Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari : Senin
Tanggal : 17 April 2017
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
ii
PENGESAHAN
Penguji. Utama
Rasdi S.Pd.,M.H
NIP. 196406121989021003
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 17 April 2017
Yang menyatakan
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bertakwallah kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah perbuatan
jahat itu dengan kebaikan supaya terhapus kejahatan, dan bergaullah dengan
sesama manusia dengan budi baik (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
Semarang.
2. Dr. Rodiyah, S,Pd, S.H, M,Si, Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang
4. Rasdi, S.Pd. M.H., Wakil Dekan 2 Bidang Umum dan Keuangan Fakultas
vii
6. Dr. Indah Sri Utari, S.H.,M.Hum Dosen Pembimbing 1 yang telah
Semarang
9. Orang tuaku tercinta Ayahanda Soim Pranoto,S.Pd. dan Ibu Muntini yang
perkuliahan.
12. Temanku di Penal Study Club kepengurusan tahun 2016, Hanif, Susilo,
teman-teman di UKM Lex Scientia, Reza, Roihana, Adi, Alef, Rini, Devi,
viii
Didik, Aji, Arvian, dan teman-teman lainya yang tidak bisa penulis
tuliskan semua.
13. Seluruh Pihak pada Pengadilan Negeri Ungaran yang telah memberikan
skripsi ini.
adanya kritik dan saran dari semua pihak, semoga skripsi dapat bermanfaat dan
Semarang,
Penulis,
ix
ABSTRAK
Azam Zaini Mukhtar. 2017. Eksistensi Syarat Khusus pada Penjatuhan Pidana
Bersyarat dalam Upaya Mewujudkan Tujuan Pemidanaan Terhadap Anak (Studi
di Pengadilan Negeri Ungaran). Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum Universitas
Negeri Semarang, Pembimbing 1 Dr. Indah Sri Utari S.H.,M.Hum, 2.Cahya
Wulandari S.H.,M.Hum.
Kata kunci: Syarat Khusus,Pidana Bersyarat,Anak,
Penjatuhan pidana atau pengenaan tindakan kepada anak pada hakikatnya
selalu mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi Anak, untuk itu jenis pidana
yang dapat dijatuhkan telah diatur secara khusus didalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 salah satunya adalah ketentuan pidana bersyarat yang mengatur
Hakim harus memberikan syarat umum dan syarat khusus kepada anak selama
masa percobaan. Namun pada praktiknya di Pengadilan Negeri Ungaran dalam
beberapa putusan Hakim yang menjatuhkan pidana bersyarat, tidak semuanya
memberikan syarat khusus kepada Anak
Permasalahan dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana pertimbangan hakim
dalam memberikan syarat khusus pada penjatuhan pidana bersyarat kepada anak?,
(2) Bagaimana kedudukan syarat khusus pada penjatuhan pidana bersyarat dalam
upaya mewujudkan tujuan pemidanaan terhadap Anak di Pengadilan Negeri
Ungaran?
Metode penelitian skripsi ini menggunakan metode pendekatan yuridis
sosiologis, dengan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan jenis
data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer yang berupa hasil
wawancara sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pelengkap. Adapun
teknik pengumpulan data dalam skripsi ini dengan wawancara dengan Hakim
Anak yang menjatuhkan pidana bersyarat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertimbangan hakim dalam
memberikan syarat khusus didasarkan pada pertimbangan yuridis dan non yuridis.
Terdapat pertimbangan yang berbeda dalam memberikan syarat khusus yaitu yang
pertama didasarkan atas berat ringanya perbuatan dan kedua didasarkan pada
upaya perbaikan perilaku anak di masa depan. Kedudukan syarat khusus yaitu,
sebagai fungsi special prevention dan general prevention dan harus dicantumkan
didalam putusan perbedaan kedudukan perbedaan merupakan berat ringanya
pidana, pemberian syarat khusus diberikan dengan cara memberitahukan kepada
orang tua.
Simpulan dalam penelitian ini terdapat pertimbangan yang berbeda oleh
Hakim dalam memberikan syarat khusus yaitu sebagai sarana perbaikan dan berat
ringanya perbuatan, belum terdapat kesamaan terkait kedudukan syarat khusus
dikarenakan pandangan yang berbeda dari hakim tentang syarat khusus. Saran
pertimbangan syarat khusus didasarkan untuk kepentingan terbaik bagi anak,
hakim harus mencantumkan syarat khusus terkait dengan pengawasan dan
pembimbingan oleh Jaksa dan Pembimbing Kemasyarakatan.
x
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. x
xi
2.4 Dasar dan Teori tentang Tujuan Pemidanaan .................................... 21
2.6 Tinjauan Umum tentang Anak dan Pemidanaan terhadap Anak ....... 54
BAB V PENUTUP
xii
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
pelanggaran terhadap tata hukum atau norma yang telah di atur dalam hukum
pidana. dalam hukum pidana reaksi atas pelanggaran tersebut dikenal sebagai
sanksi. Adanya sanksi di dalam hukum pidana adalah berfungsi salah satunya
adalah sebagai alat pencegahan sesuai dengan fungsi hukum yaitu social
sengaja di bebankan kepada pelaku tindak pidana oleh alat-alat negara dalam
hal ini adalah hakim di pengadilan. Dalam perkembangan ilmu hukum pidana,
menjadi salah satu persoalan penting. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Muladi
(1984:21), khusus mengenai masalah pidana sebagai salah satu masalah pokok
hukum pidana, persoalan yang sangat penting ialah mengenai konsep tujuan
pemidanaan, yang ingin mencari dasar pembenaran dari pidana, sebagai usaha
itu sendiri, begitu pula seharusnya pemidanaan kepada Anak pelaku tindak
1
2
bertanggung jawab dalam kehidupanya kelak. Hal inilah yang menjadi dasar
pidana yang dilakukan oleh anak yaitu Undang-Undang nomor 11 Tahun 2012
sistem peradilan anak yang telah berlaku selama empat tahun di Indonesia
internasional hak anak. Komite Hak Anak (Committee on the Rights of the
peradilan pidana yang dipisahkan secara khusus bagi anak sehingga anak
dapat menikmati perlindungan hukum (due process) dan hak asasi yang
melekat padanya. Pemisahan ini menjadi conditio sine quanon karena mereka
menyimpang dari aturan umum hukum materil dan formil pidana di Indonesia
3
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Hukum Acara Pidana.
