You are on page 1of 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai unit pelayanan kesehatan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyarakat Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama yang bermutu bagi masyarakat. Secara umum Puskesmas merupakan
satuan organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk
melaksanakan satuan tugas operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, pada Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.
Sehat merupakan rahmat Alloh SWT yang tiada ternilai harganya, dan
merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh semua
sector yang saling mendukung, berdasarkan fungsi dan peranannya masing-masing.
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016 tidak hanya
mencakup berbagai masalah kesehatan, tetapi juga mencakup jumlah penduduk, luas
wilayah dll. Selain itu juga menyajikan seluruh pencapaian kegiatan yang
dilaksanakan selama 1 (satu) tahun dari masing-masing Program di UPTD Unit
Puskesmas Sruweng Kabupaten Kebumen. Tujuan dari diterbitkannya Profil
Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016 adalah untuk mengevaluasi
seluruh pencapaian yang diperoleh dari masing-masing Program .

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


2

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pembangunan Kesehatan di wilayah UPTD Unit
Puskesmas Sruweng Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan kondisi derajat kesehatan masyarakat Kecamatan
Sruweng dengan Indikator Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi.
b. Menggambarkan Pencapaian Upaya Pelayanan Kesehatan sesuai Indikator
Indonesia Sehat dan Indikator SPM.
c. Menggambarkan Kondisi Sumber Daya Kesehatan dan Manajemen
Kesehatan.

C. Sistematika Penyajian

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng terdiri dari 6 BAB Yaitu :
BAB I : Pendahuluan.
Bab ini menjelaskan tentang tujuan penyusunan Profil Kesehatan
UPTD Unit Puskesmas Sruweng tahun 2016
BAB II : Gambaran Umum.
Bab ini menulis tentang keadaan umum tentang keadaaan geografi,
keadaan demografi, lingkungan dan perilaku di wilayah UPTD
Unit Puskesmas Sruweng.
BAB III : Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi tentang pencapaian penyelenggaraaan pelayanan
Kesehatan tahun 2016 yang mencakup angka kematian ,angka
kesakitan dan keadaan status gizi masyarakat.
BAB IV : Situasi Upaya kesehatan.

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


3

Bab ini menjalaskan tentang upaya pelayanan kesehatan Dasar,


Pembinaan Kesehatan Lingkungan, Dan Pebaikan Gizi
Masyarakat.
BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Bab ini menulis tentang keadaan Sarana Kesehatan ,Tenaga
Kesehatan, Pembinaan Kesehatan, dan Sarana Informasi Kesehatan
BAB VI : Penutup

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


4

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografi

Wilayah UPTD Unit Puskesmas Sruweng terdiri dari 21 Desa yang


terletak pada posisi 7 - 8 lintang selatan dan posisi 109 - 110 bujur timur, dan
berbatasan wilayah dengan :
Sebelah barat : Kecamatan Karanganyar
Sebelah Timur : Kecamatan Pejagoan
Sebelah Utara : Kecamatan Karanggayam
Sebelah selatan : Kecamatan Petanahan
UPTD Unit Puskesmas Sruweng mempunyai luas wilayah 437.243,85 Ha,
yang terlintasi Jalur selatan Pulau Jawa dengan Topografi 40% daerah
pegunungan/bukit dan 60% merupakan daerah dataran, UPTD Unit Puskesmas
Sruweng juga terlintasi jalur rel Kereta Api yang menghubungkan Jakarta -
Surabaya.
Secara Adminstratif UPTD Unit Kecamatan Sruweng mempunyai 21 desa
dengan keadaan wilayah :
1. Menganti : daerah dataran 12. Karangsari : daerah bukit
2. Trikarso : daerah dataran 13.Karangpule : daerah bukit
3. Sidoharjo : daerah dataran 14.Pakuran : daerah bukit
4. Giwangretno : daerah dataran 15.Pengempon : daerah bukit
5. Jabres : daerah dataran 16.Kejawang : daerah bukit
6. Sruweng : daerah dataran 17.Karangjambu : daerah bukit
7. Karanggedang : daerah dataran 18.Penusupan : daerah bukit
8. Purwodeso : daerah dataran 19.Donosari : daerah bukit
9. Klepusanggar : daerah dataran 20.Pandansari : daerah bukit

10. Tanggeran : daerah dataran 21.Condongcampur : daerah bukit


Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
5

11. Sidoagung : daerah dataran

Analogi pembagian dan pemanfaatan lahan di wilayah kerja UPTD Unit


Puskesmas Sruweng adalah sebagai berikut ;
Tanah sawah : 1.367.000 Ha
Tanah kering : 740.000 Ha
Pekarangan/ bangunan : 2.261.000 Ha

