Professional Documents
Culture Documents
I. JUDUL
II. TUJUAN
1. Menentukan pengaruh katalis terhadap orde reaksi
2. Menentukan pengaruh katalis terhadap suatu orde reaksi.
3. Menentukan metode pengukuran yang digunakan
III. PENDAHULUAN
Suatu reaksi dapat dipercepat dengan meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi
energi aktivasi. Untuk meningkatkan fraksi tersebut, kita dapat menaikkan suhu. Ada cara lain yang
tidak memerlukan peningkatan suhu ialah mendapatkan jalan reaksi dengan energi aktivasi yang
lebih rendah. Fungsi katalis dalam suatu reaksi kimia adalah menyajikan reaksi alternatif tersebut,
namun saat terjadi reaksi, katalis tidak ikut bereaksi. Misalnya, pada penguraian H2O2 proses ini
dapat dipercepat dengan menikkan suhu namun kurang efektif jika dibandingkan dengan
penambahan MnO2. Laju penguraian akan mencapai 3 kali lebih cepat, dan saat penguraian
dihentikan MnO2 akan tetap ada sebagai serbuk MnO2 yang artinya MnO2 berperan sebagai katalis
bukan pereaksi.
Dalam penentuan orde reaksi dan energi aktivasi, kita akan melihat reaksi dari
1
dengan mengubah konsentrasi lain dan menjaga konsentrasi H2O2 maka nilai m: = p
t
m
[H2O2]
atau log t = -m log [H2O2] log p
Nilai akan diukur untuk beberapa suhu yang berbeda, dengan konsentrasi awal tetap
yang akan berlaku rumus:
1 Ea 1
= k p = tetap atau log t = +log p
t 2,30R T
dengan Ea=energi aktivasi, R = tetapan gas ideal, T = suhu absolut dan p = tetapan.
Untuk semua campuran reaksi akan ditambahkan sejumlah Na2S2O3 yang sama dan
sedikit larutan kanji. Na2S2O3 bereaksi dengan I2 dan terbentuk:
2S2O32-(aq) + I2(aq) S4O62-(aq) + 2I-(aq)
Karena itu, pada awal reaksi [I-] terus tetap, namun segera setelah thiosulfat habis I2 tidak
dihilangkan lagi dan dengan kanji biru akan muncul.
Energi aktivasi dapat diartikan sebagai energi minimum yang diperlukan untuk
menghasilkan tumbukan yang efektif agar terjadi reaksi. Agar tumbukan antarmolekul
pereaksi efekif dan menghasilkan reaksi, fraksi molekul yang bertumbukan harus memiliki
energi lebih besar daripada energi aktivasi.
b. Bahan
Larutan I
- 40 ml kanji 1%
- 20 ml KI 0,1M
- 10 ml H2SO4 1M
- 10 ml Na2S3O3 0,1M
- 420 ml akuades
500 ml H2O2 0,5 M
100 ml (NH4)6Mo7O24.4H2O 5.10-5M
c. Metode
Dibuat larutan :
1. Larutan I
40
40ml Kanji 1% = 100 1 = 0,4
Ditimbang 0,4 gr kanji menggunakan neraca analitik
Dimasukkan kanji dalam gelas ukur
Kemudian ditambahkan 40 ml akuades
Disiapkan pembakar bunsen, kaki tiga, dan korek gas
Dididihkan larutan kanji selama 3 menit
20ml KI 0,1M
n=MV
= 0,1M 20ml
= 2mmol = 2.10-3 mol
massa = n Mr
= 2.10-3 mol 165
= 0,33 gram
Ditimbang 0,33 gram KI menggunakan neraca analitik
Dimasukkan KI ke dalam gelas beaker
Ditambahkan 20ml akuades
10ml H2SO4 1M
H2SO4 pekat 17,8M
M1 V1 = M2 V2
1 10 = 17,8 V2
V2 = 0,56 ml
Diisi gelas ukur dengan 10 ml akuades
Diambil 0,56 ml H2SO4 pekat dengan pipet ukur, kemudian dimasukan
dalam gelas ukur
Dihomogenasikan
10 ml Na2S3O3.5H2O 0,1M
n=MV
= 0,1M 10ml
= 1mmol = 10-3 mol
massa = n Mr
= 10-3 mol 248
= 0,248 gram = 0,25 gram
Ditimbang 0,25gram Na2S3O3.5H2O dengan menggunakan neraca analitik
Dimasukkan ke dalam gelas ukur
Ditambahkan 10ml akuades ke dalam gelas ukur
A. Penentuan orde reaksi terhadap H2O2 bagi reaksi yang tidak terkatalisir
Dipipetkan 25ml larutan 1 ke dalam erlenmeyer I
Ditambahkan 3ml H2O2 0,5M + 22ml akuades ke dalam erlenmeyer II
Dicatat suhu awal larutan pada masing masing erlenmeyer
