Professional Documents
Culture Documents
2. DEFENISI
a. Fisura Anorektal
Fisura anal adalah robekan atau ulserasi longitudinal dalam kanal analisis
atau dinding anus. fisura biasanya disebabkan oleh trauma akibat pasase
atau lewatnya feses yang besar dan keras atau pengencanan kanal anal yang
menetap, akibat stres atau ansietas (menimbulkan konstipasi). Penyebab lain
mencakup kelahiran,trauma dan penggunaan lakstif yang berlebihan.
b. Fistula Anorektal
Fistula anal adalah Saluran tipis Tubuler Fibrosa yang meluas kedalam
saluran anal dari lubang yang terletak disamping anus. Fistula biasanya
adalah akibat infeksi. Fistula juga dapat terjadi akibat trauma, Fisura atau
Enteritis Regional.
3. ETIOLOGI
a. Fisura anorektal
Biasanya Disebabkan oleh Cedera karena buang air besar yang keras
dan besar. Fissura menyebabkan Otot Melingkar (Sfingter) dari Anus
mengalami kejang dan hal ini akan menyulitkan penyembuhan.
b. Fistula anorektal
Fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
kadang-kadang Fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Fistula biasanya akibat infeksi, trauma, fisura dan enteritis regional
(inflamasi pada usus halus)
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Fissura anorektal
1. Nyeri dan perdarahan selama atau segera setelah buang air besar.
Rasa nyeri akan berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa
jam dan kemudian menghilang sampai saat buang air besar berikutnya.
2. Rasa terbakar
3. Perdarahan.
b. Fistula anorektal
1. Fistula bisa terasa sangat nyeri atau bisa mengeluarkan nanah. Pus
atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus.
2. Pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung
pada saluran Fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan
Infeksi Sistemik disertai gejala yang berhubungan
5. PATOFISIOLOGI
a. Fisura anorektal
Celah anal atau ulkus terjadi ketika epitel anus atas sfingter internal
menjadi gundul atau abraded. Pengetatan anus sfingter kanal dengan
peningkatan ketegangan penyebab retakan. Faktor lain yang mungkin didapati
misalnya trauma persalinan, kebiasaan menggunakan obat pencahar, luka
oleh benda asing, dan anal seks. Peradangan kronis dan infeksi dari jaringan
sekitarnya menyertai fisura anal.
Diagnosis fisura anal dibuat pada pemeriksaan digital lembut lubang anus
dan anoscopy menggunakan anoscope kecil. Perawatan biasanya konservatif,
yang melibatkan perubahan diet untuk meningkatkan asupan serat dan tinja
massal, dirunut dari asupan cairan dan laksatif pembentuk bulk. Sebuah agen
topikal seperti krim hidrokortison dapat diresepkan. Intervensi bedah dengan
sphincterotomy internal, sebuah sayatan ke sfingter internal untuk
meningkatkan terdiame, dianggap ketika retakan tidak sembuh-sembuh
dengan intervensi medis
b. Fistula
Fistula adalah sebuah terowongan atau saluran tubelike dengan bukaan di
kedua ujungnya. Fistula anorektal memiliki satu bukaan pada anus dengan
yang lain perianal biasanya ditemukan pada kulit. Sebagian besar terjadi
secara spontan atau sebagai akibat dari drainase abses anorektal penyakit
Crohn adalah faktor predisposisi untuk pembangunan Fistula juga. Manifestasi
utama dari sebuah fistula anorektal adalah intermiten atau konstan drainase
atau kotoran, yang mungkin bernanah.
Hal ini dapat disertai gatal lokal kelembutan, dan rasa sakit yang
berhubungan dengan buang air besar. Anoscopic digital dan pemeriksaan
dengan lembut probin; dari saluran fistula digunakan untuk menetapkan
diagnosis.