Gambaran lebih rinci luas wilayah per-desa dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

B. Keadaan Demografi
Di Indonesia kepadatan penduduk, ,persebaran penduduk yang kurang
merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana penduduk
usia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan
(RBT)
Jumlah penduduk kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Tahun 2016
adalah 53.674 Jiwa ( Sumber BPS Kebumen ) yang tersebar di 21 desa di
kecamatan Sruweng dengan 14.539 KK atau rata-rata ART per rumah tangga
3,69. Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Sruweng Kabupten Kebumen
berada Di desa Sidoagung karena desa Sidoangung adalah desa terluas di
Kecamatan Sruweng dengan jumlah penduduk 6.005 Jiwa. Sedangkan penduduk
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
6

terkecil berada di desa Karangsari dengan jumlah penduduk 816 Jiwa. Gambaran
penyebaran jumlah penduduk lebih rinci dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menunjukkan tinggi


rendahnya angka kelahiran, Komposisi penduduk juga dapat untuk mengetahui
Rasio Beban Tanggungan RBT yaitu usia non produktif usia antara (0-14 tahun)
dan usia Produktif yaitu usia antara (15-64 tahun). Tingginya jumlah Rasio Beban
Tanggungan (RBT) menunjukan tingginya beban tanggungan pemerintah secara
ekonomi di daerahnya,.selain usia (0-14 tahun) yaitu usia antara (> 65 ) juga dapat
menjadi beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat.

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


7

Gambaran komposisi penduduk menurut kelompok umur lebih rinci dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :

Faktor pendidikan masyarakat di suatu tempat juga dapat dijadikan salah


satu indicator kualitas masyarakat di suatu tempat. Pada tahun 2016 penduduk
kecamatan Sruweng yang telah menyelesaikan pendidikan setingkat
Akademi/Diploma 3 sebanyak 842 orang (2%) sedangkan yang DIII & Sarjana
(S1) sebanyak 3550 orang (5%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik proporsi tingkat pendidikan
masyarakat kecamatan Sruweng dibawah ini :

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


8

C. Keadaan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan factor penting dalam kehidupan social


kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk.
Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi
kelancaran kehidupan di bumi, karena lingkungan merupakan tempat dimana
pribadi itu tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila memenuhi syarat-
syarat lingkungan yang sehat. Beberapa indicator pada kegiatan penyelenggaraan

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


9

lingkungan antara lain cakupan rumah sehat, akses jamban sehat, institusi dibina,
Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) sehat, akses air bersih dan
desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

1. Rumah Sehat
Rumah sehat yaitu bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu diantaranya mempunyai :
1. Jamban yang sehat
2. Sarana air bersih
3. Tempat pembuangan sampah
4. Sarana Pembuangan air limbah (SPAL)
5. Ventilasi rumah yang baik
6. kepadatan hunian rumah yang sesuai
7. Lantai bukan dari tanah/kedap air
Berdasarkan data yang dihimpun oleh petugas Sanitasi UPTD Unit
Puskesmas Sruweng Jumlah rumah di kecamatan Sruweng Sebesar 14.349
rumah, sebanyak 5.138 rumah sudah memenuhi syarat sebagai rumah sehat.
Pada tahun 2016 jumlah rumah yang di bina dan memenuhi syarat sebanyak
5.486. Jadi pada tahun 2016 ini ada 10.5186 rumah yang sudah memenuhi
syarat rumah sehat.

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


10

2. Kualitas Air Minum di Sumber Air Minum


Penduduk di wilayah Sruweng menggunakan Sumber air minum dari
sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, mata air terlindung,
penampungan air hujan dan perpipaan PDAM. Dari 53.674 penduduk ada
52.007 penduduk yang sudah memiliki akses air minum yang layak (96,89%)

3. Akses Jamban Sehat


Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah
kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dengan tinja,
membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta binatang lainnya,
mencegah bau yang tidak sedap, serta konstruksi dudukannya dibuat dengan
baik, aman dan mudah dibersihkan. Dari data yang di laporkan, penduduk di
wilayah Puskesmas Sruweng yang menggunakan jamban yang sehat sebanyak
81,6 % dari jumlah penduduk yang diperiksa sebanyak 43.807. Adanya akses
jamban sehat ini sangat mendukung adanya program STOP BABS.
Gambaran penduduk berdasarkan proporsi yang menggunakan
jamban sehat dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


