You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara sosiologis pengertian kelompok social adalah suatu kumpulan
orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama
lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu
terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial. Menurut
Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok social adalah suatu
kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka
terdapat beberapa pola interaksi yang dapatdipahami oleh para anggotanya
atau orang lain secara keseluruhan.
Di dalam masyarakat terdapat sejumlah lapisan dengan jumlah yang
berbeda-beda. Hal itu tidak lain karena di masyarakat terjadi perbedaan sosial.
Seorang sosiolog Pitiram A.osorkin, dalam bukunya yang berjudul social and
cultural mobility mengemukakan bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan
ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Ia
menyebut sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu dengan istilah social
stratification. Selanjutnya, dikatakan bahwa social stratification adalah
penggolongan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat dan wujudnya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tipe-tipe kelompok sosial ?
2. Apa yang dimaksud dengan masyarakat pedesaan dan perkotaan ?
3. Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok sosial ?
4. Apa saja dasar lapisan masyarakat ?
5. Apa saja unsur-unsur lapisan masyarakat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tipe-tipe kelompok sosial
2. Untuk mengetahui definisi dari masyarakat pedesaan dan perkotaan
3. Untuk mengetahui definisi dinamika kelompok sosial
4. Untuk mengetahui macam-macam dari dasar lapisan masyarakat
5. Untuk mengetahui unsur-unsur lapisan masyarakat

2
BAB II

ISI

A. Berbagai kelompok sosial masyarakat


Secara sosiologis pengertian kelompok social adalah suatu kumpulan orang-
orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan
dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu terdapat
beberapa definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial. Menurut Josep S
Roucek dan Roland S Warren kelompok social adalah suatu kelompok yang
meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola
interaksi yang dapatdipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara
keseluruhan.
1. Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam, yaitu:
a. Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok
Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah anggota
kelompokakan memengaruhi kelompok dan pola interaksi social
dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel memulai
dari satu orang sebagai perhatian hubungan sosial yang
dinamakan monad.Kemudian monad dikembangkan menjadi dua
orang atau diad, dan tiga orang atau triad, dankelompok-
kelompok kecillainnya. Hasilnya semakin banyak jumlah anggota
kelompoknya, pola interaksinya juga berbeda.

b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok


Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa kelompok
sosial yang berbeda. Kelompok social seperti keluarga, rukun
tetangga, masyarakatdesa, akan mempunyai kelompok yang

3
anggotanya saling mengenal dengan baik (face-to-face
groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok social seperti
masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di mana anggota-
anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu
kelompok social atas dasar wilayah yang tidak mempunyai
kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi
(association) adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk
memenuhi kepentingan tertentu.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok sosial.Suatu
kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang keberadaannya
hanya sebentar karena kepentingannya juga tidak berlangsung
lama.Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang
tetap.
e. Berdasarkan derajat organisasi
Kelompok social terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang
terorganisasi dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan
sebagainya. Namun, ada kelompok sosial yang hamper tidak
terorganisasi dengan baik, seperti kerumunan.
Secara umum tipe-tipe kelompok social adalah sebagai berikut.

Kategoristatistik, yaitu pengelompokan atas dasar cirri


tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
Kategorisosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan
ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam Indonesia).
Kelompok sosial, misalnya keluarga batih (nuclear family)

4
Kelompok tidak teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di
suatu tempat pada waktu yang sama karena adanya pusat
perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang
menonton sepak bola.
Organisasi Formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan
terlebih dahulu, misalnya perusahaan.

2. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur


Bermacam-macam kelompok sosial yang tidak teratur, dapat
dimasukkan ke dalam dua golongan besar yaitu :
a. Kerumunan (crowd)
Kelompok-kelompok yang tidak teratur Nampak
dalam kerumunan masa. Kerumunan merupakan suatu
kelompok sosial yang bersifat sementara dan tidak
terorganisasi. Kerumunan dapat saja memiliki pemimpin,
namun tidak mempunyai system pembagian kerja
maupun system pelapisan social. Interaksinya bersifat
spontan dan tidak terduga. Individu-individu yang
merupakan kerumunan, berkumpul secara kebetulan di
suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan.
Bentuk-bentuk kerumunan, yaitu sebagai berikut :
Kerumunan yang berarti kulasi dengan struktur sosial
Formal audiences (pendengar yang formal)
Kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat
perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya
pasif. Contoh :penonton film, orang-orang yang
menghadiri khotbah keagamaan.
Planned expenssive group (kelompok ekspensif
yang telah direncanakan)

5
Kerumunan yang pusat perhatiannya tak begitu
penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang
tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta
kepuasan yang dihasilkannya.Contoh : orang yang
berpesta, berdansa, dansebagainya.

Kerumunan bersifat sementara

Inconvenient aggregations (kumpulan yang kurang


menyenangkan)
orang-orang yang antrikarcis, orang-orang yang
menunggubis, dsb. Dalam kerumunan itu kehadiran
orang-orang lain merupakan halangan terhadap
tercapainya maksud seseorang.
Panic crowds (kumpulan orang-orang yang sedang
dalam keadaan panik)
Orang-orang yang bersama-sama berusaha
menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
Spectator crowds (kerumunan penonton)
Terjadikarena ingin melihat suatu kejadian
tertentu. Kerumunan semacam ini hamper sama
dengan khalayak penonton, tetapi bedanya adalah
bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan,
sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya
tak terkendalikan.

Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma


hokum (lawless crowds)

Acting mobs (kerumunan yang bertindakemosional)

6
Bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menggunakan kekuatan fisik yang
brlawanan dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Immoral crowds (kerumunan yang bersifat
immoral)
Hampir sama dengan kelompok ekspresif.
Bedanya adalah kerumunan yang bersifat immoral
bertentangan dengannorma-norma masyarakat.
Contoh : orang-orang mabuk.
b. Publik
Berbeda dengan kerumunan, public lebih merupakan
kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi
secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti
misalnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus,
surat kabar, radio, televisi, film, dsb. Setiap aksi public
diprakarsai oleh keinginan individual (ex :pemungutan
suara dalam pemilihan umum), dan ternyata individu-
individu dalam suatu public masih mempunyai kesadaran
akan kedudukan sosial yang sesungguhnya dan juga masih
lebih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadi dari
pada mereka yang tergabung dalam kerumunan. Dengan
demikian, tingkah laku pribadi kelakuan public didasarkan
pada tingkahlaku atau perilaku individu.

3. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan


a. Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban
community. Pengertian masyarakat kota lebih menekankan
pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang

7
jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian khusus
masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti
pakaian, makanan, dan perumahan tetapi mempunyai perhatian
lebih luas lagi untuk memenuhi kehidupannya atau
kehidupannya bisa dikatakan dengan serba teknologi.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota,
antara lain:

Kehidupan keagamaan sedikit berkurang bila


dibandingkan dengan kehidupan keagamaan didesa
karena kehidupan masyarakat perkotaan selalu
sibuk dengan urusan dunia dan terkadang lupa
dengan urusan agama berbeda dengan masyarakat
desa.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang
lain atau sifat individunya lebih tinggi.
Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga
lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota
daripada warga desa dikarenakan tingkat
pendidikan yang berbeda diantara masyarakat
perkotaan dan pedesaan.
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan menyebabkan bahwa
interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan
pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi
Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota
mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga

8
kota sehingga dalam masyarakat kota sering dikenal
dengan istilah time is money babbbyyyyyyyy.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata
dikota-kota bila dibandingkan dengan di desa
karena informasi dikota bisa dengan mudah tersebar
karena teknologi yang canggih.

b. Unsur Lingkungan Perkotaan


Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola
kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik.
Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang
membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal
bahwa suatu lingkungan perkotaan setidaknya mengandung 5
unsur yang terdiri dari :

Wisma, unsur ini merupakan bagian ruang kota yang


dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam
sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-
kegiatan sosial dalam keluarga. Unsur wisma ini
menghadapkan dapat mengembangkan daerah
perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan
kebutuhan penduduk untuk masa mendatang
memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang
telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidupan
yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan
yang aman dan menyenangkan.
Karya, unsur ini merupakan syarat yang utama bagi
eksistensi suatu kota, karena unsur ini merupakan
jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.

9
Marga, unsur ini merupakan ruang perkotaan yang
berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara
suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta
hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah
lainnya.
Suka, unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas
hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan
kesenian sebagai tempat menghilangkan kepenatan
yang sering dialami oleh masyarakat kota dalam
pekerjaannya dan menyisahkan hari weekend untuk
berlibur bersama keluarga seperti mall.
Penyempurna, unsur ini merupakan bagian yang penting
bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke
dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan
kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan
jaringan utilitas kota.

c. Fungsi Eksternal Kota

Fungsi eksternal kota antara lain sebagai berikut :

Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan


sebuah wilayah tertentu.
Pusat dan orientasi kehidupan sosial budaya suatu wilayah
lebih luas.
Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
Produksi barang dan jasa
Terminal dan distribusi barang dan jasa.
Simpul komunikasi regional/global.

10
Satuan fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus
regional/global
d. Pengertian Desa

Ada 3 pendapat yang dikemukakan mengenai pengertian


desa, antara lain:

Menurut Sutardjo Kartohadikusuma, desa adalah suatu


kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan sendiri.
Menurut Binarto, desa merupakan perwujudan atau
kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural
yang terdapat disuatu daerah.
Menurut Paul H. Landis, desa adalah penduduknya
kurang dari 2.500 jiwa.

Jadi desa itu adalah suatu tempat dimana bertempat tinggal


suatu masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit atau
kurang dari 2.500 jiwa dengan kesatuan hukum dan kesatuan
geografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang masih
erat yang terdapat disuatu daerah. Ciri-ciri masyarakat
pedesaan dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga
seorang ahli Sosiologi Talcot Parsons menggambarkan
masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mengenai ciri-ciri sebagai berikut :

Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih


sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan.
Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong
menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang
diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

11
Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari
Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan,
tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang
yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.
Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang
ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk
suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya
Universalisme)
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat
khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha
yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan
yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas
terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa
ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa
menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat
Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang
masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.

e. Perbedaan Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa

Perbedaan dari masyarakat kota dan desa adalah sebagai


berikut :

Lingkungan Umum dan Orientasi terhadap Alam


Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam.

12
Penduduk yang tinggal didesa akan banyak
ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dan hukum-
hukum alam. Tentu berbeda dengan penduduk kota
yang kehidupannya bebas dari realitas alam. Padahal
mata pencaharian juga menetukan relasi dan reaksi
sosial.

Pekerjaan atau Mata Pencaharian

Mata pencaharian pedesaan adalah bertani dan


berdagang. Sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas
dari kegiatan usaha atau industri. Sedangkan
dimasyarakat kota mata pencahariannya cenderung
terspesialisasi dan spesialisasi itu dapat dikembangkan.

Ukuran Komunitas

Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari


komunitas perkotaan terutama dalam mata pencaharian.

Kepadatan Penduduk

Penduduk desa kepadatannya lebih rendah


dibandingkan dengan kepadatan penduduk kota.

Homogenitas dan Heterogenitas

Homogenitas sering nampak pada masyarakat


pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat
perkotaan. Dikota sebaliknya penduduknya heterogen,
terdiri dari orang-orang dengan macam-macam

13
subkultur dan kesenangan, kebudayaan dan mata
pencaharian.

Diferensiasi Sosial

Keadaan heterogen dari penduduk kota


berindikasi pentingnya derajat yang tinggi didalam
diferensiasi sosial.

