You are on page 1of 19

A.

KONSEP BAYI BERAT LAHIR RENDAH

1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram. Berat badan merupakan indikator penting bagi kesehatan infant karena berat badan
berat berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas infant. (Health at a Glance
Europe,2012).
BBLR adalah bayi dengan berat < 2500 gram ketika lahir. Hal ini terjadi karena infant
premature, gestasi kurang dari 37 minggu atau karena infant tumbuh intra uterin. (Oats &
Abraham, 2017)
Standar pengertian dari BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram.
Fetus dengan berat badan kurang dari 1500 gram disebut Very Low Birth Weight (VLBW)
dan fetus dengan berat badan kurang dari 1000 gram disebut Extremely Low Birth Weight
(ELBW) (Preedy, 2012)

2. Klasifikasi
Menurut Norton et al (2008) Berat badal lahir rendah dibagi menjadi :
Klasifikasi BBLR Berat badan bayi Persen Rata-rata
baru lahir mortalitas
Moderately low birth BB antara 2500 g- 82 % 40 x lebih
weight 1501 g tinggi
Very low birth BB antara 1500 g 12% 200 x lebih
weight 1001 g tinggi
Extremely low birth BB < 1000 g 6% 600 x lebih
weight tinggi

3. Faktor Resiko
Menurut Health at a Glance (2012), faktor-faktor resiko bayi lahir dengan berat badan
rendah adalah sebagai berikut :
a. Ibu dengan usia sangat muda (remaja)
b. Memiliki riwayat melahirkan BBLR sebelumnya
c. Merokok
d. Mengkonsumsi alkohol
e. Nutrisi yang buruk
f. Ibu dengan Body mass index yang rendah
g. Sosial ekonomi yag rendah
h. Melakukan treatment in vitro fertilisasi

4. Etiologi
Menurut Robinson (2008) penyebab bayi lahir rendah adalah sebagai berikut :
a. Kromosom
Abnormalitas angka, ukuran atau konfigurasi dari kromosom dapat menyebabkan bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah dan memungkinkan terjadinya anomali
kongenital multipel pada preterm atau neonatus SGA (Small of Gestational Age).
b. Infeksi cytomagelovirus
Memiliki tanda dan gejala seperti demam tinggi, limfadenopati, takipnea, dan dispnea
dan perdarahan.
c. Disfungsi plasenta
Neonatus yang memiliki disfungsi plasenta memiliki tanda dan kebiasaan muntah,
takikardi, takipnea. Tanda muntah inilah yang dapat memperngaruhi nutrisi bayi
sehingga memnyebabkan BBLR.

Jika noenatus memiliki gestasi yang kurang BBLR kemungkinan disebabkan oleh :

a. Sindrom imunodefisiensi
b. Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi alkohol dan opioid
c. Penyakit meternitas kronis
d. Kebiasaan merokok
e. Hipoksemia
f. Toksemia

Jika neonatis lahir premature, BBLR dapat terjadi karena hal di bawah ini :

a. Abruptio plasenta
b. Amnionitis
c. Penggunaan kokain pada ibu hamil
d. Serviks inkompeten
e. Plasenta previa
f. Polihidramnion
g. Preeklamsia
h. Ruptur prematur pada membran
i. Penyakit maternitas yang berat
j. Infeksi saluran kemih.

5. Patofisiologi

Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan
seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya
akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,
terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi
masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa
anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang
Stunting/Kuntet pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR. Faktor-
faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi,
keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang
menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke
janin sehingga menyebabkan bayi BBLR. Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang
belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di
luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi
dan makin tinggi angka kematiannya. Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat
dalam tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya
: Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak
aktif, produksi panas yang berkurang, Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan
penyakit berat pada BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah, Gangguan alat pencernaan dan
problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas usus kurang, volume lambung
kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, Ginjal yang immatur baik
secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine berkurang, Gangguan immunologik :
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin.
Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi
terhadap peradangan masih belum baik, dan Perdarahan intraventrikuler, hal ini
disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom
pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan
ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena
tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan
dari pembuluh kapiler yang rapuh.
Pathway

Prematuritas dismaturitas

Ibu dengan usia sangat muda (remaja),


Memiliki riwayat melahirkan BBLR Kelainan kromosom, infeksi Faktor gangguan :
sebelumnya, Merokok, Mengkonsumsi cytomagelovirus, disfungsi
pertukaran zat antra ibu
alkohol, Nutrisi yang buruk, Ibu dengan plasenta, Abruptio plasenta,
Amnionitis, Penggunaan kokain dan bayi
Body mass index yang rendah, Sosial
ekonomi yag rendah, Melakukan pada ibu hamil, Serviks
treatment in vitro fertilisasi, Ibu dengan inkompeten, Plasenta previa,
usia sangat muda (remaja), Memiliki Polihidramnion, Preeklamsia, Retardasi pertumbuhan
riwayat melahirkan BBLR sebelumnya, Ruptur prematur pada membran,
intrauterin
Merokok, Mengkonsumsi alkohol, Penyakit maternitas yang berat,
Nutrisi yang buruk, Ibu dengan Body Infeksi saluran kemih.
mass index yang rendah, Sosial
ekonomi yag rendah, Melakukan
treatment in vitro fertilisasi Berat badan kurang
dari 2500 gram
Bayi lahir pramature
Dinding otot rahim bagian
bawah rahim lemah

