You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun banyinya. Dimana masa nifas
ini berlangsung 6 minggu setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Bagi banyak wanita pemulihan adalah
suatu yang berlangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal,
walauipun terkadang mengalami beberapa keluhan fisiologis seperti perut mules akibat
proses involusi uterus (Sarwono, 2002).
Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan
jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan
dapat berlangsung dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama, angaka mobiditas pada ibu nifas salah satunga disebabkan oleh bendungan ASI,
pada tahun 2009 ditemukan ibu nifas dengan bendungan ASI sebanyak 28 orang dari 50 ibu
nifas (Depkes, 2009).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya terjadinya bendungan ASI yaitu puting susu datar
sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang kadang pengeluaran susu juga
terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe
(Manuaba, I.Gde (2002) : 254)
Oleh karena itu, pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis
pada masa Puerpurium adalah sangat penting untuk dimiliki oleh bidan/ petugas kesehatan
yang menilai kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan
standar yang diharapkan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Petugas dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Fisiologis.
2. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan pengkajian pada klien
2) Menginterpretasikan data dasar klien
3) Antisipasi maslah potensial pada klien
4) Mengidentifiaksi kebutuhan segera klien
5) Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
6) Membuat tindakan perawatan pada klien
7) Mengevaluasi Asuhan Kebdianan yang telah dilakukan
8) Mendokumentasikan Asuhan Kebudanan yang telah dilakukan
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara yang
menyebabkan pengeluaran susu terhalang karna duktus lactiferus menyempit (Saifudin,
AB. 2002).
Pembendungan air susu adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferus atau oleh kelenjar kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu (Mochtar, Rustam. 1998).
Bendungan ASI adalah masalah atau kelainan yang terjadi pada masa nifas yang
disebabkan oleh produksi ASI yang meningkat, adanya sumbatan pada saluran susu, dan
ASI kurang di hisap.(Wiknjosastro, Hanifa. 2007).

B. ETIOLOGI
Progesteron dan estrogen turun selama 2-3 hari Setelah bayi lahir dan placenta
lahir, oleh karena itu hipotalamus yang menghalangi keluarnya hormon prolactin waktu
hamil, dan sangat di pengaruhi oleh hormon yang tidak di keluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolactin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar
mammae terisi air susu, tetapi untuk mengeluarkannya di butuhkan rangsangan
menghisap yang menyebabkan sel-sel mioepitel, dan reflek ini akan timbul jika bayi
menyusu.pada permulaan masa nifas, bayi belum dapat menyusu dengan baik dan
apabila kelenjar ini tidak segera di kosongkan dengan sempurna akan menyebabkan
terjadinya benduingan ASI (Wiknjosastro, Hanifa. 2002).

C. TANDA DAN GEJALA


Mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, suhu badan tidak naik. Putting susu
bisa mendatar dan hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu. Kadang kadang
pengeluaran susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena
serta pembuluh limfe (Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Ibu biasa mengeluh payudara bengkak, keras, panas dan nyeri (Mochtar, Rustam.
1998). Kadang juga diikuti peningkatan suhu tubuh (Manuaba, IBG. 1998).

D. PENANGANAN
Penanganan pembendungan ASI dilakukan dengan jalan menyokong mamae dengan
kutang dan memberikan analgetika. Sebelum bayi menyusu, pengeluaran ASI dengan pijatan
yang ringan dapat diusahakan, kadang kadang perlu diberikan Stilbestrol 3x1/hari selama 2-
3 hari untuk sementara waktu, untuk mengurangi pembendungan dan memungkinkan ASI
dikeluarkan dengan pijatan (Wiknjosastro, Hanifa. 2007).
Menurut Saifuddin, AB (2002), penanganan pada bendungan ASI adalah :
1) Menyusui
Jika ibu menyusui dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu dengan
tangan dan pompa
Jika bayi menyusui dan bayi mampu menetek :
Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap kali meneteki
Berikan penyuluhan cara meneteki yang baik
Mengurangi nyeri setelah meneteki :
Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat
Pijat punggung dan leher
2) Memeras susu cara manual sebelum meneteki dan basahi putting agar bayi mudah
menetek
Gunakan bebat atau kutang
Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
Terapi Paracetamol 500 mg/oral
3) Tidak menyusui
Jika ibu tidak meneteki berikan bebat dan kutang ketat
Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri
Hindari pijat atau kompres hangat
Berikan Paracetamol 500 mg/hari
Evaluasi 3 hari
MANEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