Pelapisan Sosial
Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial tidak
resmi antara masyarakat desa dan kota, antara lain:
Pada masyarakat kota aspek kehidupan
pekerjaan, ekonomi, atau sosial politik lebih
banyak sistem pelapisannya dibanding
didesa.
Pada masyarakat desa kesenjangan antara
kelas ekstern dalam piramida sosial terlalu
besar sedangkan pada masyarakat kota jarak
antara kals ekstern yang kaya dan miskin
cukup besar.
Pada umumnya masyarakat pedesaan
cenderung berada pada klas menengah
menurut ukuran desa

Mobilitas Sosial

wilayah dikota lebih sering ditemukan


daripada didesa, dan segi-segi penting dari
mobilitas tersebut adalah:

14
Banyak penduduk yang pindah rumah ke
rumah lain
Waktu yang tersedia bagi penduduk kota
untuk bepergian pe satuan penduduk lebih
banyak dibandingkan dengan orang-orang
desa
Bepergian setiap hari didalam atau diluar
dari pusat penduduk
Waktu luang dikota lebih sedikit
dibandingkan didesa

Interaksi Sosial

Perbedaan interaksi sosial didesa dan perkotaan


yaitu masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya dan
tingkat mobilitas sosialnya rendah maka kontak pribadi
per individu lebih sedikit dan dalam kontak sosial
berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Pengawasan Sosial
Tekanan sosial oleh masyarakat pedesaan lebih
kuat karena kontaknya yang bersifat pribadi dan ramah
tamah(informal) sedangkan dkota pengawasan sosial
lebih bersifat formal, pribadi, dan peraturan lebih
menyangkut masalah pelanggaran.
Pola Kepemimpinan
kepemimpinan didaerah pedesaan cenderung
banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu
dibandingkan dengan dikota.

15
Standar Kehidupan
Dikota, dengan konsentrasin dan jumlah
penduduk yang padat, tersedia dan ada kesanggupan
dalam menyediakan kebutuhan tersebut dengakan
didesa terkadang tida demikian.
Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial atau kepaduan dan
kesatuan pada masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan banyak ditentukan oleh masing-masing
faktor yang berbeda.
Nilai dan Sistem Nilai
Nilai dan sitem nilai didesa dnegan dikota
berbeda dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara, dan
norma yang berlaku.
f. Hubungan Desa dan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua
komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lainnya.
Bahkan dalam kedaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat, bersifat ketergantungan karena diantara
mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis
pekerjaan tertentu dikota. Mereka ini biasanya adalah pekerja-
pekerja musiman. Sebaliknya, kota menghasilkan barang-
barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-
bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian,
minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan
alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang
melayani bidang-bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa
tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri. Tetapi dalam

16
kenyataannya, hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud
karena adanya beberapa pembatas. Jadi bisa dikatakan
hubungan antara kota dan desa menjalin hubungan yang
simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan satu sama
lainnya. dan satu sisi jiga orang kota yang tinggal dikota itu
tidak semuanya asli lahir dikota tapi ada juga yang merupakan
kaum urban dari desa untuk pindah ke kota karena mendapat
pekerjaan dikota, jadi hubungan yang lain adalah adanya istilah
mudik ke kampung halaman yang dilakukan oleh masyarakat
dari kota ke desa.
Jadi Kesimpulannya adalah masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
yaitu Allah SWT, untuk saling membutuhkan dan terciptanya
rasa saling ketergantungan satu sama lain. Jangan sampai
terjadi kesenjangan sosial yaitu yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin antara masyarakat kota dengan
masyarakat desa karena justru itu akan membuat kerugian
tersendiri karena masyarakat desa tidak lepas dari masyarakat
kota begitupun sebaliknya masyarakat kota tidak bisa lepas
dari masyarakat desa dalam kehidupannya.
4. Kelompok-kelompok kecil
Small group adalah suatu kelompok yang kecil/yang secara
teoritis terdiri paling dari dua orang, dimana orang saling
berhubungan untuk memenuhi tujuan tertentu dan yang
menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya. Biasanya
small group ini adalah hubungan-persahabatan (Soerjono
Soekanto:146).
5. Dinamika kelompok social
Jika dilihati asal katanya, dinamika memiliki arti
tenaga/kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan dapat

17
menyesuaikan diri secara memadai terhadap setiap keadaan
keadaan. Sedangkan kelompok merupakan kumpulan orang-orang
yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang
intensif dan mempunyai tujuan bersama
Dengan demikian dinamika kelompok merupakan sebuah
konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan yang selalu berubah-ubah
Selain itu dinamika kelompok dapat juga diartikan sebagai
suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu, memiliki
hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang
lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dinamika kelompok pada
dasarnya merupakan proses-proses kelompok yang
menggambarkan semua hal yang terjadi dalam kelompok akibat
adanya interaksi individu-individu yang ada dalam kelompok itu.

a. FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK


Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu
yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika
kelompok itu antara lain (internet):
Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam
mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak
bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang
tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu
besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.

18
(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya
masing-masing / sesuai keahlian)
Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan
masyarakat (setiap individu bisa memberikan masukan dan
berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat)
Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial akan
menyebabkan konflik antar kelompok sosial maupun sesame
anggota kelompok sosial. Di dalam dinamika kelompok sosial
mungkin terjadi perbedaan pendapat hingga menjurus pada sikap
etnosentrisme antar kelompok atau anggota (internet).

B. Lapisan-lapisan sosial masyarakat


1. Terjadinya Lapisan Masyarakat
Stratifikasi berasal dari bahasa latin stratus yang artinya
lapisan/tingkatan. Di dalam masyarakat terdapat sejumlah lapisan dengan
jumlah yang berbeda-beda. Hal itu tidak lain karena di masyarakat terjadi
perbedaan sosial. Seorang sosiolog Pitiram A.osorkin, dalam bukunya
yang berjudul social and cultural mobility mengemukakan bahwa sistem
berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup teratur. Ia menyebut sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat itu dengan istilah social stratification. Selanjutnya, dikatakan
bahwa social stratification adalah penggolongan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat dan wujudnya adalah
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah.
Bahkan pada zaman kuno dahulu, filosof Aristoteles (Yunani),
mengatakan di dalam Negara ada tiga unsur, yaitu mereka yang
kaya sekali, yang melarat, dan yang berada diantara
keduanya.ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa
pada zaman itu, dan sebelumnyaorang telah mengakui adanya

