Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Ratna Wulandari
NIM 13221063
PEMBIMBING I
Drs. M. Hasbi Ashidiqqi, M.Pd.I
PEMBIMBING II
Sujinal Arifin, M.Pd
PALEMBANG
2016
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar sehingga guru
2008 :8).
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada
ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu
banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat
dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Untuk itu,
lain. Salah satu contoh karakteristik siswa adalah karakter siswa berdasarkan
yang baik atau cepat, tentu dapat menguasai materi lebih cepat
siswa ketinggalan materi pembelajaran. Dilihat dari keadaan lain, jika guru
ajar yang dapat mewadahi kebutuhan siswa untuk belajar secara mandiri
adalah modul.
2013:9). Modul ditulis dan disusun sedemikian rupa sehingga bahan yang
yang ingin dicapai yang telah dirumuskan dengan jelas dan khusus. Dengan
menggunakan modul dapat memupuk sikap dinamis dan aktif pada siswa
4
yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk
abstrak, rumit, asing, dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan ini maka
perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Salah satu prinsip pembelajaran
dalam mengembangkan bahan ajar tersebut adalah mulai dari yang mudah
untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang
abstrak. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu
apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang konkret
pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya
(Rusman, 2011:187).
dipandang oleh banyak orang sebagai bidang studi yang sulit (Amilda dan
dilakukan oleh Lilis Setia Ningrum dan Sri Sutarni pada tahun 2013 yang
dalam Bentuk Cerita Pokok Bahasan Barisan Dan Deret Kelas XII IPA
pokok bahasan barisan dan deret yaitu 1 orang, sedangkan siswa yang
Materi Barisan dan Deret pada tahun 2016. Hasil analisis menunjukkan
bahwa : (1) kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal materi baris dan deret
adalah kesulitan dalam menentukan rumus suku ke-n dari suatu barisan
pertama dari suatu barisan; (3) Kesulitan dalam memahami maksud dari soal
dan deret maka dapat disimpulkan bahwa barisan dan deret merupakan
materi pada matematika yang cukup sulit. Sebagai upaya untuk mengasilkan
bahan ajar mandiri yang terstruktur dan konkret pada materi barisan dan
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
deret.
pendekatan kontekstual pada materi barisan dan deret ditinjau dari hasil
belajar siswa.
8
4. Manfaat
kontekstual pada materi barisan dan deret untuk siswa SMP kelas IX ini
a. Bagi Siswa
(b) Memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar secara mandiri.
b. Bagi Guru
B. TINJAUAN PUSTAKA
bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang
yang akan dikuasai oleh peserta didik dan digunakan dalam proses kegiatan
9
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Secara garis besar, bahan
alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang memegang peranan
bahan ajar bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengarahkan semua
2008:6). Selanjutnya adapun fungsi lain dari bahan ajar yang dinyatakan
oleh Rosidah (2013:5) yaitu, fungsi bahan ajar bagi peserta didik adalah (1)
peserta dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik lain.
(2) peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja yang ia
masing. (4) peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya
siswa. Dengan demikian bahan ajar sangat dibutuhkan oleh guru dan siswa
menjadi empat kategori yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar
pandang dengar, dan bahan ajar multimedia interaktif. Bahan ajar cetak
(printed) contoh hand out, buku, modul, poster, brosur dan leaflet. Bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk,
film. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (Depdiknas, 2008 :11).
Dilihat dari segi format atau bentuknya dapat dibagi tiga jenis yaitu
bahan cetak, bahan bukan cetak, dan kombinasi cetak dan bukan cetak.