I. PENGKAJIAN
Tgl MRS Jam :
Tgl Pengkajian Jam :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a) Nama istri dan suami
Dikaji untuk menjalin keakraban antara bidan dan pasien, serta mengetahui status pasien
(Varney, (2007) : 153).
b) Umur istri
Dikaji untuk mengetahui berapa usia ibu yang wajar telah melahirkan dan termasuk usia
resiko atau tidak dalam melahirkan (Varney, (2007) : 153).
c) Pekerjaan istri dan suami
Untuk mengetahui tingkat penghasilan istri dan suami sehingga dapat diprediksi dalam
pemenuhan nutrisi dan kebutuhan bayi (Varney, (2007) : 153).
d) Agama
Untuk mengetahui tingkat kepercayaan/ tradisi dari suatu agama tentang masa nifas
(Varney, (2007) : 153).
e) Suku bangsa
Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi pasien sehingga mempengaruhi HE yang
diberikan terutama dalam bahasa (Varney, (2007) : 153).
f) Pendidikan suami dan istri
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang pasien sehingga mempengaruhi HE
yang diberikan, terutama pendidikan istri (Varney, (2007) : 153).
g) Alamat
Untuk mengetahui dimana lokasi tempat tinggal pasien sehingga dapat dipantau setiap
saat dan memprediksi jauh/tidak saat kunjungan rumah yang dilakukan oleh
bidan (Varney, (2007) : 153).
h) Status perkawinan
Untuk mengetahui jarak melahirkan dengan pernikahan, apakah terjadi perkawinan yang
sah/ tidak yang dapat mempengaruhi psikis klien. Usia saat perkawiann untuk
mengetahui apakah usia saat kawin alat-alat reproduksinya sudah matang/belum
mempengaruhi resiko terjadi tanda bahaya nifas (Varney, (2007) : 153).
2. Keluhan Utama
a) Nyeri perut/mules
Diakibatkan intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volum intravterin yang sangat
besar. (Bobak, 2004 : 493)
b) After Pain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan
nyeri yang bertahan sepanjang masa awal perindum. Rasa nyeri setelah melahirkan ini
lebih nyata selain ibu melahirkan di tempat terus terlalu teregang (misalnya pada bayi
besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini
karena ke-2nya merangsang kontraksi uterus.(Bobak, 2004:493)
c) Nyeri Luka Perineum
Akibat luka episiotomi/laserasi jalan lahir. (Bobak, 2004:496)
d) Deuresis Pascapartum
Diakibatkan oleh penurunan kadar esterogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada
tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volum darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.Kehilangan cairan melalui
keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan BB sekitar 2,5 kg
selama masa pascapartum. (Bobak, 2004:498)
e) Keinginan berkemih menurun
Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina,
atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Penurunan berkemih,
seiring deurisis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih yang muncul
segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebihan karena
keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. (Bobak, 2004:498)
f) Tertundanya Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal
masa pascapartum atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defikasi,
nyeri dirasakan di perineum akibat episiotomi. Laserasi, atau hemaroid. Kebiasaan buang
air yang beratur perlu dicapai kembali ke normal.(Bobak, 2004:498)
g) Diaforesis (Keluar keringat secara berlebihan)
Merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. (Bobak, 2004:498)

3. Riwayat Keluhan Utama


P : Provokatif/Paliatif
Apa yang menyebabkan gejala dan apa saja yang dapat mengurangi atau memperbaiki
gejala.
Q : Quality
Bagaimana gejala dirasakan, nampak/terdengar sejauh mana pasien merasakannya
sekarang.
R: Regional
Dimana gejala terasa.
S : Skala keadaan
Seberapa parah yang dialami klien.
T : Timing
Waktu, sejak kapan keluhan terjadinya dan sampai kapan.
(Varney, (2007) : 153).

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi yang lalu


Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi sebelumnya yang
nantinya mempengaruhi kemampuan ibu dalam perawatan bayinya.

5. Riwayat Persalinan dan Keadaan bayi


Untuk mengetahui persiapan ibu dan keluarga dalam menyambut kelahiran bayinya dan
tingkatan fase ke fase.