19
lapisan masyarakat yang mempunyaikedudukan yang bertingkat-
tingkat dari yang bawah sampai yang atas.
Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah
yang banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dikalngan atas.
Mereka yang sedikit sekali atau bahkan yang tidak sesuatu yang
berharga dalm pandangan masyarakat mempunyai kedudukan
yang rendah. Di antara lapisan yang atasan dan rendah itu, ada
lapisan jumlahnya dapat ditentukan sendiri olah mereka yang
hendak mempelajari system lapisan masyarakat itu.
Biasanya golongan lapisan masyarakat atas tifak hanya memiliki
satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat, tetapi
kedudukannya yang tinggi itu bersifat komulatif. Mereka yang
memilki uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah,
kekuasaan dan mungkin juga kehormatan, sedang mereka yang
mempunyai kekuasaan besar mudah menjadi kaya dan
mengusahakan ilmu pengetahuan.System lapisan dalam
masyarakat tersebut, dalam sosiologi ddikenal dengan social
stratification. Kata stratification berasal dari stratum, jamaknya
strata yang berarti lapisan. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa
social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas yang bertingkat-tingkat (hirarkis).
Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Selanjutnya menrut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat
tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tangggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya
diantara anggota-anggota masyarakt. Masyarakat yang
berstratifikasi sering dikiaskan dengan gambar sebuah limas yang
berlapis-lapis. Lapisan bawah adalh yang paling besar dan lapisan
berikutnya menjadi lebih sempit. Terdapat pendapat yang
menyamakan antara lapisan dengan kelas.

20
Namun sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Marx
berpendapat bahwa kelas adalah suatu lapisan masyarakat yang
orangnya mempunyai kedudukan dan peran yang sama terhadap
alat-alat produksi dan peredaran barang. Karena mereka
mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, menghadapi nasib
dan masalah kehidupan yang sama, dan harapan serta cita-cita
yang sama pula.

2. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat dari sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat ada yang


tertutup dan ada yang terbuka. Yang bersifat tertutup tidak
memungkinkan pindahnya orang dan suatu lapisan ke lapisan yang lain,
baik gerak pindahnya ke atas atau ke bawah. Keanggotaan dari lapisan
tertutup diperoleh melalui kelahiran. Sistem lapisan tertutup dapat dilihat
pada masyarakat yang berkasta, masyarakat yang feodal, atau masyarakat
yang sistem pelapisannya bersifat terbuka, setiap anggota mempunyai
kesempatan buat berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik
lapisan, atau kalau tidak beruntung, dapat jatuh kelapisan di bawahnya.

Sifat dan system pelapisan sosial di dalam suatu masyarakat


dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ada yang bersifat tertutup, ada yang
bersifat terbuka, dan ada yang bersifat campuran. Yang bersifat tertutup
membatasi kemungkunan pindahnya seseorang dari satu lapisan kelapisan
yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau bawah. Di dalam
system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu
lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.Sebaliknya di dalam system
terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau, bagi mereka
yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan bawahnya.
Pada umumnya system terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar

21
kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan
pembangunan masyarakat dari ada system yang tertutup.System tertutup
jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta. Atau didalam
masyarakat yang feodal, atau di dalam masyarakatnya yang mana
lapisannya tergantung pada perbedaan rasial. Apabila ditelaah pada
masyarakat India, system lapisan disana sangat kaku dan menjelma dalam
diri kasta-kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran.


Keanggotaan yang diwariskan itu berlaku seumur hidup, oleh
karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya,
kecuali dia dikeluarkan dari kastanya.
Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang
yang sekasta.
Hubungan antara kelompok-kelompok sosial lain sifatnya
terbatas.
Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu,
terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada
kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma
kasta.
Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah
ditetapkan.
Prestise suatu kasta sangat diperhatikan.

3. Kelas-kelas dalam masyarakat


Karl Marx beranggapan, bahwa masyarakat dan kegiatan-
kegiatannya pada dasarnya merupakan alat-alat yang terorganisasi agar
manusia dapat tetap hidup. Di sana kelas merupakan kenyataan dalam
masyarakat yang timbul dari sistem produksi, akibat ada anggota yang
memiliki tanah dan alat-alat produksi dan yang tidak mempunyai serta

22
hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan dalam proses produksi.Istilah
kelas terkadang tidak selalu mempunyai arti yang sama. Ada kalanya
yang dimaksud dengan kelas ialah semua orang dan keluarga ynag sadar
akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudkan mereka
itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum.
Pandangan lain terhadap kelas-kelas ada yang menggunakan
penilaian fungsional dan historis. Terbentuknya kelas-kelas menurut
aliran fungsional diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan
keperluan yang nyata dan gejalanya dimengerti apabila diketahui riwayat
terjadinya seprti dalam abad ke-19, yaitu sebagai berikut:

pada awalnya manusia hidup berkelompok tanpa tatanan sosial


tertentu. Setiap pribadi merdeka dan sama derajat. Sarana
produksi belum tercipta, sehingga penduduk tidak terbagi-bagi
atas dasar pemilikan keahlian.
usaha tani berkembang, sumber daya terbatas sehingga
menuntut hadirnya peralatan-peralatan khusus yang pada
gilirannya menciptakan kesempatan-kesempatan baru atas
penguasaan alat yang tidak setiap orang mampu memilikinya.
Yang tidak mampu membeli atau menyewa peralatan mesti
bekerja keras atau bekerja bagi yang memiliki. Secara
mendasar manusia mulai terbagi, dan prinsip perbudakan mulai
merembes dan menggeser struktur dasar.
perbudakan berkembang berubah kearah prinsip-prinsip kuli
kontrak. Orang yang dulunya budak pelan-pelan bergeser
statusnya mengikuti pergeseran pemilikan lahan. Meskipun
mereka merdeka, keterikatan pada lahan membuatnya tidak
berdaya mengikuti kehendak tuan-tuan tanah. Meski nyawa
tetap di badan, namun bila tanah garapan dijual dan tuan