meskipun menyembuhkan beberapa fistula mungkin secara spontan,
pengobatan pilihan adalah fistulolomy. Kematian utama pembukaan fistula
akan dihapus, dan saluran dibuka untuk memungkinkan ini untuk
menyembuhkan oleh niat sekunder, dari dalam ke luar jika sfingter yang
terlibat, dua-tahap operasi dapat dilakukan untuk memelihara otot dan
mencegah inkontinensia tinja.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi, dan / atau pemeriksaan
proctoscopic oleh Dokter Spesialis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus,
dimanaditemukan satu atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di
bawah permukaan.Sebuah alat penguji bisa dimasukan untuk menentukan
kedalaman danarahnya. Ujung dalamnya bisa ditentukan lokasinya dengan
melihat melalui anoskopyang dimasukkan ke dalam rektum.Pemeriksaan dengan
sigmoidoskop akan membantu menentukan penyebabnya(apakah kanker,
penyakit Crohn atau kelainan lainnya).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi Penyidikan
Ini tidak dilakukan untuk evaluasi fistula rutin. Mereka dapat
membantuketika pembukaan utama adalah sulit untuk mengidentifikasi atau
dalam kasus fistula berulang atau berganda untuk mengidentifikasi saluran
sekunder atau bukaan primer. FistulographyIni melibatkan penyuntikan
kontras melalui pembukaan eksternal, yang diikutidengan gambar x-ray untuk
garis besar saja pada saluran fistula.
b. MRI
Temuan menunjukkan konkordansi 80-90% dengan temuan operasi ketika
mengamati kursus saluran primer dan sekunder ekstensi. CT scan lebih
membantu dalam pengaturan penyakit radang perirectaldaripada di
pengaturan fistula kecil karena lebih baik untuk menggambarkan
kantongcairan yang memerlukan drainase daripada fistula kecil. Barium seri.
Hal ini berguna untuk pasien dengan fistula beberapa atau penyakit
berulanguntuk membantu menyingkirkan penyakit inflamasi usus.
8. PENATALAKSANAAN
a. Fisura
Kebanyakan Fisura ini akan sembuh bila diatasi dengan tindakan
konservatif, yang mencakup memberikan pelunak feses dan agen bulk,
meningkatkan masukan cairan, rendam duduk, dan supositoriaemolien.
kombinasi supositoria anestetik dengan kortikosteroid membantu
menghilangkan ketidaknyamanan. dilatasi anal dibawah ansietasia mungkin
diperlukan.
Apabila fistula tidak berespons terhadap tindakan konservatif,
pembedahan di indikasikan. Beberapa tipe prosedur dapat dilakukan : pada
beberapa kasus, sfingter anal dilebarkan dan fisura di eksisi; sedang yang
lainnya sebagian dari sfingter eksternal dipisahkan.tindakan ini menghasilkan
paralisis sfingter eksternal, dengan akibat hilangnya spasme sehingga
memungkinkan ulkus untuk sembuh.
b. Fistula
Pembedahan selalu di anjurkan karena beberapa fistula sembuh secara
spontan. Fistulektomi (eksisi saluran fistula) adalah prosedur bedah yang
dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama dengan enema yang di
programkan.
Selama pembedahan, saluran sinus didentifikasi dengan menginjeksi
saluran dengan larutan biru metilen.fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan
terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. luka diberi tampon
dengan kasa.
9. KOMPLIKASI
a. Infeksi
b. Gangguan fungsi reproduksi
c. Gangguan dalam berkemih
d. Gangguan dalam defekasi
e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
10. PROGNOSIS
Prognosis dari penyakit ini sangat baik setelah sumber infeksi dan fistula
Teridentifikasi. Fistula akan menetap bila tidak didrainase dengan benar. Dengan
tindakan yang tepat dan mengikuti anjuran yang, maka prognosis dari fistula ani
baik. Komplikasi pun dapat terhindarkan.
