You are on page 1of 3

Abstrak

Lepra, dikenal juga dengan Morbus Hansen, merupakan penyakit kronik yang disebabkan

oleh Mycobacterium leprae. Meskipun prevalensi lepra telah menurun, namun kasus baru yang

muncul masih tinggi, menunjukkan masih terjadi trasmisi yang aktif. Lepra merupakan salah satu

penyebab tersering dari neuropati perifer nontraumtik di seluruh dunia. Artikel ini memberikan

gambaran tentang manifestasi klinis, hasil pemeriksaan klinis dan pengobatan pada penyakit

lepra. Diagnosis penyakit lepra ditandai dengan temuan tanda- tanda utama atau tanda cardinal

yaitu kelainan kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi

saraf dan adanya basil tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit. Pencegahan dari kecacatan

akibat penyakit ini juga turut dibahaskan.

Kata kunci: Mycobacterium leprae, manifestasi klinis, neuropati perifer

Abstract

Leprosy, also known as Hansens disease, is a chronic infectious disease caused by

Mycobacterium leprae. Even though leprosy prevalence has decreased, the high number of new

cases indicates active transmission. Leprosy is one of the most common causes of nontraumatic

peripheral neuropathy worldwide. This article reviews the clinical manifestations, clinical

findings and treatment of leprosy. Leprosy is diagnosed based on main or cardinal signs such as

skin lesions which has lost its sensation, thickening of peripheral nerves which extends to nerve

disfunction and the existence of acid-fast bacilli during slit skin smear. The prevention of

disabilities result from this disease are also discussed.

Keywords: Mycobacterium leprae, clinical manifestation, peripheral neuropathy


Epidemiologi

Lepra merupakan penyakit yang kebanyakannya hanya terjadi di negara- negara yang

berkembang termasuk Asia, Afrika, Amerika Latin dan Pacific. Meskipun Afrika mempunyai

prevalensi yang tertinggi, namun Asia menunjukkan kasus tertinggi.

Lebih dari 80% kasus di dunia terjadi di beberapa negara termasuk India, China, Myanmar,

Indonesia, Brazil, Nigeria, Madagascar dan Nepal.1

Pada tahun 2011, jumlah kasus baru lepra yang ditemukan adalah sekitar 219075. Di Indonesia,

jumlah kasus baru yang ditemukan pada tahun 2011 adalah 20023 manakala jumlah lepra

terdaftar (prevalensi) pada awal tahun 2012 adalah 23169.

Kebanyakan penelitian pada penyakit lepra dilaporkan dalam prevalensi dan hanya

sedikit yang melaporkan menurut insidens. Hal ini karena saat timbulnya penyakit ini sangat sulit

ditemukan. Angka prevalensi lepra berdasarkan kelompok umur tidak menggambarkan risiko

kelompok umur tertentu umtuk terkena penyakit imi. Lepra dilaporkan terjadi pada semua usia

berkisar antara bayi sampai usia lanjut yaitu 3 minggu sampai lebih dari 70 tahun, namun yang

terbanyak adalah pada usia muda. Penyakit ini juga dapat mengenai laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan laporan, sebagian besar negara di dunia kecuali di beberapa negara di Afrika

menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita lepra daripada perempuan.2

Pencegahan

Salah satu usaha pencegahan pada penyakit lepra adalah dengan memberikan informasi

kampanye tentang penyakit lepra di daerah yang mempunyai risiko yang tinggi untuk terserang
penyakit ini. Hal ini demi memastikan pasien dan keluarganya mendapat pengetahuan tentang

penyakit ini dan berusaha untuk mendapatkan pengobatan.

Untuk mencegah kecacatan atau disabilitas yang diakibatkan oleh lepra, diperlukan diagnosis

dini dan pengobatan dengan terapi multidrug. Usaha prevensi ini juga dapat mencegah transmisi

dari penyakit ini.3

Upaya- upaya pencegahan cacat terdiri dari beberapa komponen seperti penemuan dini pasien

sebelum cacat, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin,

perawatan diri, dan penggunaan alat bantu.

Prinsip pencegahan cacat dan bertambahnya berat cacat pada dasarnya adalah 3M yaitu

memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur, melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma

fisik dan merawat diri. Untuk mencegah kerusakan mata, pasien perlu sering memeriksa diri

dengan sering bercermin untuk melihat apakah ada kemerahan atau benda yang masuk ke mata.

Pasien juga harus melindungi mata dengan cara memakai kacamata. Untuk tangan dan kaki yang

mati rasa, pasien harus memeriksa tangan atau kaki apakah ada luka atau lecet dan melindungi

tangan dan kaki masing- masing dengan memakai kaos tangan tebal dan sepatu. Jika ada luka,

memar atau lecet, pasien harus merawat luka itu sehingga sembuh.2

1
Gelber RH. Leprosy. In: Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrisons principles of internal
medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2015: hal.1122-8
2
Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta. Jakarta; 2012: hal. 5-7
3
Truman RW, Singh P, Sharma R, et al. Probable zoonotic leprosy in the southern United States. N Engl J Med. 28
April 2011. 364(17): 166-33

You might also like