Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
NIM : 113063J116005
2017
Konsep Dasar
a) Anatomi Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum
(otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan
diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis
yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan
otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden
dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
b) Pengertian
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000)
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994).
c) Etiologi
Stroke terjadi akibat sumbatan pada arteri yang disebabkan oleh
thrombus dan emboli. Selain itu juga karena perdarahan yang disebabkan
karena hipertensi, ruptur aneurysm atau arteriovenous malformation
(AVM).(Donna, 2010)
e) Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
f) Pathofisiologi
aneurisma
Rupture arteri serebri
Vasospasme arteri
Iskemia
Lesi Korteks Lesi di Kapsul Lesi batang otak Lesi di Med. Spinalis
g) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika
muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat,
bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan.
3) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4) Bed rest
5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan
hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik.
9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih
yang dapat meningkatkan TIK.
10) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya
dipasang NGT.
11) Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat
neuroprotektor, antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic,
antihipertensi, dan tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang
tinggi (Sylvia dan Lorraine 2006).
Tindakan lainnya :
a) Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti
central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan
yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk
menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c) Pengobatan
- Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
- Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
- Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d) Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki
peredaran darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini
seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan
1. Konsep Keperawatan
a) Pengkajian
1. Airway
Jalan nafas terdapat sumbatan berupa lendir tidak ada darah,
tidak ada suara nafas seperti gurling, snorling, stridor,
2. Breathing
RR : 20 x/mnt, nafas regular, tidak ada sianosis, tidak ada
suara nafas ronchi maupun wheezing, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak ada tarikan dinding dada.
3. Circulation
Tekanan Darah 140/90, Nadi 86 x/mnt, Suhu, 36,20C ,
capiraly refill normal kurang dari 2 detik, akral hangat, urine
output 300 cc.
4. Disability
Kesadaran pasien somnolen, nilai GCS E3M6V2 total GCS
:11, pupil anisokor lebih besar kanan ;ka 4 mm ki 3 mm,
reaksi pupil terhadap cahaya positif.
5. Exposure
Suhu pasien 36,20C, terdapat jejas memar kebiruan di kaki,
tangan bahu dan lengan
b) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah
ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke
otak
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neurovaskuler
c) Intervensi
Diagnosa 1
Monitorang neurologis
- Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitir tanda-tanda vital
- Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
- Monitor respon klien terhadap pengobatan
- Hindari aktivitas jika TIK meningkat
- Observasi kondisi fisik klien
Terapi oksigen
Diagnosa 2 :
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami /
memahamkan informasi dari / ke klien
- Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
- Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam
komunikasi dengan klien
- Dorong klien untuk mengulang kata-kata
- Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi
dengan klien
- Programkan speech-language teraphy
- Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi
dengan klien
Diagnosa 3 :
- Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi
ekstrimitas yang sehat
- Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang
parese / plegi dalam toleransi nyeri
- Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau
mangurangi bengkak
- Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan
kemampuan klien
- Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti
yang disarankan
- Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi
Daftar Pustaka
Adib, Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan Menghindari
Hipertensi Jantung Dan Stroke : Yogyakarta.
Artiani, Ria. 2010. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC.
Gemari, 2012. Esensial Stroke. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Muttaqin, Arif. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
World Health Organization, 2011. WHO STEPS Stroke Manual:
The WHO STEP wise Approach to Stroke Surveillance.
World Health Organization