You are on page 1of 34

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak


sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir
truk dan dia baru saja menikah dua tahun yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia
diare cair 15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu bulan serta sariawan mulut
tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan. Hasil foto
thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K
2,8 mmol/L, Cl 11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD
120/80 mmHg, N 120x/mnt, P 28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak
ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing +/-.
Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS
AIDS
Pengertian
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang
disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome
Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang
dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan
akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa
sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV
). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease
Control and Prevention )
Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL
II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (
HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh
darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-
sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (
HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk
membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel
T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper.
Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing,
mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi
parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster
dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
1. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator
AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3
dianggap menderita AIDS.
2. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut
dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
1. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari
1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
1. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu
pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik
(3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat
badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan
kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal :
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang
kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah akan diperoleh hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan
seks terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya
yaitu :
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >
500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut
1. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
1. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel
T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan
imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon
imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya
kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya
fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit
yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor
penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan
hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia
timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik congenital.
Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein
liosing enteropati (peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (
Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
- Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan
karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema
- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
- Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi
imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan
pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma
AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan
obat-obatan IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit
serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif,
tapi bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum,
dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur,
bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
4. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus
tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa
sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya
tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif,
kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi
diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang
uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah
atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi
hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV)
untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein
virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1.
tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar
dari menjadi AIDS.
Pengkajian
Data dasar :
Nama : Tn. W
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jakarta
Analisa Data
DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat
kedokter.
- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari
DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan
Hasil LAB :
- Hb 11 gr/dl
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
2. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Output yang berlebih Kekurangan volume
diare sudah 1 bulan tak sembuh- cairan
sembuh meskipun sudah berobat
kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia
diare cair kurang lebih 15x/hari
DO :
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
2 DS : Imunodefisiensi Resiko infeksi
Tn.W mengatakan BB menurun 7
kg dalam 1 bulan serta sariawan
mulut tak kunjung sembuh.
DO :
- Leukosit
20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm

Rencana asuhan keperawatan


Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan : mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar
elektrolit
Kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi Rasional
Mandiri Indikator tidak langsung dari
Kaji turgor kulit,membran status cairan.
mukosa, dan rasa haus Mempertahankan keseimbangan
Pantau masukan oral dan cairan, mengurangi rasa haus,
memasukkan cairan sedikitnya 2500 melembabkan mukosa.
ml/hari Mungkin dapat mengurangi diare.
Hilangkan makanan yang Meningkatkan asupan nutrisi
potensial menyebabkan diare, yakni secara adekuat.
yang pedas/ makanan berkadar lemak Mengurangi insiden muntah,
tinggi, kacang, kubis, susu. menurunkan jumlah keenceran feses
Berikan makanan yang mengurangi kejang usus dan peristaltik.
membuat pasien berselera. Mewaspadai adanya gangguan
Kolaborasi elektrolit dan menentukan kebutuhan
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi : antiemetikum, antidiare atau elektrolit.
antispasmodik. Diperlukan untuk mendukung
Pantau hasil pemeriksaan volume sirkulasi, terutama jika
laboratorium. pemasukan oral tidak adekuat.
Berikan cairan/elektrolit melalui
selang makanan atau IV.

Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi


Tujuan : Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh
Kriteria hasil: Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri Deteksi dini terhadap infeksi
Pantau adanya infeksi : demam, penting untuk melakukan tindakan
mengigil, diaforesis, batuk, nafas segera. Infeksi lama dan berulang
pendek, nyeri oral atau nyeri menelan. memperberat kelemahan pasien.
Ajarkan pasien atau pemberi Berikan deteksi dini terhadap
perawatan tentang perlunya melaporkan infeksi.
kemungkinan infeksi. Peningkatan SDP dikaitkan
Pantau jumlah sel darah putih dengan infeksi
dan diferensial Memberikan informasi data
Pantau tanda-tanda vital dasar, peningkatan suhu secara berulang-
termasuk suhu. ulang dari demam yang terjadi untuk
Awasi pembuangan jarum suntik menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada
dan mata pisau secara ketat dengan proses infeksi ang baru dimana obat tidak
menggunakan wadah tersendiri. lagi dapat secara efektif mengontrol
infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
Kolaborasi
Beriakan antibiotik atau agen Mencegah inokulasi yang tak
antimikroba, misal : trimetroprim disengaja dari pemberi perawatan.
(bactrim atau septra), nistasin, Menghambat proses infeksi.
pentamidin atau retrovir. Beberapa obat-obatan ditargetkan untuk
organisme tertentu, obat-obatan lainya
ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun
Asuhan Keperawatan AIDS Aplikasi NANDA, NIC, NOC

A. Masalah Yang lazim muncul pada klien


1. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi

2. Nyeri akut/kronis b/d infeksi, nyeri abdomen

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan


pencernaan

4. Diare b/d proses pemyakit

B. Discharge Planning
1. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila
terdapat tanda tanda atau gejala infeksi

2. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan
dan memberitahu dokter tentangadanya efek samping

3. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan lebih lanjut.