Dituangkan larutan dalam erlenmeyer II ke dalam erlenmeyer I
Saat dimasukkan setengah dari larutan, mulai diukur waktunya
Dicampurkan kedua larutan secara kuantitatif dengan cara menuangkan secara
bolak balik minimal 3 kali
Dicatat suhu saat warna biru mulai muncul
Diulangi percobaan dengan 25ml larutan I dan 25ml yang mengandung masing
masing 6, 12, dan 18ml H2O2 0,5M
B. Penentuan orde reaksi terhadap (NH4)2MoO4
Dipilih dari hasil percobaan A yang berwarna biru setelah 4 menit
Dilakukan percobaan B dengan suhu yang sama seperti percobaan A
Dimasukkan 25ml larutan I ke dalam erlenmeyer I
Dimasukkan 18ml H2O2+7ml H2O (sesuai dengan percobaan A) pada
erlenmeyer II
Dimasukkan 2ml(NH4)6Mo7O24 + 23ml H2O pada erlenmeyer III
Dicatat suhu awal larutan pada masing masing erlenmeyer
Dicampurkan larutan dalam erlenmeyer I dan III secara kuantitatif dengan cara
menuangkan secara bolak balik minimal 3 kali
Dituangkan campuran larutan erlenmeyer I dan III ke dalam erlenmeyer II
Saat dimasukkan setengah dari larutan, mulai diukur waktunya
Dicampurkan larutan larutan tersebut secara kuantitatif dengan cara
menuangkan secara bolak balik minimal 3 kali
Dicatat suhu pada saat warna biru mulai muncul
Diulangi percobaan dengan masing masing 2, 4, 8, dan 12ml (NH4)2MoO4 dan
volume tetap 75 ml
C. Penentuan orde reaksi terhadap H2O2 bagi reaksi yang terkatalisir
Dipilih dari hasil percobaan B yang berwarna biru setelah 1 menit
Dimasukkan 25ml larutan I ke dalam erlenmeyer I
Dimasukkan 2ml H2O2+23ml H2O ke dalam erlenmeyer II
Dimasukkan 2ml(NH4)6Mo7O24 + 23ml H2O (sesuai percobaan B) pada
erlenmeyer III
Dicatat suhu awal larutan pada masing masing erlenmeyer
Dicampurkan larutan dalam erlenmeyer I dan III secara kuantitatif dengan cara
menuangkan secara bolak balik minimal 3 kali
Dituangkan campuran larutan erlenmeyer I dan III ke dalam erlenmeyer II
Saat dimasukkan setengah dari larutan, mulai diukur waktunya
Dicampurkan larutan larutan tersebut secara kuantitatif dengan cara dituangkan
secara bolak balik minimal 3 kali
Dicatat suhu pada saat warna biru mulai muncul
Diulangi percobaan dan mengmati apakah ada perbedaan jika volume H2O2 1ml,
4ml, 8ml dan volume akuades 23ml, 21ml, 17ml
D. Penentuan energi aktivasi dari reaksi yang tidak terkatalisir
Dipilih dari hasil percobaan A yang berwarna biru setelah 4 menit
Dimasukkan 25ml larutan I ke dalam erlenmeyer I
Dimasukkan 18ml H2O2+7ml H2O (sesuai dengan percobaan A) pada
erlenmeyer II
Dicatat suhu awal larutan pada masing masing erlenmeyer
Dicampurkan kedua larutan secara kuantitatif dengan cara menuangkan secara
bolak balik minimal 3 kali
Dicatat suhu saat warna biru mulai muncul
Diulangi percobaan dengan mengubah suhu menjadi 0oC dan 50oC
E. Penentuan energi aktivai pada reaksi yang terkatalisir
Dipilih dari hasil percobaan B yang berwarna biru setelah 1 menit
Dimasukkan 25ml larutan I ke dalam erlenmeyer I
Dimasukkan 2ml H2O2+23ml H2O ke dalam erlenmeyer II
Dimasukkan 2ml(NH4)6Mo7O24 + 23ml H2O (sesuai percobaan B) pada
erlenmeyer III
Dicatat suhu awal larutan pada masing-masing erlenmeyer
Dicampurkan larutan dalam erlenmeyer I dan III secara kuantitatif dengan cara
dinuangkan secara bolak balik minimal 3 kali
Dituangkan campuran larutan erlenmeyer I dan III ke dalam erlenmeyer II
Saat Dimasukkan setengah dari larutan, mulai diukur waktunya
Dicampurkan larutan larutan tersebut secara kuantitatif dengan cara dituangkan
