungsional

Konsekuensi Fungsional Positif: konstipasi

Lansia bebas dari konstipasi

Konsekuensi fungsional negatif: Konstipasi

1. BAB 1x minggu atau lebih dri satu minggu

2. Kenyamanan : tidak nyaman di abdomen.

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik,


psikologis, social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap
secara menyeluruh menyangkut aspek tersebut.
1. Biologi
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan
lansia dikaji dengan menanyakan tentang:
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
d. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum
obat
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok
dan dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain :
system integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan,
persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan penciuman.
3. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia
untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan
juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan
kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya. Perubahan yang
umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang
lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-
hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b. Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan

c. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan

d. Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak

e. Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami

f. Apakah mudah untuk menyesuaikan diri

g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan

h. Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll

4. Sosial ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan
teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan
lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi
yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh. Perasaan sejahtera dalam
kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan harga dirinya.
Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena
masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Apa saja kesibukan lansia
b. Dari mana saja sumber keuangannya

c. Dengan siapa ia tinggal

d. Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia

e. Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar


rumah

f. Siapa saja yang biasa mengunjunginya


g. Seberapa besar ketergantungannya

h. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg


ada

5. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia
dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan
baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari
ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang
perlu dikaji pada lansia :
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan
lain-lain
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa
jika menghadapi masalah
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan
diatas dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa
keperawatan yang mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah
keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :

6. Fisik / biologi

a. gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pemasukan makanan yang tidak adekuat

b. gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /


penglihatan

c. kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam


merawat diri
d. resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat

e. perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak


efektif

f. gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri

g. gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas


atau adanya sekret pada jalan napas

h. gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain


7. Psikologis sosial

a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak


mampu

b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga

c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial

d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak

e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan


mengungkapkan perasaan secara tepat

f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.

8. Spiritual

a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal


pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian
c. Marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
B. Diagnosa keperawatan:

No Diagnosa Noc Nic


1. Nyeri akut berhubungan Setelah melakukan asuhan Kode : 1400

dengan agen cedera keperawatan selama 2x24 jam management nyeri

biologis maka diharapkan (2102) tingkat 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Defenisi: pengalaman
nyeri dengan kriteria : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi
sensori dan emosional tidak
(210201) nyeri yang Kaji ulang skala nyeri
menyenangkan yang muncul 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
dilaporkan ringan
akibat kerusakan jaringan (210201) panjangnya episode mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan

aktual atau potensial atau nyeri ringan penerimaan pasien terhadap nyeri

yang digambarkan sebagai (210206) ekspresi nyeri wajah 3. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk

ringan membantu penurunan nyeri


kerusakan, awitan yang tiba-
4. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman
tiba/lambat dari intensitas
nyerinya, sesuai kebutuhan
ringan, hingga berat dengan 5. Anjurkan klien agar menggunakan teknik

akhir yang dapat relaksasi dan distraksi rasa nyeri


6. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
diantisipasi/diprediksi
Domain 12: kenyamanan (terapi latihan aktivitas
Kelas 1 7. Anjurkan kompres hangat
8. Kolaborasi pemberian analgetik
Kenyamanaan fisik
9. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen
Hal : 469
nyeri dalam interval yang spesifik
Kode: 00132

Konstipasi Setelah melakukan asuhan Manajemen konstipasi (0450)


2.
keperawatan selama 2x24 jam
Defenisi: 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
Penurunan frekuensi normal maka diharapkan (0113) penuaan
2. Monitor bising usus
defekasi yang disertai fisik denga kritera hasil:

kesulitan/pengeluaran feses 3. Identifikasi faktor-faktor (misalnya, pengobatan,


011305 tekanan darah tidak
tidak tuntas atau feses yang tirah baring dan diet) yang menyebabkan
ada deviasi kisaran normal
keras,kering dan banyak. terjadinya konstipasi
011324 kontrol buang air besar
Kode: 00011
Domain 3: eliminasi dan tidak ada deviasi kisaran 4. Jelaskan penyebab dari masalah dan
pertukaran normal rasionalisasi tindakan pada pasien
Kelas 2: fungsi
gastrointestinal 5. Instruksikan pasien /keluarga pada diet tinggi
Hal: 208
serat dengan cara yang tepat