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Kelelahan b/d status NOC : NIC :


penyakit, anemia,
Endurance Energy Management
malnutrisi
Concentration Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan
Energy conservation
aktivitas
Nutritional status : energy
Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
Kriteria Hasil : terhadap keterbatasan

Memverbalisasikan Kaji adanya factor yang


peningkatan energi dan menyebabkan kelelahan
merasa lebih baik
Monitor nutrisi dan sumber
Menjelaskan penggunaan energi tangadekuat
energi untuk mengatasi
Monitor pasien akan adanya
kelelahan
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan

Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas

Monitor pola tidur dan


lamanya tidur/istirahat pasien

2 Nyeri akut/kronis b/d NOC : Pain Management


infeksi, nyeri abdomen Lakukan pengkajian nyeri
Pain Level,
secara komprehensif
Pain control, termasuk lokasi,
Definisi : karakteristik, durasi,
Comfort level
frekuensi, kualitas dan faktor
Sensori yang tidak
Kriteria Hasil : presipitasi
menyenangkan dan
pengalaman emosional Mampu mengontrol nyeri Observasi reaksi nonverbal
yang muncul secara (tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
aktual atau potensial mampu menggunakan
Gunakan teknik komunikasi
kerusakan jaringan atau tehnik nonfarmakologi
terapeutik untuk mengetahui
menggambarkan adanya untuk mengurangi nyeri,
pengalaman nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi mencari bantuan)
Studi Nyeri Kaji kultur yang
Melaporkan bahwa nyeri
Internasional): serangan berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
mendadak atau pelan menggunakan manajemen
Evaluasi pengalaman nyeri
intensitasnya dari ringan nyeri
masa lampau
sampai berat yang dapat
Mampu mengenali nyeri
diantisipasi dengan akhir Evaluasi bersama pasien dan
(skala, intensitas, frekuensi
yang dapat diprediksi tim kesehatan lain tentang
dan tanda nyeri)
dan dengan durasi ketidakefektifan kontrol nyeri
kurang dari 6 bulan. Menyatakan rasa nyaman masa lampau
setelah nyeri berkurang
Bantu pasien dan keluarga
Tanda vital dalam rentang untuk mencari dan
Batasan karakteristik :
normal menemukan dukungan
- Laporan secara
Kontrol lingkungan yang
verbal atau non verbal
dapat mempengaruhi nyeri
- Fakta dari observasi seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Gerakan melindungi
Pilih dan lakukan penanganan
- Tingkah laku berhati-
nyeri (farmakologi, non
hati
farmakologi dan inter
- Muka topeng personal)

- Gangguan tidur Kaji tipe dan sumber nyeri


(mata sayu, tampak untuk menentukan intervensi
capek, sulit atau gerakan
Ajarkan tentang teknik non
kacau, menyeringai)
farmakologi
- Terfokus pada diri
Berikan analgetik untuk
sendiri
mengurangi nyeri
- Fokus menyempit Evaluasi keefektifan kontrol
(penurunan persepsi nyeri
waktu, kerusakan proses
Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang Kolaborasikan dengan dokter
dan lingkungan) jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Tingkah laku
distraksi, contoh : jalan- Monitor penerimaan pasien
jalan, menemui orang tentang manajemen nyeri
lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang) Analgesic Administration

- Respon autonom Tentukan lokasi, karakteristik,


(seperti diaphoresis, kualitas, dan derajat nyeri
perubahan tekanan sebelum pemberian obat
darah, perubahan nafas,
Cek instruksi dokter tentang
nadi dan dilatasi pupil)
jenis obat, dosis, dan
- Perubahan frekuensi
autonomic dalam tonus
Cek riwayat alergi
otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke Pilih analgesik yang
kaku) diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
- Tingkah laku
pemberian lebih dari satu
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, Tentukan pilihan analgesik
menangis, waspada, tergantung tipe dan beratnya
iritabel, nafas nyeri
panjang/berkeluh kesah)
Tentukan analgesik pilihan,
- Perubahan dalam rute pemberian, dan dosis
nafsu makan dan minum optimal

Pilih rute pemberian secara


IV, IM untuk pengobatan
Faktor yang
nyeri secara teratur
berhubungan :
Monitor vital sign sebelum
Agen injuri (biologi,
dan sesudah pemberian
kimia, fisik, psikologis)
analgesik pertama kali