secara bolak balik minimal 3 kali
Dicatat suhu pada saat warna biru mulai muncul
Diulangi percobaan dengan mengubah suhu menjadi 0oC dan 50oC
V. HASIL
A. Penentuan Orde Reaksi Terhadap H2O2Bagi Reaksi Yang Tidak Terkatalisir
Hasil
Perlakuan T awal T akhir
T (dT)
(oC) (oC)
25ml lar I + 3ml H2O2 0,5M + 22ml H2O 26 25 9141
25ml lar I + 6ml H2O2 0,5M + 19ml H2O 25 25 2408
25ml lar I + 12ml H2O2 0,5M + 13ml H2O 25 26 744
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O 25 26 203
Gambar grafik:
44 1.6435 2 0.3010
20 1.3011 4 0.6021
9 0.9542 8 0.9031
7 0.8451 12 1.0792
Gambar grafik :
5. Grafik laju reaksi (1/t) sebagai fungsi dari :
a. Jumlah ml larutan H2O2 (percobaan A)
b. Jumlah ml larutan (NH4)2MoO4 (percobaan B)
c. Jumlah ml larutan H2O2 (percobaan C)
A. laju reaksi (1/t) sebagai fungsi dari jumlah ml larutan H2O2 (percobaan A)
5501 0.0001818 3
1448 0.0006906 6
464 0.002155 12
123 0.00813 18
B. laju reaksi (1/t) sebagai fungsi dari jumlah ml larutan (NH4)2MoO4 (percobaan B)
56 0.0179 2
46 0.0217 4
44 0.0227 8
42 0.0238 12
C. laju reaksi (1/t) sebagai fungsi dari jumlah ml larutan H2O2 (percobaan C)
8 0.125 2
243 0.00412 4
102 0.0098 8
132 0.00758 12
Gambar grafik :
6.
a. Penentuan secara grafis energi aktivasi dari reaksi yang tidak terkatalisir (percobaan D) dan
dari reaksi yang terkatalisir (percobaan E):
Percobaan D
Hasil
Perlakuan T(oC) T awal T akhir
T (dT)
(oC) (oC)
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O 0 7,5 6 4038
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O 30 25 26 203
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O 50 45 43 40
Percobaan E
Hasil
T
Perlakuan T awal T akhir
(oC) T (dT)
(oC) (oC)
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O + 2ml(NH4)6Mo7O24 + 23ml H2O 0 8,6 6 1617
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O + 2ml(NH4)6Mo7O24 + 23ml H2O 30 25,3 26 56
25ml lar I + 18ml H2O2 0,5M + 7ml H2O + 2ml(NH4)6Mo7O24 + 23ml H2O 50 46 45 28
b. Ralat pada titik ukur yang digambarkan dalam grafik:
VII. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan energy
aktivasi yaitu konsentrasi, suhu, dan katalis.
Pada percobaan A dan C, penentuan orde reaksi terhadap H2O2 untuk reaksi yang
terkatalisir dan tidak terkatalisir, waktu yang dibutuhkan untuk laju reaksi yaitu
percobaan C (terkatalisir). Hal ini membuktikan katalis telah mempercepat laju reaksi.
Pada percobaan B, penentuan orde reaksi terhadap ammonium molibdat didapatkan
grafis pada grafik yang telah nampak linear sehingga didapatkan hasil yang akurat dan
teratur. Semakin besar konsentrasi semakin cepat pula reaksi terjadi.
Pada percobaan D dan E, penentuan energy aktivasi dari energy yang terkatalisir dan
tidak terkatalisir, suhu sangat berperan penting. Peningkatan suhu makan meningkat pula
fraksi mol yang punya energy melebihi energy aktivasi.
VIII. KESIMPULAN
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan energy aktivasi adalah katalis, suhu, dan
konsentrasi. Katalis mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dengan larutan tersebut.
Dengan menungkatnya suhu, meningkat pula fraksi mol. Semakin besar konsentrasi
maka semakin cepat reaksi yang bereaksi.
Metode yang dipakai untuk menentukan laju reaksi dan energy aktivasi yaitu secara
grafis.
Energi aktivasi pada reaksi yang terkatalisir nilainya lebih besar daripada reaksi yang tidak
terkatalisir
X. LAMPIRAN
1. Laporan sementara
2. Tugas Awal