I.DATA BIOGRAFI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ARK
Umur : 27 Tahun
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Pekerjaan : Koki
Alamat : Pasangrahan
Tanggal Masuk : 20 Mei 2014
Tanggal Pengkajian: 20 Mei 2014
Dx. Medik : Fisura dan Fistula
2. IDENTITAS PENANGGUNG
Nama : Ny. VJ
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha Batik
Alamat : Pasangrahan
Hub dengan pasien : Istri
PENGUMPULAN DATA
Pasien mengatakan nyeri setelah defekasi
Pasien mengatakan sulit BAB (konstipasi)
Pasien Nampak kesakitan ketika duduk atau batuk
Pasien mengatakan fesesnya terkadang bercampur dengan darah
Terlihat pembengkakan kemerahan pada pinggir anus pasien
TTV
a. TD : 125/85 mmHg
b. N : 110 x/i
c. S : 37,5C
d. P : 19 x/i
Pasien terlihat lemas
Pasien terlihat kurus
Pasien mengatakan nasfu makannya berkurang
Pasien Nampak gelisah dan merintih
Wajah pasien terlihat murung dan pucat
Berat badan pasien berkurang
Menolak makanan
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEK DATA OBJEK
Pasien mengatakan nyeri setelah Pasien Nampak kesakitan ketika duduk
defekasi atau batuk
Pasien mengatakan sulit bab Terlihat pembengkakan kemerahan
(konstipasi) pada pinggir anus pasien
Pasien mengatakan fesesnya TTV
terkadang bercampur dengan TD : 125/85 mmHg
darah N : 110 x/i
Pasien terlihat lemas S : 37,5C
Pasien terlihat kurus P : 19 x/i
Pasien mengatakan nasfu Pasien Nampak gelisah dan merintih
makannya berkurang Wajah pasien terlihat murung dan
Menolak makanan pucat.
Berat badan pasien berkurang
ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 Data subjek Rupture Ani/anal
Pasien mengeluh nyeri
setelah defekasi
Pasien mengatakan Reaksi Radang
fesesnya terkadang bercampur
dengan darah NYERI
Pasien Nampak kesakitan Stimulus Ke
ketika duduk atau batuk Hipotalamus
Data objek
Terlihat pembengkakan Keluar Asam Laktat
kemerahan pada pinggir anus Dan Bradikinin
pasien
Pasien Nampak gelisah
TTV Nyeri
TD : 125/85 mmHg
N : 78 x/i
S : 37,5C
P : 19 x/i
Konstipasi
RUPTUR ANI/ANAL
NYERI
TIDAK ADANYA KEINGINAN UNTUK DEFEKASI
KONSTIPASI
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn ARK
Umur : 27 tahun
Tanggal Masuk : 20 Mei 2014
Tanggal Pengkajian: 20 Mei 2014
Dx. Medik : Fisura dan Fistula
Diagnosa RENCANA KEPERAWATAN
NO Keperawa Tujuan dan Kriteria
Intervensi
tan Hasil
1 Nyeri Hasil Noc Hasil Nic
berhubun Pengendalian Nyeri, Observasi tanda-tanda vital
ga Setelah diberi tindakan Bantu pasien mengidentifikasi
dengan keperawatan pasien tindakan kenyamanan yang
Ruptur diharapkan: efektif di masa lalu seperti
Spfingter Memperlihatkan distraksi, relaksasi, atau kompres
anal pengendalian nyeri, hangat/dingin.
Mengenali factor Bantu pasien untuk lebih
penyebab dan berfokus pada aktivitas, bukan
menggunakan pada rasa nyeri dan rasa tidak
tindakan untuk nyaman dengan melakukan
memodifikasi factor pengalihan melalui televisi, radio,
tersebut tape dan interaksi dengan
Tidak mengalami pengunjung.
gangguang dalam Berikan informasi tentang nyeri,
frekuensi seperti penyebab nyeri, berapa
pernapasan, lama akan berlangsung, dan
frekuensi jantung, antisipasi ketidaknyamanan
atau tekanan darah akibat prosedur
Kolaborasi pemberian obat-obat
farmakologi seperti analgetik
untuk menurunkan nyeri
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/
NO Tujuan dan Kriteria
Masalah Intervensi
Hasil
Kolaboratif
2. Konstipasi Hasil Noc Hasil Nic
berhubunga Defekasi, Bentuk dan pertahankan pola
dengan tidak Pengendalian eliminasi dengan defekasi
adanya Gejala teratur
keinginan setelah diberi Cegah dan atasi
untuk defekasi tindakan konstipasi/impaksi obat nyeri
keperawatan pasien sebelum defekasi untuk
diharapkan: memfasilitasi pengeluaran
Konstipasi feses tanpa nyeri.
menurun Anjurkan pasien untuk memint
Melaporkan Tekankan pentingnya
keluarnya feses menghindari mengejan selama
disertai defekasi untuk mencegah
berkurangnya perubahan tanda vital, limbung
nyeri dan dan perdarahan.
mengejan Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan serat dan
cairan dalam diet