11

4. Tempat-Tempat Umum (TTU) Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)


Tempat-tempat umum adalah institusi/tempat yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan mempunyai resiko dampak kesehatan
apabila tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan. TTU ini meliputi sarana
kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan sarana lain.
Menurut data petugas sanitasi UPTD Unit Puskesmas Sruweng TTU yang
diperiksa dan dibina meliputi: sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel.
Adapun cakupan TTU dari 51 TTU yang ada, yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 41 TTU (90,2%)
Untuk meningkatkan Derajat Kesehatan Tempat Umum dan
Pengelolaan Makanan seperti : Hotel, Restoran, Pasar, Tempat Ibadah, serta
tempat pengolahan makanan perlu diperhatikan standar kelayakan hygiene dan
sanitasi TUPM yang memenuhi syarat kesehatan antara lain : memiliki limbah
(SPAL) Ventilasi dan pencahayaan ruangan yang memadai.
TPM yang diperiksa meliputi jasa boga, rumah makan/restoran, depot
air minum dan makanan jajanan. Data yang diperoleh dari 38 TPM yang ada di
kecamatan Sruweng pada tahun 2016 yang diperiksa 94.74% sudah memenuhi
syarat higiene sanitasi (36 TPM)

5. Desa yang Melakukan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


12

Ada 21 desa di wilayah kecamatan sruweng baru 10 desa sudah


melakukan STBM (48%).

D. Keadaan Perilaku Masyarakat


Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah gambaran perilaku yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan yang ada di masyarakat.
1. Rumah Tangga Sehat
Data yang berhasil dihimpun program promkes UPTD Unit
Puskesmas Kecamatan Sruweng dari 14.539 rumah tangga yang ada dan di
pantau di kecamatan Sruweng tercatat baru 62%nya (9.014) masuk dalam
kategori rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (BerPHPS).
Lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


13

2. Asi Eksklusif
ASI adalah makan yang terlengkap dan terbaik untuk bayi. Manfaat
Air susu ibu (ASI) bagi bayi meliputi aspek gizi, aspek imunologik, aspek
psikologik, aspek kecerdasan, aspek neurologic, aspek ekonomik maupun
aspek penundaan kehamilan. Selain itu ASI juga dapat menghindari dari
sindroma kematian mendadak (Suddent Infant Death Syndrome). Asi Esklusif
adalah pemberian ASI (air susu Ibu) saja tanpa tambahan apapun kecuali
vaksin (imunisasi), oralit dan obat saja pada bayi usia 0 sampai dengan 6
bulan.
Salah satu penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif
adalah banyaknya mitos yang beredar di masyarakat. Anggapan yang salah
tersebut antara lain bahwa ASI eksklusif berarti tidak boleh diberikan makanan
tambahan tetapi boleh diberikan minuman seperti air putih, menyusui
menyebabkan payudara kendur, ASI pertama adalah susu basi dan tidak baik
bagi bayi, ASI saja tidak cukup bagi bayi untuk 6 bulan pertama, susu formula
atau kombinasi susu formula dengan ASI sama baiknya dengan ASI saja, bayi
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
14

terus menangis dianggap karena ASI kurang, bayi yang sakit tidak boleh
disusui, jika ASI belum keluar boleh digantikan susu formula.
Pada tahun 2015, di kecamatan Sruweng jumlah bayi usia 6 bulan
(bulan Desember 2015) ada sebanyak 91 anak, yang diberi ASI Eksklusif
sudah mencapai 49 anak (53,8%) dalam artian cakupan asi esklusif sudah
mencapai target (45%). Capaian Bayi dengan ASI-Eksklusif dapat di lihat
pada grafik berikut ini

3. Pemantauan Garam Beryodium


Garam yodium sangat penting bagi tumbuh kembang anak.

Kekurangan garam yodium dapat mengakibatkan rendahnya kecerdasan,

kretinisme, kecacatan pada janin, struma. Sementara ini garam yodium yang

beredar beragam dan kualitas yodium tidak sesuai dengan standar.


Garam Iodium atau garam beryodium adalah garam yang telah

diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium

sebesar 30-80 ppm (Depkes RI). Penggunaan garam beryodium sangat penting

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


15

bagi kesehatan terutama kesehatan keluarga. Iodium bermanfaat untuk memicu

pertumbuhan otak, menyehatkan kelenjar tiroid, menyehatkan proses tumbuh

kembang janin, mencerdaskan otak. Kekurangan iodium mengakibatkan

penyakit gondok, keterbelakangan mental, bayi lahir cacat, anak kurang

cerdas, keguguran pada ibu hamil, dan lain-lain. Untuk memantau apakah

garam yang dikonsumsi masyarakat telah mengandung yodium atau tidak,

perlu dilakukan pemeriksaan garam yang digunakan di rumah tangga secara

rutin.
Pemantauan garam beryodium di tingkat kecamatan Sruweng

dilaksanakan tiap tahun sikali dengan mengambil beberapa sekolah sebagai

sampel. Pada tahun 2016 diambil sampel dari 5 SD yang ada 5 desa di

Kecamatan Sruweng yaitu Pandansari, Karangpule, Menganti, Sidoagung dan

Sruweng. Hasil dari pemantauan semua sampel masih ada 1 desa yang

hasilnya hasilnya kurang baik (mengandung yodium) sesuai standar (80 ppm)

sehingga dikategorikan desa dengan garam beryodium tidak baik.

4. Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi,
Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan
dengan penanggung jawab kepala desa. A.A. Gde Muninjaya (2002:169)
mengatakan : Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja
Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun,
balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu
(Posyandu). Konsep Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan.
Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


16

lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya.
(Departemen kesehatan, 1987:10).
Posyandu merupakan wahana kesehatan yang bersumber daya dari
masyarakat. Disinilah peran serta masyarakat secara aktif dalam meningkatkan
derajat kesehatan khususnya di kecamatan Sruweng. Kegiatan Posyandu
memberikan 5 layanan masyarakat yaitu ( KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan P2
Diare).
Peran aktif dan kesadaran masyarakat di kecamatan Sruweng dalam
posyandu tak lepas dari dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen ,
UPTD Unit Puskesmas Sruweng, Kecamatan, Muspika serta dari
dinas/Instansi terrkait yang saling bersinergi meningkatkan Posyandu yang
sebelumnya pada level Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.
Bedasarkan jumlah data Posyandu di kecamatan Sruweng pada tahun
2015 sebanyak 106 pos. Pada tahun 2016 ada perampingan/merger posyandu
di desa Sruweng dari 9 menjadi 7 pos, sehingga pada tahun ini jumlah seluruh
posyandu di Kecamatan Suweng ada 104. dengan rincian :
Posyandu Pratama : 0 Posyandu
Posyandu Madya : 0 Posyandu
Posyandu Purnama : 80 Posyandu
Posyandu Mandiri : 24 Posyandu
Gambaran lebih jelas tentang strata Posyandu dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


17

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


18

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. MORTALITAS
Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/ Kinerja
petugas kesehatan untuk mencapai indikator Kesehatan, kemampuan SKPD dalam
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan sehingga mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas
sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat
kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian, kesakitan,
kelahiran, status gizi dan lain-lain.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Tinggi rendahnya angka kematian, secara umum dipengaruhi erat dengan
tingkat kesakitan golongan bayi, balita dan ibu maternal (hamil, melahirkan,
nifas). Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang sangat
penting untuk mengukur keberhasilan program berbagai penyebab kematian
maupun program kesehatan ibu dan anak sebab angka kematian bayi ini
berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia paling rawan adalah pada usia
bayi (0-11 bulan). Terjadinya kasus kematian bayi menunjukan bahwa ada
Fenomena Gunung Es permasalahan di tingkat keluarga dan masyarakat.
Permasalahan yang ada di masyarakat bisa berupa masalah kesehatan, social
budaya, ekonomi maupun pendidikan. Adapun jumlah Kematian Bayi di
kecamatan Sruweng pada tahun 2016 ada sebanyak 7 jiwa.

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)


AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya
kesehatan ibu. Angka kematian ibu ini berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas. Angka kematian ibu merupakan salah satu indicator
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
19

utama dalam menunjukan sejauh mana pencapaian derajat kesehatan


masyarakat. Penyebab dominan kematian ibu pada masa kehamilan
didominasi pendarahan dan hipertensi. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan tenaga kesehatan juga menjadi penunjang perubahan AKI.
Pada tahun 2016 angka Kematian Ibu di Kecamatan Sruweng sebanyak
0 kasus.
Adapun upaya-upaya yang sudah ditempuh dalam rangka akselerasi
penurunan AKI, AKB yang sudah di tempuh oleh puskesmas Sruweng antara
lain dengan Pemeriksaan Kehamilan (ANC Terpadu), Penyuluhan pada kelas
Ibu hamil dan Kelas Ibu Balita, Pendampingan Bumil Resti, Perujukan untuk
Bumil Resti, PMP (Puskesmas Mampu Persalinan) 24 Jam, pendampingan
dan Pengusulan PMT untuk ibu hamil KEK dan Bayi Blita Gizi Buruk dan
Gizi Kurang.

