You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

SISTEM KARDIOVASKULER : STROKE HEMORAGIK DI IGD RSUD DR.


MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

OLEH:

ANNA MARIA FRANSISCA, S.KEP

NIM : 113063J116005

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSANBANJARMASIN

2017

Konsep Dasar
a) Anatomi Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum
(otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan
diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis
yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan
otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden
dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)

b. Sirkulasi darah otak


Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke
dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi
suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen
basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah
untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini
bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai
setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk
sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,
otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
(Sylvia A. Price, 1995)
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena
interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
jantung. (Harsono, 2000).

b) Pengertian
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000)
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994).
c) Etiologi
Stroke terjadi akibat sumbatan pada arteri yang disebabkan oleh
thrombus dan emboli. Selain itu juga karena perdarahan yang disebabkan
karena hipertensi, ruptur aneurysm atau arteriovenous malformation
(AVM).(Donna, 2010)

d) Tanda dan Gejala


Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1) serebri media
- Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
- Hemianopsi homonim kontralateral
- Afasi bila mengenai hemisfer dominan
- Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2) Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3) Serebri anterior
- Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
- Incontinentia urinae
- Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4) Posterior
- Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
- daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri
media
- Nyeri talamik spontan
- Hemibalisme
- Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5) Daerah vertebrobasiler
- Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
- Hemiplegi alternans atau tetraplegi
- Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

e) Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

f) Pathofisiologi

Hipertensi/ terjadi perdarahan

aneurisma
Rupture arteri serebri

Ekstravasasi darah di otak

Vasospasme arteri

Menyebar ke hemisfer otak

Perdarahan serebri TIK Nyeri

Hipertensi/ terjadi perdarahan

Tekanan /perfusi serebral

Iskemia

anoksia Aktifitas elektrolit terhenti

Metabolisme anaerob Pompa Na+ dan Ka+ gagal

Metabolit asam Na+ dan H2O masuk ke sel

Acidosis lokal Edema intrasel

Pompa Na+ gagal Edema Ekstrasel

Nekrosis jaringan dan edema Perfusi jaringan serebral


Kematian progresif sel otak
(defisit fungsi otak)

Lesi Korteks Lesi di Kapsul Lesi batang otak Lesi di Med. Spinalis

Kerusakan Nerves I-XII Lesi upper & lower


Gangguan bicara/penglihatan,
motor neuron
Nekrosis jaringan dan edema
Gangguan eliminasi urin
Kesulitan mengunyah & menelan,
refleks batuk
Defisit perawatan diri
Gangguan persepsi sensori

Gangguan komunikasi verbal Resiko gangguan nutrisi Gangguan


mobilisasi
Resiko ketidakefektifan jalan nafas

Tirah baring lama

Resiko gangguan integritas kulit

g) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika
muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat,
bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan.
3) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4) Bed rest
5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan
hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik.
9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih
yang dapat meningkatkan TIK.
10) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya
dipasang NGT.
11) Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat
neuroprotektor, antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic,
antihipertensi, dan tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang
tinggi (Sylvia dan Lorraine 2006).
Tindakan lainnya :
a) Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti
central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan
yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk
menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c) Pengobatan
- Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
- Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
- Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d) Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki
peredaran darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini
seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan
1. Konsep Keperawatan
a) Pengkajian
1. Airway
Jalan nafas terdapat sumbatan berupa lendir tidak ada darah,
tidak ada suara nafas seperti gurling, snorling, stridor,
2. Breathing
RR : 20 x/mnt, nafas regular, tidak ada sianosis, tidak ada
suara nafas ronchi maupun wheezing, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak ada tarikan dinding dada.
3. Circulation
Tekanan Darah 140/90, Nadi 86 x/mnt, Suhu, 36,20C ,
capiraly refill normal kurang dari 2 detik, akral hangat, urine
output 300 cc.

4. Disability
Kesadaran pasien somnolen, nilai GCS E3M6V2 total GCS
:11, pupil anisokor lebih besar kanan ;ka 4 mm ki 3 mm,
reaksi pupil terhadap cahaya positif.
5. Exposure
Suhu pasien 36,20C, terdapat jejas memar kebiruan di kaki,
tangan bahu dan lengan

b) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah
ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke
otak
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neurovaskuler
c) Intervensi
Diagnosa 1
Monitorang neurologis
- Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitir tanda-tanda vital
- Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
- Monitor respon klien terhadap pengobatan
- Hindari aktivitas jika TIK meningkat
- Observasi kondisi fisik klien

Terapi oksigen

- Bersihkan jalan nafas dari sekret


- Pertahankan jalan nafas tetap efektif
- Berikan oksigen sesuai intruksi
- Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem
humidifier
- Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
- Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
- Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
- Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur

Diagnosa 2 :
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami /
memahamkan informasi dari / ke klien
- Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
- Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam
komunikasi dengan klien
- Dorong klien untuk mengulang kata-kata
- Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi
dengan klien
- Programkan speech-language teraphy
- Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi
dengan klien

Diagnosa 3 :
- Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi
ekstrimitas yang sehat
- Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang
parese / plegi dalam toleransi nyeri
- Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau
mangurangi bengkak
- Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan
kemampuan klien
- Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti
yang disarankan
- Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi
Daftar Pustaka
Adib, Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan Menghindari
Hipertensi Jantung Dan Stroke : Yogyakarta.
Artiani, Ria. 2010. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC.
Gemari, 2012. Esensial Stroke. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Muttaqin, Arif. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
World Health Organization, 2011. WHO STEPS Stroke Manual:
The WHO STEP wise Approach to Stroke Surveillance.
World Health Organization

You might also like