23
pemilik berganti, maka terbawa pula seluruh kuli yang ada di
dalam tata usaha pengolaan lahan itu.
prinsip kuli kontrak memberi kesempatan bagi tumbuhnya
benih-benih feodalisme, tata penguasaan di tangan minoritas
bangsawan. Buruh jadi bergantung pada lahan usaha tempat ia
mengandalkan hidupnya. Dirnya terikat kepada Aristrokrat.
Hak-hak yang dimilikinya baik hak sipil maupun hak sosial
tetap saja hilang.
struktur dasar bergeser kearah prinsip borjuis. Lapisan ini
bukan petani, bukan aristokrat melainkan kelas menengah.
Dengan memiliki alat dan sarana-sarana produksi, kelompok
ini mampu menguasai indusri dan mesin.
kini kaum borjuis memperoleh keuntungan yang besar. Maka
muncul gejala baru, yaitu lapisan ini menjadi embrio sebuah
kapitalisme industri. Perkembangan selanjutnya adalah
memberi peluang terhadap terjadinya pertentangan kelas.

Bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali.


Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalis,
demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tersebut
mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam satu
organisasi sosial. Misalnya pada masyarakat yang bertaraf kebudayaan
masih bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan dari
perbedaan seks, perbedaan anatara pemimpin dan yang dipimpin,
golongan buangan budak dan bukan buangan budak, pembagian kerja dan
bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan
semakin maju teknologi masyarakat, semakin kompleks pula system
suatu masyarakat. Lapisan tersebut, tidak hanya dijumpai pada
masyarakat manusia tetapi juga pada masyarakat hewan merayap,
menyusui, dan lain sebagainya. Bahkan dikalangan hewan menyususi,

24
umpamanya kera, ada lapisan pimpinan dan yang dipimpin, ada pula
perbedaan pekerjaan yang didasarkan perbedaan seks. Demikian juga
dikalangan dunia tumbuh-tumbuhan. Dikenal ada tubuhanan parasitis,
yang sanggup berdiri sendiri.

Bentuk-bentuk konkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akan


tetapi secara prinsipil bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ketiga
macam kelas, yaitu yang ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada
jabatan-jabatan trtentu dalam masyarakat. Umumnya ketiga pokok
tersebut mempunyai hubunyan erat satu dengan yang lainnya, di mana
terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Misalnya, mereka yang masuk
dalam lapisan ats dasar ukuran politis, biasanya juga merupakan orang-
orang yang meduduki suatu lapisan tertentu atas dasar lapisan ekonomis.
Demikian pula mereka yang kaya biasanya menempati jabatn-jabatan
yang senantiasa penting. Akan tetapi, tidak semua demikian keadaanyan.
Hal itu semuanya tergantung pada system nilai yang berlaku serta
berkembang dalam masyarakat bersangkutan.

Selain itu, adapula masyarakat yang mendasarkan penilaian dan


penentuan status sosial pada pendidikan dan pemikiran tanah. Jadi kriteria
sosial bagaimanapun bentuknya berfungsi untk menilai dan menempatkan
orang-orang atau grup dalm stratum, dalm system hirarki masyarakat.
Sehingga adanya beberapa system yang lahir dalam stratifikasi
masyarakat yaitu:

system kasta.

Istilah kasta diambil dari kata Portugis casta, yang


berarti keturunan atau ras. Adapun di India istilah Varna berarti
warna dipakai sebagai sinonim kata tersebut. Lumberg
menjelaskan bahwa kasta merupakan suatu kategori yang
anggotanya yang ditunjuk dan ditetapkan pada status yan
permanen dalam hirarki sosial yang diberikan serta

25
perhubungannya dibatasi sesuai dengan statusnya. System
kasta ini merupakan bentuk yang paling kaku dan mempunyai
garis batas yang paling jelas dari bentuk stratifikasi sosial.

System kelas.

Bertolak belakang dengan system kasta yang kau dan


tertutup, system kelas lebih fleksibel dan membuka
kemungkinan membuka gerak sosial. Oleh karena itu kelas
tidak terorganisoir dan juga tidadk tertutup atas dasar
penentuan hukum atau agama seperti yang terdapat dalam
stratum dengan sistemnya yang kaku dan mudah diidentifikasi.
Kelas sosial bukan warisan keluarga, kelas sosial dapat dicapai
dan diubah sesuai dengan usaha dan prestasi seseorang
walaupun besarnya mobilitas seperti itu dari masyarakat ke
masyarakat lainnya sangat bervariasi.

Adapun stratifikasi sosial cenderung mengekalkan diferensiasi


atau perbedaan peranan dan status tersebut. Orang-orang melalui proses
tertentu, ditetapkan (fixed) dalam struktur masyarakat. Dalam beberapa
kasus, peranan dan status berkembang sangat tetap sehingga stratifikasi
sosial yang mengindikasikan peranan dan status itu sangat tertutup dan
kaku. Dalam deferensiasi, strata yang dimiliki seseorang dianggap taraf
permulaan bagi terciptanya stratifikasi sosial, hal itu tidak terjadi begitu
saja, melainka melalui prosesyang panjang.

Awal mulanya dengan membedakan seseorang dengan yang lain,


dipilih dan dalam grup-grup dan selanjutnya perbedaan itu cenderung
menjadi tetap (fixed) dan terciptalah stratifikasi sosial itu dalam
masyarakat. Namun demikian, tidak ditafsir bahwa semua diferensiasi
akan mengarahkan kepada stratifikasi soosial. Sebab didalam masyarakat
terdapat kekuatan atau daya yang mendorong penghapusan perbedaan
atau diskriminasi di antara sesama musia. Humberg menjelaskan bahwa

26
stratifikasi sosial merupakan devinisi dari suatu populasi kedalam atau
lebih lapisan dan setiap lapisan itu relatif homogen.