B. MORBIDITAS
Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau
kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang jauh
lebih kompleks, tidak saja terbatas pada statistic atau ukuran tentang peristiwa-
peristiwa tersebut, tetapi juga factor yang mempengaruhinnya (determinant
factors), seperti factor sosial, ekonomi, dan budaya. Morbiditas) digunakan untuk
menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari
mengetahui angka kesakitan dan kematian ini adalah sebagai indikator yang
digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatan
penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta upaya pengobatan yang
dilakukan.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang dituangkan dalam Profil Kesehatan UPTD Unit
Puskesmas Sruweng Kabupaten Kebumen Tahun 2016 antara lain adalah
penyakit Malaria, TB, Paru, HIV/AIDS, dan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


20

a. Penyakit Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development
Goals (MDGs). Penyebab malaria adalah hewan bersel satu (protozoa)
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah
endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi
lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit,
akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan social ekonomi
masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap
kebiasaan hidup sehat.
Perkembangan Penyakit Malaria ini di pantau melalui Annual
Parasite Incidence (API). Kecamatan sruweng tidak termasuk daerah
endemis malaria. Untuk Kasus Malaria di Kecamatan Sruweng di Tahun
2016 Nihil atau tidak ada kasus.

b. Penyakit TB Paru
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat
menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Menurut
data dari petugas TB Paru UPTD Unit Puskesamas Kecamatan Sruweng
pada tahun 2016 terdapat BTA (+) pada Kohort tahun 2016 ada sebanyak 5
kasus baru dan tidak ada kasus TB anak.

c. Penyakit HIV dan AIDS/AIDS


HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh yang
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini
ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses
hubungan seksual, transfuse darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
21

kandungan melalui placenta dan menyusui. Penyakit HIV/AIDS dalam


beberapa tahun terakhir di Indonesia mengalami peingkatan ini di
sebabkan semakin mudahnya komunikasi antar wilayah , meningkatnya
perilaku seksual yang tidak aman dan penyalahgunaan NAPZA melalui
suntikan walaupun sudah berbagai upaya pencegahan terus dilakukan.
. Pada tahun 2016 penderita HIV sebanyak 2 kasus, sedangkan
kasus AIDS di Kecamatan Sruweng sebanyak 6 orang. dan ada 1 kasus
kematian penderita AIDS. Penyakit HIV/AIDS ini bagai fenomena gunung
es dimana penderita ditemukan lebih sedikit tak menutup kemungkinan
penderita jauh lebih banyak lagi, oleh karena itu perlu dilakukan upaya
bersama pemberantasan penyakit HIV/AIDS tidak saja pada penderita
tetapi juga pada orang yang beresiko melalui VCT (Valuntary Conseling
and Test) ataupun PICT (Provider Inisiative Conseling).
Upaya kesehatan yang ditempuh oleh Puskesmas Sruweng dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit ini adalah Dengan Penyuluhan
tentang HIV/AIDS, Pembentukan Masyarakat Peduli HIV, VCT Mobile,
Pemeriksaan VCT pada Ibu Hamil dan perujukan pasien suspect
HIV/AIDS

d. Penyakit Kusta
Penyakit Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang
buruk dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, anggota
gerak dan mata .
Ciri-ciri pada penyakit Kusta antara lain sebagai berikut :
a. Bercak putih atau kemerahan atau mati rasa pada kulit
b. Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf (mati rasa) dan
kelumpuhan otot.
c. Adanya kuman tahan asam dalam jaringan kulit (BTA Positif)
Di kecamatan Sruweng tahun 2016 tidak ditemukan penderita penyakit
kusta (Nihil).
2. Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
22

Penyakit yang dapat dicegah dengan pelaksanaan program Imunisasi


antara lain adalah : Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, dan Polio. Berikut
penjelasan penyakit tersebut :
a. Tetanus Neonatorum
Penyakit Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri yang menghasilkan racun neurotoxin yang menyerang
saraf sehingga dapat membuat kontraksi otot yang menyakitkan terutama
otot rahang dan leher serta dapat mempengaruhi otot-otot pernafasan
sehingga dapat mengancam jiwa.
Bakteri penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang secara
alami ditemukan di tanah, debu dan kotoran hewan. Merupakan sejenis
bakteri yang hanya dapat tumbuh dan berkembang pada situasi
lingkungan yang kurang oksigen (anaerob). Ketika bakteri ini memasuki
luka yang dalam (miskin oksigen), spora bakteri dapat menghasilkan
toksin yang kuat, yang disebut tetanospasmin. Secara aktif toksin ini akan
mengganggu neuron motorik, yaitu saraf yang mengendalikan pergerakan
otot manusia. Efek racun pada neuron motorik yaitu menyebabkan
kekakuan otot dan kejang yang menjadi tanda-tanda utama dan gejala
tetanus.
Tetanus Neonatorium (TN) disebabkan oleh basil Clostridium
tetani yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi
baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat
dengan alat yang tidak steril. Pencegahan penyakit Tetanus neonatorum
dapat dilakukan pencegahan melalui pertolongan persalinan yang
higyenis ditunjang dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.
Pada akhir tahun 2016 ini ditemukan 1 kasus Tetanus yang
ditemukan di desa Sruweng dan meninggal dunia.