Ketentuan hukum acara ini berbeda mulai dari tingkat penyidikan hingga
pembinaan setelah anak menjalani pidana. selain itu dari segi ketentuan
hukum materil terdapat sanksi pidana dan tindakan (Maatregel) yang berbeda
diversi pada setiap tahap peradilan yang harus diutamakan untuk menghindari
anak dari penjatuhan pidana dan mencapai perdamaian antara anak dan korban
tindak pidana. akan tetapi jika proses diversi tersebut gagal dilaksanakan,
lainya. Salah satu diantaranya adalah pidana bersyarat. Pidana bersyarat dapat
dijatuhkan oleh hakim apabila masa pidana penjara yang dijatuhkan kepada
anak tidak lebih dari 2 (dua) Tahun. Dalam penjatuhan pidana bersyarat
4
tersebut hakim harus berpedoman kepada tata cara penjatuhan yang diatur
syarat umum yang bersifat wajib dan syarat khusus yang bersifat fakultatif
syarat umum dan syarat khusus tersebut adalah kumulatif. Artinya, Dalam
rentang waktu antara tahun 2014 sampai dengan 2016. Pengadilan Negeri
bersyarat disertai syarat umum dan syarat khusus yang ditetapkan di dalam
tersebut antara ada dan tiada. Dari permasalahan tersebut, yang menarik untuk
dianalisis dengan hukum yang berlaku serta tujuan dari pemidanaan yang
Anak.
untuk membuat arah penelitian ini lebih fokus, permasalahan di dalam skripsi
atas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Ungaran
berikut :
selanjutnya
Bagian awal skripsi ini terdiri atas sampul, lembar judul, lembar
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
Bagian Pokok dari skripsi ini terdiri 5 (Lima) Bab sebagai berikut,
Penulisan.
yang berkaitan dengan judul skripsi ini, dan landasan teori yang
berpikir.
kepada anak
terhadap anak
Di bagian akhir skripsi ini terdiri dari Daftar Pustaka dan Lampiran-
lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
11
12
anak, oleh karena itu penelitian ini memiliki perbedaan permasalahan dan
b. Penelitian yang dilakukan oleh Sumadi dalam Jurnal Ilmu Hukum Legal
pidana bersyarat sudah sejalan dengan tujuan peradilan anak, serta dampak
bersyarat pada anak sudah sejalan dengan teori tujuan peradilan anak,
perbedaan permasalahan dan objek kajian yang akan diteliti dari penelitian
sebelumnya.
berada; Keberadaan
yaitu, berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul,
proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal
kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari,
melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti,
potensi-potensinya
Sebagai kelanjutan dari teori Receptie Exit dan teori Reception A Contrario
yang dikemukakan oleh Ichtijanto S.A yang menegaskan bahwa hukum Islam
Indonesia.
nasional Indonesia.
hukum Menurut Sukamto Satoto (2004:4), sampai saat kini tidak ada satupun
tulisan ilmiah bidang hukum, baik berupa buku, disertasi maupun karya
Sukamto Satoto diatas yaitu kedudukan dan fungsi hukum atau fungsi suatu
diberikan oleh negara kepada seseorang yang telah melakukan suatu tindak
pidana ini disebut sebagai Tindak Pidana (straftbaar feit). (Chazawi, 2012:24-
25)
Menurut Adami Chazawi, Pidana berasal dari kata straft (belanda), yang
adakalanya disebut dengan istilah hukuman, istilah pidana lebih tepat dari
khusus dari kata pidana yang membedakanya dengan makna kata hukuman.
dengan hukuman telah dikutip oleh Muladi dan Barda Nawawi Arief sebagai
offence.
Definisi lain dari pidana secara khusus yang diusulkan oleh Garland
hukum dimana merupakan suatu celaan dan sanksi terhadap pelanggar hukum
pidana sesuai dengan kategorisasi dan aturan hukum yang telah ditetapkan).
17
sejak sangat lama sekali hingga sekarang masih terdapat perbedaan tentang
definisi pidana seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam pandangan teoritis
pun, bila dikaji akan terlihat bahwa konsep-konsep tersebut pada dasarnya
adalah bagian dari tujuan yang ingin dicapai dalam pemidanaan. Karenanya
satu kata kunci dari ciri pidana. Dalam ilmu hukum pidana, menurut Sudarto
(1990:10) Penjatuhan pidana oleh Negara atau ius poenale ini haruslah sesuai
dengan apa yang disebut dengan ius puniendi yaitu hak yang diberikan
ditetapkan
jenis-jenis pidana di dalam Pasal 10 KUHP tersebut juka berlaku untuk delik
18
Adapun penjelasan dari jenis pidana yang diatur didalam pasal 10 KUHP
1. Pidana Mati
2. Pidana Penjara
(Lapas).
Secara umum, Pidana penjara dapat dijatuhkan paling pendek satu hari
atau paling lama lima belas tahun berturut-turut. Akan tetapi hakim boleh
yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana seumur
hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu. Batasan waktu 15 (lima
3. Pidana Kurungan
perbedaanya adalah batas waktu minimal satu hari dan maksimal satu
lama satu tahun empat bulan. Pidana kurungan di ancamkan pada tindak
kerja dalam pidana kurungan lebih ringan dari pada pelaksanaan pidana
penjara
4. Pidana Denda
sejumlah uang yang ditetapkan oleh hakim dengan aturan besaran yang
5. Pidana Tutupan
Undang Hukum Pidana, pidana pokok merupakan salah satu pidana yang
6. Pidana Tambahan
dan kurungan lamanya minimal dua tahun dan maksimal lima tahun
21
tertentu.
hukum pidana yang praktis dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan dan
persepsi masyakat tentang hak asasi manusia. Lebih lanjut di dalam buku
bahwa Khusus mengenai masalah pidana sebagai salah satu masalah pokok
hukum pidana, persoalan yang sangat penting ialah mengenai konsep tujuan
pemidanaan, yang ingin mencari dasar pembenaran dari pidana sebagai usaha
luas teori-teori tentang tujuan pemidanaan ini, maka titik tolak pembahasan
klasik, aliran modern dan aliran neo klasik. aliran aliran yang dimaksud
1. Aliran Klasik
yang arbitrair pada abad XVIII di prancis dan inggris yang banyak
belaka terlepas dari orang yang melakukanya. Jadi aliran ini ingin
23
(Setiady, 2010:36)
pemidanaanya.
propter malum actionis (an evil to be inflicted because an evil has been
commited). Karena pada dasarnya kriteria berhasil dari model seperti ini
kompensasi atas kejahatan yang telah dilakukan. Hal yang nyata dikutip
2011:51)
pada tiga tiang. Pertama, asas legalitas yang menyatakan bahwa tidak
Kedua, asas kesalahan yang berisi bahwa orang hanya dapat dipidana
Ketiga atau yang terakhir adalah asas pembalasan yang sekuler yang
2. Aliran Modern
telah dilakukan oleh pelaku, maka pada pusat perhatian pada aliran
modern ini adalah pelaku itu sendiri. Aliran ini juga disebut aliran
pelaku.
dari kejahatan. Tujuan ini berpegang pada postulat le salut du people est
Aliran ini sering juga disebut aliran positif karena dalam mencari sebab
Kalau toh digunakan istilah pidana, maka, menurut aliran ini, pidana
resosialisai pelaku.
2014:28)
posisi pidana adalah tetap. Maka pandangan ini, telah mengawali era
19. Pokok dari aliran ini adalah, penolakan dari pidana yang dirasakan
penal code 1791. Yang kemudian diperbaiki pada tahun 1810. Dalam
Tujuan pidana dan tujuan hukum pidana adalah dua hal yang berbeda.
Kendatipun demikian, tujuan pidana tidak terlepas dari aliran dalam hukum
pidana. Jika aliran-aliran dalam hukum pidana yang mendasari tujuan pidana
terdiri dari aliran klasik, aliran modern dan neoklasik, maka tujuan pidana
secara garis besar juga terbagi menjadi tiga, yakni teori absolut, teori relative
pengertian hukum pidana subjektif atau ius puniendi. Teori-teori ini mencari
dan menerangkan tentang dasar dari hak Negara dalam menjatuhkan dan
berikut,
29
Teori absolut lahir pada aliran klasik dalam hukum pidana. Menurut teori
perkosaan pada hak dan kepentingan hukum yang telah dilindungi. Vos
tegen het eind det 18e euuw opkomen, zoeken de rechtsgrond van de
kejahatan. Penganut dari teori ini adalah diantaranya adalah Kant, Hegel,
suatu akibat yang wajar, yang timbul daru setiap kejahatan. Adapun
mengenai tujuan yang ingin dicapai dengan pemidanaan itu sendiri tidak
kesejahteraan masyarakat;
pidana;
dalam arti harus ada keseimbangan antara perbuatan dan pidana. Maka
2. Teori Utilitarian
sebagai berikut,
32
masyarakat;
pencegahan kejahatan
kesejahteraan masyarakat.
istilah prevensi special dan prevensi general atau sering juga digunakan
akan memberikan rasa takut kepada orang lain untuk tidak berbuat jahat.