4. Dasar lapisan masyarakat

Lapisan-lapisan sosial masyarakat atau stratifikasi sosial dalam


masyarakat bisa terjadi, dikarenakan tidak adanya keseimbangan
dalam pembagian hak-hak dan kewajiban serta bertanggung jawab
diantara anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Sehingga
muncul proses dimana kemunculan itu bisa dengan sendirinya
dalam proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Kemudian
lapisan masyarakat yang munculnya disengaja yang disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Dan yang menjadi faktor utama
munculnya lapisan sosial sengaja adalah kepandaian, tingkat umur
(yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala
masyarakat.

Dilihat dari prosesnya, stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat


terjadi dengan sendirinya, tetapi juga terdapat unsur-unsur kesengajaan
untuk dibuat bertingkat-tingkat. Koencoroningrat mengemukakan bahwa
sesuatu yang berharga dapat dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu:

Kualitas atau kepandaian.


Tingkat usia atau senioritas.
Sifat keaslian.
Keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat.
Pengaruh dan kekuasaan.

Secara teorotis semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan


tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya
tidaklah demikian.Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal
yang merupakan bagian system sosial setiap masyarakat.

27
Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat,
dapatlah pokok-poko sebagai berikut:

sistem lapisan mungkin berpokok pada system pertentangan


dalam masyarakat. System demikian mempunyai arti yang
khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi objek
penyelidika.
sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsure-
unsur sebagai berikut:
distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti
misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan
(kesehatan laju angka kejahatan), wewenang, dan
sebagainya.
sistem pertanggaan yang diciptakan para warga
masyarakat (prestise dan penghargaan).
kriteria system pertentangan, yaitu apakah didapat
berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok
kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
lambang-lambang kedudukan, tingkah laku hidup, cara
berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu
organisasi dan selanjutnya.
mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
solidaritas diantara individu-individu atau kelompok
yang menduduki kedudukan yang sama dalam system
sosial masyarakat.

Seperti telah diuraikan ada pula system lapisan yang disengaja


disusun untuk mengejar tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan
dengan pembagian kekuasaan dan wewenag resmi dalam organisasi
formal, seperti pemerintah, perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata

28
atau perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsure-unsur
khusu dalam system lapisan.

Hubungan-hubungan yang ada dalam masyarakat, merupakan


hubungan antar peranan antar individu dalam masyarakat. Peranan di atur
oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan
menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan bersama seorang wanita
harus disebelah luar. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam perrgaulan kemasyarakatan. Jadi,
seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan
suatu peranan.

5. Unsur-unsur lapisan masyarakat


Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem
lapisan masyarakat adalah kedudukan ( status ) dan peranan ( role ).
Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur dalam sistem lapisan,
dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah
pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu-individu
tersebut. Dalam hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan
individu mempunyai arti yang penting karena langgengnya masyarakat
tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu
termaksut. Untuk gambaran yang agak lebih mendalam, kedua hal
tersebut akan dibicarakan.
Kedudukan ( status )
Kadang-kadang di bedakan antara pengertian
kedudukan ( status ) dengan kedudukan sosial ( social status ).
Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial diartikan
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulan, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-

29
kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat
seseorang dalam suatu pola tertentu.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua
macam kedudukan yaitu sebagai berikut:
Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam
masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-
perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan
tersebut memperoleh karena kelahiran. Pada
umumnya ascribed status di jumpai pada
masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang
tertutup, misalnya masyarakat fiodal, atau
masyarakat di mana sistem lapisan tergantung pada
perbedaan rasial. Namun demikian, ascribed status
tak hanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat
dengan sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem
lapisan terbuka juga ada.
Achieved status adalah kedudukan yang di capai
oleh seseorang dengan usaha-usaha yang di sengaja.
Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran.
Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja,
tergantung pada kemampuan masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim
asalkan memenuhi persyaratan tertentu.
Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam
kedudukan, yaitu assigned status, yang merupakan
kedudukan yang di berikan. Assigne-status tersebut
sering mempunyai hubungan yang erat dengan
achieved status, dalam arti bahwa suatu kelompok
atau golongan memberikan kedudukan yang lebih

30
tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah
memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Peranan ( role )
peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan (
status). Apabila seseorang meleksanakan hak dan kewajibanya
sesuai dengan kedudukanya, dia menjankan suatu peranan.
Pembeda antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.keduanya tidak dapat di pisah-
pisahkan karena yyang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Sabagai mana halnya dalam kedudukan,
peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan
apa yang perbuatnya bagi masyarakat serta kesempata-
kesempatan apa yang di berikan oleh masyarakat kepadanya.
Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur prilaku
seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batass-batas
tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbutan orang lain
hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat
merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam
masyarakat. Peranan juga di atur oleh norma-norma yang
berlaku.
Peranan yang melekat pada seseorang harus di
bedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan.
Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social position
merupakan unsur statis yang menunjukan tepat individu pada
organisasi masyarakat.

31
Peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai
berikut;
Peranan meliputi norma-norma yang di
hubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam
arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.
Peranan merupakan suatu konsep tentang
apa yang dapat di lakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
Peranan juga dapat di katakan sebagai
prilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.

6. Lapisan yang sengaja disusun

Sistem kasta di India telah ada sejak abad-abad yang lalu. Istilah
untuk kasta dalam bahasa India dinamakan yati; sedangkan sistemnya
disebut varna. Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab Brahmana, dalam
masyarakat India kuno dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke
bawah. Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya, Sudra.
Kasta Brahmana merupakan kasta para pendeta, yang dipandang sebagai
lapisan tertinggi. Ksatria merupakan kasta-kasta bangsawan dan tentara,
dipandang sebagai lapisan yang kedua. Kasta Vaicya merupakan kasta
para pedagang yang dianggap sebagai lapisan yang menengah (ketiga)
dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (jelata).

Mereka yang tak berkasta, adalah golongan Paria. Susunan kasta


tersebut sangat kompleks dan hingga kini masih dipertahankan dengan
kuat, walaupun orang-orang India sendiri kadangkala tidak mengakuinya.

