Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
SEPTUM DEVIASI
RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 23 APRIL 2002 S/D 26 APRIL 2002
Mahasiswa
Subhan
NIM. 010030170 B
SEPTUM DEVIASI
PENGERTIAN
Bagian tulang terdiri dari dua tulang Nasal yang dibatasi oleh procecus
nasalis os frontal diatas, procecus nasalis ofs maxila di lateral dan lamina perdikuloris
os ethmoid dan septum dibawahnya.
Bagian tulang rawan terdiri dari terdiri dari dua kartilago lateralis superior,
yang bentuknya mirip segi tiga dan bersatu dengan septum digaris tengah tepi atasnya
bertemu dengan permukaan bawah os nasal dan procecus frontal os maxilla
perlektannya di tunjang oleh adanya jaringa ikat.
Bagian bawah tulang rawan terdiri dari dua kartilago lateralis inferior
yang bentuknya bervariasi dan kurang lebih membingkai nares dan membentuk kala
nasi.
Septum mempunyai unsur tulang dan tulang rawan. Kartilago adalah
sekeping tulang rawan tunggal yang berbentuk kuadrilateral, merupakan bagian
anterior septum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi :
- Foto waters adanya kelainan tulang hidung.
- CT Scan kepala ( Potongan Koronal Sinus Paranasalis ) , dapat dilihat adanya
deviasi septum dan adanya sinusitis.
- Endoscopy Hidung / Rhinoskopy.
Pemeriksaan laboratorium :
- Meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Konservatif ( Obat dekongestan / mukolitik dan Simptomatik )
Operatif
Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan, tidak perlu
dilakukan tindakan koreksi septum. Ada 2 jenis tindakan operatif
yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu
reseksi submukosa dan septoplasti.
Reseksi submukosa :
PENGUMPULAN DATA.
CIRI CIRI UMUM (BERISI IDENTITAS PASIEN).
RIWAYAT KEPERAWATAN
KELUHAN UTAMA
Tidak dapat bernafas melalui hidung, ada sesuatu yang mengganjal.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan saat sebelum operasi ataupun setelah operasi, head to toe.
Contoh pada hidung : jika post op , ada luka operasi, terdapat tampon + 1,5 mm yang
tampak dari luar, pernapasan pindah ke mulut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Disesuaikan dengan hasil pengkajian dan kondisi klien, sebelum dan sesudah operasi.
peradangan hidung
PERENCANAAN
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat nyeri klien a. Mengetahui tingkat nyeri klien
selanjutnya
b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada b. Dengan sebab dan akibat nyeri
1) Terapi konservatif :
- obat Acetaminopen;
Aspirin, dekongestan
hidung
- Drainase sinus
2) Pembedahan :
- Irigasi Antral :
Kriteria :
pengobatannya.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat kecemasan klien a. Menentukan tindakan selanjutnya
dimengerti
lebih tenang
mengalami kecemasan
secara dini.
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)
Kriteria :
tindakan selanjutnya
Kriteria :
INTERVENSI RASIONAL
a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi a. Mengetahui kekurangan nutrisi kliem
c. Mengetahui perkembangan
proses peradangan
Kriteria :
INTERVENSI RASIONAL
a. kaji kebutuhan tidur klien. a. Mengetahui permasalahan klien
istirahat tidur
b. ciptakan suasana yang nyaman. b. Agar klien dapat tidur dengan tenang
PELAKSANAAN
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan dengan tujuan agar terpenuhnya kebutuhan klien secara optimal.
EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan
dalam perencanaan
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
SEPTUM DEVIASI
RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 23 APRIL 2002 S/D 26 APRIL 2002
PENGKAJIAN
a. Ciri ciri Umum
Klien adalah kariawan swasta PT.Asahi Mas, dan berumur 37 tahun,
beragama islam, belum menikah, suku jawa, beralamatkan di balong bendo
RT 14, RW II, dengan diagnosa medis Septum Deviasi dan MRS tanggal 23
April - 2002 Reg. 210199.
b. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan tidak dapat bernafas lewat hidung
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk rumah sakit tanggal 23 April 2002 dengan
keluhan : Hidung buntu, sukar bernafas, Pilek, Pusing, dan sebelumnya
klien datang ke poli THT dan oleh dokter yang merawat hanya di beri
obat dan untuk selanjutnya klien harus operasi.
Tanggal 23 April 2002 jam 16.00 klien di operasi, klien mengeluh
tidak bisa bernafas melalui hidung dan hidung terasa nyeri.
3. Riwayat penyakit dahulu
+ 6 bulan klien sering polek, dari orang tua klien sewaktu kecil di pukul
temannya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dari keluarga hanya klien yang menderita Septum Deviasi dan dari
keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan (misal : DM).
5. Kebutuhan sehari hari:
- Nutrisi
Makan 3x/hari di rumah, di sukai yang pedas pedas. Di RS klien
hanya makan 2 sendok bubur halus, di rumah minumnya + 1
liter/hari air putih, di RS klien hanya minum teh persendok 1 gelas
dan aqua 1 liter.