33
tindak pidana lagi. Ini berarti pidana bertujuan agar si terpidana itu
berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat.
Teori tujuan pidana serupa ini dikenal dengan sebutan reformation atau
memperbaiki dirinya.
memasukan juga dalam golongan teori relatif ini apa yang disebutnya
daya untuk mengamankan (de beveil igende werking). Dalam hal ini
penjahat tersebut berada didalam penjara daripada kalau dia tidak dalam
penjara.
35
3. Teori Gabungan
dikemukakan diatas, yaitu teori absolut dan teori relative, ada teori ketiga
dari pidana dan bahwa beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu
masyarakat.
sifat umum dari pidana, tetapi bukan tujuan dari pidana sebab
oleh Hiariej (2005:34) bahwa, Vos secara tegas menyatakan bahwa selain
teori absolut dan teori relatif juga terdapat kelompok ketiga yang disebut
perlindungan masyarakat.
4. Teori Kontemporer
teori-teori baru yang disebut dengan teori kontemporer. Bila dikaji lebih
mana perbuatan yang buruk. Tujuan pidana yang lain adalah rehabilitasi.
Artinya, pelaku kejahatan harus diperbaiki kearah yang lebih baik, agar
korban atau pelaku dan pihak lain yang terkait untuk mencari
dalam penjatuhan pidana, yang dalam hal ini tidak terlepas dari nilai-nilai
sosial budaya yang dihayati oleh para sarjana tersebut (Priyatno, 2013:22).
Maka dalam hal ini para sarjana berbeda pendapat tentang tujuan
dari teori-teori pemidanaan yang dianut oleh para sarjana. Hal ini seperti yang
pidana sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu, maka sudah barang tentu
dengan bertolak atau berorientasi pada tujuan itu dapat diterapkan cara,
oleh LPHN pada tahun 1972 dirumuskan dalam pasal 2 sebagai berikut:
Pancasila
pemidanaan menjadi sangat kompleks sebagai akibat dari usaha untuk lebih
baik yang menyangkut dampak yang bersifat social. Pendekatan semacam ini
a. Alasan Sosiologis
(Muladi, 2008:54)
41
b. Alasan Ideologis
maka di dalam alasan ideologis akan dibahas sampai berapa jauh filsafat
c. Alasan Yuridis-Filosofis
bahwa hanya ada dua tujuan utama dari pemidanaan, yakni pengenaan
bahwa tidak ada satupun tujuan pemidanaan bersifat definitive, maka teori
damages) yang diakibatkan oleh tindak pidana. Hal ini terdiri dari
42
dalam Pasal 10 KUHP seperti halnya, Pidana Penjara, Denda, kurungan, dan
Pidana mati. Pidana Bersyarat bukan merupakan jenis pidana atau Straftsoort.
kepada pelaku tindak pidana. hal ini dinyatakan oleh Prof. Muladi (2008:62-
bersyarat yang terdapat di dalam Pasal 14a ayar (1),(2),(3),(4) dan (5) KUHP.
Sebagai berikut,
percobaan oleh hakim. Yaitu dalam waktu tersebut terpidana wajib untuk
didalam Pasal 14d. dijelaskan oleh Muladi (2008:64) pasal 14d KUHP
putusan. Kemudian didalam pasal 14d ayat (2) ditentukan bahwa untuk
pejabat negara
Dilihat dari keberadaan pelaku, maka ukuran ukuran bagi hakim dalam
2008:198-200) :
menyertai suatu kejahatan, riwayat dan perilaku pelaku tindak pidana, dan
psikologis. Di samping hal hal yang tersebut, maka ada faktor lain yang
secara eksplisit tujuan-tujuan yang akan dicapai dari pengenaan suatu jenis
pidana. Oleh karena hal tersebut, dalam tulisan ini penulis mengutip dari
pendapat para ahli hukum pidana tentang tujuan pidana bersyarat. Penerapan
(Muladi, 2008:197) :
agar anak dapat terhindar dari mengulangi perbuatan pidana yang pernah
48
masa depan
sebagai berikut:
bagi masyarakat.
didalam lembaga
lain atau menyimpang dari aturan khusus maka aturan umum tidak berlaku.
Maka dalam hal ini berlaku asas lex specialis derogat lex generalis.
50
beragama.
(Mulyadi 2014:170)
dengan syarat.
untuk paling singkat 7 (tujuh) jam dan paling lama 120 (seratus
sebagian kewajiban.
adalah tiga bulan dan paling lama dua tahun. Kemudian anak
54
kekuasaan orang tua, pengakuan sahnya anak, penyangkalan anak dan lain-
pertanggungjawaban pidana.
perundang-undangan di Indonesia,
tahun.
yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu tahun) dan belum
pernah kawin.
kandungan.
(delapanbelas tahun)
1 angka 1, Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) UU No. 3 Tahun
tahun.
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang
maka dalam skripsi ini definisi Anak yang digunakan adalah pengertian
pidana dan tindakan adalah setiap pelaku pidana, sesuai dengan situasi dan
kemanusiaan.
anak telah di atur jenis pidana dan tindakan yang telah diatur sedemikian
rupa sehingga berbeda dengan jenis pidana yang terdapat di dalam Kitab
anak diatur di dalam Bab V Pasal 69 Sampai dengan Pasal 81. Kemudian
Peradilan Pidana Anak diatur bahwa anak hanya dapat dijatuhi pidana atau
pidana, atau sanksi pidana dan tindakan maupun pemberian tindakan saja.
59
anak, tingkat usia anak, kondisi kejiwaan anak, serta masa depan anak
2010:217)
Adapun jenis jenis pidana bagi anak terdiri dari pidana pokok dan
Primaharsya 2015:88-92)
a. Pidana Peringatan
b. Pidana Bersyarat
dan pengawasan.
c. Pelatihan kerja
tahun.
d. Pembinaan
e. Penjara
Primaharsya 2015:91)
berat ringanya pemberian sanksi bukan hanya dilihat atau diukur secara
Oleh karena itu pertimbangan berat ringanya sanksi bukan hanya sebatas
2010:225)
pembalasan.
menyatakan bahwa:
2010:25).
dan kecuali tidak ada bentuk sanksi lain yang lebih tepat;
dalam penjatuhan sanksi terhadap anak, tujuan yang hendak dicapai adalah
Anak
peradilan anak dan menjadi standar perlakuan terhadap anak-anak yang berada
diberlakukan yang layak bagi usia dan status hukum mereka, serta
Prinsip umum dalam dokumen ini adalah setiap remaja atau anak yang
Primaharsya 2015:56)
hukum dan petugas lain yang relevan dari kedua jenis kelamin, harus
dilatih agar tanggap atas kebutuhan khusus anak dan agar terbiasa dan
(Djamil, 2014:60)
Resolusi PBB yang dikeluarkan pada tahun 1990 ini cukup rinci
Primaharsya, 2015:55)
70
KERANGKA BERPIKIR
Pidana Bersyarat
Teori Tujuan
(Pasal 73 UU No.11 Pemidanaan
Tahun 2012)
71
72
tidak mencantumkan syarat khusus yang wajib dilakukan atau tidak dilakukan
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu
alamiah.
berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
manusia, keadaaan atau gejala lainya sesuai dengan dasar jenis penelitian
yang telah diuraikan tersebut maka penelitian dalam skripsi ini diharapkan
73
syarat khusus pada penjatuhan pidana bersyarat bagi anak, dan kedudukan
Negeri Ungaran.
a. Data Primer
1. Responden
2. Informan
b. Data sekunder
undangan seperti:
Negeri Ungaran
tidak memuat syarat khusus dan 1 (satu) putusan tidak memuat syarat khusus.