Contoh bahan ajar cetak diantaranya hand out, buku, modul, lembar kerja
siswa (LKS), brosur, leaflet. Kemuadian contoh bahan ajar bukan cetak
dapat berupa audio, video, dan komputer. Adapun contoh dari bahan ajar
kombinasi cetak dan bukan cetak adalah buku audio dan teks yang banyak
11
digunakan dalam situs jejaring sekalipun dalam bentuk digital tetapi bisa
leaflet, wallchart, dan foto atau gambar. Masing-masing jenis bahan ajar ini
Tabel 1
1. Judul
2. Pentunjuk Belajar
3. KD/MP ** **
4. Informasi Pendukung ** **
5. Latihan
6. Tugas/Langkah kerja **
7. Penilaian ** **
Keterangan :
memenuhi ketujuh komponen bahan ajar sedangkan bahan ajar cetak lain
4. Modul
a. Pengertian Modul
ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri atau tanpa
pengajaran yang lengkap dan dirancang untuk digunakan oleh seorang siswa
atau sekelompok kecil siswa tanpa kehadiran guru. Adapun pendapat yang
bahwa belajar mandiri bukan bearti belajar sendiri. Secara umum konsep
peserta didik belajar sendiri tanpa tutor dan teman kuliah. Belajar mandiri
bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yag
mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya
agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan
yang minimal dari guru. Sehingga modul masih bisa digunakan dengan
adanya bimbingan dari guru tetapi pembelajaran tetap pokus pada siswa
materi pembelajaran.
13
mencangkup materi serta evaluasi yang bisa digunakan dengan atau tanpa
kehadiran guru.
(b) Pengganti fungsi pendidik, artinya modul sebagai bahan yang harus
(c) Sebagai alat evaluasi, artinya dengan modul siswa dituntut dapat
yaitu:
14
(a) Agar siswa dapat belajar secara mendiri tanpa atau dengan
(b) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam
kegiatan pembelajaran.
bersifat verbal.
(b) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik bagi
hasil belajarnya.
c. Karakteristik Modul
Kompetensi Dasar.
secara tuntas.
menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain
(d) Adaptive
teknologi.
d. Penyusunan Modul
program tertentu.
(c) Implementasi
dengan alur yang telah ditetapkan dalam modul. Bahan, alat media
(d) Penilaian
2013:23-24).
dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian
19
kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar kritis
seperti apa.
yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti
berikut:
mempelajarinya.
tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak
fasilitator.
- Judul
- Informasi pendukung
- Latihan-latihan
- Evaluasi/Penilaian
22
e. Unsur-Unsur Modul
(a) Pedoman guru yang berisi petunjuk guru agar pembelajaran dapat
pentunjuk tentang
(b) Lembar Kegiatan Siswa (LKS), yang berisi materi pelajaran yang
mengadakan percobaan.
(d) Kunci lembaran kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas, agar siswa
modul.
(f) Kunci lembaran tes, yaitu alat koreksi sendiri terhadap penilaian.
23
memuat paling tidak tujuh komponen utama, yaitu : Judul, petunjuk belajar,
petunjuk kerja atau dapat pula berupa lembar kerja siswa (LKS), dan
antara lain :
tujuan kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga harus efisien dalam
2011:54).
(Rusman, 2011:190).
pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta
25
yang dikenal juga contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu
(c) Berpikir tingkat yang lebih tinggi : siswa dilatih untuk berpikir kritis
industri.
Pendekatan
Kontekstual (CTL)
Penilaian Konstruktivisme
Sebenarnya
Menemukan
Refleksi
Pemodelan Bertanya
Masyarakat
Belajar
Gambar 1
hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas
kelompok, dan antara tahu ke yang belum tahu. Menurut Elhefni, dkk
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, seperti kerja
sama dengan orang lain, seperti kerja sama dengan teman, kelompok,
atau pengetahuan tertentu ada model yang biasa ditiru. Model biasa
olahraga, contoh karya tulis, dan lain-lain. Cara pembelajaran seperti ini
akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau cara
dinamis dan aktif. Sikap dinamis dan aktif dalam kenyataannya pada
sebagai buram sampai dengan selesainya proses validasi dan uji coba.
coba sampai dinyatakan layak atau valid. Setelah modul dinyatakan layak
kontekstual ini adalah barisan dan deret. Barisan merupakan susunan angka-
angka yang memiliki keterangan dan pola tertentu. Pola adalah bentuk
bilangan atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan
memiliki keteraturan dan pola tertentu tersebut. Barisan dan deret terdiri
dari dua macam yaitu barisan dan deret aritmatika dan barisan dan deret
geometri.