6. Instruksikan pasien /keluarga mengenai

hubungan antara diet, latihan dan asupan cairan

terhadap kejadian konstipasi

7. Ajarkan pasien/keluarga untuk tetap memiliki

diari terkait dengan makanan

8. Ajarkan pasien/keluarga mengenai proses

pencernaan yang normal

9. Evaluasi jenis pengobatan yang memilki efek

samping pada gastrointestinal

10. Evaluasi catatan asupan untuk apa saja nutrisi


yang telah dikomsumsi

11. Sarankan penggunaan laksatif/pelembut feses

dengan cara yang tepat


ketidakseimbangan nurisi Setelah dilakukan asuhan 1160 monitor nutrisi
3. 1. Timbang berat badan pasien
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 1x8 jam
2. Lakukan pengukuran antropometrik pada
defenisi: diharapkan
komposisi tubuh (IMT)
Asupan nutrisi tidak cukup 3. Monitor turgor kulit dan mobilitas
1004 : Status Nutrisi dengan 4. Identifikasi upnormalitas rambut
untuk memenuhi kebutuhan
kriteria: 5. Monitor adanya mual dan muntah
metabolik 6. Identifikasi upnormalitas eliminasi bowel

Kelas 1 : makan 100401 Asupan gizi tidak (diare)


7. Monitor diet dan asupan kalori
Domain 2: nutrisi menyimpang dalam rentang 8. Identifikasi perubahan nafsu makan dan
Hal :177 normal aktivitas akhir-akhir ini
Kode: 00002 100402 asupan makanan tidak 9. Monitor type dan banyaknya latihan yang
menyimpang dalam rentang biasa dilakukan
normal 10. Monitor adanya warna pucat kemerahan dan
100408 Asupan cairan tidak jaringan konjungtiva yang kering
11. Identifikasi adanya ketidaknormalan dalam
menyimpang dalam rentang
rongga mulut (inflamasi, ompong atau gusi
normal
100403 energi tidakberdarah)
1120 terapi nutrisi
menyimpang dalam rentang
1. Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan
normal 2. Monitor intake makanan atau cairan dan
100405 rasio berat hitung masukan kalori perhari
badan/tinggi badan tidak 3. Dorong pasien untuk memilih makanan

menyimpang dalam rentang setengah lunak


4. Motivasi pasien untuk mngomnsumsi
normal
makanan yang timggi kalsium sesuai

kebutuhan
5. Pastikan bahwa dalam diet mengandung

makanan yang tinggi serat untuk mencegah

konstipasi
6. Sediakan pasien makanan dan minuman

bernutrisi yang tinggi protein, tinggi kalori


dan mudah dikonsumsi sesuai kebutuhan.
7. Berikan nutrisi interal
8. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas

diet yang dianjurkan


9. Berikan perawatan mulut sebelum makan
10. Berikan pendidikan kesehatan terkait diet dan

perencanaan diet sesuai kebutuhan.

C. IMPEMENTASI KEPERAWATAN

Impementasi Disesuaikan Dengan Intervensi


D. EVALUASI

No Diagnosa EVALUASI
S: -
1. Nyeri akut O: -

A: Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 2x24 jam maka (2102) tingkat nyeri

dengan kriteria :

(210201) nyeri yang dilaporkan ringan


(210201) panjangnya episode nyeri ringan
(210206) ekspresi nyeri wajah ringan
P: -
S: -
2. Konstipasi

O: -
A: setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2x24 jam maka (0113) penuaan fisik:

011305 tekanan darah tidak ada deviasi

kisaran normal

011324 kontrol buang air besar tidak ada

deviasi kisaran normal

P: -
S:
3. ketidakseimbangan

nurisi kurang dari O:

kebutuhan
A: setelah melakukan Status Nutrisi selama 1x8
jam maka:

100401 Asupan gizi sedikit menyimpang

dalam rentang normal


100402 asupan makanan tidak menyimpang

dalam rentang normal


100408 Asupan cairan sedikit menyimpang

dalam rentang normal


100403 energi sedikit menyimpang dalam

rentang normal
100405 rasio tidak badan/tinggi badan

sedikit menyimpang dalam rentang normal


P:-

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi&Martono, Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri(Ilmu

Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia


Doenges, E. Marlyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.

Jakarta: EGC
Maryam, R Siti. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika
Noedhi, Darmojo. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta:

Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


Pudjiastuti, Surini Sri. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:

EGC

Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic,Evelyn C.Pearce,cet.24,Jakarta

;GM,2002.

Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime L.Stockslager,et al : alih

bahasa,Nike Budhi Subekti;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity

Sulistia Ayu.ed.2.jakarta : EGC,2007

You might also like