3.5.1 Populasi
gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti. (Soemitro,
1988: 44). Ashshofa (2007: 79) menyatakan populasi yaitu keseluruhan dari
3.5.2 Sampel
secara tidak acak dan didasarkan dalam suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah
Sampel dari penelitian ini adalah Hakim Anak yang telah menjatuhkan
3.6.1 Wawancara
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2011: 330).
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
jalan:
pemerintahan; dan
dasar. Sedangkan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
diawali dengan mengelompokan data dan informasi yang sama menurut sub
terhadap sub aspek dan hubunganya satu sama lain, kemudian setelah itu
yang didakwakan merupakan konteks penting dalam putusan Hakim Anak karena
suatu tindak pidana apakah perbuatan Anak tersebut telah memenuhi dan sesuai
langsung akan berpengaruh besar terhadap amar putusan Hakim Anak. (Mulyadi,
2014:297)
dalam persidangan dan oleh Undang-Undang ditetapkan sebagai hal yang harus
81
82
mengenai unsur-unsur perbuatan pidana yang dilakukan oleh Anak. Pada putusan
yang digunakan oleh Hakim yaitu meliputi surat dakwaan, kesesuaian alat bukti
dan perbuatan, Tuntutan dari Penuntut Umum dan Pledoi dari penasihat hukum.
DAKWAAN
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2)
ke 1,2 KUHP jo 53 ayat (1) KUHP jo UU RI. No. 11 Tahun 2012;
Adapun Pasal 365 ayat (2) ke 1,2 KUHP jo 53 ayat (1) KUHP yang
1. Barangsiapa;
tertutup yang ada rumahnya atau di jalan umum atau di dalam kereta
mempertimbangkan segala alat bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum. Alat
sekitar pukul 22.00 Wib, para Terdakwa dan MNC, MZH, FH, ND,
perjalanan, motor yang berada pada posisi paling depan tidak menuju
memberitahu kalau ada orang lewat yang terlihat dari sorot lampu
tersebut;
tidak ikut merampas tas dan juga tidak ikut serta melakukan kekerasan
dini hari dan juga dari kata-kata temannya yang berupa ayo kerja,
untuk senang-senang;
Mengambil barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan
diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud
tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau
buah helm GIX warna pink digunakan oleh MZH untuk memukul
bagian lengan tangan kiri korban, 1 (satu) buah helm VOG warna
korban terjatuh dari motor kemudian berteriak maling dan ada orang
perlawanan dari korban maka tas tersebut tidak serta merta lepas dari
korban; Pada diri para Terdakwa sendiri juga tidak ada tindakan
tersebut;
89
repertum
Terdakwa dan alat bukti surat berupa visum et repertum Hakim menyatakan
bahwa perbuatan para Terdakwa telah memenuhi seluruh unsur-unsur dari Pasal
berkesimpulan bahwa para Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
Keadaan Memberatkan;
berikut:
dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2) ke 1,2 KUHP jo 53
ayat (1) KUHP jo UU RI. No. 11 Tahun 2012 dalam Surat Dakwaan;
(bulan);
3. Menetapkan barang bukti berupa :1 (satu) buah helm biru merk INK;
atau nota pembelaan dari penasihat hukum Terdakwa. Yang digunakan sebagai
Bapas; Atau;
Atas tuntutan dari Penuntut Umum tersebut , Hakim Anak dalam putusan
berikut
Memberatkan;
telah terbukti melakukan suatu tindak pidana, haruslah berdasarkan asas tiada
pidana tanpa kesalahan nulla poena sine culpa. Maka dalam hal ini Hakim harus
sebagai berikut,
pidana;
Terdakwa adalah merupakan suatu tindak pidana, serta terbukti unsur kesalahan
92
didalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP. Apabila ketentuan pasal tersebut dijabarkan
Umum Anak dalam surat dakwaan telah terbukti secara sah dan
2014:282)
pertimbangan :
sekolah;
Hakim;
94
berikut,
1. Syarat Umum:
2. Syarat khusus:
ditentukan dalam Pasal 73 ayat (1) sampai dengan (8) aquo, sehingga
asas kepentingan terbaik bagi Anak yaitu segala pengambilan keputusan harus
96
Anak tidak dapat diperbaiki, asas kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
Kemasyarakatan tersebut telah sesuai dengan ketentuan Pasal 60 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang
putusan perkara. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Mulyadi (2014:300), bahwa
kehidupanya kelak karena Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
urgent sifatnya, dan apabila tidak dipertimbangkan dalam putusan Hakim Anak,
putusan batal demi hukum dalam artian tanpa dimintakan untuk dibatalkan dan
Hakim Anak Ibu Fitri Ramadhan S.H.,M.H. dalam wawancara dengan penulis di
Pengadilan Negeri Ungaran pada tanggal 8 Februari 2017 Pukul 09.17 WIB,
Pasal 60 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, bahwa Hakim dapat
pidana yang dipandang tepat bagi Anak, namun rekomendasi hasil penelitiab oleh
hasil penelitian tersebut tidak sesuai atau tidak tepat dalam memberikan
kewenangan sendiri untuk memberikan jenis pidana apa yang cocok untuk
telah sesuai untuk kepentingan terbaik bagi Terdakwa Anak itu sendiri maupun
sesuai dengan ketentuan mengenai pidana bersyarat yang terdapat didalam Pasal
adanya syarat -syarat tersebut memang yang menjadi kekhususan dari Undang-
diatas, Hakim menjatuhkan pidana bersyarat kepada Anak yang disertai syarat
MENGADILI
Terdakwa I.
bagi Terdakwa I;
napza;
mempunyai SIM;
Terdakwa II.
napza;
mempunyai SIM.
bahwa lama masa percobaan didalam putusan Hakim tersebut melebihi tuntutan
dari Penuntut Umum yang menuntut para Terdakwa diberikan masa percobaan
percobaan selama 3 bulan untuk syarat umum dan 4 bulan untuk syarat khusus,
Tahun 2012 apabila Hakim menetapkan syarat khusus maka ditentukan masa
percobaan yang lebih lama dari masa percobaan syarat umum terkait dengan
penelitian dari Pembimbing Kemasyarakatan hal ini terlihat pada perbedaan dari
Hakim berpedoman pada ketentuan Pasal 73 ayat (1), (2), (3),(4),(5),(6), (7),(8)
dari UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, karena pada
sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 73 ayat (1) sampai dengan (8). Artinya
atau tidak melakukan hal tertentu yang ditetapkan dalam putusan Hakim Anak.