Dengan :
U1 = suku ke 1
U2 = suku ke 2
U3 = suku ke 3
.
32
b = U2 U1 = U3 U2 = Un Un 1
Un = a + (n-1) b
Keterangan:
a = suku pertama ; U1 = a
b = selisih/beda
Contoh soal:
Jawab:
Un = a + (n-1) b
Diketahui :
n = 15 ; b = 6-2 = 10 6 = 4 ; U1 = a = 2
33
contoh soal:
Jawab:
Sn = (2a + (n-1) b )
Diketahui : n = 10 ; U1 = a = 5 ; b = 15 5 = 25 15 = 10
b. Baris Geometri
kali suku sebelumnya dengan bilangan tetap yang tidak sama dengan nol
pembanding (rasio).
r=
1
Dengan
34
1 = suku pertama
2 = suku kedua
3 = suku ketiga
= suku ke - n
1 = a
2 = 1 .r = ar
3 = 2 .r = ar.r = a 2
4 = 3 .r = a 2 .r = a 3
= a 1
U1 , U2 , U3 , U4 , ........ . Un
a, ar, a 2 , a 3 , . . . .. . . . . . a 1
= a 1
a = suku pertama
= suku ke n
Contoh
4,8
Jawab :
a = 1 dan r = 2
Rumus suku ke n : = a 1
= 1.21
= 21
Suku ke 7 : 7 = 271
7 = 26
7 = 64
dengan rumus :
( 1)
= , untuk r > 1
1
Atau
(1 )
= , untuk r < 1
1
a = suku pertama
Contoh
Jawab :
22
a = 2, r = 2
= 2 dan = 510
( 1)
1
= 510
2(2 1)
21
= 510
2(2 1)
1
= 510
2(2 - 1) = 510
510
2 - 1 =
2
2 - 1 = 255
2 = 255 + 1
2 = 256
2 = 28
n =8
Jadi nilai n = 8
8. Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik). Hasil belajar yang akan ditinjau
a. Validitas (validity)
menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
ketepatan pada alat ukur. Bahan ajar dikatan valid jika memenuhi
b. Kepraktisan (practically)
untuk dapat digunakan dan mudah untuk digunakan dengan cara yang sesuai
c. Efektivitas (effectiveness)
yang dilakukan oleh Danuari, M.Pd pada tahun 2015 tentang Pengembangan
yaitu dari 47 menjadi 92. (3) Respon mahasiswa terhadap modul ini
dkk pada tahun 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
(2) prototyping, meliputi tahap evaluasi dan revisi; dan (3) field test.
Dari hasil tes diperoleh nilai rata-rata siswa mencapai 81,11 atau sudah
bahwa untuk penggunaan buku siswa dan Lembar Kerja Siswa (LKS) telah
dikategorikan valid dan praktis; (2) dari hasil analisis data tes hasil belajar
diketahui bahwa nilai rata-rata siswa telah mencapai 81,11 dengan kata lain
validasi isi dan desain bahan ajar yang dihasilkan adalah sangat baik. Semua
deskriptor yang diberikan pada angket tertutup dinilai sangat baik dengan
kuliah terhadap hasil pengembangan bahan ajar adalah sangat baik dengan
kategori baik persentase 75%. Hasil validasi ahli isi dan desain
pembelajaran serta hasil uji coba perorangan dan kelompok kecil terhadap
pengembangan draft bahan ajar ini dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
hasil pengembangan sudah sangat baik dan layak untuk digunakan dalam
perkuliahan.
