Professional Documents
Culture Documents
712016056
PR REFERAT
Status migren
1. Komplikasi berat dari migraine, dengan karakteristik fase nyeri kepala
lebih dari 72 jam, mendapat pengobatan atau tidak, dengan interval bebas
nyeri kurang 4 jam (tidak termasuk tidur).
2. Merupakan kasus yang jarang, tapi selalu emergensi
3. Gejala:
a. Nyeri kepala
b. Aura (+)
c. Nausea dan vomitus >3 hari, maka dapat menyebabkan
dehidrasi
4. Tatalaksana:
a. Dihydroergotamin (DHE-45, Migranal) nasal spray, intavena,
intramuskular
b. Sumatriptan (Alsuma, Imitrex, Onzetra, Sumavel DosePro, Zecuity)
intravena, nasal spray, pil, dan skin patch
Dosis: 50mg, dosis maksimal 200mg
5. Komplikasi: stroke & kecenderungan bunuh diri
Profilaksis migren
Indikasi umum profi laksis migren antara lain (1) nyeri kepala yang
berkaitan dengan disabilitas terjadi tiga hari atau lebih per bulannya, (2) durasi
migren lebih dari 48 jam, (3) medikasi migren akut tidak efektif,
dikontraindikasikan, atau dipakai berlebihan (overused), (4) serangan
menghasilkan disabilitas berat, aura yang memanjang, atau nyata terjadi
migrainous infarction, (5) serangan lebih dari dua sampai empat kali per bulan
meskipun dengan pemeliharaan/perawatan memadai, (6) pasien lebih memilih
terapi preventif. Terdapat lima medikasi yang telah disetujui US FDA untuk
pencegahan migren, yaitu metisergid (tidak lagi tersedia di Amerika Serikat),
propranolol, timolol, natrium divalproat, dan topiramat. Natrium divalproat dan
topiramat adalah neuromodulator yang telah disetujui FDA untuk profilaksis
migren pada pasien dewasa. Neuromodulator lain yang terkadang digunakan ialah
gabapentin, lamotrigin, levetirasetam, dan zonisamid. Bahan alami untuk
mencegah migren antara lain gingkolide B, suatu antiplatelet activating factor
(PAF) alami, ekstrak utama herbal ginkgo biloba. PAF adalah zat proinflamasi
yang kuat dan agen nosiseptif yang dilepaskan selama proses infl amasi.
Gingkolide B memodulasi aksi asam glutamat (neurotransmiter eksitatorik utama
pada sistem saraf pusat). Gingkolide B efektif digunakan pada kasus migren
dengan atau tanpa aura.
Untuk profilaksis lini pertama, obat-obatnya antara lain adalah amitriptilin,
propranolol, dan nadolol. Untuk profilaksis lini kedua, dapat digunakan topiramat,
gabapentin, venlafaksin, kandesartan, lisinopril, magnesium, butterbur, koenzim
Q10, dan riboflavin. Untuk profilaksis lini ketiga, dapat dipakai flunarizin,
pizotifen, dan natrium divalproat. Beberapa pertimbangan khusus sebelum dokter
memberikan profilaksis meliputi ada tidaknya hipertensi atau penyakit
kardiovaskuler, gangguan mood, insomnia inisial, kejang, obesitas, kehamilan,
dan toleransi rendah terhadap efek samping medikasi.
A. Flunarizine
1. Farmakokinetik:
a. Absorpsi; Flunarizin diabsorpsi lengkap; konsentrasi
tunak plasma dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah
pemberian oral. Konsentrasi plasma meningkat
berangsur-angsur selama pemberian kronik 10 mg per
hari, mencapai konsentrasi tunak setelah pemberian
obat 5 sampai 6 minggu, konsentrasi tunak plasma
cenderung konstan selama pengobatan jangka
panjang; konsentrasi plasma bervariasi antara 39 dan
115 ng/ml. 99,1% Flunarizin terikat; 90% terikat
terhadap protein plasma dan 9% didistribusikan ke
dalam sel darah, kurang dari 1 % sebagai obat bebas
dalam air plasma. Flunarizin mempunyai waktu paruh
eliminasi yang panjang sekitar 19 hari.
b. Distribusi; Seperti ditandai oleh volume distribusi
nyata yang besar (rata-rata=43,2 L/kg; berkisar antara
= 26,7-79,9 L/kg) yang terlihat setelah pemberian oral
30 mg, terbukti Flunarizin secara luas didistribusikan
ke jaringan. Konsentrasi obat dalam jaringan,
terutama jaringan adiposa dan otot skeletal, beberapa
kali lebih tinggi dari pada konsentrasi plasma.
c. Metabolisme; Flunarizin dimetabolisme terutama
menjadi N-oksida dan hidroksilasi aromatik.
d. Ekskresi; Selama periode 48 jam setelah dosis tunggal
30 mg, Flunarizin dan metabolitnya diekskresikan
minimal dalam urin (<2%) dan feses (<6%). Ini
menunjukan bahwa obat dan metabolitnya
dieskresikan sangat lambat dalam periode waktu yang
panjang.