Hakim kepada Terdakwa Anak tersebut adalah sebagai berikut, diatur didalam
harus memiliki dasar peraturan terhadap jenis pidana yang akan dijatuhkan.
Pasal 197 ayat (1) yaitu surat putusan pemidanaan harus memuat Pasal peraturan
Peradilan Pidana Anak. Dalam hal ini berlaku asas lex specialis derogate lege
pada waktu lain dalam tahun 2014, bertempat di jalan dekat hotel
dari arah berlawanan atau dari arah Lemah Abang berjalan sepeda
KORBAN dan karena jarak sudah dekat maka Terdakwa tidak bisa
Anak;
Pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan yang didakwakan oleh Penuntut Umum tersebut memiliki unsur-
Lintas;
dan alat bukti lain dalam kasus ini adalah visum et repertum.
tersebut diatas yang apabila dihubungkan dengan barang bukti dan alat
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 21 September 2014 sekitar pukul 00.30
jalan;
- Bahwa bersamaan dengan itu dari arah berlawanan atau dari arah Lemah
meninggal dunia;
105
meninggal dunia habis kecelakaan ,patah tulang dikepala, keluar darah dari
Kabupaten Semarang pada saat jalan menikung kekiri dan jalan gelap
hingga melebihi marka jalan dan dari arah yang berlawanan atau dari arah
tanpa menyalakan lampu sepeda motor dan karena jarak sudah dekat
106
diatas yang didasarkan pada alat-alat bukti yang sah maka timbul keyakinan
bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana
saksi, keterangan Terdakwa, alat bukti surat yang saling bersesuaian artinya dapat
Hakim pada perkara sebelumnya. berdasarkan ketentuan Pasal 193 ayat (1)
Penuntut Umum yang pada pokoknya menuntut Terdakwa dengan pidana sebagai
berikut,
Lintas dan Angkutan Jalan 310 ayat (4) UU RI No. 22 tahun 2009jo
tuntutanya tidak menuntut apakah Terdakwa harus diberikan syarat umum dan
108
Tahun 2012. Atas tuntutan pidana bersyarat dari Penuntut Umum tersebut, Hakim
untuk memberikan pendapat tentang segala sesuatu yang bermanfaat bagi Anak.
Hal ini diatur didalam ketentuan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11
dijelaskan bahwa Orang Tua memberikan permohonan kepada Hakim yang telah
Dari permohonan Orang Tua tersebut, dapat dianalisis bahwa Orang Tua
dari Terdakwa telah mengemukakan hal-hal yang bermanfaat bagi Anak, salah
untuk dididik. Permohonan Orang Tua kepada Hakim ini pada dasarnya adalah
sebagaimana asas kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak yaitu hak asasi
yang paling mendasar bagi Anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah,
Masyarakat, keluarga dan Orang Tua dalam sistem Peradilan Pidana Anak.
Pasal 60 ayat (1), (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Penulis di Pengadilan Negeri Ungaran pada tanggal 8 Februari 2017 Pukul 09.17
didalam pidana bersyarat jika melihat dari hasil penelitian dari bapas tersebut
diberikan syarat umum dan syarat khusus sebagaimana diatur didalam Pasal 73
mempertimbangkan hasil penelitian dari bapas, maka dapat diketahui dalam hal
ini apabila Hakim memandang penelitian dari Bapas tidak tepat atau tidak sesuai
tidaknya penelitian dari bapas untuk diterapkan kepada Terdakwa dapat diketahui
permohonan Orang Tua dan Penasihat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya
memohon untuk dikembalikan kepada Orang Tuanya atau mohon hukuman yang
Penuntut Umum, maka akan lebih baik jika kepada Terdakwa dipidana dengan
pidana bersyarat.
Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
Sistem Peradilan Pidana Anak, serta Pasal Pasal lain dari peraturan
MENGADILI
10 (Sepuluh) bulan;
dasar peraturan terhadap jenis pidana yang akan dijatuhkan. Ketentuan ini diatur
di dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana didalam Pasal 197 ayat (1) huruf
Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan jo
ditentukan syarat umum dan syarat khusus didalam putusanya. Dalam perkara ini
Pasal 14 KUHP yang tidak wajib untuk mencantumkan syarat khusus kepada
dan Jika untuk Terdakwa Anak diatur didalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 dalam hal ini berlaku asas Lex specialis derogat lege generalis, artinya
segala hal yang telah diatur oleh Undang-Undang sistem Peradilan Pidana Anak
pidana Bersyarat kepada Anak khususnya dalam rangka memberikan syarat umum
dan syarat khusus. berkaitan dengan ketentuan syarat khusus yang diatur
generalis tersebut, Informan dalam skripsi ini Bapak Makmur S.H.,M.H Hakim
Pengadilan Negeri Ungaran pada tanggal 10 Februari 2017 Pukul 09.17 WIB
sebagai berikut,
dalam kedua putusan tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pertimbangan-
Terdakwa dijatuhi pidana bersyarat, pledoi dari penasihat hukum Terdakwa, Hasil
114
syarat umum dan syarat khusus. Pada pemilihan pidana yang tepat bagi Anak,
Sistem Peradilan Pidana Anak Dalam memberikan syarat khusus kepada Anak
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang memang mengatur
adanya syarat umum dan syarat khusus didalam penjatuhan pidana bersyarat
kepada Anak.
persidangan, tuntutan dari Penuntut Umum yang menuntut agar Terdakwa dijatuhi
menentukan jenis dan berat ringanya pidana yang akan dijatuhkan Hakim
pidana bersyarat yang dapat disimpangi hakim apabila hakim berpendapat bahwa
115
hasil penelitian tersebut tidak tepat, namun didalam putusan tersebut Hakim
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak akan tetapi belum sesuai
dengan ketentuan Pasal 73 yang mengatur adanya syarat umum dan syarat khusus.
selain faktor yuridis seperti faktor non yuridis misalnya berupa faktor psikologis
ekonomi Anak, faktor edukatif, faktor lingkungan Anak bertempat tinggal dan
bahwa pertimbangan yuridis saja tidaklah cukup untuk menentukan nilai keadilan
Pidana Anak diatur bahwa Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan
pribadi Anak atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatanya atau yang terjadi
pidana, atau sanksi pidana dan tindakan maupun pemberian tindakan saja. Namun
demikian, mengingat fungsi restoratif dari tujuan penanganan Anak, tingkat usia
Anak, kondisi kejiwaan Anak, serta masa depan Anak adalah hal yang sangat
Undang-Undang Hukum Acara Pidana didalam Pasal 197 ayat (1) huruf f yang
meringankan bagi Anak. Penegasan tentang aspek ini adalah untuk menentukan
berat ringanya hukuman yang akan dijatuhkan kepada Anak. Pada dasarnya baik
dalam menjatuhkan pidana bersyarat hal ini dapat diketahui di dalam putusan
perbuatannya;
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang yang menentukan bahwa ringanya
perbuatan, keadaan pribadi Anak, atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan
118
atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan Hakim untuk
keluarga korban sudah memaafkan, serta ganti rugi atau bantuan finansial yang
kepentingan terbaik bagi Anak dan masa depanya, selain mempertimbangkan hal-
dan kemanfaatan dari pidana yang dijatuhkan. alasan sosiologis yang dijadikan
pidana bersyarat kepada Anak tersebut dijelaskan oleh Ibu Fitri Ramadhan
juga digunakan oleh Hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat. Hal ini
Pengadilan Negeri Ungaran pada tanggal 8 Februari 2017 Pukul 09.17 WIB
sebagai berikut:
Masyarakat.