C. METODOLOGI PENELITIIAN
1. Metode Penelitian
pada materi barisan dan deret untuk siswa SMA kelas XI semester genap.
41
2. Rancangan Penelitian
Expert riview
Revise
Self Revise
Revise Small Field test
evaluation Group
One-to-one
3. Subjek Penelitian
digunakan terdiri dari 3 orang para ahli, 3 orang peserta didik pada tahap
one-to-one dan 8 orang peserta didik pada tahap small group serta pada satu
4. Prosedur Penelitian
pada materi barisan dan deret dilakukan dengan mengacu pada model
a. Tahap Preliminary
(a) Analisis
kontekstual.
(b) Desain
pada modul.
pendekatan kontekstual.
44
penelitian.
mandiri.
Judul
tersebut.
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Evaluasi/Penilaian
pembaca.
Daftar pustaka
(b) Prototyping
46
small group.
lain. Pada tahap ini produk prototipe III (ketiga) akan di uji
48
dengan modul yang telah dibuat pada satu kelas yang menjadi
valid dan dapat dipakai di kelas. Pada tahap field test, akan dilihat
sebagai berikut :
a. Walkthrough
prototype atau rancangan yang dilakukan oleh para ahli pada bidangnya
perbaikan prototype (Nieveen, et. a.l: 2007: 95). Walkthrough pada tahap
validasi. Selain komentar dan saran terdapat juga kolom penilaian yang
harus diisi para ahli untuk mengukur tingkat kevalidan modul secara
Tabel 2
Kesesuaian konsep dan definisi yang disajikan modul dengan konsep dan
Keurutan penyajian materi dari konsep dasar sampai inti dalam setiap bagian.
Keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta
Konten didik.
Gambar, diagram dan ilustrasi diutamakan yang aktual, namun juga dilengkapi
penjelasan.
oleh siswa
teman-temannya
penyelesaiannya.
50
b. Angket
yang harus dijawab oleh responden yang mana jawaban dari angket
yang digunakan adalah angket tutup dengan skala Likert respon skala
tahap field test. Angket diberikan kepada siswa sebagai alat evaluasi
bahan untuk dapat digunakan dan mudah untuk digunakan dengan cara
maka dalam penelitian ini bahan ajar akan dikatakan praktis jika
c. Tes
pada materi barisan dan deret. Tes yang disusun adalah tes hasil belajar
diuji cobakan.
a. Walkthrough
Rata-rata skor jawaban (X) =
Tabel 3.
b. Angket
X=
Tabel 4.
c. Tes
Data yang mengukur keefektifan modul adalah data tes hasil belajar
modul.
sebagai berikut:
Hasil belajar (X) = x 100
Tabel 5.
Ketuntasan Klarifikasi
69 < X 84 Baik
dan deret dinyatakan efektif terhadap hasil belajar siswa jika hasil
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, 2013. Menyusun Modul : Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam
Mengajar. Yogyakarta : Gava Media.
Neiveen, et.al, 1999. Design Approaches And Tools In Education And Training.
The Netherlands : Enschede.
Ningrum, L,S. dan Sri Sutarni. 2013 Analisis Kemampuan Siswa Menyelesaikan
Soal Matematika dalam Bentuk Cerita Pokok Bahasan Barisan Dan
Deret Kelas XII IPA SMA Al-Islam 3 Surakarta.
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3234/14).
Diakses pada 19 Desember 2016.
56
____________. Nomor 104 tahun 2014 tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik. Jakarta : Permendikbud.
Prastowo, A., 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik : Tinjauan teoritis dan
Praktik. Jakarta : Kencana.
Russell. J, et. al., 2011. Instructional Technologi & Media Foer Learning.
Terjemahan : Arif Rahman. Jakarta : Kencana.
Sofnidar dan Husni S., 2012. Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Matematika
I dengan Pendekatan Kontekstual. (Error! Hyperlink reference not valid.).
Diakses pada 25 Desember 2016.
57