You are on page 1of 11

Laporan Resmi Praktikum Kimia Koordinasi

PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Nama / NIM : Muhamad. Syaiful Ampri.(652015011)


Judul : Penentuan Komposisi Ion Kompleks
Tanggal Praktikum : 23 Februari 2017

Landasan teori
1. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari satu atom pusat atau
lebih yang menerima sumbangan pasangan elektron dari atom lain, gugus atom
penyumbang elektron ini disebut ligan (Pudyaatmaka, 2002). Ligan didalam ion
kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CN- atau berupa molekul-
molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H2O
atau NH3. Ligan seperti I-, NH3,CN- hanya memiliki satu atom donor pasangan
elektron, dan disebut monodentat. Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari
satu disebut multidentat. (Harjadi, 1990).
Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah
ligan yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai dengan bilangan
koordinasi. Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang
dapat membentuk kompleks stabil dengan atom pusat (Vogel, 1989).
Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan
pergantian satu atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain
disebut kelabilan. Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup
lambat. Dengan cara memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah
(Cotton, 1989).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Ion Kompleks

1. Aspek ion pusat.

1|KIMIA KOORDINASI
a. Stabilitas ion kompleks bertambah jika rapat muatan ion pusat
bertambah.

b. Stabilitas ion kompleks bertambah dengan adanya CFSE, karena CFSE


merupakan energi penstabilan tambahan yang diakibatkan oleh
terjadinya splitting orbital d.

c. Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi
dan ukuran kecil akan membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya
berasal dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya besar dan
berukuran kecil

2. Aspek ligan

a. Kompleks khelat lebih stabil dibanding kompleks nonkhelat analog


(yang atom donornya sama). [Ni(en)3]3+ dengan 3 sebesar
4.1018adalahlebih stabil dibanding [Ni(NH3)6]3+ 6 sebesar 108

b. Ukuran cincin : Jika ligan tidak memiliki ikatan angkap, ikatan cincin 5
adalah yang paling stabil, tetapi jka ligan memiliki ikatan rangkap,
maka yang paling stabil adalah ikatan cincin 6.

c. Steric effect : Ligan-ligan bercabang pada umumnya kurang stabi


dibanding ligan-ligan tak bercabang yang analog.

d. Polarisabilitas : Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki


muatan tinggi dan ukuran kecil akan membentuk kompleks ysng stabil
jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya
besar dan berukuran kecil (Cotton, 1989).

2. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang

2|KIMIA KOORDINASI
ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra uv-visible disebut
spektra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan
dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi
molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi.
Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan
mengukur absorbansi maksimum (Pudyaatmaka, 2002). Apabila senyawa fisik
tidak berwarna maka senyawa diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui
reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah sinar tampak (Khopkar,
1990).

3. Metode Job
Variasi kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting
karena dapat menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-perubahan
secara fisika maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu.
(Khopkar, 1990.)
Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan
kondisi optimum pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang
mengandung konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan divariasikan
(Ewing, 1985).
Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa,
volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal
stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi,
akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai dengan titik stoikiometri
sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi dalam senyawa (Khopkar,
1990.).

3|KIMIA KOORDINASI
Tujuan
1. Mempelajari penentuan komposisi larutan kompleks ion besi salisilat
menggunakan metode job.
2. Menentukan panjang gelombang maksimum untuk kompleks besi(III) dengan
asam salisilat.
3. Menentukan nilai n (jumlah ion asaam salisilat-) dalam senyawa kompleks
yang terbentuk.

Alat dan bahan


a. Alat-alat yang diperlukan
- 1 set spektrofotometer UV-Vis
- 20 buah tabung reaksi
- 1 buah pipet ukur 10 mL
b. Bahan-bahan yang dibutuhkan
- Larutan ammonium besi(III) sufat
- Larutan asam salisilat

Metode
1. Disiapkan larutan Fe3+ dan asam salisilat dalam 2.10-3 M asam khlorida yang
konsentrasinya masing-masing 2.10-3 dan disiapkan juga 20 buah tabung reaksi.
2. Diisilah labu ukur pertama dengan larutan Fe3+, kemudian dengan menggunakan
tabung reaksi yang lain, buatlah larutan campuran Fe3+ dan asam salisilat
sebanyak 5 mL dengan fraksi mol asam salisilat (X) 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6;
0,7; 0,8; dan 0,9 (masing-masing 2).
3. Dicari panjang gelombang maksimum dari setiap larutan tersebut pada panjang
gelombang 350 700 nm. Kemudian diukur serapan dari semua larutan itu pada
setiap panjang gelombang maksimum yang diperoleh.
4. Dihitunglah harga Y pada setiap panjang gelombang untuk semua larutan tersebut
di atas.
5. Dibuat kurva hubungan antara Y dengan X untuk setiap panjang gelombang yang
diberikan. Kemudian dari harga X yang memberikan kurva maksimum, tentukan
harga n untuk kompleks [Fe(asa)n]3+ yang ada dalam larutan.
4|KIMIA KOORDINASI
Hasil pengamatan