Berikan analgesik tepat waktu


terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik,


tanda dan gejala (efek
samping)

3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari
Nutritional Status : Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d
gangguan pencernaan Nutritional Status : food and Kolaborasi dengan ahli gizi
Fluid Intake untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
Nutritional Status : nutrient
Definisi : Intake nutrisi dibutuhkan pasien.
Intake
tidak cukup untuk
Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme Weight control
meningkatkan intake Fe
tubuh.
Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik : vitamin C
Adanya peningkatan berat
- Berat badan 20 % atau badan sesuai dengan tujuan Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal
Beratbadan ideal sesuai Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya dengan tinggi badan mengandung tinggi serat
intake makanan yang untuk mencegah konstipasi
Mampumengidentifikasi
kurang dari RDA
kebutuhan nutrisi Berikan makanan yang
(Recomended Daily
terpilih ( sudah
Allowance) Tidk ada tanda tanda
dikonsultasikan dengan ahli
malnutrisi
- Membran mukosa dan gizi)
konjungtiva pucat Menunjukkan peningkatan
Ajarkan pasien bagaimana
fungsi pengecapan dari
- Kelemahan otot yang membuat catatan makanan
menelan
digunakan untuk harian.
menelan/mengunyah Tidak terjadi penurunan
Monitor jumlah nutrisi dan
berat badan yang berarti
- Luka, inflamasi pada kandungan kalori
rongga mulut
Berikan informasi tentang
- Mudah merasa kebutuhan nutrisi
kenyang, sesaat setelah
Kaji kemampuan pasien
mengunyah makanan
untuk mendapatkan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta yang dibutuhkan
adanya kekurangan
makanan
Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa BB pasien dalam batas
normal
- Perasaan
ketidakmampuan untuk Monitor adanya penurunan
mengunyah makanan berat badan

- Miskonsepsi Monitor tipe dan jumlah


- Kehilangan BB dengan aktivitas yang biasa
makanan cukup dilakukan

- Keengganan untuk Monitor interaksi anak atau


makan orangtua selama makan

- Kram pada abdomen Monitor lingkungan selama


makan
- Tonus otot jelek
Jadwalkan pengobatan dan
- Nyeri abdominal
tindakan tidak selama jam
dengan atau tanpa
makan
patologi
Monitor kulit kering dan
- Kurang berminat
perubahan pigmentasi
terhadap makanan
Monitor turgor kulit
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Diare dan atau
steatorrhea Monitor mual dan muntah

- Kehilangan rambut Monitor kadar albumin, total


yang cukup banyak protein, Hb, dan kadar Ht
(rontok)
Monitor makanan kesukaan
- Suara usus hiperaktif
Monitor pertumbuhan dan
- Kurangnya informasi, perkembangan
misinformasi
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Faktor-faktor yang
berhubungan : Monitor kalori dan intake
Ketidakmampuan nuntrisi
pemasukan atau
Catat adanya edema,
mencerna makanan atau
hiperemik, hipertonik papila
mengabsorpsi zat-zat
lidah dan cavitas oral.
gizi berhubungan
dengan faktor biologis, Catat jika lidah berwarna
psikologis atau magenta, scarlet
ekonomi.

4 Diare b/d proses NOC: NIC :


pemyakit
Bowel elimination Diarhea Management

Fluid Balance Evaluasi efek samping


pengobatan terhadap
Hydration
gastrointestinal
Electrolyte and Acid base
Ajarkan pasien untuk
Balance
menggunakan obat antidiare
Kriteria Hasil :
Instruksikan pasien/keluarga
Feses berbentuk, BAB sehari untukmencatat warna,
sekali- tiga hari jumlah, frekuenai dan
konsistensi dari feses
Menjaga daerah sekitar
rectal dari iritasi Evaluasi intake makanan
yang masuk
Tidak mengalami diare
Identifikasi factor penyebab
Menjelaskan penyebab diare
dari diare
dan rasional tendakan
Monitor tanda dan gejala
Mempertahankan turgor kulit
diare
Observasi turgor kulit secara
rutin

Ukur diare/keluaran BAB

Hubungi dokter jika ada


kenanikan bising usus

Instruksikan pasien
untukmakan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi
kalori jika memungkinkan

Instruksikan untuk
menghindari laksative

Ajarkan tehnik menurunkan


stress

Monitor persiapan makanan


yang aman
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS
Konsep Dasar
I. Pengertian
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya
defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi
yang sudah dikenal dan sebagainya.

II. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang
diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala
flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor
pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

IV. Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

V. Penatalaksanaan

Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-
obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam
hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,
kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II. Diagnosa keperawatan


1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.
III. Perencanaan keperawatan.
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
criteria hasil
Resiko tinggi Pasien akan bebas1. Monitor tanda- Untuk pengobatan
infeksi infeksi tanda infeksi baru. dini
berhubungan oportunistik dan
2. gunakan teknik Mencegah pasien
dengan komplikasinya aseptik pada terpapar oleh kuman
imunosupresi, dengan kriteria setiap tindakan patogen yang
malnutrisi dan tak ada tanda- invasif. Cuci diperoleh di rumah
pola hidup yang tanda infeksi tangan sebelum sakit.
beresiko. baru, lab tidak meberikan
ada infeksi tindakan. Mencegah
oportunis, tanda
3. Anjurkan pasien bertambahnya
vital dalam batas metoda mencegah infeksi
normal, tidak ada terpapar terhadap
luka atau eksudat. lingkungan yang
patogen. Meyakinkan
4. Kumpulkan diagnosis akurat dan
spesimen untuk pengobatan
tes lab sesuai
order. Mempertahankan
5. Atur pemberian kadar darah yang
antiinfeksi sesuai terapeutik
order

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak1. Anjurkan pasien Pasien dan keluarga
infeksi (kontak ditransmisikan, atau orang penting mau dan
pasien) tim kesehatan lainnya metode memerlukan
berhubungan memperhatikan mencegah informasikan ini
dengan infeksi universal transmisi HIV dan
HIV, adanya precautions kuman patogen Mencegah transimisi
infeksi dengan kriteriaa lainnya. infeksi HIV ke orang
nonopportunisitik kontak pasien dan2. Gunakan darah lain
yang dapat tim kesehatan dan cairan tubuh
ditransmisikan. tidak terpapar precaution bial
HIV, tidak merawat pasien.
terinfeksi patogen Gunakan masker
lain seperti TBC. bila perlu.

Intolerans Pasien 1. Monitor Respon bervariasi


aktivitas berpartisipasi respon fisiologis dari hari ke hari
berhubungan dalam kegiatan, terhadap aktivitas
dengan dengan kriteria
2. Berikan Mengurangi
kelemahan, bebas dyspnea bantuan kebutuhan energi
pertukaran dan takikardi perawatan yang
oksigen, selama aktivitas. pasien sendiri Ekstra istirahat
malnutrisi, tidak mampu perlu jika karena
kelelahan. 3. Jadwalkan meningkatkan
perawatan pasien kebutuhan metabolik
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisi Pasien 1. Monitor Intake menurun


kurang dari mempunyai kemampuan dihubungkan dengan
kebutuhan tubuh intake kalori dan mengunyah dan nyeri tenggorokan
berhubungan protein yang menelan. dan mulut
dengan intake adekuat untuk
2. Monitor BB, Menentukan data
yang kurang, memenuhi intake dan ouput dasar
meningkatnya kebutuhan 3. Atur Mengurangi muntah
kebutuhan metaboliknya antiemetik sesuai Meyakinkan bahwa
metabolic, dan dengan kriteria order makanan sesuai
menurunnya mual dan muntah
4. Rencanakan dengan keinginan
absorbsi zat gizi. dikontrol, pasien diet dengan pasien pasien
makan TKTP, dan orang penting
serum albumin lainnya.
dan protein dalam
batas n ormal, BB
mendekati seperti
sebelum sakit.
Diare Pasien merasa
1. Kaji Mendeteksi adanya
berhubungan nyaman dan konsistensi dan darah dalam feses
dengan infeksi mengnontrol frekuensi feses
GI diare, komplikasi dan adanya darah. Hipermotiliti
minimal dengan
2. Auskultasi mumnya dengan
kriteria perut bunyi usus diare
lunak, tidak
3. Atur agen Mengurangi
tegang, feses antimotilitas dan motilitas usus, yang
lunak dan warna psilium pelan, emperburuk
normal, kram (Metamucil) perforasi pada
perut hilang, sesuai order intestinal
4. Berikan Untuk
ointment A dan D, menghilangkan
vaselin atau zinc distensi
oside
Tidak efektif Keluarga atau1. Kaji koping Memulai suatu
koping keluarga orang penting lain keluarga terhadap hubungan dalam
berhubungan mempertahankan sakit pasein dan bekerja secara
dengan cemas suport sistem dan perawatannya konstruktif dengan
tentang keadaan adaptasi terhadap2. Biarkan keluarga.
yang orang perubahan akan keluarga Mereka tak
dicintai. kebutuhannya mengungkapkana menyadari bahwa
dengan kriteria perasaan secara mereka berbicara
pasien dan verbal secara bebas
keluarga 3. Ajarkan kepada Menghilangkan
berinteraksi keluaraga tentang kecemasan tentang
dengan cara yang penyakit dan transmisi melalui
konstruktif transmisinya. kontak sederhana.

Daftar Pustaka

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I
Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

You might also like