You are on page 1of 15

Pneumonia

1. Defenisi
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK
Unsri Palembang, 2000).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar
alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit ( Doenges & Moorhouse, 2000 : 67 )
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh
bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling
sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007).

2. Klasifikasi

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di


Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan
tiga klasifikasi pneumonia.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
I. Pneumonia komuniti
II. Pneumonia nasokomial
III. Pneumonia aspirasi
IV. Pneumonia pada penderita immunocompromised
b. Berdasarkan penyebab
I. Pneumonia bakteri/tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja,
dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien
yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita
penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem
kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut,
dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum
sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran
nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu),
infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia
disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat
terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi
menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita
alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza, pneumonia
atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.

II. Pneumonia akibat virus


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal
dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36
jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit,
terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan
berwarna hijau atau merah tua.
III. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah.
c. Berdasarkan predileksi infeksi
I. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
II. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita
pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya,
tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh.

3. Etiologi

a. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus


Influenza dan staphilococcus aureus.
b. Jamur : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes
dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
c. Virus : Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus,
Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia trachomatis,
Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis carinii.
d. Kimiawi : Aspirasi hidrokarbon alifatik. (Rudolph.2007)
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial
pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia :
Umur di bawah 2 bulan
Tingkat sosioekonomi rendah
Gizi kurang
Berat badan lahir rendah
Tingkat pendidikan ibu rendah
Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah
Kepadatan tempat tinggal
Imunisasi yang tidak memadai
Menderita penyakit kronis.
4. Patofisiologi
Pneumonia merupakan penyebabkan utama pneumonia. Pneumococcus masuk
ke dalam paru melalui jalan pernapasan secara percikan (droplet). Proses radang
pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti : kapiler melebar
dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah
banyak, beberapa neutrofil dan makrofag, (2) Stadium hepatisa merah, lobus dan
lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi
merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit
neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung
sangat pendek, (3) Stadium hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat dan warna
merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin,
Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler
tidak lagi kongestif, (4) Stadium resolusi eksudat berkurang. Dalam alveolus
makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin
di reabsorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda
dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak bercak dengan
distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium khas ini
tidak terlihat (Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.1985)

5. WOC
Inhalasi Aspirasi Tirah baring lama

Bakteri/virus

Peradangan alveolus
Nyeri Suhu tubuh meningkat
(parenkim paru)

Ekstrapasasi cairan sirosa MK : Risiko tinggi


ke dalam alveoli kekurangan cairan

Terbentuknya eksudat Produksi sputum


dalam alveoli meningkat

O2 ke vena alveolar kapiler


terhambat Sputum bau dan kental

Anoreksia
Kerusakan jaringan
Hipoksemia
paru

MK : Gangguan
pemenuhan
MK : Gangguan nutrisi
pola nafas

MK : Bersihan
jalan nafas tidak
efektif

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala berupa :
1. Batuk nonproduktif
2. Ingus (nasal discharge)
3. Suara napas lemah
4. Retraksi intercosta
5. Penggunaan otot bantu napas
6. Demam
7. Ronchii
8. Cyanosis
9. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
10. Batuk
11. Sakit kepala
12. Sesak nafas
13. Menggigil
14. Berkeringat
15. Lelah.

7. Penatalaksanaan
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat
badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastirk dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1. Untuk kasus pneumonia communiti base :
Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali
pemberian
Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali
pemberian
2. Untuk kasus pneumonia hospital base :
1) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada
mungkin bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
penyakit paru yang ada.
c. JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe
organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus,
A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.
e. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
f. LED
Meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain
menurun, mungkin terjadi perembesan.
h. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik
sel raksasa.

9. Komplikasi
1. Abses paru
2. Efusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolik
11. Dehidrasi
12. Penyakit multi lobular
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pneumoni

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.
Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan data, penganalisaan data, perumusan
masalah dan diagnosa keperawatan.

a. Data dasar pemeriksaam :


1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat gagal jantung kronis

Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

3. Integritas Ego

Gejala : banyak stressor, masalah finansial

4. Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM

Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan


turgor buruk, penampilan malnutrusi

5. Neurosensori

Gejala : sakit kepala bagian frontal


Tanda : perubahan mental

6. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia

7. Pernafasan

Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan


dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal

Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen

Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural

Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial

Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi

Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku

8. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin


pada kasus rubela / varisela

9. Penyuluhan

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

b. Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empisema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul.
GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya
pneumonia bakterial.
Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosa organisme
khusus.
LED : meningkat
Pemeriksaan fungsi paru
Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah.

Prioritas Masalah
Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan
Mencegah komplikasi
Mendukung proses penyembuhan
Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan pengobatan.

2. Diagnosa
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat
dalam alveoli.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler.
3) Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
4) Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.
5) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi,
muntah)

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya
eksudat dalam alveoli.
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai
bersihan jalan napas.
Menunjukkan jalan napas paten dengan napas
bersih, tak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada.
Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat arena penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi napas adventisus, misal : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat
terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi
terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons
terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan
napas/obstruksi.
3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif
sementara posisi batuk tinggi.
Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/
jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan
dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam
dan lebih kuat.
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena
batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air
hangat, daripada dingin.
Rasional : Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
sekret
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan
tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi
pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah
karena batuk, pengeluaran sputum.
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi
sekret.
Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan
humudifikasi.
Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan
memobilisasi sekret.
Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan
memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan
Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan
mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah
atelektasis.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolar-kapiler.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tak ada gejala distress pernapasan.
Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
Rasional : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk
efektif.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas
senggang.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4) Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi banyaknya jumlah sputum
merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea
berat, gelisah
Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada
pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Marylinn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice. C. Geissler. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/pneumonia.
Juall, Lynda Capernito. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 1996. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1996. Media
Aesculapius : Jakarta.
Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada An ak Edisi. I Jakarta : EGC
Roudelph, ( 2007 ) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pneumonia

Puskesmas Perkotaan Rasima Ahmad

OLEH :

Veni Irma Sari

15103084109022

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes PERINTIS SUMBAR

T.A 2015/2016

You might also like