bersyarat maka dipandang lebih aman atau lebih save dengan Orang
Tuanya tetapi tetap dengan pengawasan jaksa. Dari pada harus masuk
tersebut, Informan dalam skripsi ini, Hakim Anak di Pengadilan Negeri Ungaran
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dalam menjatuhkan pidana kepada
Anak Hakim mempunyai pertimbangan yang sangat luas yaitu tidak hanya terkait
dengan hal-hal yang meringankan dan memberatkan saja namun juga masa depan
bagi Anak. pertimbangan tersebut harus dipakai demi kepentingan terbaik bagi
yuridis yang bersifat filosofis yaitu sesuai dengan filosofi sistem Peradilan Pidana
Anak yaitu kepentingan terbaik bagi Anak yang telah digariskan oleh Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012. Hal ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip
122
Standard Minimum Rule Juvenile Justice (SMR-JJ) atau yang di kenal dengan
berat ringanya tindak pidana (the circumstances and the grafity of the
mungkin
diketahui bahwa hakim berpendapat pidana bersyarat lebih tepat untuk diterapkan
segala kekurangan dan kelemahan yang ada pada pidana penjara selama ini. Hal
123
ini dijelaskan oleh Aryana (20015:41) dalam Jurnal DIH, Ilmu Hukum yang
terhadap warga binaan sulit untuk dihindari, terlebih jika pengawasan oleh
petugas tidak dilakukan secara optimal. Selain itu stigmatisasi negatif mantan
diperlukan upaya untuk memini- malisasi pidana penjara. Tentu saja hal demikian
sangat tidak sesuai dengan filosofi Sistem Peradilan Pidana Anak. Oleh karenanya
menjatuhkan pidana bersyarat tersebut telah memenuhi dan sesuai dengan apa
yang diamanatkan oleh The Beijing Rules dan asas-asas yang terdapat didalam
penjatuhan pidana bersyarat di ungkapkan oleh Hakim Anak Ibu Fitri Ramadhan
pidana bersyarat yang digunakan oleh Hakim Anak dalam menjatuhkan pidana
khusus Anak hal ini sesuai dengan asas penghindaran dari perampasan
kualitas, ketakwaan pada Tuhan yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,
pelatihan dan keterampilan, professional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak
perlunya untuk diberikan syarat khusus sebagaimana diatur didalam Pasal 73 ayat
125
(2) dan (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012. Adapun syarat khusus yang
Terdakwa I;
Terdakwa II;
SIM.
terpidana agar menjadi orang yang taat pada hukum. Syarat-syarat tersebut
Persyaratan tersebut tidak boleh terlalu samar-samar sehingga tidak jelas. Syarat-
telah ditentukan;
disediakan;
oleh Hakim dalam memberikan syarat khusus kepada Anak adalah menyangkut
perilaku Anak yang harus dibatasi pergaulanya dengan teman-teman agar tidak
buruk Anak memberikan pelajaran bagi Anak agar dapat menjadi seorang yang
taat hukum adalah pertimbangan yang memandang pada kebutuhan pelaku pada
masa depan dan tidak berdasarkan perbuatan apa yang telah dilakukan. Maka
pertimbangan dalam hal ini telah sesuai dengan filosofi tujuan sistem Peradilan
127
Pidana Anak yaitu kepentingan terbaik bagi Anak. Apabila dikaitkan dengan
melihat ke muka atau bersifat prospektif, Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi
hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan
Masyarakat.
Hakim dalam putusan yang tidak mencantumkan syarat khusus pada Penjatuhan
digunakan Hakim yaitu meliputi sosiologis, kriminologis, dan filosofis. Salah satu
mengulanginya;
memberatkan dan yang meringankan tersebut adalah tepat dan sesuai dengan asas
kepentingan terbaik bagi Anak dan perhatian terhadap tumbuh kembang Anak,
dibawah umur yang sesuai dengan asas proporsional yaitu segala perlakuan
terhadap Anak harus memperhatikan batas keperluan, umur, dan kondisi Anak.
suatu hal yang patut dilaksAnakan oleh Hakim sesuai amanat Undang-Undang
dan memberatkan tersebut, Hakim Anak di Pengadilan Negeri Ungaran Ibu Esni
Ungaran pada tanggal 2 Februari 2017 Pukul 09.17 WIB memberikan pendapat
sebagai berikut,
syarat khusus karena Hakim memiliki pertimbangan lain yang dijelaskan oleh
Hakim Anak di Pengadilan Negeri Ungaran Ibu Esni Meriyenti S.H.,M.H melalui
pemberian syarat khusus hanya didasarkan kepada berat ringanya tindak pidana
pemberian syarat khusus yang pada intinya adalah sebagai unsur edukasi,
perbaikan pelaku, sebagai sarana pendidikan pelaku untuk masa depan agar
menjadi manusia yang taat pada hukum. Tidak tepat apabila syarat khusus hanya
130
dipandang sebagai imbalan atas berat ringanya perbuatan karena didalam syarat
ciri khas yang membedakan pidana bersyarat untuk Anak dan pidana bersyarat
untuk orang dewasa yang diatur didalam KUHP. Apabila pertimbangan untuk
diadakanya syarat khusus itu didasarkan pada berat ringanya perbuatan maka
penjara dan tidak boleh melakukan tindak pidana sebelum masa percobaan habis
dan tidak diarahkan pada upaya untuk mengubah perilaku Anak. Didalam
diberikan yaitu Selama menjalani masa pidana dengan syarat, Penuntut Umum
ketentuan jangka waktu syarat khusus itu lebih panjang dari pada syarat umum
berarti bahwa perlunya perbaikan diri Anak melalui syarat khusus dalam jangka
bersyarat kepada Anak dipengadilan Negeri Ungaran walaupun telah secara jelas
penerapan syarat khusus dalam penjatuhan pidana bersyarat kepada Anak adalah
upaya perbaikan perilaku Anak dan memandang syarat khusus untuk mengubah
perilaku Anak dimasa depan dan menjadi seseorang yang taat pada hukum dalam
hal ini syarat khusus adalah didasarkan pada pertimbangan terhadap perbaikan
perilaku Anak dalam waktu kedepan sedangkan pada putusan yang tidak
pertimbangan didasarkan pada hal-hal yang berkaitan dengan berat dan ringanya
perbuatan yang dilakukan serta pihak korban yang tidak mempermasalahkan. Jadi
dalam hal ini pandangan Hakim terkait dengan syarat khusus tersebut adalah
bukan sebagai alat untuk mengubah dan memperbaiki perilaku Anak di masa
perkara pidana. Dalam hal ini terdapat asas ius curia novit dan res judicata pro
veritate harbeur.
Anak adalah suatu hal yang wajar karena didalam peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar bagi Hakim untuk menjatuhkan pidana bersyarat belum
terdapat pedoman dan aturan yang jelas. Hal ini juga dijelaskan oleh muladi
pidana bersyarat.
syarat khusus pada penjatuhan pidana bersyarat kepada Anak yang berbeda
Menurut analisis penulis dalam hal belum adanya peraturan yang menjadi
pedoman Hakim dalam memberikan syarat khusus tersebut, berdasarkan asas lex
dengan berpegang kepada asas-asas Peradilan Anak yang diatur didalam Pasal 2
karena asas merupakan dasar dari adanya suatu peraturan yang konkrit.