b. Campak
Campak atau Rubela Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam di seluruh tubuh dan sangat

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


23

menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada


komplikasi yang lebih serius.
Penyakit Campak ini sering menyebabkan kejadian Luar Biasa
(KLB). Pada tahun 2016 di wilayah UPTD Unit Puskesmas Sruweng ada
1 kasus campak klinis di desa Tangeran.
c. Difteri
Penyebab penyakit ini adalah infeksi bakteri Corynebacterium
diphtheriae, yang menyerang system pernafasan bagian atas. Gejala
penyakit ini adalah leher sakit, demam, sakit tekak. Penyakit ini juga
ditandai dengan tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tonsil dan
bagian saluran pernapasan. Difteri termasuk penyakit menular yang
kasusnya relatif rendah. Hal ini karena adanya program Imunisasi. Di
kecamatan Sruweng pada tahun 2016 tidak ditemukan laporan penyakit
Difteri.

d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)


Penyakit Polio termasuk penyakit menular yang dapat di cegah
dengan imunisasi. Penyebabnya adalah Virus yang menyerang system
syaraf sehingga penderita dapat mengalami kelumpuhan. Polio
menyerang pada usia 0-3 tahun ditandai dengan gejala gejala demam,
lelah, mual, sakit kepala, leher kaku, sakit tungkai dan lengan. Dalam
keadaan Abnormal tanpa penyebab yang jelas dapat mengalami
kelumpuhan. Di kecamatan Sruweng berdasarkan hasil pelacakan pada
tahun 2016 sebanyak 1 kasus AFP (Non Polio) pada balita di desa
Tanggeran.

3. Penyakit berpotensi KLB/wabah


a. Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Upaya
pencegahan dan pemberantasan DBD melalui penggerakan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk ( gerakan 3 M ),
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
24

pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya pada masyarakat/ rumah tangga. Kejadian kasus DBD di
wilayah Puskesmas Sruweng untuk tahun 2016 sejumlah 16 kasus.
b. Diare
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
menderita diare bila feses berair dari biasanya, atau bila buang air besar
tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam. Penyakit diare pada bayi dan balita masih merupakan
penyebab kematian. Jumlah kasus Diare di kecamatan Sruweng pada tahun
2016 sebanyak 903 penderita dan sudah ditangani.
c. Filariais
Filariasis atau penyakit kaki gajah ini disebabkan oleh parasit
berupa cacing filaria, yang terdiri dari wuchereria bancrofti ,brugia malayi
dan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi limfe (getah bening).
Penyebaran penyakit ini melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing
Filaria didalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia cacing tersebut menetap
pada jaringan limfe yang menyebabkan pembengkakan di lengan dan
organ genital.
Di kecamatan Sruweng pada tahun 2014 tidak terdapat penyakit
Filariasis.
Pada tahun ini tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tidak ada
kematian karena KLB.

C. STATUS GIZI
Status Gizi Masyarakat dapat terukur dengan beberapa indicator
diantaranya adalah bayi Dengan Berat Badan Lebih Rendah (BBLR), Status Gizi
Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Protein WUS KEP.
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Bayi Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) adalah salah
satu factor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
25

Ada dua jenis kategori BBLR yaitu BBLR karena Prematur dan BBLR karena
Intra Uterine Growth Retardion (IUGR), yaitu lahir cukup bulan dengan berat
badan kurang. Pada tahun 2016 dari sejumlah 854 kelahiran hidup terdapat 25
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (2,9%).

2. Status Gizi Balita


Status Gizi Balita merupakan salah satu indicator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan pada masyarakat. Body Mass Indek
(BMI) atau Indek Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam
penilaian status gizi Balita. Cara penilaian BMI yaitu dengan pengukuran
tubuh (BB,TB) dibandingkan dengan Umur BB/U atau TB/U. Sedang
hasilnya dibagi 4 macam 1. Gizi lebih (z-score > +2 SD) 2. Gizi baik (z-
score -2 SD sampai+2 SD) 3. Gizi kurang (z-score < -2 SD sampai -3 SD) 4.
Gizi buruk (z-score < -3SD).
Pada tahun 2016 tidak ada kasus gizi buruk di kecamatan sruweng

BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsure utama yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
26

dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotoka, psikotropika, zat aditif dan
bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.