6. Keadaan air ketuban dan placenta


Untuk mengetahui apakah bayi/janin dalam keadaan baik atau distrees sehingga
memudahkan petugas dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat dan apakah
bayi mengalami kelainan atau tidak.
7. Keadaan bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin, tingkat adaptasi bayi, hidup/mati, BB/PB, dan apakah
ada kelainan atau tidak.
8. Kebutuhan sehari-hari
a. Untuk mengetahui pola nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat/tidur, aktivitas/senam nifas,
personal hygiene, dan hubungan seksual yang nantinya berhubungan/mempengaruhi
masa nifas.
b. Untuk mempermudah petugas dalam memberikan HE pada klien tentang kebutuhan
sehari-hari.
9. Riwayat Psikososial
Untuk mengetahi psikis ibu yang nantinya berhubungan dengan rasa takut untuk
mengasuh dan membesarkan anak, serta ancaman pada gaya hidup yang dijalani jika
menjadi orang tua dan kemampuan ibu dalam perawatan dan rencanakan membesarkan
bayi/anaknya.
10. Latar Belakang Sosial Budaya
Untuk mengetahui tentang pemikiran dan tradisi yang dilakukan/dianut ibu tentang masa
nifas, seperti : adakah pantangan/tidak serta bagaimana penerimaan dan dukungan
keuarga dalam kehadiran bayinya yang nantinya berhubungan dengan perawatan pada
bayi yang dilakukan oleh ibu serta proses penyembuhan ibu.
11. Pengetahuan dan Kemampuan Ibu
Untuk mengetahui kemampuan ibu dalam perawatan diri sehabis melahirkan, perawatan
bayi, tali pusat, memandikan bayi, cara menyusui, perawatan perineum, hubungan
seksual, kunjungan ulang, tanda-tanda bahaya nifas dan bayi serta rencana pemakaian
KB. Sehingga mempermudah bidan dalam memberikan HE dan anjuran kepada klien
dan klien juga lebih kooperatif dalam menangani tanda-tanda bahaya yang terjadi.

B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : Untuk mengetahui keadaan umum dan kesadaran ibu.
Komposmentis : Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan
Apatis : Acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya.
Somnolen : Kesadaran yang lebih rendah ditandai dengan tampak mengantuk,
tidak responsive terhadap rangsangan yang kuat.
Sopor : Tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetap masih
memberikan respon sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya reflek pupil
terhadap cahaya yang masih positif
Koma : Tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun
sehingga reflek pupil terhapat cahaya tidak ada.
Delirium : Tingkat keadaran yang paling bawah ditandai dengan disorientasi
yang sangat inaktif, kacau, salah persepsi terhadap rangsangan seksorik
2) Pemeriksaan TTV
Tekanan darah
Terkadang ditemukan hipertensi post partum, tetapi ini akan menghilang dengan
sendirinya bila tidak terdapat penyakit lain yang menyertainya. N : 110/70-120/80
mmHg. (Bobak, 2004:501)
Nadi
Normal 60-80 x/mnt. Segera setelah partus, terjadi bradikardia. Nadi cepat/takhikardia
terhadap pada ibu yang nervous, yang banyak kehilangan darah, atau persalinan
lama. (Bobak, 2004:501)
Suhu
Setelah partus dapat naik 0,5oC dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38oC. Setelah
12 jam melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38oCkemungkinan terjadi infeksi. Normal 36,5oC 37,5oC . (bobak, 2004 : 301)
RR
Normal dewasa 16 20 x/mnt
Takpinea bila pernafasan lebih dari 24 x/mnt
Bradipnea bila pernafasan kurang dari 10 x/mnt
3) Pemeriksaan fisik
Kepala
Rambut yang kering, rapuh dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya
kemungkinan kekurangan gizi.
Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur, menunjukkan adanya mainutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
Kerontokan rambut dapat terjadi akbita penyakit kulit kepala, gangguan fungsi tubuh
seperti demam, pemberian anestesi atau pengobatan kemotrapi
Wajah
Cloasma gravidarium terjadi akibat peningkatan hormone pada saat hamil
Mata
Normal warna sklera adalah putih, terdapat gambaran tipis pembuluh darah, sclera
berwarna coklat kemungkinan perokok, sclera kuning (ikterik) kemungkinan terjadi
kelainan hepar, dan jika sclera berwarna merah kemungkinan infeksi.
Normal warna kongjungtiva adalah merah muda, jika berwarna putih (pucat)
kemungkinan anemia.
Apabila warna kornea tampak keruh kemungkinan terdapat radang.
Warna putih pada pupil menunjukkan adanya katarak.
Hidung
Adalah polip, sianosis, secret/ingus.
Mulut
Labioskisis (bibir sumbing), labio palatoskisis (sumbing sampai palatum) atau tidak
Bibir kering, pucat menunjukkan adanya nyeri atau kurangnya asupan cairan.
Telinga
Warna membran timpani putih mengkilat, jika berwarna merah kemungkinan terdapat
peradangan.
Leher
Jika ada bendungan/benjolan abnormal kemungkinan terjadi kelainan/gangguan kelenjar
limfe/ tiroid
Pemeriksaan Dada/Payudara
Kemerahan, bengkak menunjukkan terjadi mastitis atau bendungan ASI, mengetahui
apakah kolostrum sudah keluar/belum (bermanfaat bagi kekebalan tubuh bayi), apakah
ada tumor.
Abdomen
Adakah riwayat pembedahan SC yang berhubungan dengan proses persalinan yang
telah dilaksanakan.
Setelah persalinan dinding perut longgar karena direnggang begitu lama, biasanya putih
dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan adem.
TFU segera setelah placenta lahir kira-kira 2 jari dibawah pusat.
Hari ke-5 post partum kira-kira 7 cm atas symphysis atau sympisis pusat
Setelah 12 hari uterus tidak teraba lagi diatas sympisis.
Genetalia
Biasanya masih keluar Lochea
Terdapat bekas jahitan episiotomy
Ekstremitas
Thromboflebitis perluasan/invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran
darah sepanjang vena dan cabang-cabangnya.
Flegmasia Alba Dolens (Thromboflebitis Femulalis),tanda-tandanya yaitu satu kaki
biasanya kaki kiri, Kaki sedikit fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, Lebih
panas dari kaki satunya, Paha bagian atas terasa tegang dan keras, Nyeri hebat pada
paha dan lipat paha, Nyeri pada betis (tanda homan).
4) Pemeriksaan Penunjang