32
Sistem kasta semacam di India, juga dijumpai di Amerika Serikat,
dimana terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih
dengan golongan kulit berwarna terutama oranr-orang Negro. Sistem
tersebut dikenal dengan segregation yang sebenarnya tidak berbeda jauh
dengan sistem apartheid yang memisahkan golongan kulit putih dengan
golongan asli di Uni Afrika Selatan.

Dan yang ketiga adalah system lapisan yang campuran sehingga


bisa memberikan kesempatanpada seseoranguntuk melakukan
perpindahan dari satu lapisan kelapisan lain, baik gerak keatas maupun
kebawah. Namun demikian itu dibirikan kepada blok-blok tertentu.
Seperti halnya untuk menjadi pejabat tertentu dipersyaratkan tentang IQ
seseorang tersebut. Akan tetapi, apabila suatu maysrakat hendak hidup
dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi
dengan teratur pula. Sehingga jelas bagi seseorang ditempat mana
letaknya kekuasaan dan wewenang dalam organisasi secara vertikal dan
horizontal.

7. Mobilitas sosial

a. Konsep Tentang Mobilitas Sosial

Fenomena sosial di dalam tubuh masyarakat demi


kepentingan metodologi lazim dibagi dua, yaitu mobilitas
sosial dan mobilitas geografik. Mobilitas berasal dari bahasa
latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sementara, kata sosial
dalam istilah mobilitas sosial adalah untuk menekankan bahwa
istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan
seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau

33
kelompok orang dari strata sosial yang satu ke strata sosial
yang lain.sedangkan mobilitas geografik adalah perpindahan
orang atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain.

Sebagai contoh untuk terjadinya perubahan status


sosial, seseorang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya
karena ketiadaan lapangan kerja, atau sebaliknya mobilitas
sosial seringkali mengakibatkan adanya mobilitas geografi
yang disertai dengan segala kerugian yang menyakitkan, yakni
lenyapnya ikatan sosial yang sudah demikian lama terjalin.
Demikian halnya mobilitas geografis akan mempengaruhi
terhadap mobilitas sosial.Apabila seorang guru kemudian
pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik toko buku, dia
melakukan gerak sosial. Juga apabila seseorang yang semula
mendapat gaji bulanan sebesar Rp. 250.000,00 kemudian
pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yang lebih
tinggi.

Tipe-tipe gerak sosial ada dua macam, yaitu gerak


sosial yang horizontal dan vertikal.

Gerak sosial horizontal merupakan peralihan


individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Contohnya seseorang yang beralih
kewarganegaraan beralih pekerjaan yang sederajat.
Dengan adanya gerak sosial horizontal, tidak terjadi
perubahan dalam derajat kedudukan seseorang
ataupun suatu objek sosial.

Gerak sosial vertikal merupakan perpindahan


individu atau objek sosial dari suatu kedudukan

34
sosial kekedudukan lainnya, yang tidak sederajat.
Terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu
yang naik (social climbing) dan yang turun (social
sinking).
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai 2
bentuk utama:
Masuknya individu-individu yang mempunyai
kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang
lebih tinggi,
Pembentukan suatu kelompok baru, yang
kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih
tinggi dari kedudukan individu-individu
pembentuk kelompok tersebut.
Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai 2
bentuk utama:
Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang
lebih rendah derajatnya,
Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat
berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.

b. Sifat Dasar Mobilitas Sosial


Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah
masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi
sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah
masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup,
hampir tak ada gerak sosial yang Vertikal karena kedudukan
seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan,
pendidikan dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial

35
masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan
perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak
dicapai tergantung pada usaha dan kemampuan si individu.
Memang benar bahwa anak seorang pengusaha mempunyai
peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang
tukang sapu jalan. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat
tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk
memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang
semula dipunyainya. Namun kenyataan tidaklah seideal itu.
Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-
kesulitan, misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang baik),
biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,
dan lain sebagainya.
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar
belakang sosial para individu berbeda, maka mereka tetap
dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas
sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan
terkungkung dalam status para nenek moyang mereka.

c. Manfaat dan Kerugian Mobilitas Sosial


Meskipun mobilitas sosial memungkinkan masyarakat
untuk mengisi kursi jabatan dengan orang yang paling ahli dan
memberikan kesempatan bagi orang untuk mencapai tujuan
hidupnya, namun mobilitas sosial pun memiliki beberapa
kerugian. Manfaat mobilitas sosial tidak dapat dipisahkan dari
kerugiannya. Ditinjau dari sudut individu dan masyarakat,
mungkin saja masyarakat yang bersistem sosial terbuka

36
bersifat menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti itu
tetap memiliki konsekuensi negatif.
Konsekuensi negatif tersebut mencakup kecemasan
akan penurunan status bila terjadi mobilitas menurun;
ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan
yang ditingkatkan; keretakan antar anggota kelompok primer,
karena seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke
status yang lebih rendah. Seseorang yang dinaikan jabatannya
mungkin saja merasa cemburu melihat ketenangan masyarakat
yang kurang mobil.orang tua dan putra-putrinya dapat saling
merasa sebagai orang asing.
Beberapa studi lainnya telah pula mengemukakan
bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang
mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan
keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial
(social distance). Namun demikian, penyebab dan akibatnya
tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti
itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari
mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun masyarakat,
manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat
bersistem terbuka, masih dapat diperdebatkan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial


Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari
kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta
kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya
ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia
dibandingkan dengan jumlahpelamar kerja.