A. Pelayanan Kesehatan Dasar


Upaya Kesehatan bertujuan meningkatkan pemerataan dan mutu upaya
kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna serta terjangkau oleh masyarakat.
Sasaran program ini yaitu tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
yang diharapkan mampu mengatasi sebagian besar masalah kesehatan di
masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar diantaranya adalah :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi


Ibu merupakan factor terpenting dalam yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Kondisi kesehatan Ibu sangat
berpengaruh bagi kesehatan janin hingga kelahiran dan masa pertumbuhan
bayi dan anak.
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang profesional seperti (dokter,bidan,perawat) kepada
ibu selama kehamilan. Hasil pelayanan Antenatal dapat dilihat dari
kunjungan K1 Dan K4. K1 adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang
pertama pada pelayanan atenatal, sedangkan K4 adalah gambaran
kunjungan ibu hamil minimal 4 kali kunjungan ke tempat pelayanan
Antenatal. Angka cakupan kunjungan ibu hamil dapat sebagai kualitas
pelayanan ibu hamil di Puskesmas Sruweng.
Pada tahun 2016 cakupan pelayanan K1 dan K4 di puskesmas Sruweng
untuk K1 sebanyak 896 orang (100 %) dan K4 sebanyak 870 (97.10 %).
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan ( Bidan )

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


27

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan kematian bayi baru


lahir sebagian terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini terjadi karena
tidak di tolong oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan. Pada tahun 2016 sebanyak 792 (88.69%) persalinan ibu hamil
ditolong oleh tenaga kesehatan yang telah mengikuti pelatihan dengan
kompetensi APN ( Asuhan Pelatihan Normal ) untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan yang lebih profesional kebidanan.
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas perlu pemantauan
pemeriksaan dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan
distribusi waktu :

a. KF 1 kunjungan nifas pertama pada 6 jam setelah persalinan.


b. KF 2 kunjungan nifas kedua pada minggu ke-2 setelah persalinan.
c. KF 3 kunjungan nifas ketiga pada minggu ke-6 setelah persalinan.
Cakupan kunjungan ibu nifas di Puskesmas sruweng pada tahun
2016 adalah 844 orang (98.83%).
d. Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani
Ibu hamil dengan resiko tinggi ( Risti ) atau dengan komplikasi
kebidanan yang ditangani oleh bidan Puskesmas Sruweng yang
diantaranya harus memerlukan rujukan. Pada tahun 2016 Puskesmas
Sruweng jumlah Ibu hamil dengan Risti sebanyak 151 0rang dan sudah
ditangani (100%)

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


28

e. Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan Keluarga Berencana diharapkan dapat memutuskan
rantai sebab tidak langsung kematian ibu dan bayi, dimana mengurangi
factor resiko (4 Terlalu) : Terlalu sering hamil, terlalu banyak anak, terlalu
muda, dan terlalu tua untuk melahirkan. Pada tahun 2016 jumlah PUS di
wilayah Puskesmas Kecamatan Sruweng sebanyak 8655 orang sedang
peserta KB Aktif sebesar 6.103 orang .
Adapun macam kontrasepsi yang digunakan oleh peserta Kb Aktif
di wilayah Puskesmas kecamatan Sruweng diantaranya adalah IUD 114
orang, MOP 6 orang, MOW103 orang, Implan 1.334 orang, Suntik 3191
orang, Pil 710 orang dan kondom 263 orang. Lebih jelas dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :

3500 3191
3000

2500

2000
1334
1500

1000 710

114 103 162


500 6

0
I M M I K S P
U O O M O U I
D P W P N N L
L D T
A O I
N M K

f. Pelayanan Imunisasi
Cakupan Angka Universal Child Imunisation ( UCI ) adalah
gambaran cakupan yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap.
Apabila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah maka wilayah
tersebut digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap
penularan PD3I jenis pelayanan Imunisasi antara lain : BCG, Pentavalent
Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016
29

(DPT,HB, HIB)diberikan 3x, Polio diberikan 4x, dan Campak diberikan 1x


. Untuk balita 18 bln sampai 3 tahun diberikan Booster (Imunisasi
ulangan) berupa imunisasi Pentavalen dan campak.
Pada tahun 2016 angka cakupan Pelayanan Imunisasi pada bayi
di wilayah Puskesmas Sruweng dengan jumlah sasaran 820 bayi adalah
sebagai berikut : BCG sebanyak 864, DPT 3 +HB3 (PENTAVALEN)
sebanyak 851, Polio sebanyak 793, Campak sebanyak 885. Semua desa di
wilayah kerja Puskesmas sruweng sudah mencapai UCI (UNIVERSAL
CHILD IMMUNIZATION) dalam artian capaian desa UCI sudah 100%.
Gambaran dari pelayanan imunisasi dapat dilihat pada grafik dibawah
ini :

B. Perbaikan Gizi Masyarakat


Perbaikan Gizi Masyarakat bertujuan untuk menangani permasalahan
gizi yang dihadapi oleh masyarakat. Adapun permasalahan gizi yang sering
dihadapi seperti kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, dan anemia zat
besi.