- Eliminasi
BAK : 6 7 x/ hari, sehari sebelum operasi klien tidak bisa tidur
karena sakit pada hidungnya. Tanggal 23 April 2002 jam
17.00 : Klien tampak lemah, pada lengan kiri terpasang infus RL
28 tetes/ menit, T 11/80 mmHg, suhu 37,2 oc, RR 28 x/menit, n 92
x/menit, pada hidung terdapat tampon + 1,5 meter, klien bernafas
melalui mulut.
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut hitam, tidak ada cacat pada kulit kepala.
Mata : simetris, tidak ada tanda anemis, sklera tidak icterus.
Hidung: : Ada luka operasi, terdapat tanpon + 1,5 m yang tampak dari
luar, pernafasan pindah ke mulut.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thiroid ekstrimitas atas atau
bawah ; tidak ada fraktur, kontraktur tidak ada.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari analisa data di atas maka dapat dirumuskan beberapa diag nosa keperawatan
sebagai berikut :
1. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi.
3. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang.
PERENCANAAN
Langkah awal dari perencanaan adalah menentukan pri oritas masalah
keperawatan. Adapun diag nosa keperawatan yang sesuai dengan urutan prioritas
adalah :
4. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Tampon di lepas
- Klien dapat ber5nafas melalui hidung.
Intervensi :
- jelaskan tentang perubahan pola nafas dan bernafas melalui
mulut.
- Anjurkan klien untuk tidur duduk (semi fowler) dan nafas
melalui mulut.
- Beri tindakan perawatan untuk :
Oral hygiene
Rawat luka dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA
Nebulizer tanpa obat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
kalmethason dan bronchodilator.
- Monitor vital sign.
Rasional:
- Klien / keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.
- Membuat paru mengembang dengan baik.
- Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi.
- Fungsi interdependent untuk mengencerkan sekret dan
melonggarkan pernafasan.
- Mengetahui kelainan dini.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi
Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
- klien bisa tidur
- klien merasa tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.
Intervensi :
- Kaji faktor faktor yang mempengaruhi nyeri, misal takut /
posisi yang salah.
- Kaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
- Anjurkan klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi
progresif, cutaneus stimulation.
- Monitor vital sign.
Rasional :
- Ketakutan / posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.
- Menentukan tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan
nyeri.
- Mengurangi nyeri
- Mengetahui kelainan dini terhadap respon nyeri
6. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake
kurang
Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil :
- Klien mau menghabiskan makanannya.
- BB dalam batas normal, turgor baik.
Intervensi :
- jelaskan pada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati
hati dan sedikit sedikit.
- Monitor makan tiap hari.
- Beri diet halus dan lunak.
- Kontrol berat badan tiap 2 hari.
Rasional :
- Klien tetap mau makan tanpa takut tersedak.
- Mengetahui seberapa banyak makanan yang masuk.
- Memudahkan pencernaan dan mencegah perdarahan
- Perkembangan asupan yang adekuat.
PENATALAKSANAAN
a. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
Pelaksanaan :
Memberi penjelasan terjadinya perubahan pola nafas.
Menganjurkan tindakan perawatan oral hygiene,rawat luka
dengan BWC + H2O2 + xylocain spray (LA), nebulizer.
Melaksanakan hasil kolaborasi untuk pemberian kalmethason
dan bronchoidilator.
Memonitor vital sign tiap 2 jam.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi
Pelaksanaan :
- Mengkaji faktor faktor yang mempengarui nyeri misal takut atau
posisi salah.
- Mengkaji tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
- Menganjurkan klien untuk mengatasi nyeri dengan teknik :
Relaksasi progresif :
menarik nafas panjang sambil berdzikir.
Distraksi : melihat
obyek/gambar
Cutaneus
stimulation : Massage di daerah sakit, kompres dingin.
- Melaksanakan hasil kolaborasi untuk pemberian analgesic :
novalgin 3 x 1
- Memonitor vital sign tiap 2 jam.
c. potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang
Pelaksanaan :
1. Menjelaskan kepada klien untuk boleh dan tetap makan secara
hati hati dan sedikit sedikit.
2. Memonitor makan tiap hari kalau perlu tunggui waktu makan.
3. Beri diet halus dan lunak.
4. Kontrol BB tiap 2 hari.
EVALUASI
a. Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung
S : klien mengatakan bisa bernafas melalui hidung, klien mengatakan
tampon telah di lepas tadi pagi.
O : klien bernafas melalui hidung, tampon di lepas.
A : masalah teratsi
P : Intervensi no. 3,4,5 di teruskan.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi
S : klien mengatakan sudah dapat tidur, tapi sakit sedikit berkurang.
O : klien tenang dan mulai dapat adaptasi dengan respon nyeri.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi no.1,2,3,4 di teruskan.
c. Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang
S : klien mengatakan sudah dapat makan, klien mengatakan makan
sedikit sedikit.
O : porsi makan yang di sediakan sudah di habiskan.
A : masalah teratasi.
P : Intervensi no. 1,2,3,4 di teruskan.