absorbansi
Tabung fraksi mol As. Salisilat (X) Volume Fe (III) mL Volume As. Salsilat (mL) (nm) Y
1 2 Rata-rata X
1 0 5 0 530 0,028 0,016 0,022 -0,088
2 0,1 4,5 0,5 530 0,344 0,307 0,3255 0,2265
3 0,2 4 1 530 0,646 0,652 0,649 0,561
4 0,3 3,5 1,5 530 0,926 0,926 0,926 0,849
5 0,4 3 2 530 1,231 1,05 1,1405 1,0745
6 0,5 2,5 2,5 530 1,39 1,37 1,38 1,325
7 0,6 2 3 530 1,402 1,332 1,367 1,323
8 0,7 1,5 3,5 530 1,061 1,076 1,0685 1,0355
9 0,8 1 4 530 0,731 0,735 0,733 0,711
10 0,9 0,5 4,5 530 0,395 0,4 0,3975 0,3865

Pembahasan

Pada percobaan kali ini, dilakukan penentuan komposisi larutan kompleks ion
besi salisilat menggunakan metode job. Pada percobaan ini digunkan logam Fe3+
sebagai atom pusat dan asam saisilat sebagai ligan. Untuk menentukan variasi Fe3+
dan asam salisilat maka dibuat perbandingan terhadap variasi volume Fe3+ : asam
salisilat dimana kosentrasi Fe3+ dan asam salisilat sama yaitu 0,002 M. Digunakan
konsentrasi yang sama dengan tujuan agar jumlah molar logam dan ligan tetap sama
sehingga yang berbeda adalah komposisi antara jumlah Fe3+ dan asam salisilat. Jika
komposisi ligan semakin banyak maka komposisi logam semakin sedikit dan jika
komposisi ligan semakin sedikit maka komposisi logam semakin besar. Reaksi yang
terjadi antara larutan Fe3+ dan asam salisilat tersebut adalah :

Fe3+ + asa- [Fe(asa)]3+


Fe3+ + asa- [Fe(asa)2]2+
Fe3+ + asa- [Fe(asa)3]+

Kemudian disiapkan juga 20 buah tabung reaksi. Kemudian diisi tabung reaksi
pertama dengan larutan Fe3+ dengan volume 5 mL sebagai blanko, Fungsi dari
blanko sendiri adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis
kadar Fe sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar
atau sampel (mengandung pereaksi dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya.
Kemudian dengan menggunakan tabung yang lain, dibuat larutan fraksi mol asam
5|KIMIA KOORDINASI
salisilat (X) 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5;0,6;0,7;0,8; dan 0,9 (masing-masing dua) . Lalu dicari
maksimal dari setiap larutan terebut pada = 350 700 nm pada salah satu
ulangan. Kemudian diukur serapan dari semua larutan itu pada setiap panjang
gelombang maksimum yang telah diperoleh. Campuran asam salisilat dengan larutan
Fe3+ , menghasilkan warna ungu. Warna ini disebabkan oleh adanya transisi
elektronik dari kompleks tersebut. Kompleks ini menunjukan warna
komplementernya kerena atom pusatnya memiliki orbital d yang belum terisi penuh
elektron. Adanya orbital d yang belum terisi penuh ini menyebabkan kemungkinan
terjadinya transisi elektronik dari orbital d yang tingkat energinya terendah ke orbital
d yang tingkat energinya tinggi. Struktur kompleks ini adalah oktahedral sehingga
transisi yang terjadi adalah dari orbital t2g ke orbital eg. Yang kemudian dianalisis
dengan menggunakan spektrometer UV-Vis.

Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis diawali dengan penentuan panjang


gelombang maksimum (max). Hal ini sangat penting dilakukan dalam analisis
secara spektrofotometri UV-Vis karena pada panjang gelombang maksimum
dihasilkan absorbansi tertinggi yang menunjukkan kepekaan suatu pengukuran
sehingga dapat digunakan untuk analisis suatu larutan dengan konsentrasi rendah.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan pada range panjang gelombang
350 700 nm. Dari hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis tersebut,
dapat diketahu bahwa semakin besar fraksi mol asam salisilat, maka semakin besar
pula absorbansinya (pada panjang gelombang yang sama). Akan tetapi pada
konsentrasi tertentu, besarnya absorbansi semakin kecil. Sehingga hubungan fraksi
mol dan absorbansi dapat dinyatakan sebagai kurva normal. Selain itu, pada panjang
gelombang yang semakin panjang juga terjadi peningkatan besarnya absorbansi
(pada fraksi mol yang sama). Akan tetapi pada panjang gelombang tertentu,
absorbansinya semakin menurun. Panjang gelombang dimana absorbansinya
mencapai absorbansi tertinggi inilah yang merupakan panjang gelombang
maksimum. Atau dalam kurva juga disebut sebagai titik balik maksimum. Besarnya
absorbansi yang tidak selalu naik atau tidak selalu turun melainkan naik dulu setelah
itu mengalami penurunan ini diakibatkan karena reaksi pada campuran yang sudah
melampaui kesetimbangan. Pada percobaan ini, panjang gelombang maksimum yang
6|KIMIA KOORDINASI
diperoleh yaitu 530 nm dengan absorbansi 1,403. Secara teoritis, panjang gelombang
maksimum untuk kompleks besi(III) salisilat adalah 520 nm.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pada penentuan panjang gelombang