37
Struktur Pekerjaan
Sebuah masyarakat yang kegiatan
ekonominya berbasis industri dengan teknologi
canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan
lebih banyak dibandingkan dengan yang
berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang
berkedudukan rendah akan terpacu untuk
menaikkan kedudukan sosial ekonominya.
Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat
fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat
fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah
jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan
tinggi atau rendah. Hal ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial
yang akan berlangsung.
Ekonomi Ganda
Setiap negara yang menerapkan sistem
ekonomi ganda (tradisional dan modern)
sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan
Amerika, tentunya akan berdampak pada jumlah
pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun
yang rendah. Bagi masyarakat yang berada
dalam tekanan sistem ekonomi ganda seperti
ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan
dalam melakukan pekerjaan di bidang yang
diminatinya karena dalam masyarakat seperti ini
(modern) kenaikan status sosial sangat
dipengaruhi oleh faktor prestasi.
Faktor Individu

38
Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas
dari orang perorang, baik dilihat dari tingkat pendidikan,
penampilan maupun keterampilan pribadinya.
Perbedaan Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki kemampuan
yang berbeda-beda.
Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap individu memiliki cara yang
beragam dalam mengupayakan meningkatkan
prospek mobilias sosialnya.
Faktor Kemujuran
Usaha adalah sebagai proses untuk
meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran tetap
berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap
sepele.
Faktor Status Sosial
Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-
anaknya.
Faktor Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena
akibat himpitan ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian
bisa dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami
mobilitas.
Faktor Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara dapat menjadi
penyebab terjadinya mobilitas sosial. Karena dengan
kondisi politik yang tidak menentu akan sangat
berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga,
memunculkan sebuah keinginan masyarakat untuk pindah
ke daerah yang lebih aman.

39
Faktor Kependudukan (demografi)
pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat
mengakibatkan sempitnya lahan pemukiman dan
mewabahnya kemiskinan, sehingga menuntut masyarakat
untuk melakukan transmigrasi.
Keinginan melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai
oleh jiwa (mentalitas) mengembara, biasanya kuantitas
mobilitas agak terbatas pada orang-orang atau suku bangsa
tertentu. Suku minangkabau dan suku Batak misalnya,
sering dikatakan memiliki jiwa petualang. Ada semacam
naluri yang hidup didalam jiwa pemuda Minang dan batak
untuk merantau ke daerah lain, atau melihat kehidupan di
kota lain, sebelum mereka menjalankan pekerjaannya
ditempat yang tetap.

e. Dampak Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk


Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk
maju dan berprestasi agar dapat memperoleh status yang
lebih tinggi.
Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki
dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam
masyarakat bayak ragam konflik yang mungkin terjadi
akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya
konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain
sebagainya. Sehingga akan berakibat pada menurunnya
solidaritas baik kelompok atau antar kelompok.

40
8. Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat
Manusia pada umumnya bercita-cita agar ada perbedaan
kedudukan dan peranan dalam masyarakat itu tidak ada. Akan tetapi, cita-
cita tersebut selalu akan tertumbuk pada kenyataan yang berlainan. Setiap
masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-tempat
tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk
melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan
tersebut. Dengan demikian, masyarakat menghadapi dua persoalan. yaitu,
menempatkan individu-indiiduu tersebut, dan mendorong agar mereka
melaksanakan kewajibannya.
Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan si
individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-kemampuannya dan
seterusnya, persoalannya tak akan selalu sulit untuk di laksanakan. Akan
tetapi kenyataan bukanlah demikian. Kedudukan dan peranan tertentu
sering memerlukan kemampuan dan latihan-latihan tertentu. Pentingnya
kedudukann dan peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka, tak akan
dihindarkan bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam
sistem pembalasan jasa sebagai pendorong agar individu mau
melaksanakan kewajiban-kewajjibannya yang sesuai dengan posisinya
dalam masyarakat.
Dengan demikian, mau tidak mau ada sistem lapisan
masyarakat karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang
di hadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat
yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan
kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta dengan peranannya.
Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar
masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi, wujudnya
dalam setiap masyarakat juga berlainan karena tergantung pada bentuk
dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan
peranan yang di anggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah

41
kedudukan dan peranan yang di anggap terpenting secara memerlukan
kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.

42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok social adalah
suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka
terdapat beberapa pola interaksi yang dapatdipahami oleh para anggotanya atau
orang lain secara keseluruhan.
Berbagai macam tipe kelompok sosial dapat dilihat berdasarkan besar
kecilnya anggota kelompok, derajat interaksi dalam kelompok, kepentingan dan
wilayah, kelangsungan kepentingan, dan derajat organisasi.
Pengertian masyarakat kota lebih menekankan pada sifat-sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti
pakaian, makanan, dan perumahan tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi
untuk memenuhi kehidupannya atau kehidupannya bisa dikatakan dengan serba
teknologi. Sedangkan desa itu adalah suatu tempat dimana bertempat tinggal
suatu masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit atau kurang dari 2.500 jiwa
dengan kesatuan hukum dan kesatuan geografis, sosial, ekonomi, politik, dan
kultural yang masih erat yang terdapat disuatu daerah.
Dinamika kelompok pada dasarnya merupakan proses-proses kelompok yang
menggambarkan semua hal yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi
individu-individu yang ada dalam kelompok itu
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan
masyarakat adalah kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan dan
peranan merupakan unsur-unsur dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang
penting bagi sistem sosial.

43
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini begitu banyak kekuranagan dari segi
penulisan maupun materi yang disajikan, oleh karna itu kami mengharapkan
kritik dan sarannya agar makalah ini kedepan jauh lebih baik lagi. Dan harapan
kami makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

44
DAFTAR PUSTAKA

https://infosos.wordpress.com/kelas-xi-ips/kelompok-sosial/

https://estuputri.wordpress.com/2010/05/19/kelompok-kelompok-sosial-yang-tidak-
teratur/

https://fadluridwanulhakim.wordpress.com/2013/11/22/masyarakat-pedesaan-dan-
masyarakat-perkotaan/

http://zakariazeky.wordpress.com/2012/02/02/bab-7-masyarakat-perkotaan-dan-
masyarakat-pedesaan/

http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/06/perbedaan-masyarakat-desa-kota.html

http://dwiputry22.blogspot.com/2012/10/kelompok-kelompok-sosial-dalam.html

http://urlsriyuniati.blogspot.com/2013/08/lapisan-masyarakat_28.html

http://kedie-rambung.blogspot.com/2011/12/contoh-makalahlapisan.htmlshakary kedie
rambung

45

You might also like