Dari hasil penelitian dan analisis diatas dapat diketahui bahwa pemberian
pidana bersyarat, dalam hal ini terdapat pertimbangan yang berbeda dari hakim
maksud untuk memberikan suatu efek pembelajaran bagi Anak untuk mengubah
perilaku buruknya menjadi perilaku baik di masa depan dalam hal ini syarat
Anak. Sedangkan pada putusan yang tidak menetapkan syarat khusus pada
memberatkan seperti adanya ganti kerugian bagi korban, keadaan pihak korban
dalam hal ini syarat khusus seperti halnya berat ringanya pidana maka apabila
pihak korban telah mengikhlaskan akibat dari tindak pidana, terdakwa dapat tidak
disamping pemberian syarat umum harus pula diberikan syarat khusus karena
Peradilan Pidana Anak, hal ini merupakan upaya untuk memberikan kepentingan
134
terbaik bagi Anak di masa depan. Pertimbangan dalam memberikan syarat khusus
seharusnya didasarkan pada upaya perbaikan perilaku Anak untuk menjadi orang
yang berguna dan menjadi Anak yang bertanggungjawab, hal ini untuk
menjadikan pidana bersyarat lebih berdaya guna dari pada hanya sebagai
menjatuhkan hukuman atau sanksi pidana, maka dapat dicari dengan menganalisis
masalah pidana sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut, maka sudah
dengan bertolak atau berorientasi pada tujuan itu dapat diterapkan cara, sarana,
yang dibahas didalam skripsi ini maka penulis akan menganalisis pertimbangan
pertimbangan Hakim mengenai hasil penelitian dari Bapas tentang segala sesuatu
yang bermanfaat bagi Anak dan dinyatakan tepat oleh Hakim dengan
Anak; Pidana penjara adalah alternative terakhir bagi ABH dengan memberikan
syarat khusus, terkait dengan pertimbangan tersebut Ibu Fitri Ramadhan S.H.,M.H
Pengadilan Negeri Ungaran pada tanggal 8 Februari 2017 Pukul 09.20 WIB
dengan tujuan dari pemidanaan yang dijatuhkan oleh Hakim tersebut dianalisis
dengan teori teori pemidanaan, maka pertimbangan tersebut sesuai dengan teori
Tujuan Pidana adalah pencegahan mengenai hal ini didalam pertimbangan Hakim
dan pembinaan kepada Anak maka hal ini adalah sarana pencegahan pribadi untuk
Anak agar tidak menjadi seseorang yang berbuat jahat kembali. Karakteristik
selanjutnya ialah Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sebagai sarana
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan Masyarakat bahwa
didalam Putusan tersebut serta penjelasan dari Hakim Anak yang memutus
perkara bahwa hal terpenting ialah tidak adanya pembalasan melainkan hanya ada
menjadi seseorang yang berperilaku baik dan pada akhirnya akan kembali ke
selanjutnya ialah Pidana harus ditetapkan berdasar tujuanya sebagai alat untuk
pencegahan kejahatan. Pencegahan kejahatan ini jika diartikan secara luas maka
kejahatan pada diri pribadi terpidana. Apabila pencegahan terhadap pribadi maka
perbuatan yang dilakukan oleh Anak tersebut merupakan perbuatan yang bersifat
asusila dan tidak patut didalam Masyarakat. Apabila aspek pencegahan agar
Putusan tersebut adalah berdasar pada asas-asas yang terdapat didalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak salah
perhatian terhadap tumbuh kembang Anak. Maka pembatasan ini sesuai dengan
karakteristik teori tujuan selanjutnya yaitu Pidana melihat ke muka atau bersifat
prospektif pidana dapat mengandung unsur pencelaan, tetapi baik unsur pencelaan
oleh Hakim kepada Anak. Adanya syarat khusus ini merupakan suatu kekhususan
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang
Hukum Pidana.
Peradilan Pidana Anak yang mengatur mengenai keududukan syarat khusus yang
diterangkan didalam Pasal 71 ayat (1) huruf b. Pengaturan pidana bersyarat yang
sebagaimana dimaksud ayat (1) ditentukan syarat umum dan syarat khusus.
seperti itu tidak boleh membatasi kebebasan terpidana untuk beragama dan tidak
Tahun 2012, berikut terdapat Putusan dari Pengadilan Tinggi Bandung Nomor
139
syarat khusus tersebut tentunya adalah sebagai kepentingan terbaik bagi Anak
karena pada pokonya segala hal yang diatur didalam Undang-Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak adalah berdasarkan hakikat dari sistem Peradilan Pidana
Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem Peradilan Pidana Anak diatas nampaknya
belum terealisiasi didalam praktik penjatuhan pidana bersyarat kepada Anak. Hal
Hakim yang berbeda tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Hakim
Anak yang memutus perkara yang pertama adalah Ibu Fitri Ramadhan di dalam
seperti itu. Juga untuk efek pengekangan bagi Anak juga. Yang jelas
untuk kepentingan terbaik bagi Anak.
syarat khusus jika dikaitkan paradigma tujuan pemidanaan yang dianut oleh
Hakim yaitu teori tujuan atau utilitarian adalah sebagai berikut, didalam teori
terpidana. Jadi, pencegahan kejahatan itu ingin dicapai oleh pidana dengan
lagi. Ini berarti pidana bertujuan agar si terpidana berubah menjadi orang yang
lebih baik dan berguna bagi Masyarakat. Pertimbangan Hakim yang menyatakan
bahwa perlunya syarat khusus salah satunya memerintahkan Anak agar tidak
142
bergaul dengan teman-teman yang membawa pengaruh buruk adalah bentuk dari
usaha untuk memengaruhi tingkah laku terpidana untuk tidak melakukan tindak
pidana lagi. Sedangkan untuk mempengaruhi tingkah laku terpidana agar berubah
menjadi orang yang lebih baik tercermin dari pemberian syarat seperti larangan
untuk tidak merokok dan mengkonsumsi minuman keras serta napza; Tidak
berkendara sepeda motor dan roda empat sebelum mempunyai SIM. Selain itu
dalam fungsinya sebagai pecegahan individu syarat khusus menurut Hakim adalah
sebagai pencegahan untuk tidak melakukan pidana kembali yang diatur dalam
syarat umum. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Fitri Ramadhan, SH.,M.H di dalam
09.17 WIB
dengan tindak pidana yang telah dilakukan, Anak tidak akan mengulangi lagi
terlindungi dari perbuatan Anak seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam
berikut,
syarat umum dan syarat khusus saling sinergi dan saling menguatkan,
kan syarat umum diperkuat dengan syarat khusus kan saling sinergi.
pendapat dan pandangan bahwa kedudukan syarat khusus merupakan hal yang
khusus tersebut dikaitkan dengan tujuan pemidanaan, maka tujuan yang paling
positif yakni perbaikan terpidana merupakan tujuan yang paling penting sehingga
mutlak perlu dipertahankan. Hal ini penting untuk menjadikan lembaga pidana
kemurahan hati.
