You are on page 1of 19

REFLEKSI KASUS MEI 2017

MORBILI

Nama : Putri Auliyah

NIM : N 111 16 007

Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan

tiga stadium, yaitu stadium inkubasi, stadium prodromal, dan stadium erupsi.

Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubela. Penularan terjadi

secara droplet dan kontak langsung dengan pasien.1

Morbili merupakan penyakit endemik pada sebagian besar dunia. Morbili

sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit.

Campak jarang subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden

pada umur 5-10 tahun, kebanyakan orang dewasa imun. Sekarang di Amerika

Serikat, campak terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum di

imunisasi dan pada remaja dan orang dewasa yang muda yang telah di

imunisasi.Sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1998, menetapkan

kesepakatan global untuk membasmi polio atau Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi

Tetanus Neonatorum (ENT) dan Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2000.

Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa negara lainnya telah

memasuki tahap eliminasi campak. Pada sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996

menyimpulkan bahwa campak dimungkinkan untuk eradikasi, karena satu-satunya

pejamu (host) atau reservior campak hanya pada manusia dan adanya vaksin

dengan potensi yang cukup tinggi dengan efikasi vaksin 85 persen. Diperkirakan

eradikasi akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi.1,2

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus mengenai Morbili pada pasien anak

yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Daerah Madani Palu.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. MB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 7 Tahun 9 Bulan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 8 Mei 2017

2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Demam

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien anak laki-laki masuk ke rumah sakit Undata dengan keluhan
demam sejak 3 hari yang lalu, demam bersifat naik turun, disertai pusing
(+) dan nyeri kepala (+). Pasien juga mengeluh batuk (+) disertai lendir (+)
warna putih dan pilek (+) yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu, sesak (-).
1 hari setelah demam, pasien mengeluhkan adanya bintik-bintik merah
yang muncul ditubuhnya, muncul pertama kali di bagian leher dan wajah
pasien, kemudian ke badan pasien dan keesokan harinya bintik-bintik
merah tersebut sudah menyebar ke seluruh tubuh pasien. Pasien juga
mengeluh matanya terasa perih dan merah hingga sering mengeluarkan air
mata.
Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Pasien juga mengeluh sakit
pada saat menelan, Pasien malas makan dan merasakan nyeri pada
perutnya. Buang air kecil dan buang air besarnya lancar.

c. Riwayat penyakit sebelumnya


Pasien baru pertama menderita sakit seperti ini.

2
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami sakit atau keluhan yang sama
dengan pasien.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Menengah

f. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan


Aktif

g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Anak lahir normal di RS dengan berat lahir 2900 gram dan panjang
badan lahir 47 cm dibantu oleh bidan, langsung menangis. Pasien
merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara.

h. Kemampuan dan Kepandaian Bayi


Mulai tengkurap dan telentang usia 3 bulan, duduk di usia 8 bulan,
muncul gigi usia 10 bulan, berdiri usia 11 bulan, berbicara usia 1 tahun,
berjalan usia 1 tahun 1 bulan.

i. Anamnesis makanan :
a. ASI : Usia 0 3 Bulan
b. Susu Formula : Usia 0 Bulan 2 Tahun
c. Bubur Saring : Usia 6 bulan 1 Tahun
d. Nasi : Mulai dari Usia 1 Tahun - sekarang

j. Riwayat Imunisasi
Lengkap dengan imunisasi campak 3x.

3
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
Berat Badan : 29 Kg
Tinggi Badan : 130 cm
Status Gizi : CDC 107 % (Gizi baik)
Tanda Vital
- Denyut nadi : 126 Kali/menit
- Suhu : 38,4 o C
- Respirasi : 40 kali/menit
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Kulit : Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali (< 2 detik)
: Tampak ruam makulopapular eritema pada
wajah, leher dan seluruh tubuh
Kepala : Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
Mata : Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva : Hiperemis (+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Epistaksis : Tidak ada
Rhinorhea : (+)
Mulut : Bibir : Mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gusi : Tidak berdarah
Telinga : Otorrhea : (-/-)
Lidah : Tidak kotor