2. Farmakodinamik :
Flunarizine adalah salah satu antagonis kalsium terbaru
dengan efek antimigrain. Flunarizine dapat mencegah
terjadinya kerusakan sel akibat overload kalsium dengan
menghalangi secara selektif masuknya kalsium ke dalam
jaringan sel. Flunarizine juga terbukti dapat menghambat
kontraksi otot polos pembuluh darah, melindungi kekakuan
sel-sel darah merah serta mampu melindungi sel-sel otak
dari efek hipoksia (kekurangan oksigen pada jaringan tubuh
yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian) serta
tidak memiliki efek kontraksi dan konduksi terhadap
jantung.
3. Dosis
Dosis maksimal: 10mg/hari
Dosis awal: Pada penderita berusia di bawah 65 tahun
pengobatan dimulai dengan 10 mg/hari (waktu malam) dan
pada penderita berusia diatas 65 tahun pengobatan dimulai
dengan 5 mg/hari, tetapi bila terjadi efek samping depresi,
gejala ekstrapiramidal atau efek samping lainnya
pengobatan harus dihentikan. Apabila setelah 2 bulan
pengobatan awal tidak ada perbaikan, penderita harus
dianggap sebagai non responder dan pemberian obat harus
dihentikan.
Dosis maintenance: Bila respon penderita memuaskan dan
jika dosis pemeliharaan diperlukan, maka pemberian obat
harus dikurangi menjadi 5 hari pengobatan dalam seminggu
(2 hari dalam seminggu tanpa obat). Walaupun dosis
pemeliharaan pencegahan ini berhasil dan ditoleransi
dengan baik, pengobatan harus dihentikan setelah 6 bulan
dan harus dimulai lagi hanya bila penderita kambuh.
4. Indikasi
a. Mencegah migren.
b. Pengobatan dan pencegahan gangguan vestibular
akibat gangguan peredaran darah serebral dan perifer
misalnya, pusing, tinitus, vertigo, sulit berkonsentrasi
dan bingung, gangguan daya ingat, iritabilitas,
gangguan irama tidur, kejang sewaktu berjalan atau
berbaring, parestesia, ekstremitas dingin dan
gangguan tropik
5. Kontraindikasi
a. Penderita yang mempunyai riwayat penyakit depresi
atau adanya gejala penyakit Parkinson dan kelainan
ekstrapiramidal lain.
b. Penderita yang sedang diobati dengan obat
penghambat-
6. Side of Effect
SOE flunarizine adalah mengantuk, lelah, reaksi
ekstrapiramidal, depresi, penambahan berat badan, nyeri
ulu hati, mual, nyeri lambung, insomnia, ansietas, mulut
kering, nyeri otot, dan kulit kemerahan.
B. Amitriptiline
1. Farmakodinamika
Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat ambilan
kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin
dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat.
Berdasarkan struktur kimianya, obat antidepresi golongan
trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan potensi
dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai
neurotransmitter. Amin sekunder yang menghambat
ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat
ambilan kembali serotonin pada sinap neuron.
a. Efek Psikologik
Pada manusia normal, menimbulkan rasa lelah, obat
tidak meningkatkan alam perasaan, dan
meningkatnya rasa cemas disertai gejala yang
menyerupai efek atropine. Pemberian berulang
selama beberapa hari akan memperberat gejala ini
dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan
berpikir.
b. Susunan Saraf Otonom
Memperlihatkan efek antimuskarinik, sehingga
dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering,
obstipasi, dan retensi urin.
c. Kardiovaskular
Sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Infark
jantung dan presipitasi gagal jantung. Dalam dosis
toksik dapat menimbulkan aritmia dan takikardia.
2. Farmakokinetik
Amitriptilin diabsorpsi secara cepat di saluran cerna walau
tidak sempurna (50%). Kadar plasma puncak terjadi pada
0,5 1 jam setelah pemberian per oral. Dengan waktu
paruh 16 jam. Pemberian dosis adalah 100 200 mg/hari.
3. Indikasi
Keadaan depresi dan ansietas.
4. Kontraindikasi
Jangan diberikan pada penderita skizofrenia
Penderita dengan aritmia, infark jantung, kelainan jantung
bawaan
5. Interaksi Obat
a. Senyawa ini berinteraksi dengan guanetidin dan
klonidin
b. Meningkatkan efek simpatik dari obat adrenergik
6. Sediaan Dan Posologi
Tablet 10 dan 25 mg, dan dalam bentuk larutan injeksi
100mg/10ml. Dosis permulaan 75 mg sehari. Dosis ini
kemudian ditinggikan sampai timbul efek teraupetik,
biasanya antara 150-300 mg sehari.
7. Efek Samping
Keringat berlebihan, perasaan lemah dan lelah. Pada pasien
usia lanjut dapat menimbulkan pusing, hipotensi postural,
sembeliit, susah berkemih, edema dan tremor.