memiliki kekuatan hukum dan kepastian hukum serta agar Anak dan Orang Tua
mengerti dengan jelas apa saja yang disyaratkan oleh Hakim. Hal ini berkaitan
maka baik hakekat maupun ruang lingkup pidana bersyarat yang akan
144
bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini, maka terpidana bersyarat harus diberi
turunan keputusan Hakim dan diberi penjelasan baik secara lisan atau tertulis
penjatuhan pidana bersyarat kepada Anak tersebut. hal ini dapat diketahui dari
pendapat dan pertimbangan dari Hakim Anak Ibu Esni Meriyenti S.H.,M.H. yang
Pengadilan Negeri Ungaran pada tanggal 2 Februari 2017 Pukul 09.17 WIB
upaya perbaikan pribadi Anak dan tidak digunakan sebagai upaya untuk
mengarahkan tingkah laku atau perbaikan dari Anak akan tetapi syarat khusus
dipandang sebagai beban berat atau ringanya pidana sedangkan syarat umum dan
straftmoodus dan tidak merupakan straftmaat atau berat ringanya pidana. Apabila
syarat khusus tersebut ditetapkan sebagai berat ringanya pidana yang akan
terdapat beberapa putusan nantinya tidak menyertakan syarat khusus yang telah
syarat khusus maka terkait dengan teori tujuan pemidanaan, tujuan yang akan
Anak tidak melakukan tindak pidana lagi akan tetapi tidak mengarahkan perilaku
kembali lagi bergaul dengan temanya maka yang terpenuhi adalah hanya fungsi
lebih berat. Sedangkan pada hakikatnya fungsi syarat khusus tersebut merupakan
upaya untuk memperbaiki tingkah laku dan fungsi lain yang dijelaskan oleh
Muladi (2008:237) Syarat khusus bahwa terpidana dalam waktu yang lebih
146
pendek dari masa percobaanya harus mengganti seluruh atau sebagian kerugian
yang ditimbulkan oleh perbuatan pidananya dan syarat khusus lainya mengenai
tingkah laku terpidana yang harus dipenuhi selama masa percobaan atau sebagian
badan hukum atau pemimpin suatu rumah penampungan atau pejabat tertentu
syarat-syarat khusus.
ditetapkan syarat khusus maka yang berfungsi dalam upaya mewujudkan tujuan
pidana sedangkan fungsi positif dari pidana bersyarat dengan adanya syarat
khusus adalah sesuai dengan asas-asas Peradilan Pidana Anak yang diatur didalam
dan rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses Peradilan pidana kurang
terpenuhi.
147
tanggal 2 Februari 2017 Pukul 09.17 WIB Memberikan jawaban sebagai berikut
tercantum didalam putusan maka kedudukan syarat khusus seperti tersebut seperti
tersebut tidak menjamin kepastian hukum terlebih dengan adanya syarat khusus
yang jelas tersebut merupakan acuan bagi Pembimbing Kemasyarakatan dan jaksa
pidana atau dikenai tindakan dan ketentuan Pasal 73 Ayat (3) yang menentukan
Anak menempati persyaratan yang telah ditetapkan, hal ini juga diungkapkan oleh
Informan dalam skripsi ini yaitu Bapak Makmur S.H.,M.H Hakim di Pengadilan
Negeri Ungaran sebagai berikut, Hal ini juga dijelaskan oleh Informan dalam
penulisan skripsi ini yaitu Hakim pada Pengadilan Negeri Ungaran Bapak
148
keputusan Hakim dan penjelasan secara jelas tersebut adalah salah satu cara
oleh Muladi (2008:88) sebagai berikut, didalam Pasal 14 d ayat (2) KUHP
maka pengawas khusus yang pelaksanaanya diamati oleh pengawas khusus ini
menjadi mungkin.
konsep tersebut. Pada hakikatnya salah satu sifat dari keadilan restoratif adalah
perbaikan pelaku sendiri dan tidak mengarah pada pemberian syarat yang
pada pengertian eksistensi dalam bidang hukum yang dijelaskan oleh Sukamto
Satoto diatas yaitu kedudukan dan fungsi hukum atau fungsi suatu lembaga
hukum tertentu, maka kedudukan dan fungsi dari syarat khusus pada penjatuhan
fungsi yang sama didalam upaya mewujudkan tujuan pemidanaan terhadap Anak,
perbedaan pandangan terkait dengan kedudukan dan fungsi syarat khusus dalam
kedudukan syarat khusus didalam Putusan pidana bersyarat kepada Anak belum
sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dengan demikian, secara teoritis dan
normatif keberadaan syarat khusus telah ada dan wajib dicantumkan didalam
150
Putusan Hakim, akan tetapi pada praktiknya ada atau tidaknya syarat khusus
tersebut tergantung dari pandangan dan pertimbangan Hakim terhadap fungsi dari
khusus sesuai dengan teori tujuan bahwa pemidanaan mempunyai fungsi salah
satunya adalah untuk upaya perbaikan terpidana, hal ini sesuai dengan filosofi
sistem peradilan pidana Anak dimana kepentingan terbaik bagi anak selalu
diutamakan. Terkait dengan adanya syarat khusus di dalam putusan hakim yang
mencantumkan syarat khusus tersebut telah sesuai dengan apa yang diamanatkan
khusus sebagai imbalan atas berat atau ringanya pidana. Begitu pula dengan
khusus tersebut dengan alasan bahwa syarat khusus telah diberikan dengan cara
pemidanaan dan kepentingan terbaik bagi anak harus difungsikan untuk upaya
perbaikan pelaku agar pidana bersyarat dapat lebih bermanfaat dan berdaya guna
serta fungsi positif dari pidana bersyarat dapat terpenuhi bukan hanya fungsi
151
putusan hakim harus dicantumkan karena hal tersebut adalah upaya untuk
memberikan kepastian hukum bagi terpidana serta sebagai fungsi kontrol bagi
akan memberikan jaminan bagi terlaksananya syarat khusus yang diberikan oleh
hakim.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
menjadi orang yang taat pada hukum di masa depan perbedaanya dengan
152
153
perilaku Anak dan dapat berfungsi juga sebagai general prevention pada
tuanya agar Anak tidak boleh melakukan suatu perbuatan tertentu, hal ini
tentunya tidak sesuai dengan asas kepastian hukum yang berkaitan dengan
hal ini keberadaan syarat khusus di dalam putusan hakim tidak hanya
5.2 Saran
1. Selayaknya Hakim membuat putusan yang sesuai dengan tata cara yang
Peradilan Pidana Anak telah mengatur jenis pidana dan tata cara
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Mukti, Fajar dan Yulianto Achmad. 2013. Dualisme Penelitian Hukum Normatif
dan. Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung: Mandar
Maju
156
Pramukti, Angger Sigit dan Fuady Primaharsya. 2015. Sistem Peradilan Pidana
Anak. Yogyakarta : Pustaka Yustisia
Soemitro, Hanitijo Rony. 1990. metode penelitian hukum dan jurimetri. Jakarta :
Ghalia Indonesia
Alfabeta
Sutatiek, Sri. 2012. Rekonstruksi Sistem Sanksi Dalam hukum Pidana Anak di
Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Zulfa, Eva achjani. 2012. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Press
Jurnal :
Reskia, Citra. 2013. penerapan instrumen hak asasi manusia terhadap anak
dalam situasi konflik bersenjata. Jurnal Hukum bagian Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Yayasan Pemantau Hak Anak (Children Human Rights Foundation) dengan judul
Anak yang Berhadapan dengan Hukum dalam Perspektif Hukum Hak
Asasi Manusia Internasional
Perundang-undangan :
Konvensi Hak Anak Tahun 1989 (Convention on the Rights of the Child)
Internet :
https://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/pn-
kabsemarang/direktori/pidana-khusus/anak
(diakses : Rabu, 30 November 2016, Pukul : 16.35 WIB.)
158
LAMPIRAN
159
160
161
162