4
Leher
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pembesaran kelenjar di ketiak : Getah bening -/-,
Faring : Hiperemis (+)
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis

Toraks
a. Dinding dada/ paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama (+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Dalam batas normal

5
Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
Hematologi Hasil Rujukan Satuan
WBC 7,3 4-12 103 / uL
RBC 5,54 4-6,20 106 / uL
HGB 13, 7 11,0-17,0 g / dL
HCT 46,2 35,0-55,0 %
PLT 322 150-400 103 / uL

5. RESUME
Pasien anak laki-laki masuk ke rumah sakit dengan keluhan demam
sejak 3 hari yang lalu, demam bersifat naik turun, disertai pusing (+) dan
nyeri kepala (+). Pasien juga mengeluh batuk (+) disertai lendir (+) warna
putih dan pilek (+) yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu, sesak (-). 1 hari
setelah demam, pasien mengeluhkan adanya bintik-bintik merah yang muncul
ditubuhnya, muncul pertama kali di bagian leher dan wajah pasien, kemudian
ke badan pasien dan keesokan harinya bintik-bintik merah tersebut sudah
menyebar ke seluruh tubuh pasien. Pasien juga mengeluh matanya terasa
perih dan merah hingga sering mengeluarkan air mata.
Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Pasien juga mengeluh sakit
pada saat menelan, Pasien malas makan dan merasakan nyeri pada perutnya.
Buang air kecil dan buang air besarnya lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,4 C. Tampak ruam
makulopapular eritema di wajah, leher, dada, punggung, perut, tangan, dan
kaki. Tampak faring hiperemis, konjungtiva hiperemis (+/+). Pemeriksaan
laboratorium darah rutin WBC 7,3 x 103 /uL; RBC 5,54 x 106 /uL; HGB 13,7
g/dL; HCT 46,2 %; PLT 322 x 103 /uL.

6
6. DIAGNOSIS : Morbili

7. TERAPI
- IVFD RL 30 tpm
- Vitamin A 200.000 IU 1x1 (Hari I dan II)
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- Puyer Batuk (3x1)
o Glyceril Guaicolat 300 mg
o Chlorpeniramin maleat 10 mg

8. ANJURAN
- Pemeriksaan isolasi virus (apusan mukosa hidung)
- Pemeriksaan serologi

FOLLOW UP

1) Follow up 9 Mei 2017 (Perawatan hari 2)


S : Panas (+) Hari ke 4, pusing (+), batuk (+), pilek (+), sesak (-), mual (-),
muntah (-), bercak koplik (-), mata merah dan gatal (-), BAB (+) biasa,
BAK lancar
O : Nadi : 102 kali/menit
Suhu : 37,8C
RR : 24 kali/menit
TD : 120/70 mmHg
Pemeriksaan fisik :
Kulit : Tampak ruam makulopapular eritem di wajah, leher, dada,
punggung, perut, tangan, dan kaki
Toraks
a. Dinding dada/ paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama

7
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular.
Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

A : Morbili
P :
- IVFD RL 30 tpm
- Vitamin A 200.000 IU 1x1 (Hari I dan II)
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- Puyer Batuk (3x1)
o Glyceril Guaicolat 300 mg

8
o Chlorpeniramin maleat 10 mg

2) Follow up Mei 2017 (Perawatan Hari 3)


S : Panas (-) Hari ke 5, bebas demam H-1; batuk (+), pilek (+), sesak (-),
mual (-), muntah (-), bercak koplik (-), mata merah dan gatal (-), BAB (+)
biasa, BAK (+) lancar
O : Nadi : 112 kali/menit
Suhu : 36,5C
RR : 24 kali/menit
TD : 110/70 mmHg
Pemeriksaan fisik :
Kulit : Tampak ruam makulopapular eritem di wajah, leher, dada,
punggung, perut, tangan, dan kaki mulai berkurang
Toraks
a. Dinding dada/ paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

9
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Otot-otot : Hipotrofi (-), kesan normal
Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

A : Morbili
P :
- Aff Infus
- Paracetamol syrup 4x1 cth (Bila demam)
- Puyer Batuk 3x1
o Glyceril Guaicolat 300 mg
o CTM 10 mg