maksimum terjadi pergeseran ke panjang gelombang yang lebih panjang
(bathokromik). Hal ini disebabkan oleh adanya perpanjangan konjugasi atau ikatan
jenuh berselang-seling dengan ikatan tunggal yang berpengaruh pada penyerapan
sinar. Selain itu dapat juga disebabkan karena kompleks ini menyerap warna dari
warna koplementer ungu yaitu kuning. Namun munculnya panjang gelombang
maksimum pada daerah UV disebabkan adanya trasisi elektronik yang disebabkan
adanya gugus kromofor yakni cincin benzena yang terdapat pada kompleks tersebut.

Pada panjang gelombang maksimum (530 nm) tersebut, diperoleh absorbansi


larutan Fe3+ sebesar 0,022 nm dan menghasilkan absorbansi tertinggi pada larutan
dengan fraksi mol 0,5 yaitu 0,1380 dengan perbandingan volume (2,5 : 2,5).
Absorbansi maksimum dapat terjadi karena larutan sudah tidak dapat mampu lagi
melewati ketinggian serapan maksimumnya. Ketika fraksi mol mulai masuk dari 0,6
sampai 0,9 terjadi penurunan absorbansi pada campuran Fe3+ dan asam salisilat. Hal
ini dikarenakan absorbansi sebanding dengan banyaknya ligan yang bereaksi jadi
ketika perbandingan Fe3+ dan asam salisilat sama, atau (1:1) akan menghasilkan
nilaiabsorbansi yang besar.

Pada percobaan ini, penentuan komposisi ion kompleks dilakukan dengan


metode job atau metode variasi kontinyu. Dalam metode variasi kontinyu, larutan
kation dan ligan dicampur sesuai dengan komposisi yang diinginkan dengan volume
total yang sama. Kemudian absorbansi dari tiap komposisi larutan diukur pada
panjang gelombang 530 nm. Pada percobaan dapat diperoleh nilai n (bilangan bulat).
n adalah komposisi ion asam salisilat- dalam kompleks. Tapi sebelum nemcari nilai
n, harus lebih dahulu mencari nilai Y. Nilai Y dapat cari dengan memasukan rumus :

y = Aterukur (fraksi mol ligan x Az)


dimana : Az = 0,022

7|KIMIA KOORDINASI
Setelah itu dibandingkan fraksi mol dengan nilai Y dan dibuat grafik. Hasil perbandingan
dan bentuk grafuk yang didapat yaitu :

fraksi mol As. Salisilat (X) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Y -0,088 0,2265 0,561 0,849 1,0745 1,325 1,32 1,0355 0,711 0,3865

1.6
1.4
1.2
1
Axis Title

0.8 grafik X dan Y

0.6 Linear (grafik X dan Y)

0.4 Linear (grafik X dan Y)

0.2
y = 0.7095x + 0.4211
0 R = 0.2076
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.2
Axis Title

Dari tabel diatas diperoleh nilai Xmax = 0,56


n = xmaks / (1 - xmaks)
= 0,56/ (1- 0,56)
n = 1,27
Pada percobaan ini diperoleh besarnya n = 1,27, karena n adalah bilangan bulat
maka nilai n tersebut dibulatkan menjadi 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
percobaan ini, komposisi ion asa- dalam kompleks yang terbentuk adalah sebanyak 1.
Sehingga rumus senyawa dari kompleks besi(III) salisilat yang terbentuk adalah :
Fe3+ + asa- [Fe(asa)]3+

8|KIMIA KOORDINASI
Kesimpulan
1. Metode job atau metode variasi kontinyu dapat digunakan untuk menentukan
komposisi larutan kompleks ion besi salisilat.
2. Panjang gelombang maksimum untuk kompleks besi(III) salisilat yang diperoleh
adalah 530 nm.
3. Nilai n yang didapat yaitu 1. Jadi Kompleks yang terbentuk adalah Fe3+ + asa-
[Fe(asa)]3+.

9|KIMIA KOORDINASI
Daftar Pustaka

Cotton F.A, Wilkinson G, 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI Press, Jakarta


Ewing, G. W, 1985. Instrument Method of Chemical Analysis. New York: Mc Graw-Hill
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit Gramedia, Jakarta
Pudyaatmaka, A.Hadyana, 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta
Vogel, 1988, Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Kalman Media,
Jakarta

10 | K I M I A K O O R D I N A S I
11 | K I M I A K O O R D I N A S I

You might also like