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


30

1. Pemberian ASI Eksklusif


Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah
menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan
meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi
mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembangnya. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 6 bulan di
Puskesmas Sruweng pada tahun 2016 mencapai 53,8% sedangkan target
AsiEsklusif tahun ini 45%
2. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Dalam upaya memantau pertumbuhan balita di Puskesmas Sruweng
maka dilaksanakan penimbangan yang pelaksanaannya setiap satu bulan sekali
di masing masing Posyandu di 21 desa. Pada tahun 2016 jumlah balita yang
ditimbang (D) 3955 dari jumlah balita (S) 4545, sejumlah 64 bayi dan balita
termasuk denganBerat Badan dibawah Garis Merah (BGM) sebanyak 64 anak
(1,6%).
Lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

3. Pemberian Kapsul Vitamin A

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


31

Vitamin A sangat dibutuhkan untuk kesehatan mata dan meningkatkan


daya tahan tubuh terutama untuk bayi, balita dan ibu nifas. Adapun cakupan
vitamin A untuk kecamatan sruweng mencapai 100%.
Pemberian kapsul vitamin A pada balita bertujuan untuk menurunkan
prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Pada bayi (0-6
bulan) diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus, dan untuk
anak balita enam bulan sekali, yang diberikan serentak pada bulan Februari
dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas,
diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas.
Pada tahun 2016 cakupan pemberian Vitamin A pada balita di
Puskesmas Sruweng yang dilaksakan setiap bulan Februari dan Agustus
mencapai 100%

4. Pemberian Tablet Besi


Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb tersebut. Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini
terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil.
Konsumsi tablet FE bagi ibu hamil, WUS dan remaja sangatlah
penting untuk mencegah anemia. Kurang Darah (Anemia) ditandai dengan 4 L
yaitu lemah, letih, lesu dan lalai. bagi ibu hamil dapat mengakibatkan
gangguan dalam beraktivitas, bayi yang dilahirkan BBLR dan juga bisa
mengakibatkan pendarahan saat melahirkan. Capaian pemberian FE 30 tablet
dan FE 90 tablet untuk ibu hamil sudah mencapai target yaitu 100% untuk FE
30 tablet dan 97.10% untuk FE 90 tablet.
Berikut ini gambaran grafik pencapain pemberian tablet tambah darah
bagi ibu hamil

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


32

BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas
Sruweng mempunyai
a. Sarana gedung
Sarana gedung berupa 1 Puskesmas induk dan 4 Puskesmas Pembantu
b. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka memberdayakan yang bersumber daya masyarakat wilayah
Puskesmas Sruweng memiliki Posyandu sejumlah 106, PKD/POSKESDES 18
buah.

B. Tenaga Kesehatan
Pada tahun 2016 Puskesmas Sruweng memiliki sejumlah tenaga
kesehatan yang terdiri dari :

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


33

1. Tenaga Medis : 2 (dua) orang yaitu 1 dokter Umum dan 1


dokter Gigi
2. Perawat / Bidan : Perawat 10 orang /Bidan 25 orang
3. Perawat Gigi : 1 Orang
4. Farmasi : 1 orang
5. Gizi : 1 orang
6. Teknis Medis : 1 orang
7. Sanitasi : 1 orang
8. Sarjana Kesehatan : 2 orang
9. Wiyata Bakti : 3 orang
Tenaga penunjang kesehatan lain
1. Staff Penunjang Administrasi :3
2. Juru Mudi :1

BAB VI
PENUTUP

Sumber data dan informasi yang akurat adalah hal yang sangat penting bagi
pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan
data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan terutama dibidang kesehatan. Perlu diketahui dalam
penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Sruweng ini belum dapat memenuhi
kebutuhan data dan informasi secara optimal, namun dengan Profil Kesehatan
Puskesmas Sruweng Tahun 2016 diharapkan dapat menjadikan gambaran keseluruhan
tentang pencapaian program dan situasi kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas
Kecamatan Sruweng.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng
Tahun 2016.

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016


34

Profil Kesehatan UPTD Unit Puskesmas Sruweng Tahun 2016

You might also like