Pasien dibolehkan pulang (rawat jalan)

10
DISKUSI

Morbili/ campak merupakan penyakit akut yang sangat menular, yang


terutama menyerang anak. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan
kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang pernah menderita morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui
plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
berkurang sehingga si bayi dapat menderita morbili.2
Morbili disebabkan oleh virus RNA dari famili Paramixofiridae, genus
Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal
dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, penularan virus ini secara droplet
dan virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap
aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.2
Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2
hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Ditempat
awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang ditemukan virusnya.
Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel
monoklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Disini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan disitu mulailah penyebaran ke jaringan limfoletikular
seperti limfa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak dari Warthin, sedangkan limfosit-T meliputi klas
penekanan dan penolong yang rentan terdapat infeksi, aktif membelah.3,4
Gambaran kejadian awal ke jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika
virus ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih dan usus.3,4,5
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus
dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah

11
proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan akan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang
menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang
disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.3,4,5
Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal
infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan
tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen
virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah.
Vesikel secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh
dikulit. Penelitian dengan imunofluresens dan histologik menunjukkan bahwa
antigen campak dan gambaran histologik pada kulit diduga adalah suatu Arthus.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopnemonia, otitis
media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus
pnemonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan
gizi kurang.5,6
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai
oleh 3 stadium, yaitu:5,6
1. Stadium inkubasi, yaitu: 10-12 hari tanpa gejala
2. Stadium prodromal, dengan gejala-gejala panas sampai sedang, coryza,
batuk, konjungtivitis, fotofobia, anorexia, malaise dan Koplik spot pada
mukosa bukalis
3. Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapulous pada seluruh tubuh
dan panas tinggi.
4. Stadium Konvalesensi, erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang
sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.

12
Setelah masa inkubasi, mulai timbul gejala-gejala panas malaise. Dalam
24 jam timbul coryza, conjungtivitis dan batuk. Gejala-gejala ini bertambah hebat
secara bertahap dan mencapai puncaknya saat timbul erupsi pada hari keempat.5,6
Kira-kira beberapa jam sebelum timbulnya rash, terlihat Koplik spot di
mukosa bukalis pada sisi yang berlawanan dengan gigi molar. Panas dan Koplik
spot menghilang dalam 24 jam setelah timbul rash. Coryza dan konjungtivitis
menghilang pada hari ketiga rash. Lamanya eksantema menghilang jarang
melebihi 5-6 hari.7,8
Panas
Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan
periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang
cepat sampai 39-40,6C saat erupsi rash mencapai puncaknya.
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun
secara lisis antara hari ke-2 dan ke-3, hingga timbulnya eksantema. Bila
tidak disertai kompliksai, 2 hari setelah timbulnya rash yang lengkap,
panas biasanya turun. Bila panas menetap, kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.7,8
Coryza
Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk bersin diikuti
dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi
profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan
dengan menghilangnya panas.7,8
Batuk
Batuk disertai oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernapasan.
Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi.
Namun, batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap
dalam waktu 5-10 hari.7,8
Koplik Spot

13
Merupakan bercak-bercak kecil yang iregular sebesar ujung jarum/pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih
kelabu, gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili.
Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah dapat ditemukan adanya
Koplik spot dan menghilang dalam 24 jam-hari timbulnya rash.8,9