Fungsi organ-organ
belum baik

Permukaan tubuh relatif Jaringan lemak subkutan


prematuritas
lebih luas tipis Penurunan daya tahan
malnutirsi tubuh Fungsi organ-organ
Kehilangan cairan belum baik
Kehilangan panas
Pemaparan dengan suhu
Penguapan berlebih Kehilangan panas melalui Kekurangan
luar Resiko infeksi
kulit cadangan energi
hipoglikemia
dehidrasi
6. Manifestasi Klinis
Menurut Dwienda dkk (2014) tanda dan gejala bayi BBLR adalah sebagai berikut :
a. Sukar bernafas
b. Sukar minum
c. Ikterus berat
d. Infeksi
e. Rentan hipotermi
f. Berat kurang dari 2500 gram
g. Lingkar dada < 30 cm
h. Panjang badan < 45 cm
i. Lingkar kepala <33 cm
j. Kepala lebih besar dari badannya
k. Kulit tipis transparan dan banyak lanugo
l. Lemak subkutan minimal

7. Komplikasi
Menurut Embleton et al (2014) komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR terutama bayi
dengan berat badan kurang dari 1500 gram adalah sebagai berikut :
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Asfiksia
d. Respiratoy distress
e. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
f. Hiperbilirubinemia
g. Infeksi
h. Masalah neurologi dan sensori

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Saefudin (2009) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada bayi dengan
berat badan rendah adalah sebagai berikut :
a. Jumlah sel darah putih: 18.000/ mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/
mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematocrit (Ht): 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/ dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolysis berlebihan.
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50- mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan analisa gas darah.

9. Penatalaksanaan Medis
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR
ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari
infeksi.
a. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi
yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat). Untuk mencegah
hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2000 gr adalah 350C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai
2500 gr 340C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 370C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih
tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu
inkubator dapat di turunkan 10C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000
gr dan secara berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 270C-290C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di
sekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi
atau dengan menggu nakan metode kangguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 360C-370C adalah
dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam
inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi.
Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat
temperatur sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu
inkubator di kontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi
dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini
sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah. Bayi dalam
inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal
sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat
cepatnya.

b. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,
khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh
kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal
neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman. Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi
diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan)
tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara
lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan
meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun. Fungsi perawatan disini
adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu,
bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali
pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea,
mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah
timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu)
merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap. ASI juga dapat
dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak
ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu
formula yang komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus
untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi
dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator
harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih
besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil,
kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada
ibunya, makanan diberikan melalui NGT. Jadwal pemberian makanan disesuaikan
dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap
jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi
selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR
juga berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari plasenta.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir
(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan
menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan
ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian
bayi BBLR.
10. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien: nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua: nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan dan
alamat.
c. Riwayat kesehatan:
1. Riwayat antenatal:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok,
ktergantungan obat-obatan,DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple,kelainan congenital.
Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengat permasalahan pada bayi baru lahir.
Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan system pusat pernafasan.
2. Riwayat postnatal:
Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3), asfiksia
berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram,
LK kurang atau lebih dari normal (34-36).
d. Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
e. Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB: frekuensi, jumlah,
konsistensi BAK : frekuensi dan jumlah.
f. Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR
kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantangan makanan tertentu.
g. Hubungan psikologis. Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat
gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
h. Keadaan umum: pada neonatus dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih, kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan
adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya, tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatus yang baik.
3. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal
antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post
asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
4. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks.
5. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
6. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
7. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
8. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
9. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
10. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonatus pendek.
11. Thorak : bentuk simetris, terdapat tarikan interkostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
12. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada garis
papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut
cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
13. Umbilikus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda
infeksi pada tali pusat.
14. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra
pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya
sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
15. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta warna dari
feses.
16. Ekstremitas : warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
17. Refleks : pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya
patah tulang.
Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas berhubungan Respiratory status: Airway management
dengan imaturitas otot- ventilation Buka jalan nafas,
otot pernapasan dan Respiratory status: airway gunakana tehnik chin lift
penurunan ekspansi paru patency atau jaw thrust bila perlu
Vital sign status Posisikan klien untuk
Setelah dilakukan tindakan meminimalkan ventilasi
keperawatan 3x24 jam pola Identifikasi klien
napas efektif dengan perlunya pemasangan
Kriteria Hasil: alat bantu jalan napas
tidak ada sianosis dan Atur intake untuk
dyspnea mengoptimalkan
Menunjukkan jalan napas keseimbangan cairan
yang paten Monitor respirasi dan
Tanda-tanda vital dalam status oksigen
rentang normal Vital sign monitoring
Monitor nadi, suhu, dan
RR
Monitor TTV saat klien
baring, duduk atau berdiri
Monitor nadi dan RR
sebelum, selama dan
setelah aktifitas
Monitor kualitas dari
nadi
2 Diskontinuitas NOC NIC
pemberian ASI Breastfeeding ineffective Bottle Feeding
berhubungan dengan Breathing pattern Posisikan bayi semi-
prematuritas ineffective fowler
Breastfeeding interrupted Letakkan pentil otot
Setelah dilakukan tindakan diatas lidah bayi
keperawatan 3x24 jam Monitor atau evaluasi
pemberian ASI efektif dengan reflek menelan sebelum
Kriteria Hasil: memberikan susu
Menyusui secara mandiri Tentukan kandungan
Tetap mempertahankan fluoride air yang
laktasi digunakan untuk
Pertumbuhan dan mengencerkan formula
perkembangan bayi dalam bubuk atau konsentrat
batas normal dan rujuk penggunaan
suplemen fluor, jika
diindikasikan
Lactation Supresion
Fasilitasi proses bantuan
interaktif untuk
membantu
mempertahankan
kebersihan proses
pemberian ASI
Sediakan informasi
tentang laktasi dan
teknik memompa ASI
(secara manual atau
dengan pompa elektrik),
cara mengumpulkan dan
menyimpan ASI
3 Disfungsi motilitas NOC NIC
gastrointestinal Gastrointestinal function Tube Care Gastrointestinal
berhubungan dengan Bowel continence Monitor TTV
prematuritas, Setelah dilakukan tindakan Monitor stataus cairan
ketidakadekuatan/imatur keperawatan 3x24 jam dan elektrolit
aktifitas peristaltic di motillitas gastrointestinal Monitor bising usus
dalam system mengalami peningkatan Monitor irama jantung
gastrointestinal fungsi dengan Catat intake dan output
Kriteria Hasil: secara akurat
Tidak ada distensi Kaji tanda-tanda
abdomen gangguan keseimbangan
Tidak ada kram abdomen cairan dan elektrolit
Tidak ada nyeri abdomen (membrane mukosa
kering, sianosis)
4 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional Status: Food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli
berhubungan dengan Nutritional Status: gizi untuk menentukan
ketidakmampuan Nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi
menerima nutrisi, Weight Control yang dibutuhkan klien
imaturitas peristaltic Setelah dilakukan tindakan Monitor jumlah nutrisi
gastrointesntital keperawatan 3x24 jam nutrisi dan kandungan kalori
seimbang dengan BB klien dalam batas
Kriteria Hasil: normal
Adanya peningkatan berat Monitor adanya
badan sesuai dengan penurunan berat badan
tujuan Monitor kulit kering dan
Berat badan ideal sesuai perubahan pigmentasi
dengan tinggi badan Monitor turgor kulit
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dan menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Risiko infeksi b.d NOC : NIC :
penurunan daya tahan Immune Status Pertahankan teknik aseptif
tubuh Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila
control perlu
Risk control Cuci tangan setiap

Setelah dilakukan tindakan sebelum dan sesudah

keperawatan selama 3x 24 tindakan keperawatan

jam pasien tidak Gunakan baju, sarung

mengalami infeksi dengan tangan sebagai alat

kriteria hasil: pelindung

Klien bebas dari tanda dan Ganti letak IV perifer dan

gejala infeksi dressing sesuai dengan

Jumlah leukosit dalam petunjuk umum

batas normal Tingkatkan intake nutrisi


Berikan terapi antibiotik.
Menunjukkan perilaku
hidup sehat Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Status imun,
gastrointestinal, Pertahankan teknik isolasi

genitourinaria dalam batas k/p

normal Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam
DAFTAR PUSTAKA

Dwienda, Octa. Maita, Liva. Saputri, Eka Maya. Yulviana, Rina. 2014. Bahan
Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah
Untuk Para Bidan. Yogyakarta : Depublish.
Embleton, Nicholas D. Katz, Joanne. Ziegler, Ekhard E. 2014. Low-
Birthweight Baby : Born Too Soon or Too Small. Volume 81.
Megaliesburgh: Nestle Nurittion Institute.
Health at a Glance Europe. 2012. OECD. www.oecd.org
Norton, Jeffrey A. Et all. 2008. Surgery : Basic Science and Clinical Evidence.
2nded. New York : Springer.
Nurrarif, Kusuma. 2016. Aplikasi Askep NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid.
1. Yogyakarta: Media Action Publishing
Oats, Jeremy & Abraham, Suzanne. 2017. Llewellyn-Jones. Fundamentals of
Obsterics and Gynaecology. Edinburgh : Elsevier.
Preesy, Victor R. 2012. Handbook of Growth and Growth Monitoring in
Health and Disease. Volume 1. New York : Springer.
Robinson, John M. 2008. Nurses Five Minutes Clinical Consult : Signs and
Symptoms. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Rukiyah, Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:
Trans Info Media.
Saifudin, Hendra. 2009. Standar Pelayanan Medik Obsetri dan Ginekologi.
Jilid 1. Jakarta: EGC.

You might also like