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Dx : Pxxxx (aterm, preterm, abortus, hidup) post partum hari ke .... dengan keluhan.....
Ds : Untuk mengetahui data-data dari klien, seperti : keluhan yang dirasakan, kelahiran,
dan aktifitas yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang dapat mendukung
diagnosa.
Do : Berisi hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu, meliputi : TTV, TFU,
Lochea, Pemeriksaan fisik (payudara, abdomen, perineum), dll yang dapat
mendukung diagnosa.
Kebutuhan Post Partum
Untuk mengetahui kebutuhan ibu setelah melahikan dalam pemberian HE sehingga bidan
mudah dalam memberikan HE.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


1) Infeksi
2) Subinvolusi uterus
3) Perdarahan kala nifas sekunder
4) Flegmasia alba dolens infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena
femoralis
5) Keadaan abnormak pada payudara : bendungan ASI, mastitis dan abses mamae
(Manuaba, (2007) : 317)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Untuk mengetahui langkah-langkah atau tindakan selanjutnya apabila terjadi masalah
potensial (Varney, (2007) : 153).

V. INTERVENSI
Tanggal : - Jam :
1) Tujuan Jangka Panjang
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 minggu diharapkan ibu mengerti dan faham
tentang keadaan masa nifas dengan criteria hasil :
K (pengetahuan) :-
A (emosinya) :-
P (tingkah laku) :-
P (perubahan fungsi tubuh) : -
2) Tujuan Jangka Pendek
Setelah dalakukan asuhan kebidanan selama 1x 60 menit diharapkan ibu mengerti dan
faham dengan kriteria hasil :
K (pengetahuan) :-
A (emosinya) :-
P (tingkah laku) :-
P (perubahan fungsi tubuh) : -

VI. PLANNING
Rencana asuhan yang akan diberikan pada klien.
( Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 2, Varney : 104)

VII. IMPLEMENTASI
Tgl/ jam Tindakan paraf

VIII. EVALUASI
Tanggal : - Jam :
S (subyaktif) : Mengganbarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah I Varney.
O (obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A (assessment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subyektif dan obyektifdalam suatu identifikasi:
a. Diagnosis/ masalah
b. Antisipasi diagnosis/ masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi
dan/ atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
P (plan) : Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan (1) dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
( Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1, Varney : 36 )

You might also like