Rash
Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema
makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut,
kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta
biasanya dalam 24 jam sesudah menyebar sampai ke lengan atas dan
selanjutnya seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat rash
sudah sampai kaki, rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur
menghilang.8,9,10
Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 7
tahun 9 bulan masuk dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, demam
bersifat naik turun disertai batuk (+) dan pilek (+). Pasien juga mengeluh sakit pada
saat menelan, dan matanya terasa perih dan memerah hingga sering mengeluarkan
air mata. 1 hari setelah demam, pasien mengeluhkan adanya bintik-bintik merah
yang muncul ditubuhnya, ruam tersebut muncul pertama kali di bagian leher dan
wajah pasien, kemudian ke badan pasien dan keesokan harinya bintik-bintik
merah tersebut sudah menyebar ke seluruh tubuh pasien. Nafsu makan menurun,
pasien merasakan nyeri pada perutnya. Buang air kecil dan buang air besar lancar.
Morbilli diawali dengan timbulnya demam yang mendadak, diikuti dengan
batuk, coryza, konjungtivitis, anoreksia dan adanya bercak koplik pada mukosa
bukalis. Adapun Bercak koplik sebagai tanda patognomonik morbili biasanya
didapatkan pada akhir stadium prodromal dan menghilang dalam waktu 24 jam
sampai hari ke-2 sampai timbulnya rash.4 Faktor resiko terjadinya morbili yaitu
ada riwayat kontak dengan penderita dalam kurun waktu 1-2 minggu, tidak

14
mendapatkan vaksin campak saat usia 9 bulan dan imunosupresi. Yang merupakan
faktor resiko dari pasien ini adalah tidak mendapatkan imunisasi campak.
Pada kasus ini, saat pasien datang kerumah sakit, kemungkinan pasien
sudah dalam stadium erupsi karena ruam makulopapular sudah timbul. Bercak
koplik sebagai tanda patognomonik morbilli biasanya didapatkan pada akhir
stadium prodromal dan menghilang dalam 24 jam sampai hari kedua setelah
timbulnya rash.4,5
Morbili merupakan suatu penyakit self limiting sehingga pengobatannya
hanya bersifat simptomatis, yaitu :
Memperbaiki keadaan umum
Antipiretik bila suhu tinggi
Obat batuk
Vitamin A: < 6 bulan : 50.000 IU/hari 2 hari
6-12 bulan : 100.000 IU/hari 2 hari
> 12 bulan : 200.000IU/hari 2 hari
Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder
Pemberian paracetamol pada pasien ini sebagai anti piretik, dengan dosis
10-15 mg/kg BB/dosis tiap 6-8 jam perhari. Pemberian vitamin A untuk untuk
mengurangi kekeruhan pada mata. Pasien tidak mendapatkan tetes mata karena
pasien belum mengalami konjunctivitis berat berupa adanya secret pada mata.
Tetes mata berupa tetracycline 1% atau kloramfenikol 0.25%.
Pada morbilli biasanya memberikan komplikasi seperti sebagai berikut :4,5
1. Bronkopnemonia
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh
infeksi sekunder oleh bakteri pneumococcus, streptococcus atau
staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi
yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita
penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh
karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
2. Encephalitis morbili akut

15
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka
kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah
1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili
hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
3. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf
pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan
mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat,
biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala
spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya
terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE
timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi
morbili terjadi 3 tahun kemudian.Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada
bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam
patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun,
sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi
setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1
tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap
10.000.000.
4. Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita
defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-
obatan imunosupresif.
Pencegahan penyakit morbilli dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Imunisasi aktif
Pencegahan utama dengan melakukan imunisasi campak, imunisasi
campak termasuk yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan yang
dapat diulang dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi
(PPI).2
2. Imunisasi pasif

16
Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum
dengan dosis 0,25 mL/kgBB diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari
sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Namun tidak
banyak dianjurkan karena beresiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi
tuberkulosis.1,2,3
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari
penularan lingkungan sekitar.2

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana penyakit Infeksi Pada Anak.


Jakarta. Sagung Seto.
2. Permana, Adhy, dkk. The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2010.
3. Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of
Bacteriology. 2012. Measles. Online,
www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg, diakses tanggal 25
maret 2017).
4. Hasan R. dkk.Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2005.
5. Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika
6. Ikatan Dokter anak Indonesia. Standar Pelayanan medis Kesehatan Anak,
Edisi 1. Jakarta. IDAI, 2004
7. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III
Jilid 2. FKUI. 2004.
8. Rampengan, H.T., 2006. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta. EGC
9. Soedarmp, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S,. 2002. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta. IDAI
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2011. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Universitas Indonesia.

18

You might also like